Terapi wudhu dalam menangani gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis di Sidoarjo.

(1)

TERAPI WUDHU DALAM MENANGANI

GANGGUAN PSIKOSOMATIS BAGI PENDERITA

GASTRITIS DI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos.i)

Oleh :

NURUL LAYYINA A’FUA

(B33213035)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

2017


(2)

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI

B i s mil I ahir r ahm anirr ah im

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama

NIM

Prodi

Alamat

Nurul Layyina A'fua

83321 3035

Bimbingan dan Konseling Islam Tambak Rejo Waru Sidoarjo Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1.

Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan

tinggi mana pun untuk mendapatkan gelal akademik apapun'

2.

Skripsi

ini

adalah benar-benar hasil karya saya mandiri dan bukan

merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain'

3.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini

sebagai

hasil

plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala

konsekuensi hukum Yang terjadi.

Surabaya, 30 Januari 2017

Yang menYatakan,

Nuru1 Layyina A'fua


(3)

PENGTSAHAN TIM PENGUJI

slripsi olehNurul LayyinaA'ftaElah dipettahankan di depan Tim penguji

Slebsi

Surabaya 30 Januari 20lT

Mengesahkan,

Universitas Islam Nqgeri Sunan Ampei Siuzbaya

e/4R-Dra. Pudii Rahmawati. M.Kes

IrilP:

Penguji I,

IIIIP: 19731 I2I20050I 1002


(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

Nama NIM Jurusan Judul

: Nurul Layyina A'fua

:833213035

: Bimbingan Dan Konseling Islam

:Terapi Wudhu

dalam

Menangani

Gangguan Psikosomatis Bagi Penderita Gastritis di Sidoarjo

t

skripsi

ini

telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.

Sidoarjo, 30 Januari 2017

Telah disetujui oleh: Dosen pembimbing,


(5)

(6)

ABSTRAK

Layyina A’fua, Nurul (B33213035), 2017. Terapi Wudhu Dalam Menangani Gangguan Psikosomatis Bagi Penderita Gastritis di Sidoarjo. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya 2017 Penelitian ini berlatar belakang mengenai adanya gangguan gastritis pada diri seseorang, yang mana ketika dibawa ke para ahli tidak ditemukan adanya gangguan, hingga pada akhirnya ditemukannya penyebab dari gangguan tersebut, yakni adanya gangguan psikosomatis pada diri konseli.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelesaian dari permasalahan yang diangkat. Penulisan ini menggunakan metode Kualitatif yang sesuai dengan fokus penelitian, yaitu; 1). Bagaimana terapi wudhu menangani gangguan psikosomatis bagi penderita Gastritis di Sidoarjo baik dari segi psikologi maupun cara pengobatan Rosulullah? 2). Bagaimana hasil dari terapi wudhu dalam menangani gangguan psikosomatis bagi penderita Gastritis di Sidoarjo baik dari segi psikologi maupun cara pengobatan Rasulullah?

Menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif, jenis penelitian studi kasus dengan analisis deskriptif komparatif. Dalam bab III peneliti mendeskripsikan permasalahan yang dialami konseli serta cara menanganinya, dan dalam bab IV peneliti mengkomparasikan kondisi konseli sebelum dan sesudah diberikan

Treatment. Dalam proses penanganan psikosomatis bagi penderita Gastritis pada remaja dengan menggunakan Terapi Wudhu yang terdiri dari beberapa langkah yakni tahap pertama (pengarahan oleh peneliti), tahap kedua (Pemberian contoh proses terapi wudhu), tahap ketiga (waktu, tempat, hari dan tanggal pelaksanaan dari terapi wudhu oleh konseli). Adapun informan penelitiannya adalah teman, orang tua atau keluarga konseli, dan konseli sendiri. teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data meliputi reduksi dan data, Display (penyajian data) dan verifikasi (pengambilan kesimpulan).

Hasil penelitian dari pelaksanaan terapi wudhu dapat di katakan berhasil, dilihat dari pengamatan peneliti pada saat sebelum dan sesudah proses konseling di lakukan, konseli sudah mulai menunjukkan perubahan seperti emosi konseli lebi stabil dan berkurangnya intensitas maag (gastritis), sehingga mampu menjalankan kegiatannya sehari-hari dengan lancar.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

F. Metode Penelitian... 12

1. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 12

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 13

3. Jenis dan Sumber Data ... 16

4. Tahap-tahap Penelitian ... 17

5. Tehnik Pengumpulan Data ... 18

6. Tehnik Analisis Data ... 25

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27

G. Sistematika Pembahasan ... 28

BAB II: TERAPI WUDHU DAN PSIKOSOMATIS A. Terapi Wudhu... 29

1. Pengertian Wudhu ... 29

2. Manfaat Wudhu ... 31

3. Terapi Wudhu... 35

a. Ketentuan sunnah wudhu ... 35

b. Ketentuan rukun wudhu ... 36

c. Ketentuan gerakan-gerakan wudhu ... 36

d. Praktek terapi wudhu... 41

1) Berniat ... 41

2) Mencuci telapak tangan... 43

3) Berkumur ... 45

4) Membersihkan kedua lubang hidung ... 47

5) Membasuh muka ... 48

6) Membasuh kedua tangan sampai siku ... 52

7) Menyeka rambut (sebagian kepala) ... 57

8) Menyapukan air ke telinga ... 60

9) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki ... 63

B. Psikosomatis ... 67


(8)

2. Faktor Adanya Gangguan Psikosomatis ... 68

a. Faktor biologis ... 68

b. Faktor psikologis ... 68

c. Faktor sosial ... 68

3. Gambaran Klinis ... 69

4. Gastritis ... 69

a. Pengertian gastritis ... 69

b. Penyebab gastritis... 71

c. Gejala gastritis ... 72

C. Implementasi Terapi Wudhu untuk Psikosomatis ... 74

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 80

1. Deskripsi lokasi penelitian ... 80

a. Sejarah kabupaten Sidoarjo ... 80

b. Letak geografis kabupaten Sidoarjo ... 82

c. Perekonomian kabupaten Sidoarjo ... 83

d. Slogan/Motto ... 84

2. Deskripsi konselor ... 84

3. Deskripsi konseli ... 85

B. Psikosomatis ... 87

1. Pengertian psikosomatis ... 87

2. Ciri-ciri gangguan psikosomatis ... 89

3. Sebab psikosomatis ... 90

4. Kondisi kepribadian konseli ... 91

5. Kondisi perekonomian keluarga ... 93

6. Kondisi lingkungan keluarga ... 94

7. Kondisi keagamaan konseli... 95

C. Wudhu dan Psikosomatis ... 97

1. Pengarahan oleh peneliti ... 97

2. Waktu, tempat, hari dan tanggal pelaksanaan dari terapi wudhu oleh konseli ... 100

3. Perubahan konseli ... 104

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Data Tentang Proses Terapi Wudhu dalam Menangani Gangguan Psikosomatis bagi Penderita Gastritis di Sidoarjo ... 107

1. Identifikasi... 108

2. Diagnosis ... 109

3. Prognosis ... 110

4. Treatment ... 111

a. Berniat ... 112

b. Mencuci telapak tangan... 112

c. Berkumur ... 113

d. Membersihkan kedua lubang hidung ... 113

e. Membasuh muka ... 113


(9)

g. Menyeka rambut (sebagian kepala) ... 115 h. Menyapukan air ketelinga ... 116 i. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki ... 116 B. Analisis Data Tentang Hasil Akhir Terapi Wudhu

dalam Menangani Gangguan Psikosomatis bagi

Penderita Gastritis di Sidoarjo ... 117

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 123 B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dianugrahi Allah akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Allah SWT menganugerahkan akal yang mana tergantung manusia sendiri bagaimana menggunakan, memanfaatkan akal tersebut karena dengan akal manusia dapat menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani masing-masing individu. Maka dari situlah akan tercipta kepribadian yang sehat dan baik karena pada dasarnya manusia itu baik, seperti pada ayat

Al-Qur‟an surat Al-Qolam: 4 yang berbunyi:

مْيظع قلخ ىلعل كَ ا

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung

Jika mempunyai kepribadian yang sehat maka jiwa juga akan sehat, karena dengan jiwa yang sehat seseorang mampu mengontrol emosinya sehingga secara tidak langsung manusia mampu menyesuaikan diri dan lingkungannya. Maka terciptalah tanggung jawab yang besar dalam diri setiap manusia dalam mewujudkan kehidupan yang tenang, bahagia,


(11)

2

bebas dari berbagai gangguan baik fisik maupun psikologi dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT.1

مْيلَسلا مْسجْلا يف مْيلَسلا لْقعْلا

“Akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat”

Kata-kata ini sudah sangat sering kita dengar, bahkan familiyar ditelinga kita. Disinilah peran kesehatan rohaniyah (jiwa) sangat penting dalam pekembangan jasmaniyah seseorang.

Pada zaman sekarang banyak sekali yang menjadi penyebab timbulnya penyakit jiwa maupun jasmaniyah (badan) terutama pada saluran pencernaan lambung. Banyak orang berfikir jika semua penyakit yang mereka rasakan ataupun yang mereka alami disebabkan oleh makanan maupun minuman bahkan bakteri dan sejenisnya, padahal tidak semua penyakit disebabkan seperti apa yang mereka fikirkan atau perkirakan.

Seperti yang dialami oleh kebanyakan wanita yang mengeluh lambungnya sakit secara tiba-tiba, sehingga menghilangkan selera makan bahkan mereka bisa mengalami muntah-muntah yang disebabkan masalah pada lambungnya tersebut. Mereka beranggapan timbulnya sakit pada lambung disebabkan adanya masalah dalam lambungnya, padahal tidak

1

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hlm.58.


(12)

3

semua penyakit lambung disebabkan karena kondisi tubuh yang mengalami kelainan akan tetapi bisa disebabkan adanya gangguan emosi yang berlebihan.

Emosi yang berlebihan bisa menyebabkan sakit pada lambung. Sering kali kita terjebak dengan emosi yang meluap-luap, bahkan kita kurang mampu mengontrol emosi yang sedang keluar. Sehingga sakit itu akan tumbuh dan bahkan bisa menjadi semakin parah, padahal ketika diperiksakan ke dokter tidak ada gejala-gejala yang menunjukkan tubuh kita mengalami masalah.2

Menurut pandangan psikologi sakit yang diderita oleh setiap manusia itu memiliki 2 jenis:3

1. Sakit hati

Sakit hati merupakan sakit yang banyak dimiliki oleh orang-orang yang belum bisa mengendalikan dirinya, dan mereka jauh dari sang pencipta. Seperti: Penyakit kebimbangan dan keraguan yang dirasakan oleh orang-orang munafik (mereka bimbang dan ragu dengan firman yang Allah SWT turunkan berupa Al-Qur‟an dan Hadits),

penyakit syahwat (hawa nafsu) yang banyak dimiliki oleh manusia sehingga tergantung manusia sendiri yang bisa

2

Fahmi. Musthafa, Kesehatan Jiwa Dalam Keluara, Sekolah Dan Masyarakat Jilid II. (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), Hlm.64.

3

Aliah B Purwakania, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Hlm.82.


(13)

4

mengendalikan (nafsu ingin selalu makan untuk memenuhi kebutuhan perut mereka)

2. Sakit fisik/badan

Allah SWT menerangkan dalam Al-Qur‟an bahwa setiap manusia memiliki penyakit fisik yang berbeda penyebabnya. Secara umum, tubuh dibagi akan 3 keadaan yaitu: Kondisi normal, dimana tubuh dalam keadaan sehat tanpa kurang apapun seperti yang memiliki badan yang lengkap tanpa ada cacat apapun. Kondisi diluar batasan normal, dimana tubuhnya mengalami kondisi yang tidak sehat adanya kekurangan dalam tubuhnya, seperti anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan dalam diri mereka, akan tetapi dibalik keterbatasan mereka terdapat kelebihan yang mereka miliki. Kondisi pertengahan, yang mana kondisi tubuh berada pada kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan akan tetapi psikis mengalami kondisi yang baik-baik saja. Seperti pada gangguan psikosomatis, yang mana faktor penyebabnya adalah gangguan fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikis.

Seseorang yang memiliki gangguan pada anggota badannya pasti akan merasakan ketidak nyamanan dalam dirinya. Ketika beraktifitas kegelisahan, ketakutan itu selalu menghantui jika dengan tiba-tiba kambuh dan mengganggu


(14)

5

kegiatannya. Seperti yang dialami subjek, ketika penyakit itu kambuh dia hanya bisa terdiam dirumah tanpa adanya aktivitas apapun. Sehingga itu sangat bertolak belakang dengan sifat dirinya. Ketika dalam benaknya muncul bahwa dia selalu menjaga kesehatannya, sudah makan dengan teratur, mengurangi makan-makanan yang dilarang oleh dokter, akan tetapi penyakit itu masih saja kambuh dan menggerogoti dirinya.

Pembahasan mengenai psikosomatis yang merupakan gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan psikis. Salah satunya yakni gastritis (Maag). Gastritis merupakan gangguan yang muncul secara tiba-tiba, gangguan ini berproses dan perlu waktu. Biasanya karena disebabkan makanan dan minuman sehingga dapat memunculkan gangguan gastritis. Jika gastritis ini dibiarkan akan menimbulkan Typus. Typus merupakan peradangan pada bagian usus halus. Typus juga menjadi rangkain dari gangguan gastritis, karena typus disebabkan oleh makanan dan minuman. Jika typus ini tidak mendapatkan penanganan cepat makan akan menyebabkan Liver. Liver merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, liver juga disebakan oleh makanan dan minuman yang kurang sehat. 4

4

Hery Soeryoko, 20 Tanaman Obat Terbaik Untuk Maag, Typus, dan Liver, (Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013), Hlm.5-23.


(15)

6

Psikosomatis sedikit demi sedikit dapat dinetralisir menggunakan terapi wudhu, karena pada dasarnya wudhu memiliki 3 mekanisme yang sangat bermanfaat dalam menurunkan tingkat psikosomatis seseorang, diantaranya adalah: Pertama, Mensucikan (bersih dan jauh dari najis yang benar-benar dihindari ketika beribadah, baik yang terlihat oleh mata maupun tidak terlihat). Kedua, Membersihkan (menjaga kebersihan tubuh, membersihkan kulit badan dari kotoran, melepaskan dan melarutkannya dengan air). Ketiga, Menyegarkan (wudhu membuat kesejukan bagi tubuh, karena mengandung oksigen yang membantu pemenuhan kulit akan oksigen baru, sehingga kulit cerah, segar dan sehat).

Disinilah akan dibahas lebih lanjut mengenai gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis menggunakan terapi wudhu. Terapi wudhu merupakan pengobatan yang bisa kita temukan dan menjadi rutinitas dalam keseharian umat muslim berdasarkan perintah dan anjuran Rosulullah, seperti yang disabdakan oleh beliau:

لزْ ا َاا ًءاد ْلزْ ي ْمل ََ َ ا

ْ م هل ج ه لع ْ م ه لع ،ًءافش هل

هل ج

Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla tidaklah menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)


(16)

7

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, peneliti mencoba untuk mengingatkan kepada seluruh umat manusia terutama konseli dan penelliti bahwa sesungguhnya tidak ada obat yang lebih bagus dan baik kecuali obat yang telah diturunkan oleh Allah kepada seluruh umat manusia, yang belum banyak diketahui sebelumnya. Maka dari sinilah peneliti meyakinkan kepada konseli bahwa penyakit atau gangguan yang sekarang dialami pasti ada cara untuk menyembuhkannya, meskipun konseli sudah sering memeriksakan ke pihak yang ahli seperti dokter akan tetapi tidak menemukan solusinya. Inilah kenapa peneliti selalu berusaha untuk meyakinkan konseli akan adanya obat yang Allah SWT berikan dari penyakit yang juga Allah SWT berikan, dengan seizin Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana terapi wudhu menangani gangguan psikosomatis bagi penderita Gastritis di Sidoarjo baik dari segi psikologi maupun cara pengobatan Rosulullah?

2. Bagaimana hasil dari terapi wudhu dalam menangani gangguan psikosomatis bagi penderita Gastritis di Sidoarjo baik dari segi psikologi maupun cara pengobatan Rasulullah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penanganan gangguan psikosomatis bagi penderita Gastritis di Sidoarjo dengan memakai terapi


(17)

8

wudhu, baik dari segi psikologi maupun cara pengobatan Rosulullah

2. Mengetahui hasil dari terapi wudhu dalam menangani gangguan psikosomatis bagi penderita Gastritis di Sidoarjo baik dari segi psikologi maupun cara pengobatan Rasulullah

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khazanah keilmuan dan diharapkan menjadi pengembangan penelitian selanjutnya. Khususnya bagi jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang sangat memiliki peran penting dalam menangani masalah seperti ini (Psikosomatis) atau menemukan klien yang mengeluhkan tanda-tanda akan adanya psikosomatis pada dirinya.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman kepada siapapun, khususnya bagi wanita yang sering kali mengalami gangguan seperti ini. Sehingga dengan penelitian ini mampu menjadi pengetahuan bagi siapapun baik dirinya sendiri, maupun orang disekitar yang memiliki gangguan psikosomatis yang memerlukan penanganan secara cepat.


(18)

9

E. Definisi Konsep

Pembahasan dalam penelitian kali ini peneliti menjelaskan mengenai beberapa konsep yang digunakan dalam

penelitian yang berjudul “Terapi Wudhu Dalam Menangani Gangguan Psikosomatis Bagi Penderita Gastritis Di Sidoarjo”

sehingga memberikan pemahaman bagi pembacanya. Konsep yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Terapi Wudhu

Kata wudhu berasal dari kata Wadha’ yang

mempunyai arti “kebersihan”, sedangkan dalam terminologi

hukum Islam wudhu berarti membersihkan beberapa bagian tubuh sebelum mengerjakan ibadah sholat.

Wudhu termasuk kunci bagi kekhusyukan dalam sholat. Allah SWT sangat memperhatikan wudhu hambanya demi kesucian dan kekhusyukan dalam sholat. Kekhusyukan tersebut mampu menjadi terapi yang baik dalam berbagai hal. Wudhu juga sebagai pembersih jiwa, yang mana wudhu sebagai alat dalam perontokan dosa dalam diri kita.5

Wudhu mempunyai 3 mekanisme diantaranya adalah: Pertama, Mensucikan (bersih dan jauh dari najis yang benar-benar dihindari ketika beribadah, baik yang terlihat oleh mata mupun tidak terlihat). Kedua,

5

Haryanto, Salat Dalam Perspektif Sufi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Hlm.224-225.


(19)

10

Membersihkan (menjaga kebersihan tubuh, membersihkan kulit badan dari kotoran, melepaskan dan melarutkan dengan air). Ketiga, Menyegarkan (wudhu memberikan kesejukan bagi tubuh, karena mengandung oksigen yang membantu pemenuhan kulit akan oksigen baru, sehingga kulit cerah, segar dan sehat).

Terapi wudhu adalah wudhu yang gerakannya mengikuti gerakan-gerakan wudhu serta sesuai dengan syarat-syarat ketentuan rukun, sunnah dan memenuhi ketentuan terapautik. Ketentuan terapautik disini adalah tidak hanya sekedar mencelup atau membasahi, akan tetapi juga menggosok dengan menekannya tanpa meninggalkan ketentuan sunnah, rukun dan gerakan-gerakan wudhu. Semua ini sangat bermanfaat merefleksi syaraf-syaraf yang sangat berperan aktif bagi seluruh anggota tubuh, pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia berada disebelah dahi, tangan dan kaki.

Gerakan-gerakan dari setiap praktik wudhu adalah sebagai berikut: mencuci tangan sampai pergelangan, berkumur, membersihkan hidung, membasuh muka,


(20)

11

membasuh lengan bawah, menyeka rambut, membersihkan telinga.6

2. Psikosomatis

Psikosomatis pertama kali ditemukan oleh Johann Christian Heinroth tahun 1818. Psikosomatis merupakan gabungan dari 2 kata yakni Psyce (Interaksi Jiwa) dan Soma

(Tubuh) yang dapat disimpulkan bahwa psikosomatis adalah suatu gangguan atau penyakit yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis.7

3. Gastritis

Gastritis berasal dari bahasa Belanda yang berarti Maag. Dalam bahasa Indonesia maag berarti lambung. Akan tetapi dalam dunia medis gastritis disebut sebagai penyakit maag atau peradangan lambung.

Gangguan ini dapat menyerang semua orang dari berbagai jenis usia, tidak memandang siapapun itu. Disisi lain beberapa dari mereka menyepelekan penyakit ini, hanya berfikir bisa disembuhkan hanya dengan minum obat lambung ataupun makan.8

Maag akan terasa sakit pada ulu hati, mual, mudah masuk angin, kepala pusing, bahkan insomnia yang

6

Lukman Hakim Saktiawan, Keajaiban Shalat Menurut Ilmu Kesehatan Cina, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Hlm.56-81.

7Ali Ma‟nis,

Pengobatan Cara Nabi, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), Hlm.47.

8

Nurheti Yuliarti, Maag-Kenali, Hindari, dan Obati, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2009), Hlm.1-8.


(21)

12

disebabkan oleh sttres. Ada yang merasakan rasa terbakar dilambung, kehilangan nafsu makan, berat badan juga bisa menurun.

Orang sedang terkena gastritis biasanya akan mengeluhkan jika perutnya sakit yang hebat dan tajam, bahkan bisa menjadikan penderitanya pingsan jika sudah terlalu sakit. Gangguan ini dapat menyebabkan sebagian orang tidak berdaya, karena jika dibiarkan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius lagi. Semua pekerjaan maupun aktivitas akan terganggu hanya karena penyakit ini.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian kali ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Disebut lapangan kualitatif karena data yang dikumpulkan berasal dari lapangan (hasil wawancara,dokumentasi, maupun observasi) dan bukan dari lapangan literature kepustakaan. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (perilaku, persepsi, motivasi maupun tindakan) secara holistik atau menyeluruh pada konteks alamiah


(22)

13

dengan cara deskripsi (data yang ditulis secara naratif) dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah yang ada.9

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Bimbingan Konseling Islam dimana pendekatan ini menganalisa masalah yang menjadi obyek penelitian didasarkan atau diperbandingkan dengan teori-teori maupun sudut pandang keilmuwan Bimbingan dan Konseling Islam.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Penelitian kali ini, sasaran yang diambil peneliti adalah sebagai berikut: Klien (yang menjadi subjek utama), Konselor (sekaligus sebagai peneliti), dan Informan.

a. Konseli (klien)

Menurut Imam Sayuti, klien adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan konseling. Klien juga termasuk manusia biasa yang mempunyai kekuatan, motivasi serta kemampuan untuk berubah, hanya saja ketika klien sedang menghadapi permasalahan membutuhkan bantuan dari orang lain yakni seorang konselor dalam memecahkan masalah yang sedang dia hadapi.10

9

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Hlm.3.

10

Anwar Sutoyo, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Semarang: CV Widya Karya, 2009), Hlm.208.


(23)

14

Model-model klien yang mendapat bimbingan Islam dari konselor adalah sebagai berikut:11

1) Klien beragama Islam atau non-Islam yang bersedia diberi bantuan melalui pendekatan yang menggunakan nilai-nilai Islam

2) Klien adalah individu yang sedang mengalami hambatan atau masalah untuk mendapatkan ketentraman serta kebahagiaan hidup

3) Pada dasarnya klien adalah baik, karena Allah SWT telah membekali setiap individu dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk pada aturan dan petunjuk Allah SWT Yang Maha Esa

4) Klien yang bermasalah pada hakikatnya orang yang membutuhkan bantuan untuk memfungsikan jasmani, qolb,„aql dan basyirohnya dalam mengendalikan dorongan hawa nafsu

b. Konselor

Konselor adalah orang yang sangat penting bagi klien, seorang konselor selalu berusaha menerima klien apa adanya dan bersedia sepenuh hati membantu klien

11


(24)

15

mengatasi masalahnya bahkan disaat dalam keadaan mendesak maupun dalam keadaan parah sekalipun.12

Dilihat dari segi konselor Islam yakni selain membantu klien menyelesaikan masalah kehidupan juga membawa klien kepada kehidupan yang diridhoi oleh Allah SWT. Sehingga seorang konselor diharapkan menjadi teladan bagi kliennya maka sudah tentu akan kehidupan konselor juga menjadi barometer bagi klien.13

Berikut ini akhlak mulia yang hendaknya dimiliki oleh konselor Islami:14

1) Berkomunikasi secara baik dalam melakukan terapi Islam

2) Kasih sayang (Rahman) adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap konselor.

3) Lemah lembut 4) Sabar

5) Tawadhu‟, sehingga menambah keakraban antara konselor dan klien

6) Toleransi dalam melakukan terapi Islam 7) Demokrasi dan terbuka

12

Aswadi, Iyadah Dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), Hlm.22.

13

Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Hlm.259.

14

Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Dan Konseli Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), Hlm.293.


(25)

16

8) Jujur, dimana seorang konselor hendaknya bersikap transparan (terbuka)

9) Dapat dipercaya

Lokasi yang diambil dalam penelitian adalah di Waru Sidoarjo. Peneliti memilih tempat ini karena peneliti menemukan adanya subjek yang memungkinkan mengalami gangguan seperti yang diinginkan oleh peneliti.

c. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang dari lokasi penelitian yang dianggap paling mengetahui dan bersedia untuk dijadikan sumber informasi, bersedia bekerja sama, mau diajak diskusi dan membahas hasil penelitian dan memberikan petunjuk kepada siapa saja.

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang diperoleh yang diperoleh oleh peneliti dari data primer dan data sekunder. Sumber data primernya yaitu dari konselor dan orang yang menjadi klien. Data ini berupa hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam. Sumber data sekundernya berupa buku atau dokumentasi lain yang berhubungan dalam proses Bimbingan dan Konseling Islam


(26)

17

4. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini, peneliti menggunakan 3 tahapan penelitian seperti yang ditulis oleh Kasiram dalam bukunnya

Metodologi Penelitian Kualitatif–Kuantitatif 3 tahapan tersebut adalah sebagai berikut:15

a. Pra-lapangan

Tahap dimana peneliti membuat dan menetapkan rencana apa saja yang dilakukan peneliti saat berada dilapangan. Ada 7 hal yang wajib dibuat oleh peneliti yakni sebagai berikut:

1) Menyusun rencana penelitian 2) Memilih lapangan penelitian 3) Mengurus perizinan penelitian

4) Menjejaki dan menilai keadaan lapangan (Ini agar peneliti tidak bertindak sewenang-wenang/sesuka hati)

5) Memilih dan memanfaatkan informan (Berguna dalam membantu proses penelitian)

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian 7) Persoalan etika penelitian

15

Moh, Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif–Kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), Hlm.89.


(27)

18

b. Pekerjaan lapangan

Tahap ini peneliti sudah harus terjun kelapangan dengan membawa bekal dari persiapan pra-lapangan. Hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

2) Memasuki lapangan (Disini trus/hubungan antara peneliti dan subjek penelitian sangat penting)

3) Berperan serta dalam pengumpulan data c. Tahap analisis data

Tahap akhir dari suatu penelitian yang mana peneliti mengumpulkan semua hasil data yang didapat selama berada dilapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam sebuah penelitian. Dalam teknik pengumpulan data peneliti diajarkan bagaimana cara memperoleh data yang ditetapkan.16

Penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting atau kondisi alamiah. Sumber data primer dan teknik pengumpulan data yang lebih banyak terletak pada

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hlm.224.


(28)

19

observasi partisipan, wawancara secara mendalam, dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang diguunakan pada penelitian ini yakni melalui observasi, wawancara, dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara merupakan pembicaraan yang dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peniliti memahami perspektif makna yang diwawancarai.

Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling berpendapat bahwa wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data tentang individu secara lisan dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation).17

Penelitian kualitatif wawancara dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1) Wawancara terstruktur

Jenis wawancara yang ini telah terdapat pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh penanya kepada informan dalam sebuah tulisan yang mana jawabannya juga telah disiapkan

.

17

Bimo Walgito, Bimbingan Dan Konseling (Studi Dan Karier), (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), Hlm.76.


(29)

20

2) Wawancara semistruktur

Pelaksanaan wawancara kali ini lebih independen, karena penanya lebih dapat menemukan suatu permasalahan dari informan secara terbuka dan mendalam. Akan tetapi penanya juga harus mencatat apa yang didapatnya sebagai Sumber informasi secara detail dan teliti.

3) Wawancara tak struktur

Jenis wawancara yang satu ini lebih mendalam untuk mengetahui informasi yang diungkapkan oleh responden, karena secara tidak sadar penanya telah mengorek permasalahan yang tengah dialami oleh responden tanpa menggunakan pertanyaan yang terstruktur. Oleh karena itu wawancara tak struktur mengambil sebuah informasi berdasarkan garis besarnya saja.

Teknik pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam, sebagai mana yang sudah dijelaskan diatas wawancara tidak mengunakan pertanyaan yang terstruktur akan tetapi pertanyaan itu mengalir dengan sendirinya karena secara tidak sadar penanya telah mengorek permasalahan yang dialami sumber data. Wawancara dilakukan dengan cara informan dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap mengarah.


(30)

21

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan metode pengamatan. Observasi merupakan pencatatan secara sistematis kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang dilakukan.

Observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti sehingga peneliti memperoleh data yang valid. Pengamatan yang satu ini mengandalkan indra mata dan telinga, dilakukan secara terlibat dan terkendali.

Mengklasifikasikan observasi menjadi 4, yaitu: 1) Observasi partisipatif

Observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, ikut merasakan suka dukanya sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan tajam.


(31)

22

Jenis observasi ini dibagi dalam 4, yaitu:

a) Partisipasi pasif, yaitu peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut serta dalam kegiatannya.

b) Partisipasi moderat, yaitu peneliti ikut serta dalam kegiatan orang yang diamatinya, tetapi tidak semuanya diikuti.

c) Partisipasi aktif, yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh orang yang diamatinya tetapi tidak sepenuhnya ikut melakukannya.

d) Partisipasi lengkap, yaitu peneliti sepenuhnya ikut serta terhadap apa yang dilakukan oleh sumber datanya, sehingga tidak tampak akan melakukan penelitian terhadap sumber datanya tersebut.

2) Observasi nonpartisipan

Observasi ini peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan orang yang diamatinya, peneliti hanya sebagai pengamat independen yang mana peneliti mengamati sumber datanya dari kejauhan.


(32)

23

3) Observasi terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation)

Observasi ini peneliti secara terus terang menyatakan kepada sumber datanya bahwa dia sedang melakukan penelitian.

4) Observasi tak terstruktur (unstructured observation)

Observasi tak terstruktur yakni observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati.

Penjelasan diatas, maka peneliti berkedudukan sebagai

partisipan observer pasif, yakni peneliti ikut datang ditempat kegiatan sumber data tetapi tidak ikut serta dalam kegiatan yang sumber data lakukan setiap hari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam sebuah penelitian merupakan unsur yang sangat penting, bahkan bisa menjadi wajib dalam penyampaian laporan. Dokumentasi ini bisa disajikan dalam bentuk media cetak hingga elektronik. Dokumentasi adalah teknik pengumpalan data yang berupa sumber data tertulis (yang berbentuk tulisan).

Sifat utama dari data tersebut yaitu tak terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk


(33)

24

mengetahui hal-hal yang telah berlalu atau hal-hal dimasa silam.18

Dokumenter terbagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1) Autobiografi

2) Surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial 3) Kliping

4) Dokumen pemerintah maupun swasta 5) Cerita roman dan cerita rakyat

6) Film, mikrofilm, foto, dan lain sebagainya

Dokumenter memiliki 2 bagian yang dibedakan berdasarkan jenis pembagian secara spesifik, diantaranya adalah:

1) Dokumen pribadi

Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan autobiografi.

a) Buku harian

Kesukaran peneliti untuk mencari buku harian adalah biasanya pemiliknya cenderung tidak mau memperlihatkannya kepada orang lain karena buku harian dianggap sebagai hal-hal yang berisi tentang

18

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), Hlm.152.


(34)

25

suatu yang bersifat pribadi atau rahasia sehingga pemiliknya merasa malu jika buku hariannya dilihat oleh orang lain.

b) Surat pribadi

Surat pribadi merupakan surat yang dimiliki seseorang antara pemiliknya dengan keluarganya. c) Autobiografi

Autobiografi biasanya dibuat oleh orang-orang dikalangan tertentu seperti pendidik terkenal, pemimpin masyarakat, para ahli, bahkan orang biasa pun juga membuat autobiografi

2) Dokumen resmi

Dokumen resmi dibagi menjadi 2, yakni dokumen intern dan ekstern. Dokumen intern berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk kepentingan pribadi seperti risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor.19

6. Teknik Analisis Data

Peneliti disini dalam pengambilan data menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi, selain itu peneliti juga ikut berpartisapasi dalam kegiatan responden. Peneliti dalam mengambil analisis data menggunakan alat perekam, pedoman

19


(35)

26

wawancara serta lembar observasi yang berisi tentang hasil observasi, ini semua peneliti lakukan agar data yang didapatkan benar-benar valid dan reliabel.

Peneliti juga mengobservasi responden, agar kebenaran data yang didapatkan dan kejadian dilapangan dapat diketahui dengan jelas kebenarannya. Hal ini dilakukan agar penelitiannya mendapatkan keberhasilan yang memuaskan sesuai dengan keinginan peneliti. Peneliti dalam analisis data ini, mendapatkan berbagai sumber dan jenis data, data primier dan data sekunder.

Data primer berperan sebagai data pokok atau utama data responden sedangkan data sekunder sebagai data pelengkapnya. Tujuan peneliti adalah agar mendapatkan informasi dan sunber data serta jenis data yang teruji kebenarannya. Setelah pemeliti mendapatkan kedua sumber data tersebut, kemudian mencocokkan data yang didapatkan dari responden dengan lapangan.

Peneliti dalam mencari kebenaran data tersebut, dia ikut datang ditempat kegiatan subjek dalam kehidupan sehari-harinya tetapi tidak ikut serta dalam kegiatannya. Namun peneliti mengusahakan dengan semaksimal mungkin demi mencari kebenaran data yang telah didapatkannya dan menusahakan agar penelitiannya berhasil dengan hasil yang sangat memuaskan serta berguna bagi kehidupan subjek tersebut.


(36)

27

7. Teknik Keabsahan Data

Peneliti dalam memeriksa keabsahan data menggunakan berbagai macam cara dan teknik kredibilitas penelitian kualitatif, diantaranya adalah:

a. Peneliti mencatat bebas hal penting serinci mungkin dari data yang diperoleh dilapangan, baik itu dari hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi.

b. Peneliti juga melakukan observasi dengan cara peneliti kembali terjun ketempat kegiatan yang subjek lakukan, karena dengan keikutsertaan kembali peneliti dilapangan akan menambah kredibilitas dari data yang dimiliki peneliti.

c. Peneliti mendokumentasi secara lengkap kejadian atau hasil dari wawancara, observasi maupun dokumentasi.

d. Lalu peneliti mempelajari dan membandingkan dari keseluruhan hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi dengan kondisi lapangan.

e. Menyertakan informan lain sebagai cara agar jika terjadi kesalahan maupun kekeliruan yang tanpa disadari oleh peneliti informan dapat memberikan kritik maupun saran.

f. Langkah terakhir peniliti tidak bosan melakukan pengecekan ulang semua data yang didapat peneliti agar terwujudnya data yang valid.


(37)

28

g. Data yang didapat telah terbukti kebenarannya, peneliti menganalisis data menggunakan analisis data deskriptif yang menjabarkan keseluruhan data menginterpretasikannya agar memudahkan orang lain untuk membaca serta memahami maksudnya.

G. Sistematika Pembahasan

BAB I: PENDAHULUAN

Pada BAB ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB ini akan membahas mengenai Terapi wudhu Dan Psikosomatis, dan Implementasi Terapi Wudhu Untuk Psikosomatis.

BAB III: PENYAJIAN DATA

Pada BAB ini terdiri dari Deskripsi Umum Objek Penelitian dan Deskripsi Hasil Penelitian.

BAB IV: ANALISIS DATA

Pada BAB ini akan membahas mengenai penganalisis data yang telah diperoleh dari hasil penelitian.

BAB V: PENUTUP


(38)

29

BAB II

TERAPI WUDHU DAN PSIKOSOMATIS

A. Terapi Wudhu

1. Pengertian wudhu

Kata wudhu berasal dari kata Wadha’ yang berarti

Kebersihan”, sedangkan menurut terminologi hukum Islam wudhu berarti membersihkan beberapa bagian tubuh sebelum mengerjakan ibadah sholat. Wudhu merupakan cara untuk membersihkan jiwa. Secara bahasa wudhu diambil dari kata Al-Wadholah yang maknanya adalah An-Nadhofah (kebersihan) dan

Al-Husnu (baik).

Wudhu menurut syar‟i (terminologi) adalah wudhu sebagai alat perontokan dosa dalam diri manusia pada anggota tubuh yang empat (yaitu: wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki) dengan

cara khusus menurut syari‟at, namun jika wudhu menggunakan air

yang tohur (suci dan mensucikan).1

Wudhu atau bersuci dari hadas (kotoran batin) wajib dilakukan ketika hendak melakukan shalat, thawaf (mengelilingi

ka‟bah) dan menyentuh kitab suci Al-Qur‟an. Selain waktu-waktu

yang wajib untuk berwudhu, dianjurkan pula berwudhu sebelum berdzikir, menjelang tidur (termasuk bagi yang sedang junub ataupun haid bagi wanita), dan sebelum mandi wajib. Dianjurkan

1 Abu „Abdil Muhsdin As-Soronji, Kemudahan Didalam Sifat Wudhu’ Nabi

, (Madinah: Maktabah Ummu Salma al-Alsariyah, 2007), Hlm.1-35


(39)

30

untuk refhesing (tajdid) wudhu yaitu pengulangan wudhu atau wudhu kembali walaupun masih dalam keadaan suci, sehingga refhesing wudhu hanya bersifat penyegaran menjeleng shalat serta menambah pahala. Lebih baik mengambil air wudhu sebelum berhias, memasak, berkendara, menemui tamu dan semua kegiatan yang baik. Terutama bagi pelajar yang sedang dalam proses pembelajaran.2

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam berwudhu maka dianjurkan untuk bertayammum, yaitu mengusapkan debu pada muka dan dua tangan untuk tujuan bersuci sebagai ganti wudhu atau mandi.

لك ى ع جا طخلا اذه ل ثتما نا ى ع ن م سملا فتإ هن ف

تق لخد اذا ةَصلا هتمزل نم

جت نم ما ه ع مجإا ما ،

ما .ع مجإلا نس ب ب ث ضيا لذ لق علا غل بلا ف هي ع

:ركذف،ثَث نع لا عفر". َسلا ةَصلا هي ع هل ف نسلا

يبصلا

"قيفي ىتح ن نجملا ، تحي ىتح

3

.

Wudhu pada hakikatnya adalah membersihkan diri dari

“kotoran-kotoran” yang melekat pada diri seseorang. Perintah

2

Moh. Ali Aziz, Sukses Belajar Melalui Terapi Shalat, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2016), Hlm..10-11.

3

Ibnu, Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, (Surabaya: Al-Hidayah, 595), Hlm.50.


(40)

31

untuk berwudhu difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6:

اَ يَاَي

َ ْيِ هلا

نَ آ

آ ْو

اَ ِا

ْم ْ ق

َلِا

ِةوَ ه لا

آ ْو ِسْغاَف

ْم َ ْو ج و

ْم َيِ ْيَا َو

َلِا

ِقِفا َرَ ْلا

ا ْو حَسْ ا َو

ْم ِس رِ

ْم َ ج ْرَا َو

َلِا

ِ ْيَ ْعَ ْلا

ْ ِا َو

ْم ْن ك

اً ن ج

ا ْو ره ه اَف

ْ ِا َو

ْم ْن ك

يَ ْرَ

ْوَا

َ َع

رَفَس

ْوَ

َء َج

َحَا

ْم ْنِ

َ ِ

ِ ِئ َغْلا

ْوَا

م ْسَ َل

َء َسِ نلا

ْمَ َف

ا ْو ِجَ

َء َ

ا ْو ه َيَ َف

اً ْيِعَص

اً ِ يَ

ا ْو حَسْ اَف

ْم ِ ْو ج وِ

ْم َيِ ْيَا َو

ْنِ

اَ

ْي ِر ي

ل

َ َعْجَيِل

ْم ْيَ َع

ْ ِ

َرَح

ْ ِ َل َو

ْي ِر ي

ْم ك َرِ َ يِل

همِ يِل َو

َ َ ْعِ

ْم ْيَ َع

ْم ه َعَل

ْ َ ْو ر ْشَ

Artinya: “Hay orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu dalam keadaan junub (wajib mandi besar) maka hendaklah kamu mandi dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh wanita, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

2. Manfaat wudhu

Hikmah wudhu begitu banyak sekali jika dikembangkan lebih dalam, begitu pula dengan kesibukan manusia didunia yang begitu menguras waktu dan emosi. Seseorang yang meluangkan waktu untuk berwudhu akan membantunya meninggalkan fikiran-fikiran yang menguras emosi, waktu serta kesibukan yang mengurus urusan duniawi. Wudhu memberikan waktu untuk


(41)

32

memulai kembali fikiran jernih dan konsentrasi yang lain (seperti sholat). Keutamaan wudhu adalah sebagai berikut:

a. Allah SWT mencintai orang-orang yang bersih

b. Sesungguhnya gurrah dan tahjil (cahaya akibat wudhu yang nampak pada wajah, kaki dan tangan) merupakan alamat/tanda khusus bagi umat Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat kelak.

c. Wudhu dapat menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan

d. Wudhu mampu mengangkat derajat seseorang

Wudhu memiliki makna begitu besar bagi umat manusia. Selain memiliki makna yang begitu besar, wudhu juga memiliki manfaat yang tidak kalah besar juga, yaitu:

a. Wudhu itu menyucikan

Syarat sah sholat adalah kesucian tubuh dari hadas, baik hadas besar maupun kecil. Hadas besar disucikan dengan

mandi wajib, sedangkan hadas kecil disucikan dengan istinja‟

dan ritual bersuci yang wajib dikerjakan sebelum sholat yakni wudhu.

Wudhu diharapkan dapat menyucikan diri dari berbagai hadas, kotoran-kotoran, maupun perbuatan yang mengganggu diri seseorang, menyucikan rohani (moral agama), serta menyucikan batin.


(42)

33

b. Wudhu itu membersihkan

Keseluruhan rangkaian wudhu mencerminkan pendidikan kebersihan. Segitu berartinya hingga ada sebuah semboyan:

ِ اَ ْيِإا َ ِ ةَفاَظهنلاَا

“Kebersihan adalah sebagian dari iman”.

Kebersihan yang dimaksudkan adalah kesucian dalam kehidupan sehari-hari baik kesucian lahir (kesehatan tubuh) maupun kesucian rohani (moral agama). Siklus kehidupan tercakup semua dalam makna gerakan wudhu mulai dari niat dan diakhiri dengan mencuci kaki. Setiap kali berwudhu, kotoran-kotoran yang bersarang dibagian tubuh akan tersapu bersih sehingga bebas dari segala kotoran dan bibit-bibit penyakit.

Air yang meresap melalui pori-pori kulit tubuh akan membantu membersihkan bagian-bagian luar maupun dalam kulit dari kotoran, melepaskannya, dan melarutkannya. Wudhu tidak hanya membersihkan panca indra yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari saja, akan terapi kelima panca indra, yakni: perasa atau peraba (kulit), pengecap (rongga mulut), pencium (rongga hidung), penglihat (mata), dan pendengar (telinga).


(43)

34

c. Wudhu itu menyegarkan

Wudhu juga meresap molekul-molekul air yang bersinggungan langsung dengan bagian-bagian tertentu, juga memiliki banyak titik syaraf yang berhubungan langsung dengan organ-organ internal tubuh manusia (contohnya kulit kepala). Sehingga menyebabkan badan segar kembali karena sifat air yang menimbulkan kesejukan. Ion-ion molekul air yang mengandung oksigen membantu pemenuhan kebutuhan kulit akan oksigen baru, sehingga kulit menjadi cerah, segar dan sehat.

Prof. Dr. Jamieson, seorang pakar kesehatan dari Jerman mengatakan bahwa mencuci badan dan mandi sangat menguntungkan bukan hanya membersihkan tetapi juga menguatkan kulit dan menyegarkan badan serta merangsang alat-alat pencernaan dalam pertukaran-pertukaran zat.4

Sehingga dengan sempurnanya wudhu seseorang akan mencerminkan sikap hidup manusia muslim. Ada 3 unsur pokok yang harus dipelihara untuk mewujudkan pribadi muslim sejati melalui berwudhu, diantaranya adalah: memelihara kesehatan jasmani, memelihara pikiran (akal), serta memelihara moral (akhlak).

4

Hembing Wijayakusuma, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan Dan Kesehatan, (Bandung: Pustaka Kertini, 1997), Hlm.33-70.


(44)

35

3. Terapi wudhu

Wudhu jika dilakukan dengan baik dan benar dapat dijadikan sebagai sebuah terapi bagi siapapun, serta bagi berbagai keluhan termasuk bagi yang mengalami psikosomatis. Terapi wudhu yang dimaksutkan adalah terapi wudhu yang gerakannya mengikuti gerakan-gerakan wudhu serta sesuai dengan syarat-syarat ketentuan rukun, sunnah dan memenuhi ketentuan terapautik.

Ketentuan terapautik disini tidak hanya sekedar mencelup atau membasahi, akan tetapi juga menggosok dengan menekan secara halus tanpa meninggalkan ketentuan sunnah, rukun dan gerakan-gerakan wudhu.

a. Ketentuan sunnah wudhu adalah sebagai berikut: 1) Membaca basmallah

2) Mencuci telapak tangan 3) Berkumur

4) Membersihkan kedua lubang hidung

5) Mendahulukan anggota yang kanan dari pada kiri 6) Menyapukan air ke telinga

7) Membasuh 3 kali

8) Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki 9) Membaca doa sesudah berwudhu


(45)

36

b. Ketentuan rukun wudhu adalah sebagai berikut:

1) Niat dibaca didalam hati, dan sunnah jika melafadzkannya. 2) Membasuh muka

3) Membasuh kedua tangan sampai siku 4) Menyeka rambut (sebagian kepala) 5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki 6) Tertib (Berurutan)

c. Ketentuan gerakan-gerakan wudhu adalah sebagai berikut:5 1) Berniat

Niat dibaca didalam hati, dan sunnah jika melafadzakannya.

2) Mencuci telapak tangan

Mencuci telapak tangan sambil menyela-nyela jari tangan

5 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, (Surabaya:


(46)

37

3) Berkumur

Memasukkan air ke mulut. Kemudian memutarkan air didalam mulut hingga merata kesemua rongga mulut dan dilakukan 3x.

4) Membersihkan kedua lubang hidung

Membersihkan kedua lubang hidung dilakukan sebanyak 3x dengan cara memasukkan air ke lubang hidung kemudian isaplah air agak dalam lalu keluarkan. 5) Membasuh muka

Membasuh muka dilakukan sebanyak 3x secara merata sampai batas muka. Urutannya membasuh antara kedua telinga kanan dan kiri serta dari tempat tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu.


(47)

38

6) Membasuh kedua tangan sampai siku

Membasuh kedua tangan sampai siku dilakukan sebanyak 3x, dengan mendahulukan tangan kanan dari tangan kiri, dimulai dari membasuh pergelangan tangan kanan sampai ke ujung siku.

7) Menyeka rambut (sebagian kepala)

Menyeka rambut (sebagian kepala) dilakukan 3x, dengan sekurang-kurangnya disapukan air pada sebagian rambut akan tetapi lebih sempurna jika menyapu seluruh kepala sehingga seluruh kulit kepala terkena air.


(48)

39

8) Menyapukan air ke telinga

Menyapukan air ke telinga dilakukan sebanyak 3x, dengan cara menempatkan jari telunjuk di lubang telinga dengan ibu jari disebelah luar telinga, sehingga membasuh telinga secara menyeluruh dari bagian dalam luar maupun belakang telinga.

9) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

Membasuh kedua kaki sampai mata kaki dan didahului dari kaki kanan kemudian kaki kiri, dilakukan berulang 3 kali. Peneliti sekaligus dokter spesialis penyakit dalam dan penyakit jantung di London, yakni Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim mengatakan bahwa para pakar kedokteran telah sampai kepada sebuah kesimpulan dengan pencelupan anggota tubuh kedalam air akan mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan pada syaraf dan otot, menormalkan detak jantuk, kecemasan dan insomnia (susah tidur). Para pakar syaraf (neurologis) telah membuktikan bahwa dengan air wudhu yang


(49)

40

dapat mendinginkan ujung-ujung syaraf jari tangan dan jari-jari kaki sehingga berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran dan menjadikan rileks.6

Wudhu merupakan salah satu metode relaksasi yang sangat mudah dilakukan setiap hari, bahkan sebagai rutinitas sebagai umat muslim. Pada hakikatnya wudhu tidak hanya sebagai suatu pembersihan diri saja akan tetapi juga memberikan terapi yang luar biasa bagi ketenangan jiwa. Percikan air wudhu yang mengenai beberapa anggota tubuh menciptakan rasa damai dan tentram. Sehingga dengan sendirinya pikiran akan tunduk dengan rasa damai tersebut. 7

Leopold Wemer Von Enrenfels (seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria), menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam berwudhu, bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia berada disebelah dahi, tangan dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar, sehingga dengan senantiasa membasuh air segar kepusat-pusat syaraf tersebut berarti senantiasa menjaga dan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat syaraf. 8

6Mey Rinawati, “Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur Terhadap Kejadian Insomnia

Pada Usia Lanjut Di Dusun Tilaman Wukirsari Imogiri Bantul Yogyakarta” (Skripsi,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta, 2012), Hlm.2.

7

M. Akrom, Terapi Wudhu Sempurna Sholat, Bersihkan Penyakit, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2010), Hlm.3.

8 Lela Lukmawati, “Ketenangan: Makna Dawamul Wudhu” (Skripsi, Prodi Psikologi

Islam Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2015), Hlm.56.


(50)

41

Penelitian Mokhtar Salem menemukan bahwa wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker kulit ini lebih disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan meresap kepori-pori kulit. Sehingga dengan berwudhu akan membersihkan bahan kimia dan dilarutkan oleh air. Selain itu dengan wudhu juga menyebabkan seseorang awet muda karena air yang membasuh wajah ketika berwudhu akan dapat meremajakan sel-sel kulit wajah dan membantu mencegah timbulnya kriput.9

d. Praktek wudhu yang dapat digunakan dalam melakukan terapi wudhu adalah sebagai berikut:10

1) Berniat

Niat dalam berwudhu hukumnya wajib. Niat tempatnya dihati dan melafadzkan niat adalah bid‟ah. Dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah SWT, wudhu dapat menghilangkan pikiran-pikiran buruk manusia dan diganti dengan pikiran-pikiran yang positif dan baik sehingga menjadi tenang dan khidmat.

Disyari‟atkan sebelum berwudhu untuk membaca basmalah terlebih dahulu, sebagai awal pembuka dari pelaksanaan wudhu.

مْي ِح هرلا ِ ْحهرلا ِ هَ ِمْسِ

9

Syarif Hidayatullah, Dahsyatnya Ibadah-Ibadah Siang Hari, (Yogyakarta: Diva Press, 2014), Hlm.56.

10

Lukman Hakim Saktiawan, Keajaiban Shalat Menurut Ilmu Kesehatan Cina, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Hlm.53-193.


(51)

42

Niat dalam berwudhu adalah sebagai berikut:

يَلاَعَ ِ ه ِّ َ ْرَف ِرَغْصَأا ِ َ َحْلا ِعْفَرِل َء ْو وْلا ْي َوَ

“Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardhu karena Allah ta’ala”

Dianjurkan untuk membaca do‟a setelah membaca niat, karena ketika berwudhu syetan masih berkeliaran disekitar dan mengikuti disetiap langkah, dengan membaca

do‟a berarti memohon kepada Allah SWT agar tidak mendapatkan godaan dari syetan sehingga selama berwudhu hati dan pikiran tetap tertuju kepada Allah SWT. Doa yang dibaca adalah sebagai berikut:11

هشلا ِ َزَ َ ْ ِ َ ِ ْو عَا ِ َر ،ِمْي ِحهرلا ِ ْحهرلا ِ هَ ِمْسِ

ِ ْيِ اَي

َ ْو ر ْحَي ْ َا ِ َر َ ِ ْو عَا َو

11


(52)

43

Inti niat dalam berwudhu ini, supaya seseorang yang sedang menghadap Allah SWT akan merasakan bahwa dia sedang berkomunikasi dengan Allah SWT dengan khusyuk dan khidmat dihadapan sang pencipta.

2) Mencuci telapak tangan

Mencuci telapak tangan merupakan sunnah wudhu. Ketika menghadap sang khaliq, alangkah baiknya untuk mensucikan telapak tangan dari kotoran-kotoran yang melekat disela-sela telapak tangan. Setiap kali mencuci telapak tangan ketika akan berwudhu 5x dalam sehari maka dalam 5 kali itu pula kotoran yang menempel disela-sela telapak tangan akan terhapus oleh air yang bersih.

Alangkah baiknya disela-sela mencuci telapak tangan, hati diajak membaca do‟a, sehingga ketika mencuci telapak tangan hati juga ikut berdo‟a memohon kepada Allah SWT. Doa yang dibaca adalah sebagai berikut:12

ةَ َ َ ْلا َو ِم ْو شلا َ ِ َ ِ ْو عَا َو َةَكَرَ ْلا َو َ ْ يْلا َ َ ْسَا ْ ِ ِا هم ه لَا

Makna yang terkandung dalam membasuh telapak tangan adalah mensucikan telapak tangan dari segala

perbuatan “jahil” yang mungkin pernah dilakukan dan yang

akan dilakukan. Selain itu akan terhindar dari kejahatan yang pernah dilakukan oleh tangan. Jika diibaratkan dengan

12


(53)

44

instalasi listrik, maka pada lapisan-lapisan diseputar kulit telapak tangan ibarat sakelar yang ditekan untuk menyalakan lampu.

Gambar 2.1 Diambil dari Google.com

Melalui gambar tersebut, terlihat jelas simpul-simpul titik syaraf yang menyebar rata dikedua telapak tangan dan memberikan pengetahuan bahwa pentingnya mencuci telapak tangan dan menggosok-gosoknya tanpa harus meninggalkan ketentuan gerakan-gerakan wudhu. Ketika berwudhu, alangkah baiknya tidak hanya sekedar mencelup atau membasahi kedua telapak tangan, akan tetapi juga menggosok-gosoknya dan menekannya dengan halus karena itu dapat merangsang simpul-simpul syaraf yang berhubungan langsung dengan organ internal tubuh


(54)

45

manusia tanpa harus meninggalkan ketentuan gerakan-gerakan wudhu.

Syaraf-syaraf yang terdapat ditelapak tangan begitu banyak dan berhubugan langsung dengan organ-organ dalam tubuh manusia, terutama pada gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis.

Titik inilah

yang memerlukan penekanan khusus ketika berwudhu tanpa harus meninggalkan ketentuan gerakan-gerakan wudhu. 3) Berkumur

Berkumur merupakan cara mencuci mulut dan mensucikan lidah. Membersihkan mulut berarti membersihkan dari kotoran-kotoran yang ada di mulut yang mengandung banyak bibit penyakit akan keluar semua karena pada dasarnya lidah tidak bertulang akan tetapi tajam seperti pedang yang paling tajam.


(55)

46

Alangkah baiknya disela-sela berkumur, hati diajak membaca do‟a, sehingga ketika berkumur hati juga ikut

berdo‟a memohon kepada Allah SWT. Doa yang dibaca adalah sebagai berikut: 13:

َ َع ِ نِعَا هم ه لَا

ِ ْوَقْلاِ ِنْ ِ َث َو َ َل ِرْكِ لا ِة َرْثَك َو َ ِ اَ ِك ِة َوَاِ

ِة َر ِخَأا ِف َو اَيْ لا ِةوَيَحْلا ِف ِ ِ اهثلا

Lidah bentuknya kecil akan tetapi besar ketaatan dan kemanfaatannya, serta dosa dan kemudhorotanya sehingga menjadi pertimbangan amal dihari akhir kelak. Maka sucikanlah lidah dan memohon kepada Allah SWT agar terhindar dari segala keburukan.

Fungsi utama mulut yakni menerima makanan, apabila tubuh sedang dalam keadaan sakit maka mulut berguna untuk melepaskan kelebihan panas atau sampah

13


(56)

47

dari tubuh. Dengan menggunakan sikat gigi atau siwak dapat menghindarkan dari penyakit yang berbahaya. Menurut Prof. Dr. Plinius seorang bakteriolog, mengatakan bahwa air bekas cuci mulut terdapat tidak kurang dari 40 miliar bibit penyakit.

4) Membersihkan kedua lubang hidung

Disunnahkan untuk membersihkan kedua lubang hidung karena hidung merupakan alat penciuman yang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran setiap saat. Setiap kali membasuh hidung, kuman-kuman penyakit seperti influenza, bronkitis dan lain-lain akan hilang larut bersama mengalirnya air.

Alangkah baiknya disela-sela membersihkan kedua lubang hidung, hati diajak membaca do‟a, sehingga ketika

membersihkan kedua lubang hidung hati juga ikut berdo‟a

memohon kepada Allah SWT. Doa yang dibaca adalah sebagai berikut:14

ِراَشْنِ ْسِاْا َ ِ َو ا َر ِ نَع َ ْ َا َو ِةهنَجْلا َةَحِئا َر ْ ِنْح ِرَا هم ه لَا

Membersihkan kedua lubang hidung merupakan memasukkan air kedalam lubang hidung selain waktu puasa, tidak hanya membasuh hidung akan tetapi memasukkan air kedalamnya dan menghisapnya agak kuat.

14


(57)

48

Maka bersihkan hidung dari penciuman yang menimbulkan fitnah dan sucikanlah hidung dari bisikan-bisikan syetan yang menjerumuskan pada malapetaka dan bencana.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

ْرِثْنَ ْسَيِل هم ث ً َ ِ ِفْ َا ِف ْ َعْجَيْ َف ْم ك َحَا َ ه َوَ اَ ِا

Jika salah seorang darimu berwudhu, isaplah air kedalam hidung lalu keluarkanlah” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menghirup air lewat hidung membersihkan bakteri-bakteri yang ada di cuping hidung, bakteri-bakteri-bakteri-bakteri akan dikeluarkan sehingga tidak memasuki sistem pernafasan. Karena hidung merupakan jalan masuk oksigen yang akan diubah menjadi energi.

5) Membasuh muka

Membasuh muka merupakan salah satu pokok utama dalam berwudhu. Muka merupakan tempat dimana timbul muwajahah/muqobalah (saling berhadapan) dan


(58)

49

batasannya adalah dari tempat tumbuhnya rambut kepala hingga keujung bawah dagu (secara vertikal) dan dari telinga ke telinga (secara horizantal). Membasuh muka berarti mensucikan wajah dan penglihatan, membersihkan perbuatan yang berujung pada kejahatan.

Wajah yang selalu terkena air wudhu akan terlihat bersinar dan selalu terlihat penuh kesabaran dan kewibawaannya. Membasuh muka dalam berwudhu juga akan bermanfaat bagi kesehatan. Alangkah baiknya disela-sela membasuh wajah, hati diajak membaca do‟a, sehingga

ketika membasuh wajah hati juga ikut berdo‟a memohon

kepada Allah SWT.

Doa yang dibaca adalah sebagai berikut:15

َ ِئاَيِلوَا ْو ج و َيْ َ َم ْوَي َ ِر ْو نِ ِ ْج َو ْ ِ يَ هم ه لَا

ْو ج و َوْسَ َم ْوَي َ ِ اَ ظِ ِ ْج َو ْ ِ وَس َا َو

ْ رْ َ َا َو َ ِئاَ ْعَا

ِةَفْيِثَ ْلا ِةَيْحِ لا َ ْيِ ْ َ

Wajah mempunyai pori-pori yang sangat rentan terkena efek molekul yang tidak sesuai sehingga lebih mudah mengalami iritasi jika tidak cocok dengan zat kosmetik. Wajah memiliki pori yang berhubungan langsung dengan sistem saraf dan kinerja otak, jika sistem dan


(59)

50

kinerja otak mengalami kelelahan ataupun emosi yang tinggi dengan wudhu akan menetralisirnya.

Gambar 3.1 diambil dari Google.com

Gambar diatas memberikan makna bahwa membasuh wajah ketika berwudhu akan merangsang titik-titik syaraf (akupuntur) yang ada dibagian wajah seperti gambar diatas selain itu juga memeiliki efek yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan organ-organ tubuh manusia sesuai dengan titik syaraf yang ada diwajah, rangsangan yang ditimbulkan sesuai dengan titik-titik syaraf yang ada pada gambar diatas.

Membasuh wajah juga membantu menyegarkan otot dan syaraf, menimbulkan kesegaran dan kecerahan pada


(60)

51

lapisan terluar wajah. Otot persyarafan pada wajah memiliki 3 cabang, yakni: 1 menuju dahi, 1 dari pipi kerahang atas, dan 1 lagi menuju rahang bawah. Secara tidak langsung membasuh wajah menjadi terapi kosmetik yang meniadakan kerutan-kerutan diwajah, meniadakan jerawat, gangguan keseimbangan vitamin, gangguan organ-organ pencernaan, kulit yang berminyak, perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam diwajah dan masih banyak lagi.

Rasulullah SAW menganjurkan untuk berwudhu untuk meredakan amarah, beliau bersabda dalam sebuah hadits:

، ِراهنلا َ ِ َقِ خ َ اَ ْيهشلا ه ِا َو ،ِ اَ ْيهشلا َ ِ َ َ َغْلا ه ِا

َه َوَ َيْ َف ْم ك َحَا َ ِ َغ اَ ِإَف ،ِءاَ ْلاِ راهنلا َفْ اَ ه ِا َو

Marah itu sebagian dari (sifat) setan, dan setan diciptakan dari apai, dan api itu dipadamkan dengan air, maka jika kalian marah, berwudhulah” HR. Ahmad dan Abu Dawud.

Syaraf-syaraf yang terdapat dimuka begitu banyak dan berhubugan langsung dengan organ-organ dalam tubuh manusia, terutama pada gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis.


(61)

52

Titik inilah yang memerlukan penekanan khusus ketika berwudhu tanpa harus meninggalkan ketentuan gerakan-gerakan wudhu.

6) Membasuh kedua tangan sampai siku

Membasuh kedua tangan sampai siku juga merupakan hal utama dalam berwudhu. Caranya mendahulukan tangan kanan dimulai dari membasuh pergelangan tangan kanan sampai ke ujung siku lalu dilanjutkan tangan kiri begitu seterusnya dikerjakan 3 kali. Membasuh tangan berarti membersihkan kotoran-kotoran yang ada ditangan, otot-otot yang berpusat pada lengan makin mudah digerakkan.

Gerakan-gerakan jari-jari tangan yang dilakukan sehari-hari melibatkan otot yang lebih banyak berkumpul dilengan bagian bawah sampai sebatas siku. Alangkah baiknya ketika berwudhu tidak hanya membasahi kedua tangan saja akan tetapi menggosok-gosok dengan tekanan


(62)

53

yang halus, hal ini berguna tidak hanya membersihkan kotoran-kotoran saja akan tetapi juga melancarkan peredaran darah, mengaktifkan semua syaraf penting. Berwudhu juga berarti melakukan penyejukkan gerbang pada sisi persendian lengan yang berhubungan langsung dengan organ pencernaan.

Gambar 4.1 diambil dari Google.com Keterangan:16

(1) Nomer 5: Lokasi pada lipatan siku sebelah luar, antara batas hitam putih, fungsi/sifat menghilangkan api pada paru-paru, menormalkan energi yang tidak teratur, menjernihkan ruang bagian atas, indikasinya batuk,

16

Hembing Wijayakusuma, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan Dan Kesehatan, (Bandung: Pustaka Kartini, 1997), Hlm.49-50.


(63)

54

TBC, kejang otot lengan, campak, beser, stuip pada anak

(2) Nomer 6: Lokasi dari nomer 5 tutun kearah ibu jari, fungsi/sifatnya adalah menormalkan paru-paru, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas luar, indikasinya adalah batuk, batuk darah, sesak nafas, amandel sakit lengan dan siku/kaku.

(3) Nomer 7: Lokasi 1,5 cm diatas garis pergelangan tangan, fungsinya adalah melancarkan energi, membersihkan paru-paru, mengusir angin, indikasinya adalah migran, sakit kepala, tenggorokan bengkak, batuk, mulut miring, mulut kaku, salah bantal, ibu jari susah digerakkan, jari tangan dan pergelangan tangan tidak kuat.

(4) Nomer 9: Lokasinya tepat dipergelangan tangan bagian dalam segaris ibu jari, fungsi/sifatnya adalah mengusir angin, menghilangkan reak, mengatur paru-paru, meredakan batuk, melonggarkan dada, indikasinya adalah sesak nafas, batuk darah, mata berselaput, tenggorokan kering bengkak, dada sakit, sakit lengan bagian dalam, sakit jantung.

(5) Nomer 10: Lokasinya pertengahan ruas ibu jari tangan antara garis hitam putih, fungsi/sifatnya adalah


(64)

55

menormalkan paru-paru dan lambung, melancarkan tenggorokan, menjernihkan panas, indikasinya adalah bronkitis, batuk, batuk darah, sakit dada dan pinggang, kejang, demam disertai sakit kepala, telapak tangan terasa panas.

(6) Nomer 11: Lokasinya pada sudut kuku ibu jari tangan sebelah luar, fungsi/sifatnya adalah melancarkan energi meredian, membersihkan paru-paru, melancarkan tenggorokan, indikasinya adalah pembengkakan tenggorokan, amandel, mimisan, asma, kejang jari tangan, ayan, demam.

Daerah lengan tangan merupakan daerah yang memiliki banyak sekali syaraf yang sangat berperan penting bagi kesehatan tubuh manusia. Berbagai penyakit yang timbul dapat disembuhkan jika mengetahui dengan benar titik-titik syaraf yang ada dalam lengan tersebut. Banyak cara bisa dilakukan, terutama wudhu. Dengan wudhu tanpa sadar akan melakukan pemijatan pada syaraf-syaraf yang ada dilengan tersebut, sehingga tanpa sadar juga akan memberikan pengobatan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan syaraf-syaraf yang ada dilengan. Begitu Maha Besar dan Maha Agung-Nya Allah SWT yang


(65)

56

menciptakan segala bentuk dan gerakan-gerakan yang sangat bermanfaat dan tidak ada yang perlu disia-siakan.

Dalam hadits, Rosulullah saw bersabda:

،ء ض لا غبسأ

يف غل ب ،عب صأا نيب ل خ

إلا

مم ص ن كت نأ إ انتس

Sempurnakanlah wudhu, sela-sela jari-jarimu, dan hiruplah air ke dalam hidung dengan kuat, kecuali jika engkau sedang berpuasa”

Alangkah baiknya disela-sela membasuh kedua lengan tangan, hati diajak membaca do‟a, sehingga ketika

membasuh kedua lengan tangan hati juga ikut berdo‟a

memohon kepada Allah SWT. Disini doa yang dibaca ketika membasuh kedua lengan tangan dibagi menjadi dua sisi, yakni sisi kanan dan kiri, doa yang dibaca juga berbeda-beda disetiap masing-masing sisi.

Doa yang dibaca ketika membasuh lengan sebelah kanan adalah sebagai berikut:17

اً اَس ِح ْ ِنْ ِساَح َو ْ ِنْيِ َيِ ْ ِ اَ ِك ِنِ ْعا هم ه لَا : ن يلا ْسَغ

ا ًرْيِسَي

17


(66)

57

Doa yang dibaca ketika membasuh lengan sebelah kiri adalah sebagai berikut:18

ِلاَ ِشِ ِ اَ ِك ِنَيِ ْع ْ َا َ ِ ْو عَا ِ ِا هم ه لَا : ا شلا سغ

ِرْ َ ِءا َر َو ْ ِ ْوَا

Syaraf-syaraf yang terdapat dilengan kedua tangan begitu banyak berhubugan dengan organ-organ dalam tubuh manusia, terutama pada gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis.

Titik

inilah yang memerlukan penekanan khusus ketika berwudhu tanpa harus meninggalkan ketentuan gerakan-gerakan wudhu.

7) Menyeka rambut (sebagian kepala)

Menyeka rambut atau membasuh sebagian rambut kepala juga merupakan kewajiban yang utama dalam berwudhu. Disapukannya air pada sebagian rambut kepala

18


(67)

58

sebanyak 3 kali, karena kepala yang senantiasa dibasahi akan terjaga kesegaran tubuh dan pikiran menjadi jernih kembali. Kesuburan rambut tergantung dari kerajinan merawat dan menyiramnya setiap hari.

Sambil menyeka rambut (sebagian kepala),

dianjurkan juga untuk berdo‟a, sehingga ketika menyeka rambut (sebagian kepala) hati juga ikut berdo‟a memohon

kepada Allah SWT. Doa yang dibaca adalah sebagai berikut:19

ِراهنلا َ َع ِرَشَ َو ِرْعَش ْم ِ رَح هم ه لَا

Membasuh sebagian rambut kepala diharapkan dapat mensucikan pikiran-pikiran kotor yang dapat merusak iman. Membasuh kepala juga membantu kesehatan mental dan akal sehingga jauh dari rasa takut, marah, putus asa, dan penyakit-penyakit dapat disembuhkan. Membasuh sebagian rambut kepala merupakan pancaran iman, karena hati yang panas, emosi yang meluap-luap dapat didinginkan dengan membasuh kepala.

Membasuh kepala memberi nikmat dengan membersihkan pikiran dari kejahatan. Didalam kepala terdapat otak dan otak melahirkan pikiran dan tingkah laku, sehingga ketika membasuh air dingin dikepala ketika

19


(68)

59

berwudhu akan membuat pikiran jernih kembali untuk menjalankan perintah Allah dan menjahui segala larangan Allah. Karena otak juga merupakan pusat kontrol dari selurh sistem kerja jaringan organ-organ manusia. Jika otak dalam keadaan panas, pola pikir manusia akan terpengaruh, dan akan mempengaruhi kinerja semua organ internal.

Syaraf-syaraf yang terdapat dibagian atas kepala (sebagian rambut kepala) sangat bermanfaat, terutama pada gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis yang disebabkan oleh emosi yang tidak stabil.

Titik inilah yang

memerlukan basuhan khusus ketika berwudhu tanpa harus meninggalkan ketentuan gerakan-gerakan wudhu.

Ada ungkapan sehari-hari “Hati boleh panas, tetapi

kepala tetap dingin” yang berarti membasuh kepala untuk

mendinginkan emosi itu penting, hal itu akan mencerminkan iman seseorang.


(69)

60

8) Menyapukan air ke telinga

Menyapukan air ke telinga, merupakan sunnah dalam berwudhu dengan menempatkan telunjuk dilubang telinga dengan ibu jari disebelah luar telinga dikerjakan 3 kali.

Sambil menyapukan air ke telinga, dianjurkan juga untuk berdo‟a, sehingga ketika meyapukan air ke telinga

hati juga ikut berdo‟a memohon kepada Allah SWT. Disini

doa yang dibaca ketika menyapukan air ketelinga dibagi menjadi dua sisi, yakni sisi kanan dan kiri, doa yang dibaca juga berbeda-beda disetiap masing-masing sisi.

Doa yang dibaca ketika membasuh telinga sebelah kanan adalah sebagai berikut:20

َنَسْحَا َ ْو عِ ه َيَف َ ْوَقْلا َ ْو عِ َ ْسَي َ ْيِ هلا َ ِ ِنْ َعْجا هم ه لَا

Doa yang dibaca ketika membasuh telinga sebelah kiri adalah sebagai berikut:21

ِرا َرْ َاا َعَ ِةهنَجْلا ِف ِةهنَجْلا َ ِ اَن ِنْعِ ْسَا هم ه لَا

Membersihkan bagian dalam dan luar telinga dengan air, tanpa sadar melakukan pemijatan daun telinga yang berhubungan langsung dengan sistem yang ada didalam kepala. Maka dianjurkan untuk membasuh seluruh

20

Abi Hamid Al-Ghozali, Bidayatul Hidayah, (Surabaya: Al-Hidayah, 2005), Hlm.18.

21


(1)

122

sedikit lebih terkontrok. Seperti ketika koneli berada diluar rumah konseli dengan tiba-tiba merasa tertekan dan nerosa itu muncul, konseli menyempatkan diri untuk melakukan apa yang disarankan kepada konseli (terapi wudhu).

Akan tetapi tidak semua akan berjalan dengan lancar dan langsung praktis selesai, semua butuh proses bahkan penyembuhan sekalipun. Akan tetapi selama konseli mendapatkan perhatian dari peneliti, konseli merasa sedikit lebih tenang dan menjadi stabil.

Apabila konseli ingin melakukannya disetiap hari dan tidak hanya ketika hendak berwudhu saja konseli melakukan terapinya (terapi wudhu), seperti hendak tidur, belajar, bepergian dan lain-lain, Insya Allah dengan izin Allah SWT gangguan itu akan terhindar dan pergi menjauh dari konseli. Tidak lagi mengganggu aktifitas konseli setiap hari.

Dari pada itu semua, semuanya kembali kepada diri konseli sendiri. Jika konseli yakin dan ingin mendaptkan bantuan atau ikhlas dengna apa yang diterjadi dalam dirinya, semua itu akan dengan mudahnya. Asalkan kepercayaan dan keyakinan konseli untuk sembuh dan siap untuk menerima apa yang telah konseli alami selama ini.


(2)

123

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan psikosomatis yang dialami konseli berupa gangguan pada lambung yang berupa maag (gastritis) yang mana penyakit tersebut disebabkan oleh adanya gangguan emosi yang berlebihan dalam diri konseli, dalam hal ini kesedihan yang berlarut-larut yang dapat memunculkan psikosomatis tersebut.

2. Terapi wudhu merupakan salah satu cara efektif yang dipilih peneliti selama proses penyembuhan bagi konseli yang mengalami gangguan psikosomatis. Pelaksanaan terapi wudhu dalam menangani gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis di Sidoarjo terdapat beberapa manfaat, tujuan, metode, teknik, serta menganalisis masalah dengan menggunakan beberapa proses yakni: identifikasi, diagnosis, prognosis, dan treatment. Dalam implementasinya, terlebih dahulu mencari masalah yang ada pada konseli (identifikasi masalah), diantaranya dengan menggunakan teknik wawancara, observasi. Selanjutnya mendiagnosis masalah yang sudah ada dalam diri konseli, yakni dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada dalam bimbingan dan konseling Islam.


(3)

124

Selanjutnya adalah prognosis, dalam hal ini memberikan level/tingkat dari keadaan konseli dalam menangani masalah yang dihadapinya, diantaranya dengan memberikan level baik, sedang dan berat. Selanjutnya adalah treatment (cara atau metode yang diambil untuk menangani masalah yang konseli hadapi), diantaranya dengan menggunakan terapi wudhu (terapi wudhu yang gerakannya mengikuti gerakan-gerakan wudhu serta sesuai dengan syarat-syarat ketentuan rukun, sunnah dan memenuhi ketentuan terapautik).

B. Saran

Secara umum proses terapi yang dilakukan dalam menangani gangguan psikosomatis bagi penderita gastritis di Sidoarjo sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana peneliti. Akan tetapi masih banyak hal yang hendak penulis sarankan dan perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya, yakni:

1. Dalam proses terapi wudhu hendaknya peneliti memberikan pendampingan secara terus menerus kepada konseli, agar konseli lebih cepat dan mudah keluar dari gangguan yang dialami konseli itu sendiri. Karena jika dilakukan pendampingan terus menerus, kegiatan konseli akan lebih mudah terpantau dan konseli bisa melakukan terapi dengan baik dan benar sesuai dengan pelaksanaan terapi wudhu yang sesungguhnya.


(4)

125

2. Kaitannya dengan konseli, hendaknya konseli tidak berhenti dalam melakukan terapi wudhu tersebut. Hendaknya konseli melakukannya disetiap hari setiap saat karena dengan begitu konseli akan lebih cepat terbebas dari gangguan tersebut total. Ketika peneliti tidak berada disamping konseli, konseli dengan mandiri mampu melaksanakan terapi wudhu seperti yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas khazanah keilmuan yang didapat dari berbagai sumber yang mampu menunjang pelaksanaan terapi wudhu itu menjadi sempurna, karena penulis menyadari jika dalam penulisan kali ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan khazanah keilmuan penulis.


(5)

126

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdan Bakran, Psikoterapi Dan Konseli Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001

Akrom, M, Terapi Wudhu Sempurna Sholat, Bersihkan Penyakit, Yogyakarta: Mutiara Media, 2010

Al-Ghozali, Abi Hamid, Bidayatul Hidayah, Surabaya: Al-Hidayah, 2005 Amin, Samsul Munir, Bimbingan Dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah,

2010

Ardani, Tristiadi Ardi, Psikiatri Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2008 As-Soronji, Abu „Abdil Muhsdin, Kemudahan Didalam Sifat Wudhu’

Nabi, Madinah: Maktabah Ummu Salma al-Alsariyah, 2007

Aswadi, Iyadah Dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009

Aziz, Moh. Ali, Sukses Belajar Melalui Terapi Shalat, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2016

Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga

University Press, 2001

Haryanto, Salat Dalam Perspektif Sufi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Hlm.224-225

Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2010

Hidayatullah, Syarif, Dahsyatnya Ibadah-Ibadah Siang Hari, Yogyakarta: Diva Press, 2014

Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian Kualitatif–Kuantitatif, Malang: UIN-Maliki Press, 2010

Lukmawati, Lela, “Ketenangan: Makna Dawamul Wudhu”, Skripsi, Prodi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2015

Ma‟nis, Ali, Pengobatan Cara Nabi, Jakarta: Kalam Mulia, 1987

Musthafa, Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluara, Sekolah Dan Masyarakat Jilid II. Jakarta: Bulan Bintang, 2010

Purwakania, Aliah B, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Rinawati, Mey, “Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur Terhadap Kejadian Insomnia Pada Usia Lanjut Di Dusun Tilaman Wukirsari Imogiri Bantul Yogyakarta”, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta, 2012

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, Surabaya: Al-Hidayah, 595

Saktiawan, Lukman Hakim, Keajaiban Shalat Menurut Ilmu Kesehatan Cina, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007

Soeryoko, Hery, 20 Tanaman Obat Terbaik Untuk Maag, Typus, dan Liver, Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013


(6)

127

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014

Walgito, Bimo, Bimbingan Dan Konseling (Studi Dan Karier), Yogyakarta: Andi Offset, 2010

Wijayakusuma, Hembing, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan Dan Kesehatan, Bandung: Pustaka Kertini, 1997

Wilda, Erham, Konseling Islami, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009

Yuliarti, Nurheti, Maag – Kenali, Hindari, dan Obati, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2009

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005