IAI Praktik Bertanggung Jawab Apoteker di Industri Farmasi
PRAKTIK BERTANGGUNG JAWAB
APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI
Three dimensions of pharmacist
PROFESSIONAL/
COMPETENCE:
ETHICAL:
- Moral
- Behaviour
- Standard of Professional
Practice
- Personal Professional
Development
LEGAL/ REGULATION:
- Standard of Care
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara
profesional dan etis
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan
penggunaan sediaan farmasi
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan
alat kesehatan
4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang
berlaku
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
5. Mempunyai keterampilan dalam pemberian
informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan
promotif kesehatan masyarakat
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku
8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu
membangun hubungan interpersonal dalam
melakukan praktik kefarmasian
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berhubungan dengan kefarmasian
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi
Menjelaskan Kode Etik Apoteker Indonesia & Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia.
Menjelaskan aplikasi Kode Etik & Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia dalam praktik sehari-hari.
Menerapkan pertimbangan profesional dengan mengindahkan
kode etik dan disiplin dalam praktik kefarmasian.
Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi
Menjelaskan peraturan perundangan kefarmasian secara khusus
dan peraturan perundangan kesehatan secara umum.
Menjelaskan aplikasi peraturan perundangan kefarmasian secara
khusus & peraturan perundangan kesehatan secara umum dalam
praktik sehari-hari.
Menerapkan ketentuan perundangan dan aspek-aspek penting
dalam registrasi dan legislasi kefarmasian.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi
Menerapkan pengetahuan tentang hubungan dengan pelaku
utama bisnis dan pemilik HAKI, termasuk dasar interpretasi atas
hak paten.
Memperhatikan dan mengidentifikasi obat baru di pasaran.
Memenuhi ketentuan legislasi sediaan farmasi yang berpotensi
disalah gunakan.
Menunjukkan pengetahuan tentang pemasaran dan penjualan.
Menjelaskan langkah-langkah registrasi sediaan farmasi baru,
termasuk ketentuan keamanan, mutu, kemanjuran dan penilaian
farmakoekonomik sediaan farmasi.
Praktik Profesional dan Etik
Menerapkan pertimbangan profesional dengan prioritas
kesehatan dam keselamatan pasien pada pengadaan,
pengelolaan, maupun pelayanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang digunakan pasien.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Praktik Profesional dan Etik
Memberikan informasi yang tepat, jelas, dan tidak bias terkait
keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan
pasien.
Menyadari keterbatasan kemampuan profesi dan bersedia
berkomunikasi dengan teman sejawat dan/atau profesi lain demi
kepentingan pasien.
Memberikan arahan kepada pasien/masyarakat dalam memilih
sediaan farmasi yang layak dibeli/digunakan sehingga pasien
/masyarakat tidak terdorong membeli sediaan farmasi secara
berlebihan.
Mencapai dan mempertahankan standar pelayanan profesional
tertinggi.
Menjalin dan menjaga hubungan profesional dengan teman
sejawat dan profesi lain.
Menghormati kepercayaan dan kerahasiaan hubungan
profesionalitas dengan pasien dan masyarakat.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Praktik Profesional dan Etik
Mematuhi kode etik dan disiplin Apoteker Indonesia.
Menilai kinerja diri sendiri dan dampaknya pada pengobatan
pasien dan masyarakat.
Ketrampilan Komunikasi
Membuka diri untuk berbagi informasi dengan yang lain
Menghargai pendapat dan pandangan orang lain
Menunjukkan kepekaan, kepedulian atas kebutuhan, nilai,
kepercayaan dan budaya orang lain
Menjelaskan peran serta dan keterampilan yang dimiliki oleh
orang lain untuk membantu dan memfasilitasi terselenggaranya
praktik kefarmasian
Menjelaskan pendapat dan menyampaikan informasi dalam
bentuk lisan maupun tulisan dengan cara membangun
kepercayaan yang tidak menimbulkan kemarahan, kecemasan atau
efek lain yang merugikan
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi
Menjelaskan cara menjaga profesionalitas dengan pasien/keluarga
pasien atau tenaga kesehatan lain pada saat komunikasi
Membuat formula informasi, menyampaikan ide dan pendapat
secara jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan
Melakukan komunikasi informasi dengan tepat dan percaya diri
dalam bentuk lisan maupun tulisan
Melakukan klarifikasi dan menjabarkan ide, pendapat, dan
informasi untuk meningkatkan pemahaman
Memberikan kontribusi secara aktif dalam perspektif kefarmasian
dalam rangka pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Memilih istilah, gaya dan bentuk komunikasi baik lisan maupun
tulisan sesuai dengan situasi, materi komunikasi, komunikan
(kelancaran, ketepatan menggunakan istilah, efektifitas komunikasi
Melakukan identifikasi kebutuhan informasi dari komunikan
khusus
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi
Mengajukan pertanyaan yang relevan, mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan memberikan respon terhadap petunjuk lisan
maupun tertulis dan menggunakan penerjemah bila diperlukan
untuk lebih memperjelas kebutuhan komunikasi
Menjelaskan dan memperagakan bahwa informasi tertulis yang
diberikan sudah dipahami
Menindaklanjuti, membuat pertanyaan dan atau menggunakan
bantuan visual atau media lain untuk memastikan bahwa pesan
yang dikomunikasikan telah diterima dan dipahami
Melakukan identifikasi atau menjelaskan kondisi yang memerlukan
adanya komunikasi khusus terutama untuk pasien dan keluarganya
(misalnya: perbedaan budaya, bahasa, tekanan emosional, tuli,
buta, kemunduran mental, komunikasi melalui pihak ketiga)
Menerapkan kemampuan mendengar aktif (misal meminta untuk
mengulang penjelasan dengan bahasanya sendiri tanpa ada
menyalahkan dan merendahkan )
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi
Menjelaskan pentingnya merespon umpan balik untuk
meningkatkan komunikasi (membangun kepercayaan apotekerpasien)
Mendapatkan informasi spesifik yang dibutuhkan untuk
komunikasi efektif
Memberikan respon terhadap umpan balik dan memanfaatkannya
secara positif dalam proses komunikasi
Membuat daftar kendala utama untuk melakukan komunikasi
efektif
Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan
Menjelaskan masalah komunikasi dengan tenaga kesehatan terkait
(dokter, perawat dll)
Menyiapkan materi komunikasi dengan tenaga kesehatan sesuai
keluasan dan kedalaman kompetensinya (dokter, perawat dll)
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan
Menjelaskan penyelesaian masalah komunikasi dengan tenaga
kesehatan
Melakukan komunikasi secara jelas, ringkas dan tepat saat menjadi
mentor atau tutor
Melakukan komunikasi efektif dengan staf kesehatan dan sosial,
mendukung staf, pasien, perawat, kerabat dan klien, menggunakan
bahasa yang mudah dipahami serta memastikan pemahaman
pasien dll
Menggunakan teknik komunikasi efektif untuk membangun relasi
dengan pasien, tenaga kesehatan dan relawan pelayanan secara
lisan dan tertulis
Ketrampilan Komunikasi Secara Tertulis
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
Melakukan studi praformulasi dan menetapkan formula sediaan
farmasi dengan memperhatikan aspek mutu, keamanan &
kemanjuran.
Menetapkan spesifikasi bahan baku, spesifikasi bahan kemasan,
dan spesifikasi produk sesuai ketentuan perundang-undangan.
Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi dengan
mematuhi ketentuan Cara Pembuatan Sediaan Farmasi Yang Baik.
Merancang kemasan dan brosur/leaflet, serta memastikan
ketersediaan informasi sesuai kebutuhan, a.l. ED (Expiration Date),
BUD (Beyond Use Date), pelarut, kelarutan, kompatibilitas, kondisi
penyimpanan.
Memilih bahan baku sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Membuat sediaan farmasi steril maupun non-steril dengan
mematuhi prosedur yang telah ditetapkan.
Melakukan pengujian untuk memastikan kesesuaian mutu sediaan
farmasi dengan ketentuan Farmakope Indonesia atau compendium
lain yang sesuai.
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
Mendokumentasikan data/informasi secara bertanggung-jawab.
Menjelaskan prinsip manajemen mutu: penjaminan mutu (QA)
maupun pengawasan mutu (QC).
Menjelaskan prinsip Manajemen Resiko Mutu/ Quality Risk
Management.
Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan produksi beserta
parameter dan pengukurannya.
Menjelaskan prinsip kualifikasi ruangan dan mesin produksi,
validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi metoda analisa.
Menjelaskan prinsip kalibrasi mesin produksi.
Menjelaskan prinsip inspeksi diri, audit, dan pembuatan Corrective
Action & Preventive Action (CAPA).
Menjelaskan prinsip penanganan keluhan produk & obat
kembalian.
Menjelaskan persyaratan higienis dan pelatihan/training karyawan.
Pencarian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Mengidentifikasi sumber informasi yang akurat serta melakukan
penelusuran untuk memperoleh informasi terkait sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang tepat, akurat, relevan dan terkini.
Mengevaluasi, menganalisis, dan mengorganisasikan informasi
sesuai kebutuhan.
Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Mengidentifikasi hambatan komunikasi efektif dan menggunakan
strategi untuk mengatasinya.
Mendiseminasikan informasi terkait sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tepat, akurat, terkini, dan relevan dengan
kebutuhan pasien, masyarakat, sejawat atau tenaga kesehatan lain
dengan memperhatikan etika profesi.
Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Memberikan saran penggunaan obat dan alat kesehatan yang aman
dan rasional, termasuk pemilihan, cara pemakaian,
indikasi/kegunaan, kontra indikasi, cara penyimpanan, & efek
samping potensial dari penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan memperhatikan etika profesi.
Melakukan verifikasi pemahaman pasien, masyarakat, sejawat, atau
tenaga kesehatan lain.
Mendokumentasikan proses pemberian informasi.
Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
Menggali, menetapkan, dan membuat prioritas kebutuhan
pelayanan kesehatan primair pasien atau masyarakat dengan
memperhatikan kondisi sosial dan budaya.
Menyediakan informasi kesehatan yang relevan dengan kebutuhan
pasien atau masyarakat.
Memberikan saran promosi kesehatan, pencegahan dan
pengendalian penyakit, dan gaya hidup sehat.
Melakukan komunikasi masa.
Membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat maupun
penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Mengevaluasi dan mendokumentasikan kegiatan promosi kesehatan
yang dilakukan.
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan
Melakukan analisis masalah kesehatan yang sedang dan sering
terjadi.
Memilih bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dengan memperhatikan
pola prevalensi penyakit, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan,
faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat, sumber daya
manusia, genetika, demografi, dan lingkungan.
Menentukan kriteria seleksi bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan yang absah, bermutu, aman dan bermanfaat, didukung
dengan bukti yang sahih.
Menetapkan pilihan kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan berdasarkan yang paling banyak diketahui bukti
ilmiahnya, mempunyai farmakokinetika yang paling bermanfaat,
mudah diperoleh dan dengan harga terjangkau.
Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan
Menetapkan metode penghitungan kebutuhan yang sesuai dengan
pola penggunaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Menghitung kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan bahannya dengan tepat.
Memilih pemasok yang memenuhi ketentuan perundangan yang
berlaku, penjaminan mutu, ketepatan waktu dan aspek ekonomi.
Memilih dan menetapkan metode yang sesuai untuk pengadaan
bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Memilih sistem rantai pasokan yang efektif dan efisien.
Menjelaskan prosedur dan ketentuan perundangan dalam
pengadaan sediaan farmasi, termasuk narkotika dan psikotropika,
obat life-saving, obat program pemerintah, dan obat emergensi.
Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi,
Dan Alat Kesehatan
Merancang tempat penyimpanan sesuai peraturan perundangan
untuk menjamin kualitas bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan.
Merancang dan menetapkan penyimpanan berdasarkan bentuk
sediaan, legalitas, keberbahayaan, farmakologi, alfabetis.
Melakukan penerimaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan berdasar kriteria dengan baik dan benar sesuai prosedur.
Melakukan distribusi, administrasi bahan baku, sediaan farmasi,
dan alat kesehatan sesuai prosedur dengan baik dan benar, serta
menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatannya.
Memilih cara transportasi yang mampu menjamin mutu, keamanan
dan kemanfaatan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Memilih metode distribusi yang sesuai dengan kondisi pasien di area
pelayanan.
Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi,
Dan Alat Kesehatan
Melakukan pengawasan mutu terhadap bahan baku, sediaan
farmasi, dan/atau alat kesehatan yang diterima dan disimpan
sehingga terjamin mutunya sesuai standar.
Mengendalikan tingkat persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan berdasarkan analisis informasi persediaan dan rasio
yang ditetapkan.
Melakukan identifikasi dan menetapkan bahan baku, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan yang mengalami penyimpangan kualitas
Mengendalikan faktor yang berpengaruh terhadap mutu, keamanan
dan kemanfaatan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Pemusnahan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan ketentuan perundang-undangan dan persyaratan
keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat.
Menjelaskan kriteria obat yang harus dimusnahkan a.l. obat yang
rusak dan obat yang kadaluwarsa.
Melaksanakan pemusnahan bahan baku dan sediaan farmasi sesuai
ketentuan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak
lingkungan.
Membuat dokumentasi pemusnahan bahan baku dan sediaan
farmasi.
Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Merancang dan menetapkan sistem penarikan bahan baku, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan yang efektif dan efisien.
Menjelaskan alasan penarikan sediaan farmasi dan perbedaan
penyebab penarikannya.
Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelasan komunikasi risiko yang digunakan oleh instansi yang
berwenang.
Menjelaskan cara pengambilan data distribusi sediaan farmasi a.l.
nama pasien, rincian yang dapat dihubungi, tanggal pembelian,
jumlah yang dibeli.
Menilai pengaruh dan akibat eskalasi penarikan sediaan farmasi.
Mengidentifikasi tenaga kesehatan terkait & lainnya untuk
merencanakan penarikan sediaan farmasi.
Menjelaskan tata laksana penarikan sediaan farmasi, wajib dan
sukarela.
Menjelaskan informasi penting yang akan disosialisasikan kepada
pihak terkait.
Melakukan sosialisasi yang tepat sesuai kebutuhan.
Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan
Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan proses analisis data menjadi informasi yang diperlukan
dalam pengendalian persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan.
Menjelaskan manfaat teknologi informasi dalam pengendalian
persediaan bahan baku, sediaan farmasi, & alat kesehatan.
Menjelaskan hubungan antara posisi dalam struktur organisasi
dengan fungsi pelayanan farmasi.
Menyusun dan menjelaskan tugas, tanggung jawab dan kewenangan
dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi.
Menjelaskan kualifikasi SDM yang diperlukan untuk posisi tertentu
dalam struktur organisasi.
Menjelaskan syarat legalitas dan kompetensi SDM yang diperlukan.
Melakukan kalkulasi kebutuhan SDM berdasarkan jenis dan volume
pekerjaan di bidangnya.
Menjelaskan cara menilai pemahaman SDM terhadap tugas dan
tanggungjawab pekerjaannya.
Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan
Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan cara menilai pemahaman SDM terhadap peraturan
ketenagakerjaan serta kondisi yang mempengaruhi kebijakan dan
kegiatan di tempat kerja.
Menyusun rencana program pelatihan SDM.
Melakukan kalkulasi & menetapkan harga bahan baku, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan.
Menginterpretasikan laporan keuangan.
Menghitung parameter evaluasi keuangan.
Menjelaskan sistem perpajakan yang berkaitan dengan pelayanan
kefarmasian.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja
Membedakan quality assurance, quality control, dan quality
improvement.
Menjelaskan metodologi dan jenis indikator pengukuran dalam
quality assurance dan quality improvement.
Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO).
Menjelaskan aktivitas untuk mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian yang bisa atau pernah diikuti.
Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat
langsung dari aktivitas quality improvement.
Menerapkan penemuan hasil penelitian a.l. hasil uji pre-klinik, uji
klinik, eksperimen klinis-farmakologis, pengelolaan resiko, serta
menjelaskan manfaat dan resikonya.
Menjalankan audit mutu untuk memastikan pelayanan memenuhi
standar dan spesifikasi lokal/nasional.
Memastikan uji kontrol kualitas yang tepat dilaksanakan dan dikelola
secara tepat.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja
Memastikan sediaan farmasi bukan palsu dan memenuhi standar
mutu.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi data atau informasi berbasis
bukti (evidence-base) untuk meningkatkan penggunaan sediaan
farmasi dan mutu pelayanan kefarmasian.
Menerapkan, menjalankan, dan memelihara sistem pelaporan
farmako-vigilans, antara lain laporan ADR.
Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja
Menjelaskan pengelolaan waktu kerja yang baik (tepat waktu,
efektif dan efisien dalam bekerja).
Menjelaskan prioritas tugas yang terkait dengan tujuan dan sasaran
kerja yang ditetapkan.
Menetapkan alokasi waktu terkait dengan beban kerja dan prioritas
kerja.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja
Mengidentifikasi bagian tugas yang dapat didelegasikan kepada staf
atau orang lain.
Mengenali situasi yang memerlukan tambahan informasi atau
konsultasi dari para ahli untuk menyelesaikan tugas.
Mematuhi jadwal yang telah disusun sebelumnya untuk
penyelesaian tugas.
Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
Menjelaskan struktur organisasi tempat bekerja.
Melakukan verifikasi ruang lingkup peran dan tanggung jawabnya
dalam organisasi.
Berpartisiasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
Melakukan identifikasi kebutuhan sumber daya untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai skala prioritas.
Memilah penggunaan informasi, pedoman, dan instruksi yang
dibutuhkan demi mendukung selesainya pekerjaan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
Menjelaskan hubungan antara kebijakan, pekerjaan, dan prosedur
dengan peraturan perundang-undangan (advokasi pekerjaan
terhadap kebijakan yang dibuat).
Menunjukkan pengukuran kinerja diri sendiri.
Melakukan tindak lanjut dari evaluasi hasil pengukuran kinerja diri
sendiri.
Bekerja Dalam Tim
Memberikan umpan balik yang wajar dalam tim.
Menggunakan catatat dan dokumen untuk komunikasi hal-hal
penting sebagai tindak lanjut dan/atau dalam memberikan
informasi ke staf atau petugas.
Menjelaskan tanggungjawab setiap anggota tim terkait tipe
pekerjaannya.
Melakukan identifikasi dan/atau menjelaskan situasi dimana
pekerjaan seseorang berpengaruh pada orang lain di tempat kerja.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Bekerja Dalam Tim
Menunjukkan perilaku positif saat berkolaborasi dengan anggota
tim.
Memberi contoh pendampingan sejawat dalam pelaksanaan tugas.
Menjaga hubungan kolaboratif dan saling menghargai dengan
tenaga profesional lain & keluarga/pendamping penggunaan obat
dalam rangka memberikan pelayanan pasien secara spesifik.
Membangun Kepercayaan Diri
Mengidentifikasi dan menyetujui atau menolak permintaan
pengadaan, produksi, dan distribusi sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak layak.
Mempertanggungjawabkan kelayakan permintaan sediaan farmasi
dan/ atau alat kesehatan.
Menjelaskan ketidaklayakan permintaan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Membangun Kepercayaan Diri
Membuat alternatif pilihan yang harus diambil untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Menunjukkan posisi dan peran apoteker dengan jelas dan ringkas.
Menunjukkan posisi dan peran apoteker dalam upaya perubahan
perilaku orang lain.
Penyelesaian Masalah
Mengidentifikasi, menganalisis, dan menjelaskan penyebab atau
faktor-faktor penyebab masalah.
Menjelaskan penggunaan beberapa teknik, a.l. daftar tilik, diagram
sebab akibat, pareto, untuk membantu menyelesaikan masalah.
Menjelaskan rencana penyelesaian masalah secara sistematis.
Menetapkan dan melibatkan pihak lain terkait untuk menyelesaikan
masalah.
Mendorong dan merima masukan orang lain dengan lapang dada
untuk menyelesaikan masalah.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Penyelesaian Masalah
Melakukan dokumentasi masalah-masalah, faktor-faktor penyebab
dan alternatif pilihan untuk menyelesaikan masalah.
Menjelaskan pentingnya proses monitoring dan mendiskusikan
evaluasi pencapaian tujuan untuk penyelesaian masalah.
Menjelaskan proses monitoring dengan tolak ukur yang jelas bahwa
telah dilakukan penyelesaian masalah.
Menunjukkan bagaimana monitoring hasil sudah digunakan untuk
melihat kegiatan selanjutnya.
Pengelolaan Konflik
Mengidentifikasi tanda-tanda adanya konflik, a.l. moral rendah,
ketidak-hadiran, kesalahan pelayanan, perilaku agresif/tidak
kooperatif, sebelum hal ini menyebabkan efek samping.
Mengidentifikasi penyebab utama atas isu yang terjadi dan siapa
yang berpartisipasi dalam konflik tersebut.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Pengelolaan Konflik
Menjelaskan kejadian dan sumber konflik tanpa menyalahkan pihak
terkait.
Menjelaskan jarak antara strategi pendekatan yang efektif untuk
menyelesaikan konflik di tempat kerja (penyelesaian masalah secara
kolaboratif, menggunakan sistem mediasi, negosiasi menangmenang, identifikasi keluaran sesuai kesepakatan).
Menjelaskan dan memutuskan metode yang terbaik untuk
menyelesaikan masalah.
Menggunakan keterampilan komunikasi verbal maupun non-verbal
dan keterampilan lain selama proses berlangsung dengan percaya
diri.
Peningkatan Layanan
Mengidentifikasi kebutuhan, merencanakan dan
mengimplementasikan pelayanan baru sesuai kebutuhan setempat.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Peningkatan Layanan
Mengidentifikasi, menyelesaikan, menindaklanjuti & mencegah
masalah terkait sediaan farmasi (medicines related problem).
Pengelolaan Tempat Kerja
Memperhatikan dan mengelola masalah manajemen sehari-hari.
Menunjukkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan
membuat penilaian yang tepat secara cermat.
Memastikan jadwal kegiatan dirancang dan dikelola secara tepat.
Memastikan jam kerja dirancang dan dikelola secara tepat.
Mengenali dan mengelola sumberdaya farmasi.
Uraian tugas dan tanggung jawab di tempat kerja
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Mawas Diri dan Pengembangan Diri
Mendokumentasikan aktivitas pengembangan diri (CPD).
Memelihara dan mengembangkan jaringan kerja, antara lain dengan
pembimbing di dalam maupun di luar lembaganya.
Mengevaluasi kemutakhiran pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki.
Mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di luar lingkup
pengetahuan yang dimiliki.
Mengenali keterbatasan diri dan bertindak untuk mengatasinya.
Merefleksikan hasil pengembangan diri dalam kinerja.
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi
Mengikuti secara aktif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan praktik kefarmasian di berbagai
media ilmiah.
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi
Mendiskusikan dan membahas perkembangan ilmu maupun hasilhasil penelitian kefarmasian dalam rangka meningkatkan
profesionalitas dalam pelayanan.
Mengikuti program pemerintah dan/atau asosiasi profesi untuk
menjaga kompetensi dan perkembangan profesi. Membuat tulisan
tentang kefarmasian dan dipublikasikan.
Berpartisipasi dalam penelitian kefarmasian, khususnya
pengembangan data/informasi berbasis bukti (evidence base).
Mengikuti perkembangan standar kompetensi kefarmasian terkini
untuk mencapai dan mempertahankan standar kompetensi profesi
tertinggi.
Membangun proses pembelajaran dan pengembangan apoteker,
calon apoteker serta profesi kesehatan yang lain di tempat kerja.
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Penggunaan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas
Mengikuti perkembangan teknologi terkini di bidang farmasi dan
teknologi informasi dan komunikasi.
Menggunakan teknologi terkini untuk mencapai dan
mempertahankan standar kompetensi profesi.
Melakukan analisis kemanfaatan teknologi terhadap relevansi
praktik kefarmasian.
Dalam dunia profesi
hanya ada dua katagori kemampuan:
KOMPETEN atau TIDAK KOMPETEN
TIDAK ADA ISTILAH
AGAK KOMPETEN
STANDAR KOMPETENSI
APOTEKER INDONESIA
BASELINE
Siklus dalam Experiential Learning
Refleksi
Evaluasi
Pencatatan
(Portofolio)
Perencanaan
Tindakan
(Rouse, 2004)
Komposisi Isi Pembelajaran
Kompetensi
Apoteker
Pendidikan S1
Training Calon
Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Knowledge +++++
Knowledge ++
Practical +++
Knowledge +
Practical ++++
Sasaran Pembelajaran
Kompetensi
Apoteker
Pendidikan S1
Training Calon
Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Dosen
Preceptor
Trainer
Pelaksanaan Pembelajaran
Kompetensi
Apoteker
Pendidikan S1
Training Calon
Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Knowledge +++++
Knowledge ++
Practical +++
Knowledge +
Practical ++++
Dosen
Preceptor
Trainer
Kualifikasi Dosen ≠ Pre eptor ≠ Trai er
Kode Etik
MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan
tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan
keahliannya harus senantiasa mengharapkan
bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa
Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan
bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya
selalu berpegang teguh kepada sumpah / janji
Apoteker
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam
pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu : Kode Etik Apoteker Indonesia
Pedoman Pelaksanaan
1. Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan
pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah niat
luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan
tuntunan Tuhan yang Maha Esa
2. Sumpah dan janji apoteker adalah komitmen
seorang apoteker yang harus dijadikan landasan
moral dalam pengabdian profesinya
3. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip
harus diikuti oleh apoteker sebagai pedoman dan
petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak
dan mengambil keputusan
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan Sumpah Apoteker
Pedoman Pelaksanaan :
Sumpah / janji Apoteker yang diucapkan seorang
apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya
harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan
moral dalam setiap tindakan dan perilaku
Pasal 2 :
Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguhsungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia
Pedoman Pelaksanaan
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia dinilai dari ada tidaknya
laporan masyarakat , ada tidaknya laporan dari sejawat
Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta
tidak ada laporan dari Dinas Kesehatan
Pengaturan Pemberian sanksi ditetapkan dalam
Peraturan Organisasi (PO)
Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan
profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksankaan
kewajibannya
Pedoman Pelaksanaan :
1. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti ,
menghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai
dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud adalah ketrampilan, sikap
dan perilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum dan
etik
2. Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat
uji kompetensi
3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi
pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan
keputusan seorang Apoteker indonesia
4. Bilamana suatu saat seorang Apoteker dihadapkan
kepada konflik tanggung jawab profesional, maka
dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus
memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat
untuk kepentingan pasien serta masyarakat
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan dibidang farmasi pada khususnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya secara
terus menerus
2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan , diukur dari nilai
SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh Apoteker
ditetapkan dalam peraturan organisasi
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya, setiap Apoteker harus
berusaha menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri
semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker dalam tindakan profesionalnya harus
menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau
merugikan orang lain
2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat
memperoleh imbalan dari pasien dan masyarakat atau jasa
yang diberikannya dengan tetap memegang teguh kepada
prinsip mendahulukan kepentingan pasien
3. Seorang Apoteker dalam tindakan profesionalnya harus
menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau
merugikan orang lain
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi
contoh yang baik bagi orang lain
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan
masarakat atas profesi yang disandangkan dengan
jujur dan penuh integritas
2. Seorang Apoteker tidak akan menyalah gunakan
kemampuan profesionalnya kepada orang lain
3. Seorang Apoteker harus menjaga perilakunya
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi
sesuai dengan profesinya:
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker memberikan informasi kepada
pasien / masyarakat harus dengan cara yang mudah
dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut
sesuai, relevan dan up to date
2. Sebelum memberikan informasi, Apoteker harus
menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien
ataupun orang yang datang menemui apoteker
mengenai pasien serta penyakitnya
3. Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi
mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga
profesi kesehatan yang terlibat
4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat dalam
bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara
jelas, melakukan montoring penggunaan obat dan
sebagainya
5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan bidang farmasi pada khususnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan
perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu
setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker
dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada
dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku
2. Apoteker harus membuat SPO sebagai pedoman
kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan
kefarmasian sesuai kewenangan atas dasar peraturan
perundangan yang ada
BAB II
Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita:
Pasal 9 :
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik
kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani
Pedoman Pelaksanaan :
1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal
yang paling utama dari seorang Apoteker
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional Apoteker
harus berpihak kepada kepentingan pasien dan
masyarakat
3. Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien
untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka
4. Seorang Apoteker harus mengambil langkah untuk
menjaga kesehatan pasien, khususnya janin, bayi,
anak-anak, serta orang yang dalam kondisi lemah
5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang
diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin
mutu, keamanan dan khasiat dan cara pakai obat
yang tepat
6. Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien,
rahasia kefarmasian dan rahasia kedokteran dengan
baik
7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan
profesi yang telah ditetapkan oleh Dokter dalam
bentuk penulisan resep dsb.
8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil
kebijakan yang berbeda dengan permintaan Dokter,
maka Apoteker harus melakukan komunikasi dengan
Dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
membolehkan Apoteker mengambil keputusan demi
kepentingan dan atas persetujuan pasien
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10 :
Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menghargai teman sejawatnya
termasuk rekan kerjanya
2. Bilamana Seorang Apoteker dihdapkan pada suatu situasi
yang problematik, baik secara moral ataupun peraturan
perundangan yang berlaku tentang hubungannya dengan
sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan
dengan baik dan santun
3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun MPEA
dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat
Pasal 11 :
Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan
kode etik
Pedoman Pelaksanaan :
1. Bilamana Seorang Apoteker mengetahui sejawatnya
melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia
harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya
tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada
2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima
maka dia dapat menampaikan kepada Pengurus
Cabang dan atau MEDAI secara berjenjang
Pasal 12 :
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menjalankan tugasnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara kerja
sama dengan sejawat apoteker lainnya
2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya
dalam menjalankan pengabdian profesinya
3. Seorang Apoteker harus saling mempercayai teman
sejawatnya dalam menjalani/memelihara kerja sama
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai dan menghormati
Sejawat Petugas Kesehatan lain
Pedoman Pelaksanaan :
1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya
secara seimbang dan bermartabat
2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi
tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa
dipermalukan
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya / hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada Sejawat Petugas Kesehatan lainnya
Pedoman Pelaksanaan :
Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu mengkomunikasikan
dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipermalukan
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya seharihari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka
Apoteker tersebut wajib mengakui dan menerima
sanksi dari Pemerintah, Organisasi Profesi Farmasi
yang menanganinya (IAI) dan mempertanggung
jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
2014
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker
untuk mentaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan praktik
yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan
dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat
MEDAI, adalah organ organisasi profesi Ikatan Apoteker
Indonesia yang bertugas membina, mengawasi dan menilai
pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota
maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkat kan dan
menegakkan disiplin apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang
membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker;
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya
disingkat SPAI adalah pendidikan akademik dan
pendidikan profesional yang diarahkan guna mencapai
apoteker yang profesional
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak
kompeten.
Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak
dengan standar praktek Profesi/standar kompetensi
yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/
mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau
masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian
yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa
kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti
dan/ atau Apoteker pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan
tertentu atau tenaga kesehatan lainnya yang tidak
memiliki kompetensi untuk pekerjaan itu
- Tidak hadir di tempat praktik pada pelayanan
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak
kepada masyarakat :
- Menetapkan harga obat terlalu tinggi padahal obat
tersebut diperlukan secara luas oleh masyarakat
- Memberikan saran kepda masyarakat untuk
menggunakan sediaan tertentu yang tidak sesuai
dengan kebutuhan
5. Tidak e erika i for asi ya g sesuai, releva da up
to date de ga ara ya g udah di e gerti oleh
pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
- Menyembunyikan beberapa informasi misal : ES obat
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar
Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh
personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai
dengan kewenangannya.
- Tidak ada PROTAP di tempat praktik
- Ada PROTAP tapi tidak disosialisasikan ke personil lain di
tempat praktik
7. Me erika sediaa far asi ya g tidak terja i „ utu‟,
‟kea a a ‟, da ‟khasiat/ a faat‟ kepada pasie .
- Menyerahkan obat tanpa informasi yang jelas, benar
dan lengkap terkait penyimpanan
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi)
obat dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang
berlaku :
- Pengadaan obat dari jalur tidak resmi
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.
- Tidak melakukan skreening resep terkait dengan
kesesuaian farmasetik/kesesuaian klinik
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai
standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan
kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu
sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan
yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga
dapat membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam
pelaksanaan praktik swa-medikasi(self medication) yang
tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak
etis, dan/atau tidak objektif :
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi
yang tidak baik dan tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat
Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti
lainnya yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun
tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan
kepada hasil pekerjaan yang diketahuinya secara benar
dan patut.
BAB V
SANKSI DISIPLIN
1. Pemberian peringatan tertulis
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan apoteker
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik yang dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik tetap atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan apoteker yang dimaksud dapat berupa :
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan,
magang di institusi pendidikan atau sarana pelayanan
kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan
yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan
paling lama1 (satu) tahun.
QA Pharmacy
Education
(FIP, 2014)
Regulasi & Pekerjaan Kefarmasian:
Peraturan Perundangan
Peraturan Organisasi
Pedoman :
1. Pengadaan sediaan farmasi GPP
2. Produksi sediaan farmasi GMP
3. Penyimpanan sediaan farmasi GSP
4. Distribusi/ penyaluran sediaan farmasi GDP
5. Pelayanan sediaan farmasi GPP
Sediaan farmasi: meliputi obat, bahan obat, obat
tradisional, kosmetika.
5 Pilar Strategi Pencapaian Tujuan
Organisasi IAI
Kualitas Perundangundangan, Pelaksanaan dan
Penegakkan
Pendidikan Calon
Apoteker
Branding Apoteker
Kualitas Organisasi
Apoteker Praktek
Bertanggungjawab
Pilar 1 : Terwujudnya Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
Badan Pendayagunaan dan Optimalisasi
Praktik Apoteker
Badan Sertifikasi Profesi
Badan Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
Bidang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Bidang Keamanan Sediaan Farmasi, Alkes dan
Makanan
Himpunan Seminat dan IYPG
Pilar 1 : PERUBAHAN KONDISI PRAKTIK APOTEKER
DAHULU
• Apoteker Penampakan
• Apoteker Dewa
• Apoteker Gadai Ijazah
• Hanya Apoteker
tertempel di Surat Ijin
• Tidak pernah belajar lagi
SEKARANG
• Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
• Explain & Describe
medicine to Patient
• Apoteker Mengisi PMR
• Apoteker Praktik
mempunyai ikatan dengan
pasien
• CPD
Pilar 2: Terwujudnya Peningkatan Kualitas Organisasi IAI
Dalam Melayani Anggota dan Masyarakat
Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Leadership
Training
Bidang Pelayanan dan Kesejahteraan Anggota
Bidang Aset Manajemen, Yayasan dan
Perusahaan
Koordinator Wilayah 1, 2, 3
Dewan Pakar, Pengawas, Kehormatan,
Pembina
Pilar 2: PERUBAHAN DALAM BERORGANISASI
DAHULU
• Pengurus IAI berprinsip
seperti birokrat Kuno :
kalau bisa dipersulit
kenapa dipermudah
• Sulit mengurus
rekomendasi
SEKARANG
• Service Exellent kepada
anggota
• Mudah mengurus
rekomendasi, dll
Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan
Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker
Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi
Bidang Kerjasama dan Kemitraan
Badan Pengabdian Profesi dan Tanggap
Bencana
Pilar 3: PERUBAHAN DALAM POPULARITAS APOTEKER
DAHULU
• Apoteker kurang dikenal
• Apoteker ngumpet di
belakang layar
• Apoteker kurang
memperlihatkan
keahliannya di bidang
prakyik kefarmasian
SEKARANG
• Masyarakat lebih mengenal
apoteker sebagai tenaga
kesehatan
• Masyarakat mendapat
manfaat praktik
kefarmasian
• Masyarakat mengakui
profesionalitas apoteker
Pilar 4 : Membantu Transformasi Pendidikan Apoteker Sesuai
Dengan Naskah Akademik Pendidikan Apoteker, Blueprint Uji
Kompetensi Apoteker dan Instrumen Akreditasi Pendidikan
Apoteker Sesuai Hasil HPEQ Farmasi
Bidang Pendidikan, Penelitian dan Penerbitan
Bidang Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi
(LPUK)
Bidang Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan
Tinggi Kesehatan (LAM PT.Kes)
Bidang Fasilitasi Pendidikan Apoteker
Pilar 4: PERUBAHAN DALAM PENDIDIKAN APOTEKER
DAHULU
Tahun
SEKARANG
Domain
Profesi
Tahun
Domain
Akademik
Domain
Akademik
% Muatan
Pembelajaran
Model Tipe H
Domain
Profesi
% Muatan
Pembelajaran
Model Tipe Z
Pilar 5 : Mewujudkan Pelaksanaan Praktik
Kefarmasian Sesuai Peraturan Perundang-undangan,
Penegakkan, Harmonisasi dan Usulan Penerbitan
Peraturan erundang-undangan
Bidang Legislasi dan Peraturan PerundangUndangan Kefarmasian.
Badan Advokasi, Mediasi dan Perlindungan
Anggota
Pilar 5: Kelengkapan Peraturan Perundang-undangan yang
kondusif dan harmonis menuju apoteker praktik bertanggung
jawab
DAHULU
• Regulasi terpisah-pisah
yang kurang mendukung
apoteker praktik
bertanggungjawab
SEKARANG
• Regulasi terintegrasi dan
penegakkan hukum menuju
apoteker praktik
bertanggungjawab
[ LPP - SDM ]
[email protected];
[email protected]
[email protected]
APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI
Three dimensions of pharmacist
PROFESSIONAL/
COMPETENCE:
ETHICAL:
- Moral
- Behaviour
- Standard of Professional
Practice
- Personal Professional
Development
LEGAL/ REGULATION:
- Standard of Care
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara
profesional dan etis
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan
penggunaan sediaan farmasi
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan
alat kesehatan
4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang
berlaku
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
5. Mempunyai keterampilan dalam pemberian
informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan
promotif kesehatan masyarakat
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku
8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu
membangun hubungan interpersonal dalam
melakukan praktik kefarmasian
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berhubungan dengan kefarmasian
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi
Menjelaskan Kode Etik Apoteker Indonesia & Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia.
Menjelaskan aplikasi Kode Etik & Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia dalam praktik sehari-hari.
Menerapkan pertimbangan profesional dengan mengindahkan
kode etik dan disiplin dalam praktik kefarmasian.
Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi
Menjelaskan peraturan perundangan kefarmasian secara khusus
dan peraturan perundangan kesehatan secara umum.
Menjelaskan aplikasi peraturan perundangan kefarmasian secara
khusus & peraturan perundangan kesehatan secara umum dalam
praktik sehari-hari.
Menerapkan ketentuan perundangan dan aspek-aspek penting
dalam registrasi dan legislasi kefarmasian.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi
Menerapkan pengetahuan tentang hubungan dengan pelaku
utama bisnis dan pemilik HAKI, termasuk dasar interpretasi atas
hak paten.
Memperhatikan dan mengidentifikasi obat baru di pasaran.
Memenuhi ketentuan legislasi sediaan farmasi yang berpotensi
disalah gunakan.
Menunjukkan pengetahuan tentang pemasaran dan penjualan.
Menjelaskan langkah-langkah registrasi sediaan farmasi baru,
termasuk ketentuan keamanan, mutu, kemanjuran dan penilaian
farmakoekonomik sediaan farmasi.
Praktik Profesional dan Etik
Menerapkan pertimbangan profesional dengan prioritas
kesehatan dam keselamatan pasien pada pengadaan,
pengelolaan, maupun pelayanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang digunakan pasien.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Praktik Profesional dan Etik
Memberikan informasi yang tepat, jelas, dan tidak bias terkait
keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan
pasien.
Menyadari keterbatasan kemampuan profesi dan bersedia
berkomunikasi dengan teman sejawat dan/atau profesi lain demi
kepentingan pasien.
Memberikan arahan kepada pasien/masyarakat dalam memilih
sediaan farmasi yang layak dibeli/digunakan sehingga pasien
/masyarakat tidak terdorong membeli sediaan farmasi secara
berlebihan.
Mencapai dan mempertahankan standar pelayanan profesional
tertinggi.
Menjalin dan menjaga hubungan profesional dengan teman
sejawat dan profesi lain.
Menghormati kepercayaan dan kerahasiaan hubungan
profesionalitas dengan pasien dan masyarakat.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Praktik Profesional dan Etik
Mematuhi kode etik dan disiplin Apoteker Indonesia.
Menilai kinerja diri sendiri dan dampaknya pada pengobatan
pasien dan masyarakat.
Ketrampilan Komunikasi
Membuka diri untuk berbagi informasi dengan yang lain
Menghargai pendapat dan pandangan orang lain
Menunjukkan kepekaan, kepedulian atas kebutuhan, nilai,
kepercayaan dan budaya orang lain
Menjelaskan peran serta dan keterampilan yang dimiliki oleh
orang lain untuk membantu dan memfasilitasi terselenggaranya
praktik kefarmasian
Menjelaskan pendapat dan menyampaikan informasi dalam
bentuk lisan maupun tulisan dengan cara membangun
kepercayaan yang tidak menimbulkan kemarahan, kecemasan atau
efek lain yang merugikan
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi
Menjelaskan cara menjaga profesionalitas dengan pasien/keluarga
pasien atau tenaga kesehatan lain pada saat komunikasi
Membuat formula informasi, menyampaikan ide dan pendapat
secara jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan
Melakukan komunikasi informasi dengan tepat dan percaya diri
dalam bentuk lisan maupun tulisan
Melakukan klarifikasi dan menjabarkan ide, pendapat, dan
informasi untuk meningkatkan pemahaman
Memberikan kontribusi secara aktif dalam perspektif kefarmasian
dalam rangka pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Memilih istilah, gaya dan bentuk komunikasi baik lisan maupun
tulisan sesuai dengan situasi, materi komunikasi, komunikan
(kelancaran, ketepatan menggunakan istilah, efektifitas komunikasi
Melakukan identifikasi kebutuhan informasi dari komunikan
khusus
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi
Mengajukan pertanyaan yang relevan, mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan memberikan respon terhadap petunjuk lisan
maupun tertulis dan menggunakan penerjemah bila diperlukan
untuk lebih memperjelas kebutuhan komunikasi
Menjelaskan dan memperagakan bahwa informasi tertulis yang
diberikan sudah dipahami
Menindaklanjuti, membuat pertanyaan dan atau menggunakan
bantuan visual atau media lain untuk memastikan bahwa pesan
yang dikomunikasikan telah diterima dan dipahami
Melakukan identifikasi atau menjelaskan kondisi yang memerlukan
adanya komunikasi khusus terutama untuk pasien dan keluarganya
(misalnya: perbedaan budaya, bahasa, tekanan emosional, tuli,
buta, kemunduran mental, komunikasi melalui pihak ketiga)
Menerapkan kemampuan mendengar aktif (misal meminta untuk
mengulang penjelasan dengan bahasanya sendiri tanpa ada
menyalahkan dan merendahkan )
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi
Menjelaskan pentingnya merespon umpan balik untuk
meningkatkan komunikasi (membangun kepercayaan apotekerpasien)
Mendapatkan informasi spesifik yang dibutuhkan untuk
komunikasi efektif
Memberikan respon terhadap umpan balik dan memanfaatkannya
secara positif dalam proses komunikasi
Membuat daftar kendala utama untuk melakukan komunikasi
efektif
Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan
Menjelaskan masalah komunikasi dengan tenaga kesehatan terkait
(dokter, perawat dll)
Menyiapkan materi komunikasi dengan tenaga kesehatan sesuai
keluasan dan kedalaman kompetensinya (dokter, perawat dll)
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK
Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan
Menjelaskan penyelesaian masalah komunikasi dengan tenaga
kesehatan
Melakukan komunikasi secara jelas, ringkas dan tepat saat menjadi
mentor atau tutor
Melakukan komunikasi efektif dengan staf kesehatan dan sosial,
mendukung staf, pasien, perawat, kerabat dan klien, menggunakan
bahasa yang mudah dipahami serta memastikan pemahaman
pasien dll
Menggunakan teknik komunikasi efektif untuk membangun relasi
dengan pasien, tenaga kesehatan dan relawan pelayanan secara
lisan dan tertulis
Ketrampilan Komunikasi Secara Tertulis
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
Melakukan studi praformulasi dan menetapkan formula sediaan
farmasi dengan memperhatikan aspek mutu, keamanan &
kemanjuran.
Menetapkan spesifikasi bahan baku, spesifikasi bahan kemasan,
dan spesifikasi produk sesuai ketentuan perundang-undangan.
Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi dengan
mematuhi ketentuan Cara Pembuatan Sediaan Farmasi Yang Baik.
Merancang kemasan dan brosur/leaflet, serta memastikan
ketersediaan informasi sesuai kebutuhan, a.l. ED (Expiration Date),
BUD (Beyond Use Date), pelarut, kelarutan, kompatibilitas, kondisi
penyimpanan.
Memilih bahan baku sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Membuat sediaan farmasi steril maupun non-steril dengan
mematuhi prosedur yang telah ditetapkan.
Melakukan pengujian untuk memastikan kesesuaian mutu sediaan
farmasi dengan ketentuan Farmakope Indonesia atau compendium
lain yang sesuai.
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
Mendokumentasikan data/informasi secara bertanggung-jawab.
Menjelaskan prinsip manajemen mutu: penjaminan mutu (QA)
maupun pengawasan mutu (QC).
Menjelaskan prinsip Manajemen Resiko Mutu/ Quality Risk
Management.
Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan produksi beserta
parameter dan pengukurannya.
Menjelaskan prinsip kualifikasi ruangan dan mesin produksi,
validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi metoda analisa.
Menjelaskan prinsip kalibrasi mesin produksi.
Menjelaskan prinsip inspeksi diri, audit, dan pembuatan Corrective
Action & Preventive Action (CAPA).
Menjelaskan prinsip penanganan keluhan produk & obat
kembalian.
Menjelaskan persyaratan higienis dan pelatihan/training karyawan.
Pencarian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Mengidentifikasi sumber informasi yang akurat serta melakukan
penelusuran untuk memperoleh informasi terkait sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang tepat, akurat, relevan dan terkini.
Mengevaluasi, menganalisis, dan mengorganisasikan informasi
sesuai kebutuhan.
Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Mengidentifikasi hambatan komunikasi efektif dan menggunakan
strategi untuk mengatasinya.
Mendiseminasikan informasi terkait sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tepat, akurat, terkini, dan relevan dengan
kebutuhan pasien, masyarakat, sejawat atau tenaga kesehatan lain
dengan memperhatikan etika profesi.
Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Memberikan saran penggunaan obat dan alat kesehatan yang aman
dan rasional, termasuk pemilihan, cara pemakaian,
indikasi/kegunaan, kontra indikasi, cara penyimpanan, & efek
samping potensial dari penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan memperhatikan etika profesi.
Melakukan verifikasi pemahaman pasien, masyarakat, sejawat, atau
tenaga kesehatan lain.
Mendokumentasikan proses pemberian informasi.
Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
Menggali, menetapkan, dan membuat prioritas kebutuhan
pelayanan kesehatan primair pasien atau masyarakat dengan
memperhatikan kondisi sosial dan budaya.
Menyediakan informasi kesehatan yang relevan dengan kebutuhan
pasien atau masyarakat.
Memberikan saran promosi kesehatan, pencegahan dan
pengendalian penyakit, dan gaya hidup sehat.
Melakukan komunikasi masa.
Membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat maupun
penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Mengevaluasi dan mendokumentasikan kegiatan promosi kesehatan
yang dilakukan.
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan
Melakukan analisis masalah kesehatan yang sedang dan sering
terjadi.
Memilih bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dengan memperhatikan
pola prevalensi penyakit, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan,
faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat, sumber daya
manusia, genetika, demografi, dan lingkungan.
Menentukan kriteria seleksi bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan yang absah, bermutu, aman dan bermanfaat, didukung
dengan bukti yang sahih.
Menetapkan pilihan kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan berdasarkan yang paling banyak diketahui bukti
ilmiahnya, mempunyai farmakokinetika yang paling bermanfaat,
mudah diperoleh dan dengan harga terjangkau.
Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan
Menetapkan metode penghitungan kebutuhan yang sesuai dengan
pola penggunaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Menghitung kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan bahannya dengan tepat.
Memilih pemasok yang memenuhi ketentuan perundangan yang
berlaku, penjaminan mutu, ketepatan waktu dan aspek ekonomi.
Memilih dan menetapkan metode yang sesuai untuk pengadaan
bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Memilih sistem rantai pasokan yang efektif dan efisien.
Menjelaskan prosedur dan ketentuan perundangan dalam
pengadaan sediaan farmasi, termasuk narkotika dan psikotropika,
obat life-saving, obat program pemerintah, dan obat emergensi.
Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi,
Dan Alat Kesehatan
Merancang tempat penyimpanan sesuai peraturan perundangan
untuk menjamin kualitas bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan.
Merancang dan menetapkan penyimpanan berdasarkan bentuk
sediaan, legalitas, keberbahayaan, farmakologi, alfabetis.
Melakukan penerimaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan berdasar kriteria dengan baik dan benar sesuai prosedur.
Melakukan distribusi, administrasi bahan baku, sediaan farmasi,
dan alat kesehatan sesuai prosedur dengan baik dan benar, serta
menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatannya.
Memilih cara transportasi yang mampu menjamin mutu, keamanan
dan kemanfaatan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Memilih metode distribusi yang sesuai dengan kondisi pasien di area
pelayanan.
Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi,
Dan Alat Kesehatan
Melakukan pengawasan mutu terhadap bahan baku, sediaan
farmasi, dan/atau alat kesehatan yang diterima dan disimpan
sehingga terjamin mutunya sesuai standar.
Mengendalikan tingkat persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan berdasarkan analisis informasi persediaan dan rasio
yang ditetapkan.
Melakukan identifikasi dan menetapkan bahan baku, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan yang mengalami penyimpangan kualitas
Mengendalikan faktor yang berpengaruh terhadap mutu, keamanan
dan kemanfaatan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Pemusnahan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan ketentuan perundang-undangan dan persyaratan
keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat.
Menjelaskan kriteria obat yang harus dimusnahkan a.l. obat yang
rusak dan obat yang kadaluwarsa.
Melaksanakan pemusnahan bahan baku dan sediaan farmasi sesuai
ketentuan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak
lingkungan.
Membuat dokumentasi pemusnahan bahan baku dan sediaan
farmasi.
Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Merancang dan menetapkan sistem penarikan bahan baku, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan yang efektif dan efisien.
Menjelaskan alasan penarikan sediaan farmasi dan perbedaan
penyebab penarikannya.
Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelasan komunikasi risiko yang digunakan oleh instansi yang
berwenang.
Menjelaskan cara pengambilan data distribusi sediaan farmasi a.l.
nama pasien, rincian yang dapat dihubungi, tanggal pembelian,
jumlah yang dibeli.
Menilai pengaruh dan akibat eskalasi penarikan sediaan farmasi.
Mengidentifikasi tenaga kesehatan terkait & lainnya untuk
merencanakan penarikan sediaan farmasi.
Menjelaskan tata laksana penarikan sediaan farmasi, wajib dan
sukarela.
Menjelaskan informasi penting yang akan disosialisasikan kepada
pihak terkait.
Melakukan sosialisasi yang tepat sesuai kebutuhan.
Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan
Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan proses analisis data menjadi informasi yang diperlukan
dalam pengendalian persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan
alat kesehatan.
Menjelaskan manfaat teknologi informasi dalam pengendalian
persediaan bahan baku, sediaan farmasi, & alat kesehatan.
Menjelaskan hubungan antara posisi dalam struktur organisasi
dengan fungsi pelayanan farmasi.
Menyusun dan menjelaskan tugas, tanggung jawab dan kewenangan
dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi.
Menjelaskan kualifikasi SDM yang diperlukan untuk posisi tertentu
dalam struktur organisasi.
Menjelaskan syarat legalitas dan kompetensi SDM yang diperlukan.
Melakukan kalkulasi kebutuhan SDM berdasarkan jenis dan volume
pekerjaan di bidangnya.
Menjelaskan cara menilai pemahaman SDM terhadap tugas dan
tanggungjawab pekerjaannya.
Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan
Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan cara menilai pemahaman SDM terhadap peraturan
ketenagakerjaan serta kondisi yang mempengaruhi kebijakan dan
kegiatan di tempat kerja.
Menyusun rencana program pelatihan SDM.
Melakukan kalkulasi & menetapkan harga bahan baku, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan.
Menginterpretasikan laporan keuangan.
Menghitung parameter evaluasi keuangan.
Menjelaskan sistem perpajakan yang berkaitan dengan pelayanan
kefarmasian.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja
Membedakan quality assurance, quality control, dan quality
improvement.
Menjelaskan metodologi dan jenis indikator pengukuran dalam
quality assurance dan quality improvement.
Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO).
Menjelaskan aktivitas untuk mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian yang bisa atau pernah diikuti.
Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat
langsung dari aktivitas quality improvement.
Menerapkan penemuan hasil penelitian a.l. hasil uji pre-klinik, uji
klinik, eksperimen klinis-farmakologis, pengelolaan resiko, serta
menjelaskan manfaat dan resikonya.
Menjalankan audit mutu untuk memastikan pelayanan memenuhi
standar dan spesifikasi lokal/nasional.
Memastikan uji kontrol kualitas yang tepat dilaksanakan dan dikelola
secara tepat.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja
Memastikan sediaan farmasi bukan palsu dan memenuhi standar
mutu.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi data atau informasi berbasis
bukti (evidence-base) untuk meningkatkan penggunaan sediaan
farmasi dan mutu pelayanan kefarmasian.
Menerapkan, menjalankan, dan memelihara sistem pelaporan
farmako-vigilans, antara lain laporan ADR.
Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja
Menjelaskan pengelolaan waktu kerja yang baik (tepat waktu,
efektif dan efisien dalam bekerja).
Menjelaskan prioritas tugas yang terkait dengan tujuan dan sasaran
kerja yang ditetapkan.
Menetapkan alokasi waktu terkait dengan beban kerja dan prioritas
kerja.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja
Mengidentifikasi bagian tugas yang dapat didelegasikan kepada staf
atau orang lain.
Mengenali situasi yang memerlukan tambahan informasi atau
konsultasi dari para ahli untuk menyelesaikan tugas.
Mematuhi jadwal yang telah disusun sebelumnya untuk
penyelesaian tugas.
Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
Menjelaskan struktur organisasi tempat bekerja.
Melakukan verifikasi ruang lingkup peran dan tanggung jawabnya
dalam organisasi.
Berpartisiasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
Melakukan identifikasi kebutuhan sumber daya untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai skala prioritas.
Memilah penggunaan informasi, pedoman, dan instruksi yang
dibutuhkan demi mendukung selesainya pekerjaan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
Menjelaskan hubungan antara kebijakan, pekerjaan, dan prosedur
dengan peraturan perundang-undangan (advokasi pekerjaan
terhadap kebijakan yang dibuat).
Menunjukkan pengukuran kinerja diri sendiri.
Melakukan tindak lanjut dari evaluasi hasil pengukuran kinerja diri
sendiri.
Bekerja Dalam Tim
Memberikan umpan balik yang wajar dalam tim.
Menggunakan catatat dan dokumen untuk komunikasi hal-hal
penting sebagai tindak lanjut dan/atau dalam memberikan
informasi ke staf atau petugas.
Menjelaskan tanggungjawab setiap anggota tim terkait tipe
pekerjaannya.
Melakukan identifikasi dan/atau menjelaskan situasi dimana
pekerjaan seseorang berpengaruh pada orang lain di tempat kerja.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Bekerja Dalam Tim
Menunjukkan perilaku positif saat berkolaborasi dengan anggota
tim.
Memberi contoh pendampingan sejawat dalam pelaksanaan tugas.
Menjaga hubungan kolaboratif dan saling menghargai dengan
tenaga profesional lain & keluarga/pendamping penggunaan obat
dalam rangka memberikan pelayanan pasien secara spesifik.
Membangun Kepercayaan Diri
Mengidentifikasi dan menyetujui atau menolak permintaan
pengadaan, produksi, dan distribusi sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak layak.
Mempertanggungjawabkan kelayakan permintaan sediaan farmasi
dan/ atau alat kesehatan.
Menjelaskan ketidaklayakan permintaan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Membangun Kepercayaan Diri
Membuat alternatif pilihan yang harus diambil untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Menunjukkan posisi dan peran apoteker dengan jelas dan ringkas.
Menunjukkan posisi dan peran apoteker dalam upaya perubahan
perilaku orang lain.
Penyelesaian Masalah
Mengidentifikasi, menganalisis, dan menjelaskan penyebab atau
faktor-faktor penyebab masalah.
Menjelaskan penggunaan beberapa teknik, a.l. daftar tilik, diagram
sebab akibat, pareto, untuk membantu menyelesaikan masalah.
Menjelaskan rencana penyelesaian masalah secara sistematis.
Menetapkan dan melibatkan pihak lain terkait untuk menyelesaikan
masalah.
Mendorong dan merima masukan orang lain dengan lapang dada
untuk menyelesaikan masalah.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Penyelesaian Masalah
Melakukan dokumentasi masalah-masalah, faktor-faktor penyebab
dan alternatif pilihan untuk menyelesaikan masalah.
Menjelaskan pentingnya proses monitoring dan mendiskusikan
evaluasi pencapaian tujuan untuk penyelesaian masalah.
Menjelaskan proses monitoring dengan tolak ukur yang jelas bahwa
telah dilakukan penyelesaian masalah.
Menunjukkan bagaimana monitoring hasil sudah digunakan untuk
melihat kegiatan selanjutnya.
Pengelolaan Konflik
Mengidentifikasi tanda-tanda adanya konflik, a.l. moral rendah,
ketidak-hadiran, kesalahan pelayanan, perilaku agresif/tidak
kooperatif, sebelum hal ini menyebabkan efek samping.
Mengidentifikasi penyebab utama atas isu yang terjadi dan siapa
yang berpartisipasi dalam konflik tersebut.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Pengelolaan Konflik
Menjelaskan kejadian dan sumber konflik tanpa menyalahkan pihak
terkait.
Menjelaskan jarak antara strategi pendekatan yang efektif untuk
menyelesaikan konflik di tempat kerja (penyelesaian masalah secara
kolaboratif, menggunakan sistem mediasi, negosiasi menangmenang, identifikasi keluaran sesuai kesepakatan).
Menjelaskan dan memutuskan metode yang terbaik untuk
menyelesaikan masalah.
Menggunakan keterampilan komunikasi verbal maupun non-verbal
dan keterampilan lain selama proses berlangsung dengan percaya
diri.
Peningkatan Layanan
Mengidentifikasi kebutuhan, merencanakan dan
mengimplementasikan pelayanan baru sesuai kebutuhan setempat.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
Peningkatan Layanan
Mengidentifikasi, menyelesaikan, menindaklanjuti & mencegah
masalah terkait sediaan farmasi (medicines related problem).
Pengelolaan Tempat Kerja
Memperhatikan dan mengelola masalah manajemen sehari-hari.
Menunjukkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan
membuat penilaian yang tepat secara cermat.
Memastikan jadwal kegiatan dirancang dan dikelola secara tepat.
Memastikan jam kerja dirancang dan dikelola secara tepat.
Mengenali dan mengelola sumberdaya farmasi.
Uraian tugas dan tanggung jawab di tempat kerja
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Mawas Diri dan Pengembangan Diri
Mendokumentasikan aktivitas pengembangan diri (CPD).
Memelihara dan mengembangkan jaringan kerja, antara lain dengan
pembimbing di dalam maupun di luar lembaganya.
Mengevaluasi kemutakhiran pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki.
Mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di luar lingkup
pengetahuan yang dimiliki.
Mengenali keterbatasan diri dan bertindak untuk mengatasinya.
Merefleksikan hasil pengembangan diri dalam kinerja.
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi
Mengikuti secara aktif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan praktik kefarmasian di berbagai
media ilmiah.
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi
Mendiskusikan dan membahas perkembangan ilmu maupun hasilhasil penelitian kefarmasian dalam rangka meningkatkan
profesionalitas dalam pelayanan.
Mengikuti program pemerintah dan/atau asosiasi profesi untuk
menjaga kompetensi dan perkembangan profesi. Membuat tulisan
tentang kefarmasian dan dipublikasikan.
Berpartisipasi dalam penelitian kefarmasian, khususnya
pengembangan data/informasi berbasis bukti (evidence base).
Mengikuti perkembangan standar kompetensi kefarmasian terkini
untuk mencapai dan mempertahankan standar kompetensi profesi
tertinggi.
Membangun proses pembelajaran dan pengembangan apoteker,
calon apoteker serta profesi kesehatan yang lain di tempat kerja.
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Penggunaan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas
Mengikuti perkembangan teknologi terkini di bidang farmasi dan
teknologi informasi dan komunikasi.
Menggunakan teknologi terkini untuk mencapai dan
mempertahankan standar kompetensi profesi.
Melakukan analisis kemanfaatan teknologi terhadap relevansi
praktik kefarmasian.
Dalam dunia profesi
hanya ada dua katagori kemampuan:
KOMPETEN atau TIDAK KOMPETEN
TIDAK ADA ISTILAH
AGAK KOMPETEN
STANDAR KOMPETENSI
APOTEKER INDONESIA
BASELINE
Siklus dalam Experiential Learning
Refleksi
Evaluasi
Pencatatan
(Portofolio)
Perencanaan
Tindakan
(Rouse, 2004)
Komposisi Isi Pembelajaran
Kompetensi
Apoteker
Pendidikan S1
Training Calon
Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Knowledge +++++
Knowledge ++
Practical +++
Knowledge +
Practical ++++
Sasaran Pembelajaran
Kompetensi
Apoteker
Pendidikan S1
Training Calon
Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Dosen
Preceptor
Trainer
Pelaksanaan Pembelajaran
Kompetensi
Apoteker
Pendidikan S1
Training Calon
Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Knowledge +++++
Knowledge ++
Practical +++
Knowledge +
Practical ++++
Dosen
Preceptor
Trainer
Kualifikasi Dosen ≠ Pre eptor ≠ Trai er
Kode Etik
MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan
tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan
keahliannya harus senantiasa mengharapkan
bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa
Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan
bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya
selalu berpegang teguh kepada sumpah / janji
Apoteker
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam
pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu : Kode Etik Apoteker Indonesia
Pedoman Pelaksanaan
1. Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan
pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah niat
luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan
tuntunan Tuhan yang Maha Esa
2. Sumpah dan janji apoteker adalah komitmen
seorang apoteker yang harus dijadikan landasan
moral dalam pengabdian profesinya
3. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip
harus diikuti oleh apoteker sebagai pedoman dan
petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak
dan mengambil keputusan
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan Sumpah Apoteker
Pedoman Pelaksanaan :
Sumpah / janji Apoteker yang diucapkan seorang
apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya
harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan
moral dalam setiap tindakan dan perilaku
Pasal 2 :
Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguhsungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia
Pedoman Pelaksanaan
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia dinilai dari ada tidaknya
laporan masyarakat , ada tidaknya laporan dari sejawat
Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta
tidak ada laporan dari Dinas Kesehatan
Pengaturan Pemberian sanksi ditetapkan dalam
Peraturan Organisasi (PO)
Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan
profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksankaan
kewajibannya
Pedoman Pelaksanaan :
1. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti ,
menghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai
dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud adalah ketrampilan, sikap
dan perilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum dan
etik
2. Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat
uji kompetensi
3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi
pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan
keputusan seorang Apoteker indonesia
4. Bilamana suatu saat seorang Apoteker dihadapkan
kepada konflik tanggung jawab profesional, maka
dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus
memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat
untuk kepentingan pasien serta masyarakat
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan dibidang farmasi pada khususnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya secara
terus menerus
2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan , diukur dari nilai
SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh Apoteker
ditetapkan dalam peraturan organisasi
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya, setiap Apoteker harus
berusaha menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri
semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker dalam tindakan profesionalnya harus
menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau
merugikan orang lain
2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat
memperoleh imbalan dari pasien dan masyarakat atau jasa
yang diberikannya dengan tetap memegang teguh kepada
prinsip mendahulukan kepentingan pasien
3. Seorang Apoteker dalam tindakan profesionalnya harus
menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau
merugikan orang lain
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi
contoh yang baik bagi orang lain
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan
masarakat atas profesi yang disandangkan dengan
jujur dan penuh integritas
2. Seorang Apoteker tidak akan menyalah gunakan
kemampuan profesionalnya kepada orang lain
3. Seorang Apoteker harus menjaga perilakunya
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi
sesuai dengan profesinya:
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker memberikan informasi kepada
pasien / masyarakat harus dengan cara yang mudah
dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut
sesuai, relevan dan up to date
2. Sebelum memberikan informasi, Apoteker harus
menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien
ataupun orang yang datang menemui apoteker
mengenai pasien serta penyakitnya
3. Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi
mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga
profesi kesehatan yang terlibat
4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat dalam
bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara
jelas, melakukan montoring penggunaan obat dan
sebagainya
5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan bidang farmasi pada khususnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan
perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu
setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker
dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada
dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku
2. Apoteker harus membuat SPO sebagai pedoman
kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan
kefarmasian sesuai kewenangan atas dasar peraturan
perundangan yang ada
BAB II
Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita:
Pasal 9 :
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik
kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani
Pedoman Pelaksanaan :
1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal
yang paling utama dari seorang Apoteker
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional Apoteker
harus berpihak kepada kepentingan pasien dan
masyarakat
3. Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien
untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka
4. Seorang Apoteker harus mengambil langkah untuk
menjaga kesehatan pasien, khususnya janin, bayi,
anak-anak, serta orang yang dalam kondisi lemah
5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang
diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin
mutu, keamanan dan khasiat dan cara pakai obat
yang tepat
6. Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien,
rahasia kefarmasian dan rahasia kedokteran dengan
baik
7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan
profesi yang telah ditetapkan oleh Dokter dalam
bentuk penulisan resep dsb.
8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil
kebijakan yang berbeda dengan permintaan Dokter,
maka Apoteker harus melakukan komunikasi dengan
Dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
membolehkan Apoteker mengambil keputusan demi
kepentingan dan atas persetujuan pasien
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10 :
Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menghargai teman sejawatnya
termasuk rekan kerjanya
2. Bilamana Seorang Apoteker dihdapkan pada suatu situasi
yang problematik, baik secara moral ataupun peraturan
perundangan yang berlaku tentang hubungannya dengan
sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan
dengan baik dan santun
3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun MPEA
dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat
Pasal 11 :
Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan
kode etik
Pedoman Pelaksanaan :
1. Bilamana Seorang Apoteker mengetahui sejawatnya
melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia
harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya
tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada
2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima
maka dia dapat menampaikan kepada Pengurus
Cabang dan atau MEDAI secara berjenjang
Pasal 12 :
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menjalankan tugasnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara kerja
sama dengan sejawat apoteker lainnya
2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya
dalam menjalankan pengabdian profesinya
3. Seorang Apoteker harus saling mempercayai teman
sejawatnya dalam menjalani/memelihara kerja sama
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai dan menghormati
Sejawat Petugas Kesehatan lain
Pedoman Pelaksanaan :
1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya
secara seimbang dan bermartabat
2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi
tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa
dipermalukan
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya / hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada Sejawat Petugas Kesehatan lainnya
Pedoman Pelaksanaan :
Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu mengkomunikasikan
dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipermalukan
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya seharihari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka
Apoteker tersebut wajib mengakui dan menerima
sanksi dari Pemerintah, Organisasi Profesi Farmasi
yang menanganinya (IAI) dan mempertanggung
jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
2014
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker
untuk mentaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan praktik
yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan
dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat
MEDAI, adalah organ organisasi profesi Ikatan Apoteker
Indonesia yang bertugas membina, mengawasi dan menilai
pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota
maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkat kan dan
menegakkan disiplin apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang
membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker;
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya
disingkat SPAI adalah pendidikan akademik dan
pendidikan profesional yang diarahkan guna mencapai
apoteker yang profesional
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak
kompeten.
Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak
dengan standar praktek Profesi/standar kompetensi
yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/
mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau
masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian
yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa
kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti
dan/ atau Apoteker pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan
tertentu atau tenaga kesehatan lainnya yang tidak
memiliki kompetensi untuk pekerjaan itu
- Tidak hadir di tempat praktik pada pelayanan
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak
kepada masyarakat :
- Menetapkan harga obat terlalu tinggi padahal obat
tersebut diperlukan secara luas oleh masyarakat
- Memberikan saran kepda masyarakat untuk
menggunakan sediaan tertentu yang tidak sesuai
dengan kebutuhan
5. Tidak e erika i for asi ya g sesuai, releva da up
to date de ga ara ya g udah di e gerti oleh
pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
- Menyembunyikan beberapa informasi misal : ES obat
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar
Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh
personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai
dengan kewenangannya.
- Tidak ada PROTAP di tempat praktik
- Ada PROTAP tapi tidak disosialisasikan ke personil lain di
tempat praktik
7. Me erika sediaa far asi ya g tidak terja i „ utu‟,
‟kea a a ‟, da ‟khasiat/ a faat‟ kepada pasie .
- Menyerahkan obat tanpa informasi yang jelas, benar
dan lengkap terkait penyimpanan
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi)
obat dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang
berlaku :
- Pengadaan obat dari jalur tidak resmi
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.
- Tidak melakukan skreening resep terkait dengan
kesesuaian farmasetik/kesesuaian klinik
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai
standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan
kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu
sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan
yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga
dapat membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam
pelaksanaan praktik swa-medikasi(self medication) yang
tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak
etis, dan/atau tidak objektif :
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi
yang tidak baik dan tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat
Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti
lainnya yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun
tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan
kepada hasil pekerjaan yang diketahuinya secara benar
dan patut.
BAB V
SANKSI DISIPLIN
1. Pemberian peringatan tertulis
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan apoteker
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik yang dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik tetap atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan apoteker yang dimaksud dapat berupa :
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan,
magang di institusi pendidikan atau sarana pelayanan
kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan
yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan
paling lama1 (satu) tahun.
QA Pharmacy
Education
(FIP, 2014)
Regulasi & Pekerjaan Kefarmasian:
Peraturan Perundangan
Peraturan Organisasi
Pedoman :
1. Pengadaan sediaan farmasi GPP
2. Produksi sediaan farmasi GMP
3. Penyimpanan sediaan farmasi GSP
4. Distribusi/ penyaluran sediaan farmasi GDP
5. Pelayanan sediaan farmasi GPP
Sediaan farmasi: meliputi obat, bahan obat, obat
tradisional, kosmetika.
5 Pilar Strategi Pencapaian Tujuan
Organisasi IAI
Kualitas Perundangundangan, Pelaksanaan dan
Penegakkan
Pendidikan Calon
Apoteker
Branding Apoteker
Kualitas Organisasi
Apoteker Praktek
Bertanggungjawab
Pilar 1 : Terwujudnya Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
Badan Pendayagunaan dan Optimalisasi
Praktik Apoteker
Badan Sertifikasi Profesi
Badan Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
Bidang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Bidang Keamanan Sediaan Farmasi, Alkes dan
Makanan
Himpunan Seminat dan IYPG
Pilar 1 : PERUBAHAN KONDISI PRAKTIK APOTEKER
DAHULU
• Apoteker Penampakan
• Apoteker Dewa
• Apoteker Gadai Ijazah
• Hanya Apoteker
tertempel di Surat Ijin
• Tidak pernah belajar lagi
SEKARANG
• Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
• Explain & Describe
medicine to Patient
• Apoteker Mengisi PMR
• Apoteker Praktik
mempunyai ikatan dengan
pasien
• CPD
Pilar 2: Terwujudnya Peningkatan Kualitas Organisasi IAI
Dalam Melayani Anggota dan Masyarakat
Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Leadership
Training
Bidang Pelayanan dan Kesejahteraan Anggota
Bidang Aset Manajemen, Yayasan dan
Perusahaan
Koordinator Wilayah 1, 2, 3
Dewan Pakar, Pengawas, Kehormatan,
Pembina
Pilar 2: PERUBAHAN DALAM BERORGANISASI
DAHULU
• Pengurus IAI berprinsip
seperti birokrat Kuno :
kalau bisa dipersulit
kenapa dipermudah
• Sulit mengurus
rekomendasi
SEKARANG
• Service Exellent kepada
anggota
• Mudah mengurus
rekomendasi, dll
Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan
Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker
Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi
Bidang Kerjasama dan Kemitraan
Badan Pengabdian Profesi dan Tanggap
Bencana
Pilar 3: PERUBAHAN DALAM POPULARITAS APOTEKER
DAHULU
• Apoteker kurang dikenal
• Apoteker ngumpet di
belakang layar
• Apoteker kurang
memperlihatkan
keahliannya di bidang
prakyik kefarmasian
SEKARANG
• Masyarakat lebih mengenal
apoteker sebagai tenaga
kesehatan
• Masyarakat mendapat
manfaat praktik
kefarmasian
• Masyarakat mengakui
profesionalitas apoteker
Pilar 4 : Membantu Transformasi Pendidikan Apoteker Sesuai
Dengan Naskah Akademik Pendidikan Apoteker, Blueprint Uji
Kompetensi Apoteker dan Instrumen Akreditasi Pendidikan
Apoteker Sesuai Hasil HPEQ Farmasi
Bidang Pendidikan, Penelitian dan Penerbitan
Bidang Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi
(LPUK)
Bidang Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan
Tinggi Kesehatan (LAM PT.Kes)
Bidang Fasilitasi Pendidikan Apoteker
Pilar 4: PERUBAHAN DALAM PENDIDIKAN APOTEKER
DAHULU
Tahun
SEKARANG
Domain
Profesi
Tahun
Domain
Akademik
Domain
Akademik
% Muatan
Pembelajaran
Model Tipe H
Domain
Profesi
% Muatan
Pembelajaran
Model Tipe Z
Pilar 5 : Mewujudkan Pelaksanaan Praktik
Kefarmasian Sesuai Peraturan Perundang-undangan,
Penegakkan, Harmonisasi dan Usulan Penerbitan
Peraturan erundang-undangan
Bidang Legislasi dan Peraturan PerundangUndangan Kefarmasian.
Badan Advokasi, Mediasi dan Perlindungan
Anggota
Pilar 5: Kelengkapan Peraturan Perundang-undangan yang
kondusif dan harmonis menuju apoteker praktik bertanggung
jawab
DAHULU
• Regulasi terpisah-pisah
yang kurang mendukung
apoteker praktik
bertanggungjawab
SEKARANG
• Regulasi terintegrasi dan
penegakkan hukum menuju
apoteker praktik
bertanggungjawab
[ LPP - SDM ]
[email protected];
[email protected]
[email protected]