Telaah Penetapan KKM berdasar Kompleksitas Materi Pembelajaran

Telaah Kompleksitas Materi Pembelajaran dalam Menetapkan
KKM
Insih Wilujeng, FMIPA, UNY

Pendahuluan
Kurilulum merupakan suatu program yang dapat ditinjau dari 5
variasi konsep, yaitu kurikulum sebagai tujuan, konten, perencanaan,
dokumen, dan pengalaman (Shao-Wen Su : 2012). Kurilukum sebagai
tujuan berisi tujuan-tujuan spesifik pembelajaran dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai konten berisi daftar materi atau
topik-topik untuk mencapai tujuan spesifik pembelajaran. Kurikulum
sebagai perencanaan berisi perencanaan pembelajaran yang spesifik
dengan menetapkan metode pembelajaran. Kurikulum sebagai dokumen
memiliki makna pengintegrasian tujuan, konten dan perencanaan yang
harus ditulis secara menyeluruh (silabus, RPP, LKS, Penilaian, Materi ajar).
Terakhir kurikulum sebagai pengalaman adalah memfasilitasi aktivitasaktivitas siswa sebagai proses mencapai tujuan.
Satu dekade terakhir, Indonesia mengacu kurikulum berbasis
kompetensi. Salah satu prinsip dari kurikulum berbasis kompetensi
adalah, bahwa penilaian kurikulumnya menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di
satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP
secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).
Angka

maksimal

100

merupakan kriteria

ketuntasan

ideal.

Target


ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan
pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah
target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. KKM ditetapkan
oleh sekolah pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan :
1

1. Intake (kemampuan rata-rata peserta didik)
2. Kompleksitas

(mengidentifikasi

indikator

sebagai

penanda

tercapainya kompetensi dasar)
3. Kemampuan daya pendukung (berorientasi pada sumber belajar)

(Depdiknas: 2009)
Intake adalah tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Untuk
kelas X, intake didasarkan pada hasil seleksi PPDB, nilai UN, rapor kelas 3
SMP, tes seleksi masuk,

atau psikotes, sedangkan Kelas XI dan XII

didasarkan pada tingkat pencapaian KKM peserta didik pada semester
atau kelas sebelumnya
Tingkat Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD atau
indikator

yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompleksitas tinggi,

apabila dalam mencapai kompetensi diperlukan
a. Guru: memahami kompetensi yang harus dicapai peserta didik; kreatif
dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran
b. Waktu: cukup lama karena perlu pengulangan
c. Peserta didik: penalaran dan kecermatan yang tinggi
Daya dukung mencakup ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana

pendidikan yang diperlukan, biaya operasional pendidikan, manajemen
sekolah, dan kepedilian stakeholder sekolah.
Kompleksitas Materi Pembelajaran
Kompleksitas materi pembelajaran saling berpengaruh dengan
kompleksitas pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan
proses membangun kemandirian melalui aktualisasi otoritas dan hak
belajar siswa. Dalam prosesnya, siswa berhak untuk belajar (berpikir,
berpendapat, bertanya), atau sebaliknya (misalnya tidak fokus belajar)
serta memiliki otoritas menciptakan situasi belajarnya. Ketika siswa tidak
termotivasi, tidak memiliki kesempatan berpendapat atau bertanya maka
mereka telah dilanggar hak asasinya. Pelanggaran tersebut dapat
menyebabkan anak menjadi tidak mandiri karena tidak belajar, tidak
berdaya, terabaikan dan tertekan.
Pembelajaran yang dilakukan siswa setidaknya mencakup empat
aspek: konseptual (pemahaman materi), kognitif (pola berpikir), epistemik
2

(proses mengetahui) dan sosial (interaksi insani yang bermakna) (Suratno,
2008). Keutuhan proses tersebut di kelas seringkali tereduksi dimana
terlalu menekankan pada aspek konseptual saja. Kebijakan ujian nasional

kiranya menambah beban ketimpangan tersebut. Padahal, ketiga aspek
lainnya

kiranya

lebih

penting

karena

di

dalamnya

menumbuhkan

kreativitas, ruang diskusi serta kemandirian (independent learner).
Pada praktiknya, siswa secara alamiah mungkin mengalami situasi
yang disebut kesulitan belajar (learning obstacle). Terdapat tiga faktor

penyebabnya, yaitu hambatan

ontogeni

(kesiapan mental belajar),

didaktis (akibat pengajaran guru) dan epistemologi (pengetahuan siswa
yang memiliki konteks aplikasi yang terbatas) (Brousseau, 1997). Jika
bercermin pada situasi saat ini, mungkin selama ini telah terbentuk
hambatan belajar sistemik bagi peserta didik. Barangkali selama ini anak
tidak

belajar,

hanya

sebatas

hadir


di

kelas.

Kenyataan

tersebut

menyiratkan bahwa menciptakan situasi belajar bagi peserta didik
memerlukan kerangka pikir yang utuh.
Tingkat kompleksitas merupakan

kesulitan/kerumitan

setiap

indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik. Dalam hal ini guru harus betul-betul mencermati
tingkat kerumitan dari suatu materi. Kompleksitas materi diberikan skor
sesuai tingkat kerumitanya. Materi yang sangat kompleks/sukar diberi

skor yang rendah, materi yang tidak komplek/dianggap mudah diberi skor
tinggi. Lebih jauh sistem kompleks merupakan sistem yang berusaha
dilihat secara holistik (Hokky Situngkir: 2003).
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi,
apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu
dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
a. guru

yang

memahami

dengan

benar

kompetensi

yang


harus

dibelajarkan pada peserta didik;
b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang
bervariasi;
c.

guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang
yang diajarkan;

d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
3

e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
f.

peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian
tugas/pekerjaan;

g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena

memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam
proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar
peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
Contoh 1.
SK 1 : Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan
mekanika benda titik
KD: 1.3 : Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan
Indikator : Menentukan gaya total susunan pegas seri atau paralel dalam
kehidupan
Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan
gaya total pegas diperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran
peserta didik dalam perhitungannya
Contoh 2.
SK 1: Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan
mekanika benda
titik.
KD 1.1 : Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola
dengan
menggunakan vektor.

Indikator: Menghitung besar dan arah perpindahan, kecepatan, dan
percepatan gerak suatu benda.
Indikator ini memiliki kompleksitas yang sedang karena memerlukan
tahapan berpikir/penalaran yang sederhana.
Langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut.
4

2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan,

yaitu

peserta

didik,

orang

tua,

dan

dinas

pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua/wali peserta didik.
Cara Penetapan KKM
a. Dengan memberikan point pada setiap kriteria yang ditetapkan :
1. Kompleksitas

:

2. Daya dukung

:

3. Intake

:

Tinggi = 1
Sedang = 2
Rendah = 3
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1

Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas rendah, daya dukung
tinggi dan intake siswa sedang à nilainya adalah:

( 3+ 3+2 ) x 100
=88,89
9
b. Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria
1. Kompleksitas
2. Daya dukung

:
Tinggi = 50-64
Sedang = 65-80
Rendah = 81-100
:
Tinggi = 81-100
Sedang = 65-80
Rendah = 50-64
5

3. Intake

:

Tinggi = 81-100
Sedang = 65-80
Rendah = 50-64
Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas sedang, daya dukung
tinggi dan intake sedang à nilainya adalah rata-rata setiap nilai dari
kriteria yang kita tentukan.
Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai dari setiap kriteria
perlu kesepakatan dalam forum MGMP di Sekolah.
c. Dengan memberikan pertimbangan professional judgment pada setiap
kriteria untuk menetapkan nilai :
1. Kompleksitas

:

Tinggi
Sedang
Rendah

2. Daya dukung

:

Tinggi
Sedang
Rendah

3. Intake

:

Tinggi
Sedang
Rendah

Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas rendah, daya
dukung tinggi dan intake siswa sedang à maka dapat dikatakan hanya
satu komponen yang mempengaruhi untuk mencapai

ketuntasan

maksimal 100 yaitu intake sedang. Jadi guru dapat mengurangi nilai
menjadi antara 65-80

Contoh Penetapan KKM

6

7

Analisis

ketuntasan

adalah

kegiatan

yang

dilakukan

untuk

mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Hasil analisis
ditindaklanjuti dengan (enrichment) bagi yang sudah tuntas. Manfaat
analisis untuk:
1. Sebagai dasar untuk menetapkan KKM pada tahun berikutnya
2. Perbaikan proses pembelajaran
memberikan perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum tuntas
dan pengayaan
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian terkait analisis korelasi kompleksitas
materi, daya dukung, dan intake siswa terhadap prestasi belajar
disimpulkan bahwa
secara

terpisah

terdapat kontribusi yang positif dan signifikan

dan

simultan

antara kompleksitas

materi,

daya

dukung, dan intake siswa terhadap prestasi belajar
Terdapat gambaran nyata bahwa variabel prediktor baik secara
terpisah

maupun

simultan mempunyai

kontribusi terhadap

prestasi

belajar siswa. Untuk itu, upaya untuk meningkatkan dampak ke tiga
variabel

tersebut

harus

diperhatikan. Upaya-upaya

tersebut

antara

lain: menerapkan gaya kepemimpinan kepala yang efektif, menciptakan
daya dukungyang kondusif, dan meningkatkan intake siswa
Daftar Pustaka
------------. (2009). Materi Sosialisasi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Brousseau,G. (1997). Theory of Didactical Situations (N.Balacheff,M.
Cooper,R. Sutherland, V. Warfield Eds &Trans). Dordrecht,
Netherland: KluwerAcademic.
Hokky Situngkir. (2003). Emerging the Emergence Sociology: the
philosophical framework of agent based social. Journal of Social
Complexity.
I Ketut Agus Setyawan. (2009). Analisis korelasi kompleksitas materi, daya
dukung, dan Intake siswa terhadap prestasi belajar biologi pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di kecamatan Kuta
kabupaten Badung
8

Shao-Wen Su. (2012). The Various Concepts of Curriculum and the Factors
Involved in Curricula-making. Journal of Language Teaching and
Research, Vol. 3, No. 1, pp. 153-158, January 2012
Suratno,T. (2008). Relevansi kurikulum danpendidikan sains di abad21.
EDUSAINS Vol.1 No.2 ,Desember 2008.

TUGAS WORKSHOP

9

1. Kelompok guru mapel membuat kesepakatan menetapkan KKM
Mapel berdasar mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik
2. Kelompok Guru Mapel membuat kesepakatan cara menetapkan KKM
(a/ menetapkan point atau b/rentang nilai)
3. Melakukan anlisis kompleksitas setiap KD dengan menggunakan
format
FORMAT PENETAPAN KKM SETIAP KD
Mapel
: …………………………
Kelas
: …………………………
Semester : …………………………
KD dan Indikator
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Penetapan Ketuntasan
KKM
Komplek
Daya
Intake
sitas
Dukung

Catatan:
 Intake untuk setiap indikator relatif sama
 Daya dukung dan kompleksitas materi disesuaikan untuk
setiap indicator

10

Telaah Kompleksitas Materi Pembelajaran dalam
Menetapkan KKM

Oleh
Insih Wilujeng, FMIPA, UNY

Materi disampaikan dalam kegiatan Workshop Penetapan KKM Mata Pelajaran di
SMK N 2 Yogyakarta, Kamis 15 September 2016

SMK NEGERI 2 KOTA YOGYAKARTA
2016

11

12