Logam Inventarisasi HalmaheraTimur Tengah MALUT

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM
DI KAB. HALMAHERA TIMUR DAN KAB. HALMAHERA TENGAH
PROVINSI MALUKU UTARA
Kisman1 dan Ernowo1
Kelompok Program dan Penelitian Mineral

1

SARI
Tektonik regional Pulau Halmahera terbagi atas dua mendala utama geologi yaitu Mendala
Geologi Timur atau Lengan Timur dan Mendala Geologi Barat atau Lengan Barat. Kedua Mendala
geologi tersebut memiliki karakteristik yang sangat berbeda (Supriatna, S., 1980). Perkembangan tektonik
pada lengan timur diperkirakan terjadi pada akhir Kapur dan awal Tersier. Mendala lengan timur terdiri
atas batuan tua ultrabasa dan serpih merah yang diduga berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen
Formasi Dorosagu yang berumur Paleosen-Eosen. Kegiatan tektonik lanjutan terjadi pada awal Eosen –
Oligosen. Ini diketahui dari ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan Formasi Bacan yang batuan
vulkanik berumur akhir Oligosen – Miosen Awal (Oligo-Miosen).
Mineralisasi terjadi pada batuan gunungapi Formasi Bacan dan batuan terobosan, terutama pada

daerah dekat kontak dengan intrusi. Mineralisasi juga terjadi pada batuan ultrabasa yang menghasilkan
asbes dan garnierit seperti yang ditemukan di sebelah utara Lelilef, Sungai Wasia dan di sebelah barat
Gunung Limber.
Hasil uji petik di hulu Sungai Ofa wilayah Desa Wayamli Kecamatan Maba Tengah, Kabupaten
Halmahera Timur dimana litologinya didominasi oleh satuan batuan vulkanik Formasi Bacan ditemukan
urat-urat kuarsa dengan garis-garis hitam mangan dan coklat limonit dengan jurus dan kemiringan
N200°E/50° dengan lebar 45 cm. Mineralisasi yang nampak adalah mineral pirit tersebar. Pada Sungai
Sasamarang ditemukan batuan terubah kloritisasi dan silisifikasi. Struktur kekar-kekar berarah N 130°E,
mengandung mineral pirit dan kalkopirit tersebar. Hasil analisis kimia batuan menunjukkan kandungan
unsur Cu = 8 ppm-1550 ppm ; Pb = 58 ppm-2753 ppm; Zn = 16 ppm-734 ppm; Ag = 3 ppm-17 ppm dan
Au = 2 ppb-60 ppb. Hasil analisis kimia batuan dari lokasi wilayah Lelilef, unsur Ni = 143 ppm-3835
ppm; Co = 72 ppm-193 ppm; Cr = 236 ppm-273 ppm dan Fe = 5,38%-5,91%.
Stratigrafi daerah uji petik Lelilef Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah,
tersusun oleh batuan ultrabasa yang sebagian besar telah mengalami lateritisasi. Hasil analisis kimia
batuan menunjukkan kandungan unsur Ni = 143 ppm-3835 ppm; Co = 72 ppm-193 ppm; Cr = 236 ppm273 ppm dan Fe = 5,38%-5,91%. Sedangkan hasil analisis kimia dari conto endapan sungai akatif Ni =
1532 ppm-2118 ppm; Co = 130 ppm-169 ppm; Cr = 1674 ppm-3351 ppm dan Fe = 7,24%-10,53%.
Dari Hasil kegiatan eksplorasi PT. Weda Bay di daerah ini ditemukan sumberdaya nikel sebesar
277 Juta Ton.

PENDAHULUAN

Pengelolaan potensi sumber daya alam melalui
inventarisasi merupakan salah satu program
pembangunan
nasional
dalam
bidang
pengembangan dan peningkatan akses informasi
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dengan
demikian perlu dilakukan inventarisasi potensi
sumberdaya alam secara berkesinambungan,
sehingga dapat diperoleh data yang terbaru dan
akurat.

Inventarisasi dan eksplorasi mineral logam di
beberapa daerah kabupaten merupakan upaya
menghimpun data potensi mineral logam di
seluruh
Indonesia
untuk
meningkatkan

ketersediaan data yang terbaru dan akurat. Hal ini
juga terkait dengan peningkatan investasi di
bidang eksplorasi dan eksploitasi mineral logam.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas maka,
Sub Kelompok Kerja Mineral Logam TA 2007
membentuk beberapa tim kegiatan lapangan, salah
satu diantaranya adalah tim inventarisasi mineral
logam di Kabupaten Halmahera Timur dan

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku
Utara (Gambar 1).
Lokasi kegiatan inventarisasi di wilayah kedua
kabupaten yang secara umum tersusun batuan
ultrabasa memiliki potensi terbentuknya endapan
nikel. Penambangan nikel di Kabupaten
Halmahera Timur dan Halmahera Tengah sudah
berlangsung sejak lama terutama oleh PT. Aneka

Tambang sampai saat ini. Beberapa perusahaan
baru melakukan eksplorasi dan sudah ada yang
beroperasi menambang di wilayah ini. Sehingga
ketersediaan data sekunder mengenai endapan
nikel di daerah ini cukup memadai. Batuan
vulkanik juga diendapkan dan dibeberapa tempat
terbukti sebagai pembawa mineral logam mulia
dan logam dasar.
Atas dasar keterdapatan satuan batuan ultrabasa
dan batuan vulkanik tersebut, maka dilakukan uji
petik untuk pengambilan data primer di Desa
Wayamli, Kecamatan Maba Tengah, Kabupaten
Halmahera Timur dan Desa Lelilef, Kecamatan
Weda, Kabupaten Halmahera Tengah guna
mengetahui prospek keterdapatan sumberdaya
mineral logam.

Mendala Geologi Halmahera Barat atau Lengan
Barat. Kedua Mendala geologi tersebut memiliki
karakteristik yang sangat berbeda (Supriatna, S.,

1980). Daerah inventarisasi terletak di
semenanjung
timurlaut
pulau
Halmahera
merupakan bagian dari Mendala Halmahera
Timur, sedangkan semenanjung utara serta Pulau
Morotai adalah merupakan bagian dari fisiografi
Mendala Halmahera Barat. Hubungan antara
kedua mandala berupa jalur tektonik dengan
perlipatan dan pensesaran yang kuat berbatuan
sedimen Neogen. Batuan penyusun Mandala
Timur relatif lebih tua dibandingkan Mendala
Barat
Perkembangan tektonik pada lengan timur
diperkirakan terjadi pada akhir Kapur dan awal
Tersier. Tersusun oleh batuan ultrabasa dan serpih
merah yang diduga berumur Kapur terdapat dalam
batuan sedimen Formasi Dorosagu yang berumur
Paleosen-Eosen. Kegiatan tektonik lanjutan terjadi

pada awal Eosen – Oligosen. Ini diketahui dari
ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan
Formasi Bacan yang batuan vulkanik berumur
akhir Oligosen – Miosen Awal (Oligo-Miosen).

Data sekunder berupa data geologi dan potensi
bahan galian mineral logam dari daerah
inventarisasi baik dari hasil penelitian perorangan,
pemerintah maupun perusahaan swasta sebagai
bahan pemutakhiran dan verifikasi bank data
mineral logam nasional.

Fisiografi mandala Halmahera Timur sebagian
besar berupa pegunungan berlereng curam dengan
torehan sungai yang dalam dan sebagian kecil
bermorfologi karst. Morfologi pegunungan
berlereng curam tersebut mencerminkan satuan
batuan ultrabasa, batuan sedimen dan batuan
gunungapi Oligo-Miosen dan yang lebih tua
(Apandi, 1980). Morfologi karst terdapat pada

daerah batuan gamping, baik yang berumur
Paleosen-Eosen, Oligo-Miosen maupun MiosenPaleosen. Batuan sedimen Miosen-Pliosen
membentuk morfologi dengan perbukitan yang
relatif lebih rendah dan lerengnya yang lebih
landai daripada batuan yang lebih tua.

Data primer didapatkan dengan melakukan
pemetaan geologi dan pengambilan sampel
batuan, konsentrat halus dan endapan sungai aktif.
Terhadap sampel – sampel tersebut dilakukan
analisis kimia dan fisika di laboratorium guna
mengetahui mineralogi dan kandungan logamnya.

Pada Miosen Tengah, Plio-Plistosen dan akhir
Holosen terjadi kegiatan tektonik berupa
perlipatan, sesar naik secara intensif dengan arah
utama UUT – SSB. Sesar normal berarah BUB –
TUT dan ini terjadi pada fase tektonik akhir,
memotong semua sesar naik.


METODA
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan
inventarisasi ini dengan mengumpulkan data
sekunder dan pengambilan data primer untuk
dilakukan analisis geologi secara terintegrasi.

GEOLOGI REGIONAL
Tektonik regional Pulau Halmahera terbagi atas
dua mandala utama geologi yaitu Mendala
Geologi Halmahera Timur atau Lengan Timur dan

Stratigrafi daerah inventarisasi disusun oleh
komplek batuaan ultrabasa, batuan vulkanik
Formasi Bacan dan batuan sedimen Formasi
Weda. Komplek batuan ultrabasa (Ub) merupakan
batuan tertua diperkirakan berumur Kapur yang
terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI


umumnya berwarna hitam, getas, kebanyakan
terpecah, terbreksikan, setempat mengandung
asbes dan garnierit. Basal didalam komplek ini
berwarna kelabu kehitaman, getas, kebanyakan
terbreksikan dan terpecah. Batuan metamorf dan
rijang terdapat di beberapa tempat yang tak
terpetakan.
Batuan vulkanik di adalah Formasi Bacan (Tomb)
diendapkan kala Oligosen – Miosen Bawah terdiri
dari lava, breksi dan tufa, dengan sisipan
konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi,
kelabu kehijauan dan coklat, umumnya terpecah,
mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit.
Breksi memiliki komponen andesit dan basal,
setempat batugamping. Diantara komponen
batuan beku yang dapat dikenal adalah andesit
piroksen, kristal halus, afanitik kelabu, porfiritik
berwarna merah dengan piroksen sebagai
fenokrisnya, andesit piroksen warna kehijauan,

basal porfiritik kelabu tua dengan fenokris
piroksen dan feldspar.
Sementara itu Formasi Weda (Tmpw) yang
merupakan batuan sedimen diendapkan terakhir
kala Miosen – Pliosen tersusun oleh batupasir
berselingan dengan batulempung, batulanau,
napal, batugamping dan konglomerat. Batupasir
terdiri dari batupasir arkosa, gampingan berbutir
sedang, warna kuning dan kelabu, batupasir
konglomeratan berfragmen cangkang, batupasir
kelabu tua, kehitaman berbutir halus, keras,
menunjukkan struktur perlapisan tipis dan
graiwacke berwarna kelabu tua kehitaman.
Batulempung kelabu, kehitaman, kehijauan,
kelabu tua dan coklat tua
HASIL PENYELIDIKAN
Pemetaan geologi di Weyamli menunjukkan
satuan batuan breksi andesitik, lava, tufa dengan
sisipan konglomerat dan batupasir gampingan
yang merupakan anggota Formasi Bacan (Gambar

2). Analisis kimia batuan dari beberapa sampel
(Gambar 3) menunjukkan kandungan unsur unsur
Cu = 8 ppm-1550 ppm ; Pb = 58 ppm-2753 ppm;
Zn = 16 ppm-734 ppm; Ag = 3 ppm-17 ppm dan
Au = 2 ppb-60 ppb. Sedangkan hasil analisis
kimia dari conto endapan sungai aktif , unsur Cu
=19 ppm-159 ppm; Pb = 18 ppm-36 ppm; Zn = 32
ppm-90 ppm; Ag = 1 ppm-3 ppm dan Au = 2 ppb186 ppb.

Analisis mineral butir diperoleh kandungan
mineral magnetit antara 5,34%-10,15% pada 3
conto, sedangkan magnetit =15,19%-75,64% pada
6 conto. Mineral piroksen =5,17%-15,24% hanya
pada 5 conto; mineral hematit maksimum 1%;
mineral epidot = 10,36%-70,69% pada 5 conto,
adapun kategori trace mineral adalah : garnet,
zirkon, pirit, kalkopirit dan rutil. Yang menarik di
lokasi wilayah Desa Wayamli ini adalah
diketemukan butiran emas 1 VFC (very fine
coarse) dengan pirit dan kalkopirit kategori trace
pada nomor conto W01/P di Sungai Ofa.
Litologi daerah uji petik Lelilef didominasi oleh
satuan batuan ultrabasa yang sebagian telah
mengalami lateritisasi dan endapan konglomerat.
Dari analisis beberapa sampel menunjukkan
kandungan unsur Ni = 143 ppm-3835 ppm; Co =
72 ppm-193 ppm; Cr = 236 ppm-273 ppm dan Fe
= 5,38%-5,91%. Sedangkan hasil analisis kimia
dari conto endapan sungai akatif Ni = 1532 ppm2118 ppm; Co = 130 ppm-169 ppm; Cr = 1674
ppm-3351 ppm dan Fe = 7,24%-10,53%.

PEMBAHASAN
Daerah penyelidikan Wayamli secara umum
merupakan tempat kedudukan Formasi Bacan.
Sebagaimana telah diketahui batuan Formasi
Bacan yang berada di tempat lain adalah
merupakan batuan induk mineralisasi logam mulia
dan logam dasar. Indikasi yang mengarah kepada
dugaan adanya logam mulia dibuktikan dengan
diketemukan butiran emas pada konsentrat dulang
di lokasi conto W01/P dan sebagai anomali emas
dari analisis kimia batuan sebesar 50 ppb-60 ppb
pada lokasi W10/R, W13/R dan W17/R.
Sedangkan indikasi adanya logam dasar dapat
dilihat pada batuan yang teralterasi secara
hidrotermal, bahkan dibuktikan dengan hasil
analisis kimia batuan sebagai anomali data daerah
ini unsur Cu = 1550 ppm; Pb = 2750 ppm; Zn =
734 ppm. Juga ditemukannya urat kuarsa pada
lokasi conto W08-3/R pada aliran Sungai Ofa. Di
dalam urat kuarsa nampak pirit tersebar sebagai
mineral penunjuknya.
Indikasi adanya logam dasar juga ditemukan
mineral pirit beserta kalkopirit seperti yang
terdapat pada conto W16/R, di lokasi aliran
Sungai Sasamarang dan cabang-cabangnya.
Sedangkan jenis ubahan yang dominan adalah
propilitisasi, silisifikasi dan limonitisasi.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Berdasarkan data sekunder dari PT. Aneka
Tambang tahun 2006, di daerah Buli meliputi
Tanjung Buli, Mornopo, Pulau Gee dan Pulau
Pakal terdiri dari nikel saprolit dengan cadangan
sebesar 135,95 juta ton dengan kadar rata-rata
Ni>1,8% dan Fe1,2% dan Fe>25%. Di
daerah prospek Sangaji terhitung sumberdaya
nikel saprolit sebesar 74 juta ton dengan kadar
rata-rata Ni>1,8% dan Fe1,2%
dan Fe>25%. Sedangkan dari kegiatan eksplorasi
PT. Weda Bay menemukan sumberdaya nikel
terukur dan terindikasi sebesar 154 juta ton
dengan kadar Ni=1,45%, Co=0,09% dan
sumberdaya tereka 123 juta ton dengan kadar
Ni=1,53%,
Co=0,08%
sehingga
jumlah
sumberdaya di wilayah KK PT. Weda Bay Nickel
sebesar 277 Juta Ton.
KESIMPULAN
Dari
hasil
kegiatan
inventarisasi
dapat
disimpulkan, bahwa :
1. Daerah penyelidikan Wayamli tersusun oleh
satuan batuan breksi vulkanik dan batuan beku
dari Formasi Bacan, yang pada beberapa lokasi
ditemukan adanya ubahan propilitisasi,
silisifikasi dan limonitisasi. Indikasi yang
mengarah kepada dugaan adanya logam mulia
dibuktikan dengan diketemukan butiran emas
pada konsentrat dulang di lokasi conto W01/P.
2. Daerah penyelidikan Lelilef tersusun oleh
batuan ultrabasa terlateritisasi mengandung
nikel dan kobalt yang kemudian tererosi
dimungkinkan terakumulasi pada endapan
aluvial dibagian bawah.
3. Komoditas logam yang diunggulkan di kedua
kabupaten berdasarkan data sekunder adalah
nikel, yang telah dilakukan kegiatan eksplorasi
secara rinci oleh PT. Aneka Tambang dan PT.
Weda Bay Nickel yang menghasilkan cadangan
daerah Buli dan sekitarnya nikel saprolit 135,95
juta ton, nikel limonit 97 juta ton. Daerah
Sangaji sumberdaya nikel saprolit sebesar 74
juta ton, dan nikel limonit 52,8 juta ton, Daerah
Weda Bay jumlah sumberdaya nickel sebesar
277 juta ton
Ucapan terimakasih ;
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak
Kepala Pusat Sumber Daya Geologi yang telah
memberikan kesempatan kepada kami dalam

melakukan kegiatan survey di daerah Halmahera
Timur
dan
Halmahera
Tengah
hingga
terselesaikannya tulisan ini. Juga kepada semua
pihak yang telah membantu kelancaran pekerjaan
ini hingga selesai diucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Akira Satsuma,1975, Geology and Ore Deposits
of Oeboelie-Gebe Island, Indonesia.
Apandi T. dan Sudana D., 1980, Geologi Lembar
Ternate,
Maluku
Utara
Skala
1:250.000,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Bambang NW, Sukmana, Syahya S.,2006,
Laporan Eksplorasi Endapan Mangan
di Pulau Doi, Kecamatan Loloda
Kepulauan, Kabupaten Halmahera
Utara, Provinsi Maluku Utara, Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Katili & Tjia HD, 1980 Geotectonic of
Indonesia, a modern view, Department
of Geology, Bandung Institute of
Technology, Bandung
Malcolm G. Baillie and Gregory C. Cock, 2000,
Weda Bay Laterite Project, Indonesia,
PT Weda Bay Nickel.
Supriatna, S., 1980, Geologi Lembar Morotai,
Maluku Utara Skala 1:250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Sukirno Djaswadi, 1995, Eksplorasi Mineral
Logam di Maluku Utara, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
Trenggono Sutiono, Eko P.S., Lukman E., Buli
Lateritic Nickel Deposits, Halmahera :
Prospecting to Reserves Estimation,
unpublished paper.
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Indonesia. Vol. IA, 1st Edition.
Govt.Printing office, The Hague, pp 104136.
Weda Bay Nickel PT.,2006, Fourth Quarterly
Report (October 1- December 31,
2006 Exploration Period.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera Tengah

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera
Tengah

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Weyamli, Kecamatan Maba Tengah, Kabupaten Halmahera Timur

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 4. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Daerah Weyamli, Kecamatan Maba Tengah, Kabupaten Halmahera Timur

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 5. Peta Hasil Analisis Kimia Daerah Weyamli, Kecamatan Maba Tengah, Kabupaten Halmahera Timur

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 6. Analisa mineral butir sampel no W-01/P yang menunjukkan butiran emas.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 7. Peta Geologi Daerah Lelief, Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah