Logam Inventarisasi GayoLues AcehBaratDaya NAD

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM
DI KABUPATEN GAYO LUES DAN
KABUPATEN ACEH BARATDAYA
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Franklin
Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI
Beberapa zona mineralisasi yang prospek ditemukan di Kecamatan Pining,Gayo Lues antara lain,
di Pepelah (Pb) dan Alur Sungai Putih (Mo, Zn dan Fe) sementara di Kecamatan Bahbarot, Aceh
Baratdaya ditemukan di Aloe Udang, Aloe Dakwa dan Aloe Camcung (Fe) yang perlu dikembangkan.
Hasil analisis kimia conto batuan terargilik kuat yang diambil dari paritan menunjukkan bahwa di
daerah pepelah ini mineral logam yang paling menonjol adalah timbal (Pb) dengan kandungan Pb > 16%
sementara di daerah prospek Alur Sungai Putih yang merupakan zona mineralisasi multi elemen, conto
batuan termineralisasi yang telah dianalisis kimia dan menghasilkan kandungan logam cukup tinggi dari
berbagai jenis seperti molibdenum, seng, besi dan galena. Dari hasil penyontoan batuan termineralisasi,
menunjukkan kandungan molibdenum (Mo) yang tinggi (Mo > 12%) kemudian dari conto batu apungan
menunjukkan kandungan seng (Zn) yang juga tinggi (Zn > 0,4%). Conto batuan termineralisasi dari

paritan menunjukkan kandungan Mo > 0,8% sementara dari hasil penyelidik terdahulu menemukan
apungan bijih besi mengandung Fe total > 63%. Di Kecamatan Bahbarot, potensi logam yang paling
menonjol adalah besi dan dari hasil penyelidik terdahulu diketahui bahwa kandungan Fe totalnya antara
60 – 65%.

PENDAHULUAN
Makalah ini merupakan hasil interpretasi data
lapangan yang mencakup data geologi
permukaan, dan penyontoan batuan dari paritan
serta sumuran di Kabupaten Gayo Lues dan
Kabupaten Aceh Baratdaya yang di perkirakan
merupakan daerah potensi endapan logam dasar
serta mineral ikutannya.
Hasil penyelidikan ini didasarkan pada studi
kuantitatif pada batuan dan karateristik mineral
seperti misalnya melalui pemetaan geologi, studi
petrografi dan mineragrafi yang didukung oleh
analisis kimia serta komparasi data hasil
penyelidikan terdahulu.
Penyelidikan yang telah dihasilkan ini

merupakan bahan dasar untuk penyelidikan yang
lebih rinci serta berupakan basis data sumber
daya mineral logam baik nasional maupun
daerah.
Secara administrasi lokasi penyelidikan
meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Gayo
Lues dan Kabupaten Aceh Baratdaya, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (Gb 1) dengan luas
± 735.200 Ha atau 7.352 Km2 dan koordinat
geografis 960 34’ 28.18” ~ 970 55’ 39,92” Bujur

Timur dan 40 17’ 5,73” ~ 30 33’ 21,57” Lintang
Utara.
Pencapaian daerah penyelidikan dapat
dilakukan dari Jakarta dengan menggunakan
pesawat terbang ke Medan, dilanjutkan dengan
menggunakan kendaraan roda empat/bus ke
Kabanjahe ~ Kota Cane ~ Blangkejeren. Untuk
Ke Blang Pidie dari Blangkejeren alur
perjalanan dimulai dari Blangkejeren ~

Kabanjahe ~ Sidikalang ~ Tapak Tuan ~ Blang
Pidie. Sementara itu untuk ke lokasi kerja,
masing-masing dilakukan dengan berjalan kaki
atau menggunakan sepeda motor.

PENYELIDIK TERDAHULU
Jansen (1922), melaporkan adanya pendulangan
emas plaser di Labuhan Haji dan emas aluvial di
Sungai Bahbarot. Groot (1946), melaporkan
penambangan emas di Tutut, Kr Woyla,
Meulaboh. Bowles dan Beckinsale (1979),
menulis tentang penemuan kromium, emas,
platina dan tembaga di Aceh Barat Daya. Young
and Johari (1980), menemukan bijih besi di
daerah Pantai Luas, Kr Bate, Bahbarot dan Tjat

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Play Meulaboh. LPPM ITB (2006), melakukan

survei dan pemetaan potensi Sumber Daya
Mineral di Kabupaten Aceh Barat Daya. PT
Surveyor Indonesia (2007), melakukan Studi
Sumber Daya Mineral dan Bahan Galian
Industri di Kabupaten Gayo Lues. Yan S
Manurung (2007), melakukan peninjauan
endapan bijih primer di Kecamatan Bahbarot

Hasil Penyelidikan
Morfologi : Dari peta Digital Elevation Model
(DEM) dan Citra satelit (Foto 1, Foto 2, Foto 3
dan Foto 4), kondisi fisik Kabupaten Gayo Lues
berada pada depresi Blangkejeren yang
dikelilingi oleh rangkaian perbukitan dan
pegunungan (Kompleks Leuser). Di antara
perbukitan yang agak landai, masyarakat
setempat
membuka
areal
persawahan,

perladangan dan perkebunan sementara di
Kabupaten Aceh Barat Daya, sebelah barat
merupakan pesisir pantai yang sebagian besar
penduduknnya adalah nelayan sedangkan bagian
timurnya merupakan rangkaian perbukitan dan
pegunungan (Kompleks Leuser).
Litologi - Geologi daerah penyelidikan
mempunyai sejarah yang kompleks ditandai oleh
adanya tiga siklus pembentukan endapan
sedimen gunungapi Pra-Tersier yang dipisahkan
oleh tiga episoda deformasi Kenozoikum berupa
patahan dan pergeseran (Gambar 4).
Batuan tertua di daerah penyelidikan
ditempati oleh batuan malihan derajat tinggi
(batu sabak, metaserpih dan metakuarsit arenit)
Formasi Kluet (Puk) berumur Akir Paleozoikum
yang diendapkan pada lingkungan cekungan
ensialic di kedalaman air sedang. Di atasnya
diendapkan selang-seling batugamping dengan
batuan gunungapi mafik Peusangan Group

berumur akhir Permian ~ akhir Triasik pada
lingkungan laut dangkal yang terpotong oleh
patahan naik Takengon yang terjadi pada
Tersier. Pada akhir Jurasik ~ awal Triasik dua
rangkaian pengendapan yang dipisahkan oleh
patahan naik Geumpang dan patahan Anu-Batee
terbentuk (Woyla Group) yakni di bagian barat
dan di bagian timur patahan tersebut. Di bagian
barat umumnya terdiri dari metavulkanik
berderajat rendah dan batugamping terkristalkan
sementara di bagian timur dari Woyla Group
batuannya berasosiasi dengan sedimen kerak
samudera seperti opiolit.

Pada awal Tersier (Eosen ~ awal
Oligosen) atau Tersier I, terbentuk Meurudu
Group terdiri dari Formasi Simoneu (Tlsm, batu
sabak, metawacke dan konglomerat polimiktik),
Formasi Semelit (Tls), Formasi Meucampli
(Tlm) dan Formasi Kieme (Tlk). Di atas group

ini diendapkan tidak selaras Gadis Group atau
Tersier II berumur Awal Miosen ~ Miosen
Tengah terdiri dari Formasi Loser (Tll) dan
Formasi Meurah Buya (Tmm). Di atas Group ini
diendapkan selaras Tersier III atau Lhoksukan
Group dan Hulu Masen Group berumur Miosen
Akir ~ Plio-Plistosen. Lhoksukan Group terdiri
dari Formasi Keuteupang (Tuk), Formasi
Seureula (Tps), Formasi Julu Rayeu (Qtjr),
Formasi Idi (Qpl) dan Formasi Blangkejeren
(Qpbl). Hulu Masen Group terdiri dari Formasi
Tangla (Tlt), Formasi Kueh (Tmk), Formasi
Tutut (QTt) dan Formasi Meulaboh (Qpm). Di
atas Group ini diendapkan selaras endapan
Kuarter ~ Holosen berupa aluvium (Qh).
Endapan Kuarter (Qh) banyak terbentuk
di daerah pantai (Formasi Meulaboh (Qpm)) dan
depresi Blangkejeren (Formasi Blangkejeren
(Qpbl)) serta daerah rendah ataupun sungaisungai berupa kerikil, pasir dan lempung serta
endapan aluvium juga fluviatil.

Batuan ekstrusiv yang menempati
daerah penyelidikan antara lain yang berasal dari
gunungapi Geureundong (Qtvtu, Qvee, Qvp,
Qvns, Qvl dan Qvtg) Plio-Plistosen di bagian
tengah dan gunungapi Peut Sague (QTvl, Qvs,
Qvm, Qvmk dan Qvps) di barat laut.
Materialnya terdiri dari andesitik piroklastik,
andesit hornblende, andesitik pumis, dasitik,
lahar, andesitik propilitik tersilisifikasi kuat dan
sedikit hipabisal. Batuan terobosan terbentuk
sejak
Paleozoikum
hingga
Pleistosen,
diantaranya batolit Serbajadi (Mpisj) ~
Paleozoik atau Mesozoik, Reuengeuet stok (Mir)
~ Kapur Awal – Akhir, Jamur Pisang gabro
(Mij) ~ Jura Akhir – Kapur Awal, intrusi
Beurleung (Tmib) ~ Kapur Akhir – Pleosen,
intrusi Bateekeubeu (Tib) ~ Oligosen Akhir,

diorit (tak bernama) (Tid) ~ Miosen Awal –
Tengah, intrusi Tampeu (Tit) ~ Miosen Tengah
– Akhir, granodiorit Bale Meuko (Tibm) ~
Miosen Tengah – Akhir, komplek ultramafik
Beatang (Tubc, Tuse); serpentin Cahop (Tusc);
serpentin Tangse (Tuset) ~ Miosen – Pliosen dan
dike-mikrogabro (Qpds) ~ Plistosen.
Salah satu batuan terobosan yang telah diukur
umumnya berdasarkan metode K/Ar yaitu Granit
Samadua berumur 50,9 ± 1 Ma. Beberapa

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

diantara batuan terobosan tersebut merupakan
sumber pemineralan di daerah ini.

SUMBER DAYA
Potensi bahan galian logam di kedua
daerah tersebut didukung oleh kondisi geologi

yang melatarbelakanginya seperti adanya
penunjaman antara lempeng samudera ke bawah
lempeng benua (menghasilkan busur magmatik),
pembentukan batuan pluton (terobosan yang
mengakibatkan ubahan dan hidrotermalisasi
disertai proses pembentukan mineral) dan
perangkat-perangkat struktur (patahan utama
sumatera) sebagai kontrol mineralisasi yang
merupakan pintu tersingkapnya zona-zona
mineralisasi.
Beberapa zona mineralisasi yang
ditemukan di kedua kabupaten tersebut
mengandung logam-logam yang kadarnya
berdasarkan hasil analisis kimia cukup tinggi
antara lain di Pepelah (Gayo Lues) kadar Pb >
16 %, Di Alur Sungai Putih (Gayo Lues) kadar
Mo antara 0,8 ~ 12%, Zn > 0,4% dan Fe total >
60% (data dari penyelidik terdahulu). Sementara
di Aloe Dawah, Aloe Camcung dan Aloe Udang
(Aceh Barat Daya) logam yang paling menonjol

adalah besi (Fe) yang dari data penyelidik
terdahulu diketahui bahwa kandungan Fe total di
daerah Camcung adalah 65,63%.
Dengan kondisi yang demikian, maka
zona-zona mineralisasi di kedua kabupaten ini
perlu untuk dilanjutkan/ditingkatkan tahap
penyelidikannya menjadi tahap penyelidikan
eksplorasi dengan melokalisir zona-zona
mineralisasi yang prospek sehingga keberadaan
logam-logam di zona-zona tersebut dapat
diketahui lebih rinci dan dengan demikian
potensi sumber daya mineral logam di kedua
kabupaten tersebut dapat diperkirakan.

KESIMPULAN
Dari hasil penyelidikan lapangan,
pemetaan dan penyontoan batuan termineralisasi
serta hasil analisis beberapa mineral logam di
Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh
Baratdaya menunjukkan bahwa kedua kabupaten
tersebut memiliki potensi bahan galian logam
yang masing-masing untuk Kabupaten Gayo
Lues adalah molibdenum (Mo), timbal (Pb),
seng (Zn) dan besi (Fe) yang untuk sementara

ini berdasarkan hasil penyelidikan belum
memperlihatkan adanya potensi logam dasar
lainnya seperti tembaga (Cu), mangan (Mn) dan
logam mulia seperti emas (Au) dan perak (Ag).
Sedangkan daerah Aceh Barat Daya untuk
sementara ini berdasarkan hasil penyelidikan
lapangan menunjukkan potensi bahan galian
logam yang paling menonjol adalah besi (Fe).

ACUAN
Bemmelen, R.W.Van., 1949., The Geology of
Indonesia. Vol I. Martinus Nijhoff. The
Hague.
Bennett, J.D. et al., 1981, Geologi Lembar
Langsa Sumatra skala 1:250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung.
Cameron, N.R. et al., 1982, Geologi Lembar
Tapaktuan Sumatra skala 1:250.000,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Bandung.
Cameron, N.R. et al., 1982, Geologi Lembar
Medan Sumatra skala 1:250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung
Cameron, N.R. et al., 1983, Geologi Lembar
Takengon skala 1:250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung
Curray et al. 1979., Structure, Tectonics &
Geological History of the northeastern
Indian Ocean. In: Ocean Basins &
Margins, Vol. 6: The Indian Ocean (Eds
Nairn A.E.M. & F. Stheli), in press.
Fitch, F.J., 1972, Plate Convergance,
Transcurrent Faults and Internal
deformation adjecent to southeast Asia
and the western Pacific. J. Geophys.
Res. 77, 4432 – 60.
Hamilton, W., 1979., Tectonics of the
Indonesian Region. 3rd printing 1985.
United State Government Printing
Office, Washington.
Katili, J.A., 1975., Volcanism and plate
tectonics in the Indonesia island arc.
Tectonophysics, 26, p 165 – 188.
PT.
Surveyor
Indonesia,
2006,
Studi
Sumberdaya Mineral dan Bahan Galian
Industri Kabupaten Gayo Lues.
Westerveld,
J.,
1949.,
Fasen
van
gebergtevorming en erts provincise en
Nederlands Oost Indie.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Sukamto, Rab, 1990, Peta Geologi Lembar
Ujung Pandang, Sulawesi Selatan,
sekala 1 : 1000.000, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

KOTA BLANGKEJEREN

Gb 1. Peta lokasi dan kesampaiandaerah penyelidikan

Foto 1. Bentang alam daerah Gayo lues

GAYO LUES
GAYO LUES
ACEH BARATDAYA
ACEH BARATDAYA

Foto. 2. Digital Elevation Model daerah penyelidikan

Foto 3. Bentang alam daerah penyelidikan dari Citra Landsat

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gb.2. Peta geologi regional dan indikasi mineral logam Gayo Lues dan Aceh Baratdaya (Cameron dkk, 1982)

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gb.3. Peta uji petik daerah Gayo Lues

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gb.4. Peta uji petik daerah Aceh Baratdaya