12.PENELITIAN POTENSI COAL BED METHANE DI CEKUNGAN PASIR

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENELITIAN POTENSI COAL BED METHANE DI CEKUNGAN PASIR, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Wawang Sri Purnomo, Sigit Arso W, M. Abdurachman Ibrahim
Kelompok Kerja Energi Fosil
SARI
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser,
Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 115°45’00”116º00’00” Bujur Timur dan 01°45’00”-02º00’00” Lintang Selatan. Daerah ini secara
geologi termasuk Cekungan Pasir dengan formasi pembawa batubara ( Coal Bearing
Formation ) adalah Formasi Warukin dan Formasi Tanjung.
Kegiatan penyelidikan terdiri atas pemboran, pemetaan geologi batubara,
pengukuran cleat dan pengukuran kandungan gas metana dalam lapisan batubara
(CBM)
Dari Hasil penyelidikan menunjukkan potensi endapan batubara Formasi
Warukin ketebalan batubara mencapai 9.90 m dan Formasi Tanjung adalah 1.00 m
Penghitungan sumber daya batubara dalam 100 m dengan batas ketebalan lapisan
minimal 1 m didapat angka sebesar 17.174.420,0 ton ( hipotetik ). Kualitas batubara
cukup baik dengan kandungan abu rata-rata < 5.6 %. kadar sulfur total rata – rata
adalah 5,5 % dan nilai kalori antara 5591 - 7660 kal/gr sehingga secara umum dapat
digolongkan sebagai high rank coal (batubara peringkat tinggi )

Hasil pengukuran kandungan gas menunjukkan kandungan gas metana per
lapisan bervariasi antara 0,02 – 0,97 ft3/ton, Penghitungan sumber daya gas di daerah
ini menghasilkan sumber daya gas metana hipotetik sebesar 1.687.764,05 ft3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya
penggunaan batubara sebagai sumber
energi pengganti minyak dan gas bumi,
mengakibatkan
pemerintah
dan
sejumlah perusahaan baik dari dalam
negeri
ataupun
luar
negeri
mengembangkan usaha di bidang
pertambangan di Indonesia.
Penyelidikan coal bed methane

merupakan upaya untuk menghimpun
data potensi dari beberapa tempat
yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia dalam rangka melengkapi
data di Pusat Sumberdaya Geologi,
selain itu kegiatan ini terkait dengan
penyusunan neraca sumber daya

energi fosil sehingga diharapkan bisa
menambah peningkatan investasi di
bidang
batubara.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral No.0030 Tahun 2005
tersebut maka pada tahun 2010 ini
melalui Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Pusat Sumber Daya
Geologi TA 2010 telah melakukan
kegiatan

penyelidikan
endapan
batubara yang dilakukan di Kabupaten
Paser Provinsi Kalimantan Timur.
Kegiatan pemboran ini merupakan
upaya untuk menginventarisasi potensi
batubara pada kedalaman 50 m.
Disamping itu kegiatan pemboran
dalam ini diharapkan juga dapat
memberikan informasi awal mengenai
potensi kandungan gas methan dalam

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

181

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

lapisan batubara (Coalbed Methane,
CBM) di daerah tersebut. Coalbed

Methane di masa mendatang akan
menjadi salah satu energi alternatif
yang cukup menjanjikan.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan pemboran ini
adalah untuk mengetahui keberadaan
endapan batubara pada kedalaman 50
meter yang antara lain meliputi jumlah
dan ketebalan lapisan, penyebaran,
percontohan,
urutan stratigrafi,
kandungan gas dalam lapisan batubara
serta aspek geologi lainnya.
Tujuannya
adalah
untuk
mengetahui tentang potensi endapan
batubara pada kedalaman 50 m yang
antara lain meliputi sumber daya,
kualitas dan kandungan gas dalam

batubara baik volume
maupun
komposisinya. Hasil yang diperoleh
diharapkan bermanfaat untuk studi gas
di dalam batubara atau
coalbed
methane (CBM).
Lokasi
Kegiatan dan Kesampaian
Daerah
Daerah penyelidikan secara
administatif
termasuk
Kecamatan
Kecamatan
Batu
Sopang
dan
sekitarnya Kabupaten Paser, Provinsi
Kalimantan Timur. Secara geografis

dibatasi oleh koordinat 115°45’00”116º00’00” Bujur Timur dan 01°45’00”02º00’00” Lintang
Selatan.
Dapat ditempuh mengunakan
roda dua dengan waktu tempuh + 4
jam sampai Batu Sopang ( Gambar 1 ).
Daerah ini juga dapat dicapai dari
Bandung melalui jalur darat menuju
Surabaya
kemudian
dilanjutkan
dengan kapal penyeberangan menuju
Kalimantan Selatan, dengan mengikuti
jalan provinsi yang menghubungkan
provinsi Kalimantan Selatan dengan

Provinsi Kalimantan Timur peralatan
pemboran dibawa menuju
lokasi
penyelidikan.
Keadaan Lingkungan

Batas wilayah Kabupaten Paser
meliputi sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Kutai, sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten
Penajam
Paser
Utara
dan Selat Makasar, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Kota
Baru Propinsi Kalimantan Selatan,
dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Tabalong . Luas
wilayah Kabupaten Paser sampai
dengan tahun 2008 adalah seluas
1.603,94 Km Luas ini terdistribusi ke
10(sepuluh) kecamatan dengan 125
kelurahan. Kecamatan yang memiliki
luas wilayah cukup luas adalah
kecamatan Long Kali dengan luas
2.385,39 Km2 dan yang tersempit

adalah kecamatan Tanah Grogot
dengan luas 335,58 Km2. Curah hujan
merupakan
faktor
yang
paling
dominan dalam menentukan iklim
suatu wilayah. tahun 2008, rata-rata
curah hujan di Kabupaten Paser
berdasarkan laporan dari 8 pos
pengamatan hujan yang ada di
wilayah Kabupaten Paser, adalah
sebesar 218,83 mm. Kecamatan
yang memiliki curah hujan cukup
tinggi adalah kecamatan Batu
Sopang,
Tanah
Grogot
dan
Kecamatan Batu Engau. Sedangkan

untuk rata-rata hari hujan per bulan
adalah 14 sampai dengan 15 hari ( Kab
Paser Dalam Angka, 2008 ) Selama
jumlah
kurun
waktu 2007/2008,
penduduk
Kabupaten
Paser
mengalami peningkatan sebesar 2.63
persen. Tahun 2007, penduduk
Kabupaten Paser sebanyak 191.117
jiwa dan tahun 2008 bertambah
menjadi
196.140jiwa.

182 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI


Dengan luas wilayah seluas 11.603,94
Km2, kepadatan penduduk Kabupaten
Paser sebesar 16.90 jiwa/Km2 atau
dengan kata lain setiap 1 Km2
wilayah yang ada di Kabupaten Paser
dihuni ole 16-17 orang. Dilihat dari
distriusi
penduduk
dan
tingkat
kepadatan penduduk per kecamatan,
persebaran penduduk di Kabupaten
Paser masih dapat dikatakan belum
merata.
Kecamatan yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk cukup tinggi
adalah kecamatan Tanah grogot
dengan tingkat kepadatan sebesar
149.18 km2. Sedangkan kecamatan
yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk cukup rendah adalah
kecamatan Muara Samu dengan
tingkat kepadatan penduduk per Km2
sebesar 4.41 jiwa. Kecamatan lain
yang
juga
memiliki
tingkatan
kepadatan cukup tinggi adalah
kecamatan Kuaro dan kecamatan Long
Ikis dengan tingkat kepadatan masingmasing adalah sebesar 29.81 dan 28.36
jiwa.
Daerah penyelidikan 60 %
terletak di wilayah PKP2B P.T.
KIDECO JAYA AGUNG, IUP Tunas
Muda Jaya yang berlokasi di
Kecamatan
Batu
Sopang
dan
sekitarnya, Kabupaten Paser, Provinsi
Kalimantan Timur. Penduduk yang
menempati wilayah tersebut sebagian
adalah penduduk asli setempat yaitu
suku Dayak sedangkan sebagian lagi
adalah pendatang dari daerah lain
seperti
suku
Jawa,
Bugis,
Sunda,Batak.
Mata
pencaharian
penduduk setempat umumnya petani
(perladangan berpindah), berkebun,
pedagang,
pegawai
Pemerintah/Swasta, yang umumnya
bertempat tinggal di sekitar Jalan lintas
Tanah Grogot, sedangkan penduduk
daerah sekitar penyelidikan mayoritas

memeluk agama agama Islam.
Dengan adanya perusahaan
tambang
batubara
di
daerah
penyelidikan tingkat perekonomian
penduduk daerah penyelidikan cukup
baik,
namun
demikian
hal
ini
mengakibatkan pula
pada harga
kebutuhan sehari - hari dan biaya
hidup yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan daerah lain.
Sarana dan pra sarana kesehatan,
sekolah, perhubungan dan komonikasi
rumah sakit, kantor pos dan lain-lain
sudah cukup memadai.
Lahan di daerah ini sebagian
merupakan hutan belukar dan hutan
reklamasi pertambangan disamping
lahan pemukiman dan pertanian milik
penduduk. Satwa yang hidup di sini
antara lain kera, babi hutan, rusa dan
berbagai jenis unggas, ikan air tawar
dan lain-lain. Sebagaimana daerah
tropis Indonesia lainnya daerah ini
memiliki suhu udara rata-rata cukup
panas dengan kisaran 25º - 33º C,
curah hujan
cukup tinggi dengan
musim hujan biasanya antara bulan
Nopember sampai Maret dan musim
kemarau antara bulan Juni sampai
Agustus,
bulan-bulan
lainnya
merupakan masa peralihan.
Hasil pertanian dari tahun ke
tahun produksi padi di Kabupaten Paser
terus mengalam peningkatan. di Tahun
2007, Produksi padi Kabupaten Paser
mencapai 55.416 ton. Angka ini jika
dibandingkan dengan tahun 2007
mengalami peningkatan sebesar 4.84
persen.Sedang
untuk
tanaman
palawija
cenderung
mengalami
penurunan kecuali untuk komoditi
ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai.
Peningkatan nilai produksi padi
Kabupaten Paser ini lebih disebabkan
oleh adanya peningkatan di nilai
produktivitas padi tersebut sebagai
dampak dari adanya perbaikan pola

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

183

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

tanam di tingkat petani. Sedangkan
pruduk unggulan di sektor perkebunan
adalah tanaman kelapa sawit.
Waktu dan Pelaksana Kegiatan
Waktu kegiatan penyelidikan
dimulai pada awal bulan Juni 2010
sampai sedang pertengahan bulan
Agustus 2010 dengan total waktu kerja
selama 60 ( enam puluh ) hari yang
dilaksanakan dalam 2 ( dua ) tahap,
waktu tersebut termasuk di perjalanan,
pengurusan perizinan, persiapan dan
orientasi lapangan serta mobilisasi
peralatan bor dari Bandung ke lokasi
hingga sampai ke Bandung lagi.
Sedang Pelaksana kegiatan dilakukan
oleh satu tim yang terdiri atas ahli
geologi, tenaga pemboran dan petugas
laboratorium. Daftar pelaksana dapat
dilihat ( tabel. 1 ) :
Penyelidik Terdahulu
Kajian yang mendalam mengenai
potensi
batubara
di
daerah
penyelidikan sebagian telah dilakukan
oleh perusahan swasta, di daerah
inventarisasi sebagian merupakan
wilayah kuasa pertambangan baik
yang sudah beroperasi maupun tidak
aktif.
Di
daerah
inventarisasi
merupakan wilayah kerja kuasa
pertambangan beberapa perusahaan
diantaramya :
• PT. Kideco Jaya Agung ( masih
aktif ).
• PT. Tumas Muda Jaya ( masih
aktif ).
• Koperasi Unit Desa ( masih
aktif ).
Dengan mengacu pada peta
geologi Lembar Balikpapan ( S.
Hidayat dan I. Umar , 1994 ) endapan
batubara terdapat pada Formasi
Warukin dan Formasi Tanjung. Kedua
formasi tersebut adalah yang menjadi

target utamanya. Sebarannya formasi
tersebut memempati +40 % daerah
penyelidikan
memanjang
hampir
berarah utara – selatan, diharapkan di
daerah ini dapat ditemukan singkapan
batubara.
GEOLOGI UMUM
Daerah penyelidikan menurut
kerangka tatanan tektonik termasuk ke
dalam Cekungan Pasir, dimana batas
sebelah
barat
dibatasi
oleh
Pegunungan Meratus, sebelah Utara
dibatasi oleh Cekungan Kutai, sebelah
Timur dibatasi oleh selat Makasar dan
sebelah
Selatan
dibatasi
oleh
Cekungan asam – asam ( gambar 2.1 )
Stratigrafi
Secara
regional
daerah
penyelidikan termasuk dalam bagian
peta geologi lembar Balikpapan oleh S.
Hidayat
dan
I.
Umar
yang
dipublikasikan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi pada
urutan
batuan
pengisi
(1994.),
cekungan adalah sebagai berikut (dari
tua ke muda) ; Formasi Pitap, Formasi
, Olistolip Kintap, Formasi Haruyan,
Formasi Tanjung, Formasi Kuaro,
Formasi Telakai, Formasi Tuyu,
Formasi Berai, Formasi Pamaluan,
Formasi Bebulu, Formasi Bebulu,
Formasi
Pulaubalang,
Formasi
Balikpapan, Formasi Kampungbaru,
Endapan Alluvium.
Struktur Geologi
Batuan
di daerah hampir
semuanya tercenggangkan, mulai dari
Pra – Tersier sampai Tersier proses ini
mengakibatkan terbentuknya sinklin,
antikin dan sesar. Perlipatan pada
batuan tersier membentuk kemiringan
antara 10º sampai 60º, dan pada Pra –
Tersier lebih besar 40º.

184 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Kegiatan tektonik daerah ini
diduga berlangsung sejak Jura yang
mengakibatkan batuanberumur pra –
Jura yaitu batuan ultramafik mengalami
alih tempat, pelipatan dan penyesaran,
proses ini diikuti oleh kegiatan magma.
Setelah itu diikuti oleh pengendapan
klastika dan vulkanik yang menyusun
Formasi Pitap dan Formasi Haruyan
pada Kapur Akhir. Kegiatan tektonik
pada kapur Akhir bagian bawah
menghasilkan
pengalihan
tempat
ultrabasa oleh sesar naik. Proses ini
diikuti dengan kegiatan magma yang
menghasilkan granit,granodiorit dan
diorit pada Kapur Akhir. Sejak
Paleosen Awal sampai Eosen awal
terjadi penggangkatan, erosi dan
pedataran yang menghasilkan Formasi
Tanjung.
Pada kala Oligosen hingga
Awal Miosen terjadi penurunan terus
menerus yang berlangsung sampai
Miosen awal. Bahan yang terendapkan
berasal dari bagian selatan, barat dan
utara cekungan, Fasies susutlaut
menuju bagian terdalam cekungan
cekungan tersebut. Di bagian selatan
cekungan, endapan ini mempunyai
hubungan fasies karbonat yang
menyusun Formasi Berai.
Selama Miosen Tengah terjadi
susut laut yang menghasilkan Formasi
Warukin dan Pulubalang. Pada Miosen
Akhir pengendapan terhenti dengan
terjadinya
pengangkatan
yang
membentuk Tinggian Meratus dan
cekungan Barito, cekungan Kutai dan
cekungan
Pasir
yang
disertai
pengendapan.
Indikasi Endapan Batubara dan
Kandungan Gas Dalam Batubara
Sebagaimana telah disebutkan
diatas bahwa Formasi Warukin dan
Formasi Tanjung merupakan formasi
pembawa batubara ( Coal Bearing

Formation ). Formasi Warukin didaerah
Batu
Sopang
dan
sekitarnya
berdasarkan penyelidik terdahulu ( PT.
Kideco Jaya Agung dan Tunas Jaya
Mulya ) cukup melimpah keberadaan
batubara. Berdasarkan faktor – faktor
diatas yang menjadi pertimbangan
bahwa endapan batubara di daerah ini
mempunyai kelayakan untuk di selidiki
dengan pemboran yang bertujuan
untuk mengetahui potensi kandungan
gas di dalam lapisan batubara atau
Coal Bed Methane ( CBM ).
Pada
Formasi
Tanjung
singkapan batubara relatif banyak
ditemukan
akan
tetapi
dengan
ketebalan batubara yang maksimal
1.00 m dan dengan penyebaran yang
tidak begitu luas maka para investor
tidak begitu tertarik.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan yang
dilakukan
terdiri atas pemetaan
singkapan batubara, penentukan titi
bor,
kegiatan
pemboran
dan
pengukuran kandungan gas didalam
lapisan batubara pengukuran cleat dan
butt cleat, cleat spacing dan aperture.
Pengumpulan Data Sekunder
Data
yang
berhubungan
dengan
batubara
di
daerah
penyelidikan sudah banyak yang
menyelidiki antara lain oleh PT. Kideco
jaya Agung , Tunas Muda Jaya dan
koperasi koperasi yang melakukan
penambangan. Selain itu data yang
diperoleh sebagai data sekunder
adalah data curah hujan, data jumlah
penduduk,
data
luas
daerah
perkecamatan dan lain – lain yang
semua itu di rangkum sebagai buku
yang di sebut Kabupaten Paser Dalam
Angka ( 2008 ).

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

185

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Pengumpulan Data Primer
Pemetaan Geologi
Pemetaan
geologi
di
permukaan
dilakukan
untuk
menentukan titik bor dan
untuk
melengkapi data hasil pemboran
antara lain untuk mengetahui jumlah
lapisan, penyebaran dan ketebalan dari
lapisan batubara sehingga kegiatan ini
lebih difokuskan di sekitar wilayah
pemboran. Selain itu juga dilakukan
pengukuran
rekahan ( cleat ) di
batubara.
Kegiatan Pemboran Dalam
Kegiatan pemboran bertujuan
untuk mendapatkan conto batubara
yang segar dengan metode pemboran
inti dengan mencapai kedalaman yang
bervariasi
dengan
maksimal
kedalaman 49.00 m.
Hasil dari pemboran diamati
dan di deskripsi baik jenis batuannya
maupun ketebalannya yang kemudian
disusun menjadi log bor, pada proses
ini juga
dilakukan pengambilan conto batubara
yang
bertujuan
untuk
analisa
petrografi,Pengukuran kandungan gas,
analisa isoterm. Conto batubara yang
didapat dan menjadi target utama dari
pemboran inti kemudian dimasukkan
kedalam canester.
Analisa Laboratorium
Kegiatan analisis laboratorium
terhadap conto batubara terdiri atas
analisis proksimat, ultimat, petrografi,
analisis adsorpsi
isotherm dan
porositas permeabilitas yang dibagi
menjadi dua tahap kegiatan :
1. Analisa laboratorium yang
dikerjakan
dilapangan.Analisa
laboratorium yang dilakukan
setelah pulang dari lapangan

HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi
Daerah penyelidikan secara
umum dikelompokan menjadi 2 ( dua
)satuan morfologi ( Gambar 4.1 )
1. Satuan Morfologi perbukitan
bergelombang terjal dengan
ketinggian berkisar antara 100
– 775 meter di atas muka laut
Satuan Morfologi bergelombang landai
memiliki ketinggian yang cukup landai
dengan ketinggian antara 25 m – 100
m diatas permukaan laut. Dengan
melihat perbedaan ketinggian tersebut
mencerminkan
perbedaan tingkat
kekerasan batuan dari sebuah batuan
terhadap erosi.
Stratigrafi
Daerah
Inventarisasi
merupakan sebagian Cekungan Pasir
dan litologi dapat dibagi menjadi 4
(empat) jenis batuan, yaitu Batuan
Sedimen, Batuan Gunungapi , Batuan
Terobosan dan Batuan Tektonik (
Gambar 4.3 )
Batuan Sedimen terdiri dari
Formasi Tanjung, Formasi Berai,
Formasi Paamaluan dan Formasi
Warukin
yang
umur
Tersier.
Sedangkan
Formasi
pembawa
batubara ( coal Bearing )
adalah
Formasi
Warukin
dan
Formasi
Tanjung. Dari kedua formasi tersebut
team berharap bisa menemukan
singkapan

singkapan
untuk
kemudian bisa menentukan titik untuk
dilakukan pengeboran.
Formasi
Tanjung
(Tet),
litologinya berupa perselingan antara
batupasir, batulempung, konglomerat
dan napal dengan sisipan tipis
batubara diendapkan dalam lingkungan
paralas – neritik yang berumurnya
Eosen Akhir yang diperkirakan tebal

186 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

formasi ini adalah 1000 – 1500 m.
Formasi ini tertindih secara takselaras
Formasi Pitap.
Formasi Berai ( Tomb )
tersusun oleh batugamping, napal dan
serpih.Napal dan serpih menempati
bagian bawah formasi sedangkan
bagian tengah dan atas dikuasai oleh
batugamping dengan kisaran umur
Oligosen sampai Miosen awal yang
diendapkan neritik ( Aziz,1982 ). Tebal
formasi berai ini berkisar 1100 m.
Formasi Pamaluan (Tomp), tersusun
oleh batulempung dan serpih dengan
sisipan napal yang berumur Oligosen
akhir

Miosen
Tengah
(
Purnamaningsih, 1979 dan Aziz , 1981)
yang diendapakan pada laut dalam
dengan ketebalan 1500 – 2500 m.
Formasi Warukin ( Tmw ) tersusun
oleh
perselingan
batupasir
dan
batulempung dengan sisipan batubara
yang diendapkan dilingkungan delta
diduga umur dari formasi ini adalah
berkisar antara Miosen Tengah –
Miosen Akhir dengan ketebalan lapisan
antara 300 - 500 m, formasi Warukin ini
menindih secara selarah Formasi
Berai.
Batuan Gunungapi terdiri dari
Formasi Haruyan ( Kvh ) yang
merupakan
batuan
dasar,yang
berumur Kapur.
Formasi
Haruyan
(Kvh)
litologinya terdiri dari lava, breksi dan
tuf.Lava bersusunan, breksi aneka
bahan, berkomponen andesit dan
basal tidak memperlihatkan perlapisan.
Batuan Terobosan : Granit dan
Diorit ( Kdi ) warna kelabu muda,
mengandung muskofit dan sedikit
hornblende. Batuan ini menerobos
batuan pra – tersier berupa retas yang
diduga umur batuan ini adalah Kapur
akhir.
Batuan Tektonik adalah Kompleks
Utramafik ( Ju ) litologi tersusun oleh

batuan serpentit dan harzburgit.
Serpentinit dengan warna kelabu
kehijauan, padat, terssusun oleh
mineral krisotil dan antigorit. Harzburgit
mempunyai
warna
hijau
gelap,
terserpentinitkan, berbutir sedangkasar, mineral utama olivin dan
piroksen, yang diduga berumur Jura,
sedang sebagai Basement pada
daerah penyelidikan adalah Formasi
Pitap yang tersusun oleh perselingan
batupasir, grewake, batulempung dan
konglomerat yang berumur Kapur Awal
diduga tebal formasi ini tidak kurang
dari 1500 m.
Struktur Geologi
Struktur
geologi
yang
berkembang di daerah penelitian
berupa struktur lipatan dan sesar.
Struktur lipatan berupa sinklin yang
berarah hampir Utara - Selatan dan
antiklin Barat daya – timur laut dengan
arah kemiringan lapisan 5o – 65o.
Struktur sesar berupa sesar dengan
arah hampir Utara – selatan.
Potensi Endapan Batubara dan Gas
Dalam Lapisan Batubara
Hasil Pemetaan Geologi
Dari hasil pemetaan geologi di
daerah penyelididikan di temukan 33
singkapan batubara dan non batubara (
tabel 4.1). Batubara yang ditemukan
adalah masuk ke dalam Formasi
Warukin dan Formasi Tanjung ( foto
4.3, foto. 4.4 dan foto 4.5. ), Kegiatan
pemetaan ini di titikberatkan pada
penentuan lokasi titik bor dan
pengukuran - pengukuran cleat (
rekahan – rekahan ) yang terdapat di
lapisan batubara.
Dalam menentukan titik bor
mengacu kepada singkapan yang
sudah ditemukan untuk kemudian
ditarik ke arah down dip guna

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

187

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

mendapatkan
kedalaman
yang
dihendaki.
Karena
di
daerah
penyelidikan sebagian masuk di dalam
wilayah PKP2B
PT.KIDECO JAYA
AGUNG yang masih aktif dan sangat
sibuk dengan mobilisasi kendaraan,
untuk itu penentuan titik bor dicari
daerah yang tidak mengganggu
aktifitas
tambang
dengan
tidak
mengurangi
nilai
geologi
dan
pemboran yang dilakukan.
Pemboran
Pelaksanaan pemboran di
daerah penyelidikan dilakukan pada 3
titik dengan kedalaman bervariasi
antara 31.00 m – 49.00 m. Penamaan
kode lokasi disesuaikan dengan
daerahnya yaitu Batu Sopang untuk itu
di namakan BHBS.01, BHBS.02 dan
BHBS.03 yang artinya ( Bor Hole Batu
Sopang ).
Dari hasil pemboran ketiga titik di dapat
beberapa lapisan ( seam ) akan tetapi
hanya batubara yang mempunyai tebal
satu meter lebih yang diberi mana
sebagai seam batubara, akan tetapi
antara seam satu dengan yang lain
tidak dikorelasikan. Lapisan batubara
yang
diperoleh
dari
BHBS.01,
BHBS.02 dan BHBS.03
Hasil Pengujian Permeabilitas
Batubara yang di dapat dari
pemboran
pada
BHBS.01
di
kedalaman 42.90 - 43.90 m dan di
kedalaman 30.40-30.90 m pada
BHBS.03
dilakukan
pengujian
permeabilitas dan porositas dengan
metode keporian dengan merkuri yang
dilakukan di Pusat Survey Geologi
diperoleh
angka
Porositas
dan
Permeabilitas sebagerikutai b
Dari tabel diatas untuk rata –
rata diameter pori di BHBS.01 adalah
16.8 nm, porositas 22,6331 % dan
permeabilitas
880,5805
milidarcy

sedangkan di BHBS.03 rata – rata
diameter pori 8,6 nm, permeabilitas
4,6352 milidarcy dan porositas 6,2906
%
padahahal tekanan sama yaitu
60.000 psi. Berdasarkan data – data
diatas
kemungkinan
yang
mempengaruhi perbedaan nilai itu
adalah dari rank batubara, semakin
tinggi rank batubara porositas akan
semakin
kecil,
demikian
juga
sebaliknya semakin rendah rank
batubara porositasnya akan semakin
besar. Disamping itu juga ada
pengaruh kedalaman.
Kualitas Batubara
Conto yang dianalisa baik
proksimat, ultimat dan petrografi tidak
semua lapisan baik disingkapan
maupun dari core di ambil akan tetapi
hanya yang dianggap mewakili saja
dan
dapat
memberi
gambaran
mengenai batubara di daerah Batu
Sopang dan sekitarnya hal ini
dikarenakan adanya beberapa conto
batubara yang masih disimpan dalam
canister untuk proses pengukuran
kandungan gasnya.
Kandungan air bebas (FM,ar)
berkisar antara 1,11 % - 35,03 %;
Kandungan air total (TM, ar) berkisar
antara 2,51 % - 39,45 %, Kandungan
air terikat (M, adb) antara 1,42 % - 6,80
%, Kandungan gas terbang (VM, adb)
antara 33,88 % - 45,38 %, Karbon
tertambat (FC, adb) antara 29,26 % 48,57 %, Kandungan abu (Ash, adb)
antara 1,90 % - 28,1 %, Kadar sulfur
total (St, adb) antara 0,24 % - 3,09 %,
Berat jenis (RD, adb) antara 1,23 –
1,46, Nilai kalori (CV, adb) antara 5591
kal/gr – 7660 kal/gr. Untuk ST- 05
kandungan abu 27,06 % dan ST-29
28,51 % karena kandungan abunya
tinggi jadi tidak diperhitungkan. Dari
hasil
analisis
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa batubara di daerah

188 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

ini memiliki kualitas yang cukup baik
yang dapat diamati dari parameterparameter berikut yaitu kandungan abu
antara rata < 5.6 %, kadar sulfur total
rata – rata adalah 5,5 % dan nilai kalori
antara 5591 - 7660 kal/gr sedangkan
untuk analisa di BHBS.01 dan BHBS.
03 bisa dilihat ditabel ( 4.8
Sedang komposisi maseraln lihat tabel
4.9 dan 4.10 adalah nilai reflektan
vitrinit
Sumber Daya Batubara
Penghitungan
sumberdaya
batubara berdasarkan acuan Klasifikasi
Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Standar Nasional Indonesia (SNI)
Amandemen I – SNI No. 13-50141998, disebutkan bahwa kriteria
ketebalan minimum yang dihitung
adalah
lapisan
batubara
yang
mempunyai ketebalan lebih dari 1.00
meter, sedang kedalaman dihitung
hingga 100 m kearah kanan dan kiri
singkapan
dan
titik
bor
yang
menembus batubara dengan jarak
kearah jurus 2000 m – 3000 m
tergantung
sejauh
mana
kemenerusannya, sedangkan dari hasil
penyelidikan perhitungan sumberdaya
batubara terbagi menjadi lima blok
yaitu :
1. Blok Sopang
yang terdiri dari
singkapan ST.20, ST.21 dan BHBS.01
secara
regional masuk kedalam Formasi
Warukin.
2. Blok Kendilo terdiri dari BHBS.02,
ST.3, ST.2, ST.1, ST.18, ST.16, ST. 15
dan ST. 12
yang secara regional masuk
kedalam Formasi Tanjung.
3. Blok Kasungai terdiri dari meliputi
singkapan ST.5 dan ST.4 kalau dilihat
secara
regional masuk kedalam Formasi
Tanjung,

4. Blok Tunas terdiri dari dua
singkapan yaitu ST.27 dan ST. 28 yang
masuk ke
Formasi Warukin
1. Blok
Sungai
Terik
meliputi
singkapan ST.29, ST.30 dan
ST. 31 serta BHBS.03
secara regional masuk ke dalam
Formasi Tanjung.
Sedangkan perhitungan sumberdaya
batubara dibatasi dengan kriteria,
sebagai berikut :
1) Penyebaran kearah kemiringan
lapisan dibatasi sampai interval
kedalaman 100 m.
2) Berat Jenis adalah Berat Jenis
rata-rata adalah 1.35
3) Berdasarkan kriteria Standard
Nasional
Indonesia
untuk
penghitungan sumber daya
batubara daerah Batu Sopang
dan sekitarnya digolongkan
sebagai sumber daya hipotetik
(Hypothetical Resources)
4) Sumberdaya batubara dihitung
dengan rumus :
Sumberdaya = P ( m ) x L ( m ) x Tebal
Batubara ( m ) x Bj
setelah dikomulatifkan dari lima blok
didapatkan total sumberdaya batubara
sebesar 20.450411,0 ton.
Sumber Daya Gas Metana
Dari perhitungan sumberdaya
batubara tidak semua sumberdaya
batubara dihitung, untuk sumberdaya
gas methane hanya sumberdaya
batubara disekitar lokasi
titik bor
dengan panjang kearah jurus 2000 m –
3000 m dari kanan kiri titik bor, itupun
untuk BHBS.01 tidak dihitung karena
tidak mengandung gas methane untuk
itu hanya yang dihitung di BHBS.02
dan BHBS.03.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

189

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Sumberdaya gas metan daerah
Batu Sopang dihitung berdasarkan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
- Luas daerah yang dihitung mengacu
pada luas sebaran batubara yang
telah dihitung sumberdayanya.
- Luas daerah untuk menghitung
sumberdaya metan pada batubara
Seam TR.1 dengan luas daerah
pengaruh 524,084 m2 dan untuk
K.1 luas daerah pengaruh adalah
200,0 m2
- Tebal batubara yang dihitung adalah
batubara yang mengandung gas
methane yaitu di BHBS.02 dan
BHBS.03 dengan ketebalan batubara
1,00m
- Rumus yang digunakan dalam
menghitung sumberdaya gas metan
adalah :
Sumber Daya Gas Metana =
Sumber Daya Batubara x Kandungan
Metana
Prospek Pemanfaatan dan
Pengembangan Batubara dan Gas
Metane
Dengan melihat hasil dari hasil
pemboran dan pengukuran gas di
dalam
batubara
hanya
Formasi
Tanjung
saja
yang
mempunyai
kandungan gas yang lebih besar
dibandingkan dengan Formasi Warukin
Sedangkan
prospek
pengembangan lebih lanjut untuk
pemanfaatan
gas
metana
perlu
penyelidikan lebih lanjut dengan
penambahan kedalaman di Formasi
Tanjung.
BAB. 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari
uraian
yang
telah
dijelaskan diatas kesimpulan dan saran
yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :

Kesimpulan :
1. Secara regional daerah
penyelidikan
termasuk
dalam bagian peta
geologi
lembar
Balikpapan oleh S. Hidayat
dan I. Umar yang
dipublikasikan oleh Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Geologi
pada
( 1994.),
2. Daerah penyelidikan
menurut kerangka tatanan tektonik
termasuk ke
dalam Cekungan Pasir,
dimana batas sebelah barat dibatasi
oleh
Pegunungan
Meratus,
sebelah utara dibatasi oleh Cekungan
Kutai,
sebelah timur dibatasi
oleh selat makasar dan sebelah
selatan dibatasi
oleh Cekungan asam –
asam.
3. Jumlah titik bor yang
dikerjakan adalah tiga ( 3 ) titik dengan
ked
alaman
yang
bervariasi yaitu BHBS.01 adalah 49 m,
BHBS 02.
adalah
48
m
dan
BHBS.03 yaitu 35 m
4.
Formasi
pembawa
batubara adalah Formasi Warukin dan
Formasi
Tanjung.
5. Dari ketiga titik bor
semua menembus batubara
dengan ketebalan yang
berkisar
antara
0.20
sampai sedang 9.90 m.
6.
Dari
hasil
analisa
laboratorium kandungan air
bebas (FM,ar) berkisar

190 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

antara 1,11 % - 35,03 %;
Kandungan air total (TM, ar)
berkisar antara
2,51 % - 39,45 %,
Kandungan air terikat (M, adb)
antara 1,42 % - 6,80 %,
Kandungan gas terbang
(VM, adb) antara 33,88 % 45,38 %, Karbon
tertambat
(FC,
adb)
antara 29,26 % - 48,57 %,
Kandungan abu (Ash,
adb) antara 1,90 % - 28,1
%, Kadar sulfur total (St, adb)
antara 0,24 % 3,09 %, Berat jenis (RD,
adb) antara 1,23 – 1,46, Nilai
kalori (CV, adb)
antara 5591 kal/gr – 7660
kal/gr.
7. Sumberdaya batubara
secara
keseluruhan
adalah
20.450411,0 ton .

8.Sumberdaya gas metana
di daerah Batu Sopang dan
sekitarnya adalah
dengan
806.663,36 ft3
klasifikasi sebagai sumber daya
hipotetik.
Saran :
1. Untuk
mendapatkan
hasil yang optimal
perlu
perencanaan
yang lebih matang
2. Diperlukan pemboran
yang
lebih
dalam
untuk
mendapatkan
gas
methane yang yang
lebih banyak di formasi
Tanjung

DAFTAR PUSTAKA
S. Hidayat dan I. Umar , 1994. Peta Geologi Lembar Balikpapan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi
PT.Kideco Jaya Agung, 1986. Geological Map of Pasir Coal Field
Kabupaten Paser Dalam Angka, 2008
Resources International, Inc (ARI), Indonesian Coalbed Methane, Task 1 –
Resources
Assessment, 2003, Arlington, Virginia
Robertson Research, Coal Resources of Indonesia, Vol. I Report, Robertson Research
(Australia) PTY Limited, New South Wales.
Ting F. T. C., 1977 ; Origin and Spacing of Cleats in coal bed,
J. Pressure Vessel Tech., Nop, 624-626.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

191

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Sepinang
Muara Wahau

KALIMANTAN

T

Adas

IM

A

T

A

Sangkulirang

R

1° LU

Tanah Merah
Tanjung Bengalun

N

Sangkinah

BONTANG
Muara Kaman


Muara Badak

Tenggarong

SAMARINDA
R

K

A

L

N

IM

U

BALIK PAPAN

Penajam

1° LS

S

E

Belimbing

LA

Muara Payang

T

M

A

K

A

S

A

Pulung

Longikis

TANAH GROGOT

2° LS
115° BT

116° BT

117° BT

118° BT

Gambar 1.1 Lokasi Daerah Penyelidikan

192 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 2.1. Kerangka Geologi Cekungan Pasir
(Peterson, 1997 dalam Laporan Penyelidikan Umum PT. Sumber Barito Coal)

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

193

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

UMUR

ENDAPAN PERMUKAAN
DAN BATUAN SEDIMEN

BATUAN
BATUAN
BATUAN
GUNUNGAPI TEROBOSAN TEKTONIK

Gambar 4.3 Stratigrafi daerah Batu Sopang dan sekitarnya

194 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel.4.7 Hasil Pengukuran Porositas dan permeabilitas

Seam

S.2 ( BHBS.01
)
K.2 ( BHBS.03
)

Kedalaman
(m)

Masa Jenis
pada tek 1,5
psi (gr/cm3)

Porositas
pada tek

Permeabilitas

60.000

( milidarcy )

psi (%)

Rata-rata
Diameter
Pori (nm)

42.90-43.90

11,694

22,6331

880,5805

16,8

30.40-30.90

1.3060

6,2906

4,6352

8,6

Catatan nm : 1 nm = 1 Angstrom = 0,001
micron

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

195

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 4.8. Hasil Analisis Proximate Batubara di BHBS-03 dan BHBS-01

No

Depth

Sample

(meter)

ID/No.

30.90 –

BHBS –

31.40

03

38.00 –

BHBS –

39.00

01

1

2

Moisture

Ash

Volatile

Fix

(% wt,

Content

Matter

Carbon

adb)

(% wt)

(% wt)

(% wt)

5.47

30.29

33.04

31.20

1.516

35.21

2.09

32.77

29.93

1.229

Density
(gr/cc)

Tabel 4.9. Komposisi Maseral dan Material Mineral
Pada Batubara dan Batuan Daerah Batu Sopang dan Sekitarnya

No.

Mineral (%)

Kode
Contoh
L

Clay

Ox B

Prt

1

ST.02

0,1

0,3

0,1

2

ST.05

0,1

6,1

0,7

3

ST.21

0,2

8,9

0,8

4

ST.27

0,1

1,1

0,2

5

ST.29

0,2

32,8

2,6

2,3

6

ST.31

0,1

34,3

3,1

2,7

1,2

Catatan : V=Vitrinit, I=Inertinit, L=Liptinit, Ox B= Oksida Besi, Prt=Pirit

196 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 4.10 Nilai Reflektan Vitrinit pada Batubara dan Batuan Batu Sopang dan
Sekitarnya

Reflektan (%)
No.

Kode conto

Standar

Mean
Kisaran

Deviasi

Litologi

(Rv max)
1

ST.02

0,60

0,51-0,69

0,059

Batubara

2

ST.05

0,67

0,56-0,73

0,058

Batubara

3

ST.21

0,36

0,28-0,46

0,041

Batubara

4

ST.27

0,57

0,52-0,62

0,031

Batubara

5

ST.29

0,45

0,33-0,51

0,062

Shale coal

6

ST.31

0,41

0,29-0,53

0,086

Shale coal

Tabel 4.22. perhitungan Sumber Daya Gas Metana
daerah Batu Sopang dan Sekitarnya

Sumber Daya

Kandungan Gas

Sumber Daya

Batubara (ton)

Metana (ft3/ton)

Gas Metana (ft3)

TR.1

1.048.168,0

0,02

20.963,36

K.1

810.000,0

0,97

785.700,0

Seam

Total Sumberdaya Gas Metane Formasi Warukin dan Formasi Tanjung :
806.663,36

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

197