Jurnal karya ilmiah 5

Analisis Penggunaan Modal Kerja Pada Koperasi Karyawan Makmur
Niaga PT. Wika Beton Sumut
Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE., M.Si (NIDN. 0105068501)
ABSTRAK
Dalam kegiatan sehari-hari, kopkar Makmur Niaga tidak pernah melakukan analisis
terhadap laporan keuangan dan perhitungan terhadap rasio likuiditas, sehingga tidak dapat
diketahui bagaimana penggunaan modal kerja pada koperasi dan bagaimana sebenarnya
kesehatan koperasi itu sendiri, apakah koperasi benar mendapatkan keuntungan sesuai
dengan yang dilaporkan atau malah sebaliknya mengalami kerugian.
Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahuinya jumlah modal kerja yang tersedia
sehingga menghambat kegiatan operasional koperasi khusnya dibidang simpan pinjam. Untuk
mengatasi masalah tersebut, penulis menawarkan suatu sistem analisis penggunaan modal
kerja dengan menganalisis laporan keuangan dan melakukan perhitungan terhadap rasio
likuiditas, agar sistem analisis penggunaan modal kerja ini dapat diterapkan untuk periode
berikutnya.
Dengan adanya sistem analisis dan perhitungan yang dilakukan penulis, maka Kopkar
Makmur Niaga dapat mengatahui bagaimana penggunaan modal kerja selama ini, sehingga
dapat membantu tim management koperasi dalam mengambil keputusan.
Kata Kunci : Modal, Likuiditas dan Koperasi
ABSTRACT
In day-to-day activities, Kopkar Niaga Makmur never conducted an analysis of the

financial statements and the calculation of liquidity ratios, so it is not known how the use of
working capital in the cooperative and how actual health cooperatives themselves, whether
true cooperative benefit in accordance with the reported or on the contrary suffered losses.
This leads to not knowing the amount of working capital available to hamper
operations khusnya field of savings and credit cooperatives. To overcome these problems, the
author offers an analysis of the system by analyzing the use of working capital and financial
reports calculating the liquidity ratio, so that working capital usage analysis system can be
applied to the next period.
With a system of analysis and calculations by the author, then Kopkar Niaga Makmur
can know the how the use of working capital during this time, so as to help the cooperative
management team in making decisions.
Keywords: Capital, Liquidity and Cooperatives
PENDAHULUAN
Setiap
perusahaan
selalu
membutuhkan
modal
kerja
untuk

membelanjai
operasional
sehari-hari
perusahaan. Adapun wujud dari modal
kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan
yang ada dalam aktiva lancar, yaitu kas,
persediaan dan piutang serta sekuritas
yang mudah di jual. Ini bersifat terus
menerus berputar sehingga membentuk
siklus operasional perusahaan.

Bila modal kerja diatur dan
digunakan dengan baik, maka perusahaan
akan berada dalam kondisi aman karena
seluruh biaya operasional dapat dipenuhi
dengan baik, sehingga perusahaan dapat
membuat rencana kerja untuk masa yang
akan datang dengan baik dan dapat dicapai
dengan biaya yang minimum sehingga
mencapai keberhasilan.

Dalam
melaksanakan
kegiatannya, Koperasi Karyawan

Makmur Niaga PT. Wika Beton
Sumut berusaha meningkatkan
usahanya agar tumbuh dan
berkembang
dalam
hal
meningkatkan kualitas pelayanan
kepada anggotanya. Selain itu
biaya gaji karyawan, pembelian
barang persediaan dan sebagainya
juga harus diperhatikan, sehingga
diharapkan modal kerja yang
tersedia dapat dipergunakan sebaik
mungkin agar biaya-biaya tersebut
dapat dipenuhi dengan baik pula.
Dalam berbagai kegiatan

tersebut, Kopkar Makmur Niaga

memperoleh hasil yang tergolong
baik, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja Kopkar cukup
bagus. Namun kinerja tersebut
perlu dilakukan evaluasi agar tidak
memberikan informasi yang semu
bahkan keliru. Artinya koperasi
seolah-olah
menghasilkan
keuntungan tetapi setelah dianalisis
sebenarnya
adalah
menderita
kerugian, bahkan jika dilihat dari
efisiensi operasinya ternyata tidak
efisien.

LANDASAN TEORI

Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan memerlukan
modal kerja untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari, misalnya gaji,
upah, pembelian barang dan sebagainya,
dimana dana yang telah dikeluarkan
diharapkan akan kembali masuk ke
perusahaan dalam jangka pendek melalui
hasil penjualan. Perusahaan yang tidak
memiliki modal kerja yang cukup, tidak
dapat membayar keawajiban jangka
pendek tepat pada waktunya dan akan
menghadapi masalah likuiditas.
Modal dalam suatu perusahaan
pada saat ini mempunyai arti yang sangat
besar. Semakin besar suatu perusahaan,
tuntutan keberadaan modal semakin besar
pula. Agar lebih mengerti tentang arti
pentingnya
modal,

maka
akan
dikemukakan beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian modal, yaitu sebagai
berikut:
Menurut Sutrisno (2007, h. 39),
modal kerja adalah dana yang diperlukan
oleh
perusahaan
untuk
memenuhi
kebutuhan operasional perusahaan seharihari, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah buruh, membayar
hutang dan pembayaran lainnyaā€¯.
Sedangkan
menurut
Prof.
Dr. Bambang Riyanto (2008, h. 62)
mengemukakan bahwa modal kerja selalu


dalam keadaan berputar atau beroperasi
selama
perusahaan
menjalankan
perusahaan. Perputaran modal kerja
dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam
bentuk
komponen-komponen
atau
unsurunsur modal kerja sampai komponenkomponen modal kerja kembali menjadi
kas. Makin pendek periode tersebut berarti
semakin cepat perputarannya atau semakin
tinggi tingkat perputarannya. Lama
periode perputaran modal kerjanya
tergantung ke berapa lama periode
perputaran dari masing-masing komponen
dalam modal kerja tersebut.
Hal ini berarti modal adalah
kelebihan aktiva atas utang yang
mempunyai

kekuasaan
untuk
menggunakan barang modal. Selain
modal-modal tersebut, terdapat juga modal
lainnya yang juga sangat penting, yaitu:
1. Modal menurut bentuknya (modal aktif)
yaitu modal yang tertera di sebelah
debit neraca, yang menggambarkan
bentu-bentuk seluruh dana yang
diperoleh perusahaan ditanamkan.
a. Modal aktif berdasarkan cara dan
lamanya perputaran dapat dibedakan
antara lain :
1) Aktiva lancar yaitu aktivitas yang
habis dalam satu kali berputar
dalam proses produksi dan proses
perputarannya dalam jangka

waktu yang pendek (umumnya
kurang dari satu tahun).

2) Aktiva tetap yaitu aktiva yang
tahan lama yang tidak atau yang
secara berangsur-angsur habis
turut serta dalam proses produksi
dan proses perputarannya dalam
jangka waktu yang panjang (lebih
dari satu tahun)
b. Modal aktif berdasarkan fungsi kerja
aktiva dalam perusahaan dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Modal kerja (working capital)
adalah jumlah keseluruhan aktiva
lancar (gross working capital)
atau kelebihan dari aktiva lancar
di atas utang lancar (net working
capital)
2) Modal tetap adalah jumlah
keseluruhan aktiva tetap.
2. Modal menurut sumber atau asalnya
(modal pasif) yaitu modal yang tertera

disebelah kredit dari neraca yang
menggambarkan sumber-sumber mana
dana diperoleh.
a. Modal pasif berdasarkan asalnya
dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari pemilik (modal)
perusahaan itu sendiri dari hasil
usahanya (cadangan, laba yang
ditahan),atau
berasal
dari
pengambilan bagian, persero, atau
pemilik (modal saham, modal
persero dan lain-lain).
2) Modal
asing
(modal
kreditur/utang) adalah modal
yang berasal dari kreditur, yang

merupakan utang perusahaan.
Pembagian modal pasif juga
didasarkan pada:
1) Syarat likuiditas yang terdiri dari
modal jangka pendek dan modal
jangka panjang.
2) Syarat solvabilitas yang terdiri
dari modal sendiri dan modal asing.
3) Syarat rentabilitas yang terdiri
dari modal dengan pendapatan
tetap (modal obligasi) dan modal

dengan pendapatan tidak tetap
(modal saham).
Menurut S. Munawir (2007, h. 114116), yaitu
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada
kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi
kebutuhan
perusahaan
dalam
membiayai
kebutuhan
operasional yang bersifat rutin atau
menunjukkkan sejumlah dana (fund)
yang tersedia untuk tujuan operasi
jangka pendek. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah
jumlah aktiva lancar (gross working
capital). Dalam konsep ini tidak
mementingkan kualitas dari modal
kerja, apakah modal kerja dibiayai dari
modal para pemilik, hutang jangka
panjang maupun hutang jangka pendek,
sehingga dengan modal yang besar
tidak mencerminkan margin of safety
para kreditur jangka pendek yang besar
juga, bahkan modal kerja yang besar
menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang,
serta tidak mencerminkan likuiditas
perusahaan yang bersangkutan.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada
kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian
modal
kerja
adalah
kelebihan aktiva lancar terhadap utang
jangka pendek (Net Working Capital),
yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal
dari pinjaman jangka panjang maupun
dari para pemilik perusahaan. Definisi
ini
bersifat
kualitatif
karena
menunjukan tersedia aktiva lancar yang
lebih besar dari pada utang lancarnya
(utang jangka pendek) dan menunjukan
pula margin of protection atau tingkat
keamanan bagi para kreditur jangka
pendek, serta menjamin kelangsungan
operasi
dimasa
mendatang
dan
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh tambahan pinjaman jangka
pendek
dengan
jaminan
aktiva
lancarnya.
3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitikberatkan pada fungsi
dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari
usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya
dana-dana yang dimiliki oleh suatu
perusahaan seluruhnya akan digunakan
untuk menghasilkan sesuai dengan
usaha pokok perusahaan, tetapi tidak
semua
dana
digunakan
untuk
menghasilkan sebuah laba periode ini
(current income) ada sebagian dana
yang digunakan untuk memperoleh atau
menghasilkan laba dimasa yang akan
datang , misalnya: bangunan, mesinmesin, pabrik, alat-alat kantor dan
aktiva lainnya.
Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut
Prof.
Dr. Bamabang
Riyanto (2008, h. 61), modal kerja dalam
perusahaan dapat golongkan sebagai
berikut :
1. Modal Kerja Permanen (Permanen
Working Capital) yaitu modal kerja
yang harus tetap ada pada perusahaan
untuk menjalankan fungsinya, atau
dengan kata lain modal kerja yang
secara terus menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha. Modal Kerja
Permanen dapat dibedakan ke dalam :
a. Modal Kerja Primer (Primary
Working Capital) yaitu jumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan
untuk
menjamin
kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal
Working Capital) yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi
yang normal (dinamis).
2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working
Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan, dan modal kerja ini
dibagi menjadi :
a. Modal Kerja Musiman (Sesasional
Working Capital) yaitu modal kerja
yangjumlahnya berubah-ubah karena
fluktuasi musim.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical
Working Capiatal) yaitu modal kerja
yang
jumlahnya
berubah-ubah
disebabkan fluktuasi konyungtur.
Modal Kerja Darurat (Emergency Working
Capital) yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya
(misalnya, adanya pemogokan buruh,
banjir, perubahan keadaan ekonomi yang
mendadak).
Modal Kerja Koperasi
Modal koperasi berasal dari dua
sumber, yaitu modal sendiri dan modal
luar (modal asing).Koperasi dapat
memanfaatkan modal sendiri dan modal
asing dalam upaya memenuhi kebutuhan
modalnya. Modal sendiri adalah modal
yang berasal dari koperasi itu sendiri atau
modal yang menanggung resiko. Adapun
modal sendiri meliputi :
1. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang
yang sama banyaknya yang wajib
dibayar oleh anggota koperasi kepada
koperasi pada saat masuk menjadi
anggota koperasi. Simpanan pokok
tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan masih berstatus
sebagai anggota. Nilai atau besaran
simpanan pokok diatur dan ditetapkan
dalam Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga Koperasi yang
bersangkutan.
2. Simpanan
wajib,
yaitu
jumlah
simpanan tertentu yang tidak harus
sama yang wajib dibayar oleh anggota
kepada koperasi dalam waktu dan
kesempatan tertentu.
3. Dana Cadangan, yaitu sejumlah uang
yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha, yang dimaksudkan untuk
memupuk modal sendiri dan untuk
menutupi kerugian koperasi yang
mungkin terjadi atau bila diperlukan.
Dana cadangan juga dimaksudkan bagi
jaminan koperasi di masa yang akan
datang dan diperuntukkan bagi
perluasan usaha, pemupukan dana
cadangan ditetapkan dalam Rapat
Anggota

4. Hibah merupakan sumbangan dari
pihak-pihak tertentu yang diserahkan
kepada koperasi dalam upaya ikut serta
mengembangkan usaha koperasi.
Modal asing adalah modal yang
berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara ada di dalam perusahaan
koperasi, dan bagi perusahaan koperasi
modal tersebut merupakan utang, yang
pada saatnya harus dibayar kembali atau
biasanya didapatkan dari proses pinjaman
dari bank dan lembaga keuangan lainnya.
Modal ini dapat dikelompok menjadi utang
jangka pendek (jangka waktunya paling
lama 1 tahun), utang jangka menengah
(jangka waktunya paling lama 10 tahun)
dan utang jangka panjang (jangka
waktunya lebih dari 10 tahun).
Modal asing atau modal pinjaman
ini dapat berasal dari pinjaman anggota
yang memenuhi syarat, koperasi lain yang
didasari atas perjanjian kerjasama, bank
dan lembaga keuangan, penerbitan obligasi
dan surat utang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, atau
sumber lain yang sah berupa pinjaman dari
bukan anggota.
Sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 45, UU Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian Sisa Hasil Usaha
(SHU) koperasi merupakan pendapatan
koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan. SHU
setelah
dikurangi
dana
cadangan,
dibagikan kepada anggota sebanding
dengan jasa usaha yang dilakukan masingmasing anggota dengan koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan lain dari
kopreasi sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota. Sedangkan pendapat lain (Arifin,
R, 2007, h. 45), menyatakan bahwa SHU
adalah merupakan sisa dari pendapatan
koperasi setelah dipergunakan untuk
memenuhi seluruh biaya-biaya operasional
organisasi koperasi, sisa itu dapat
berbentuk sisa positif atau sisa negatif atau
sisa nihil.

Sisa Hasil Usaha Koperasi
dibagikan kembali kepada anggota sesuai
dengan jasa masing masing anggota dalam
memanfaatkan pelayanan koperasi atau
transaksi dengan koperasi. SHU ini juga
disisihkan untuk dana cadangan yang
jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan dan berdasar ketetapan
dalam AD/ART Koperasi. SHU yang
dibagikan
misalnya
dalam
bentuk
cadangan koperasi, jasa anggota, dana
pengurus dan karyawan, dana pendidikan,
dana
sosial,
dana
pembangunan
lingkungan yang besarnya ditentukan oleh
aturan masing-masing koperasi.
SHU ini merupakan sumber modal
sendiri yang nilainya ditentukan oleh
pendapatan yang dihasilkan oleh koperasi,
besaran biaya, alokasi modal kerja,
partisipasi
anggota,
profesionalitas
manajemen koperasi, dan perputaran
modal kerja.
Analisis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu
indikator
mengenai
kemampuan
perusahaan membayar semua kewajiban
fianansial jangka pendek pada saat jatuh
tempo dengan menggunakan aktiva lancar
yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya
berkenaan dengan keadaan keseluruhan
keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan
dengan kemampuannya mengubah aktiva
lancar tertentu menjadi uang kas.
Riyanto (2008, h. 25) menyatakan
bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financialnya yang segera harus
dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai
alat-alat likuid sedemikian besarnya
sehingga mampu memenuhi segala
kewajiban financialnya yang segera harus
terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan
tersebut likuid, dan sebaliknya apabila
suatu perusahaan tidak mempunyai alatalat likuid yang cukup untuk memenuhi
segala kewajiban financialnya yang segera
harus terpenuhi dikatakan perusahaan
tersebut insolvable.

Rasio likuiditas adalah rasio yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja
yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian rasio likuiditas
berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki
hubungan
dengan
harga
saham
perusahaan.
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
A. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current
ratio
merupakan
perbandingan antara aktiva lancar dan
kewajiban lancar dan merupakan ukuran
yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh
mana akitva lancar menutupi kewajibankewajiban
lancar.
Semakin
besar
perbandingan aktiva lancar dan kewajiban
lancar
semakintinggi
kemampuan

perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya
dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuidasi, sebaliknya current ratio
yang terlalu tinggi juga kurang bagus,
karena menunjukkan banyaknya dana
menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampulabaan perusahaan
(Sawir, 2009, h. 10).
Apabila
mengukur
tingkat
likuiditas dengan menggunakan current
ratio sebagai alat pengukurnya, maka
tingkat likuiditas atau current ratio suatu
perusahaan dapat dipertinggi dengan cara
(Riyanto, 2001, h. 28) :
1. Dengan utang lancar tertentu,
diusahakan
untuk
menambah
aktiva lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu,
diusahakan untuk mengurangi
jumlah utang lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang
lancar
sama-sama
dengan
mengurangi aktiva lancar

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

Current ratio =

Aktiva Lancar
x 100%
Utang Lancar

B. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test
rasio yang juga digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Penghitungan quick ratio
dengan mengurangkan aktiva lancar
dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang

likuiditasnya rendah dan sering mengalami
fluktuasi harga serta menimbulkan
kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio
ini merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009, h. 10) mengatakan
bahwa quick ratio umumnya dianggap baik
adalah semakin besar rasio ini maka
semakin baik kondisi perusahaan.

Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

Quick ratio =
C.

Aktiva Lancar-persediaan
x 100%
Utang Lancar

Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang
menunjukkan posisi kas yang dapat

menutupi hutang lancar dengan kata lain
cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang

dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan.

Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:

Cash ratio =

Kas
x 100%
Utang Lancar
PROSEDUR SISTEM BERJALAN

Modal kerja memiliki peranan yang
sangat penting bagi perusahaan, karena
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan. Hal ini juga berlaku
pada KopKar Makmur Niaga yang
merupakan wadah bagi anggotanya dalam
melakukan kegiatan khususnya pinjam
meminjam.
Kopkar Makmur Niaga
selama ini tidak pernah melakukan analisis
terhadap modal kerja, sehingga tidak
pernah diketahui apakah penggunaan
modal kerja sudah dilakukan dengan baik
atau tidak. Dalam menerbitkan piutang
anggota, anggota tidak pernah mengetahui
seberapa besar modal kerja yang dimiliki
oleh koperasi itu sendiri, sehingga
meneyebabkan anggota tidak mengetahui
jumlah pinjaman yang bisa mereka pinjam.
Dengan sistem yang berjalan seperti ini,
maka perlu dilakukan analisis penggunaan
modal kerja, sehingga dapat diketahui
bagaimana sebenarnya kesehatan koperasi
dan dapat dilakukan penyediaan modal
kerja yang lebih baik.

Permasalahan
Selama
ini
anggota
tidak
mengetahui jumlah pinjaman yang bisa
mereka pinjam, hal itu disebabkan karena
tidak pernah dilakukannya analisis
penggunaan modal kerja, yang bertujuan
untuk dapat mengetahui apakah koperasi
sudah melakukan pengunaan modal kerja
dengan baik atau tidak, dan apakah
koperasi memang benar mendapatkan laba
dalam setiap periodenya.
Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan diatas,
maka penulis membuat analisis
penggunaan modal kerja sesuai dengan
standar akuntansi. Dengan adanya analisis
penggunaan modal kerja maka pimpinan
perusahaan dapat membuat keputusankeputusan yang baik untuk dijalankan,
serta dapat memikirkan langkah-langkah
yang baik untuk mencari sumber dana
untuk modal kerja dalam setiap periode
akuntansi, serta menggunakan dana yang
menganggur (jika ada) untuk mendanai
kegiatan yang produktif sehingga
pendapatan perusahaan semakin bertabah.

RANCANGAN SISTEM USULAN
Adapun perhitungan rasio likuiditas nya adalah sebagai berikut :
Tabel IV.2 Perhitungan Rasio Likuiditas

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengelolaan data
tersebut dapat jawab tentang kinerja
Kopkar Makmur Niaga dari tahun ke
tahun dalam penggunaan modal kerja,
dimana data tersebut dapat dilihat dari
laporan keuangan yang berhubungan
dengan modal kerja yang merupakan
selisih antara aktiva lancar dan utang
lancar, serta dengan perhitungan rasio
likuiditas.
Pada tahun 2010, Kopkar Makmur
Niaga hanya memiliki modal kerja
sebesar Rp 355.886.869, yang artinya
Kopkar Makmur Niaga harus bisa
menggunakan modal kerjanya sebaik
mungkin, agar bisa mencukupi kebutuhan
operasionalnya.
Di tahun 2011, modal kerja
koperasi mengalami peningkatan sebesar
Rp206.106.153, yang artinya Koperasi
memiliki
modal
kerja
sebesar
Rp561.993.022. Peningkatan modal kerja
ini dapat dilihat dari kas yang mengalami
kenaikan sebesar Rp 18.620.367 menjadi
Rp 54.668.250, piutang simpan pinjam
anggota juga terjadi kenaikan yang
signifikan, yaitu dari angka Rp
1.822.292.075 menjadi Rp 2.064.257.526,
yang artinya mengalami peningkatan
sebesar Rp 241.965.451. Disusul dengan
kenaikan piutang elektronik dan piutang
lain-lain. Walaupun terjadi penurunan
pada persediaan barang retail sebesar Rp
52.316.024, namun simpanan sukarela
anggota juga mengalami penurunan
sebesar Rp 13.591.074 sehingga tidak
berdampak besar pada modal kerja
koperasi.

Sedangkan pada tahun 2012, modal
kerja koperasi mengalami peningkatan
yang
signifikan
menjadi
Rp
1.310.532.463, yang artinya modal kerja
koperasi
meningkat
sebesar
Rp
748.539.441. Peningkatan modal kerja ini
terjadi karena terdapat piutang wika beton
sebesar Rp 228.820.000, peningkatan
piutang simpan pinjam dari angka Rp
2.064.257.526 menjadi Rp 2.238.807.540,
yang artinya piutang simpan pinjam
anggota
meningkat
sebesar
Rp
174.550.014. pada piutang elektronik juga
terjadi peningkatan sebesar Rp 5.914.800
menjadi Rp80.951.800. Hal yang sama
juga terlihat pada piutang lain-lain yang
mengalami kenaikan yang sangat
signifikan, yaitu dari angka Rp 7.678.231
menjadi Rp 1.282.978.977, artinya
piutang lain-lain meningkat sebesar
Rp1.275.300.746. Walaupun Simpanan
Sukarela yang menjadi utang jangka
panjang mengalami kenaikan dari angka
Rp
1.701.418.261
menjadi
Rp2.599.756.245,
yang
artinya
mengalami
kenaikan
sebesar
Rp
898.338.084, dan kas juga mengalami
penurunan, namun dengan lebih besarnya
jumlah kenaikan aktiva lancar, maka
modal kerja koperasi masih dalam
keadaan aman.
Berdasarkan perhitungan rasio
likuiditas diatas, maka analisis modal
kerja koperasi dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Berdasarkan perhitungan rasio
lancar tahun 2010, modal kerja koperasi
berada pada angka 120,75%, artinya
dengan Rp 100,- hutang lancar akan
dijamin aktiva lancar sebesar 120,75%.

Pada tahun 2011 berada di angka
133,03%, ini berarti setiap Rp 100,hutang lancar, maka akan dijamin
133,03% dari aktiva lancar dan pada
tahun 2012 berada pada angka 150,41%,
yang artinya dengan Rp 100,- hutang
lancar akan dijamin 150,41% oleh aktiva
lancar. Berdasarkan perhitungan ke tiga
tahun tersebut, maka dapat diketahui nilai
rata-rata rasio lancar yaitu 134,73.
Artinya dengan Rp 100,- hutang lancar
akan dijamin aktiva lancar sebesar
134,73%.
Berdasarkan perhitungan quick
rasio (rasio cepat) pada tahun 2010 barada
pada angka 113,65%, artinya setiap
Rp100,- hutang lancar akan dijamin
persediaan sebesar 113,65%, pada tahun
2011 menggambarkan modal kerja berada
pada angka 129,40%, hal ini berarti setiap

Rp100,- hutang lancar maka kan dijamin
dengan persediaan sebesar 129,40%
sedangkan pada tahun 2012 berada pada
angka 148,27%, artinya setiap Rp100,hutang lancar akan dijamin sebesar
148,27%
persediaan.
Berdasarkan
perhitungan tersebut, maka nilai rata-rata
quick rasio adalah 130,44%, artinya
dengan Rp 100,- hutang lancar maka akan
dijamin persediaan sebesar 130,44%.
Sedangkan perhitungan berdasar
cash rasio pada tahun 2010 berada pada
angka 2,10%, pada tahun 2011 berada di
angka 3,21% dan pada tahun 2012 berada
pada
angka
0,89%.
Berdasarkan
perhitungan tersebut, maka rata-rata
perhitungan cash rasio adalah 2,07%, yang
artinya dengan Rp 100,- hutang lancar,
maka akan dijamin dengan kas sebesar
2,07%.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pengamatan dan pembahasan di
atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan rasio likuiditas, yaitu
perhitungan rasio lancar (currentsi
ratio) pada tahun 2010 berada pada
angka 120,75%, pada tahun 2011
berada di angka 133,03% dan pada
tahun 2012 berada pada angka
150,41%. Rata-rata selama 3 tahun
adalah 134,73%. Dan hal ini
menggambarkan modal kerja koperasi
dalam kondisi yang sehat, karena
Kopkar mampu menjamin setiap
Rp100,-hutang lancar dengan aktiva
lancar sebesar 134,73%
2. Berdasarkan perhitungan rasio cepat
(quick rastio) pada tahun 2010 berada
pada angka 113,65%, tahun 2011 di
angka 129,40% dan pada tahun 2012
berada pada angka 148,27%. Maka
perhitungan rata-rata selama 3 tahun
yaitu
130,44%.
Berdasarkan
keputusan menteri tahun 2002, maka
hasil perhitungan rata-rata rasio cepat
menggambarkan modal kerja dalam
kondisi sehat. Hal ini dapa dilihat dari

kemampuan Kopkar dalam menjamin
setiap Rp100,- hutang lancar dengan
130,44% aktiva lancar
3. Dari perhitungan rasio kas (cash ratio)
pada tahun 2010 ada di angka 2,10%,
pada tahun 2011 berada pada angka
3,21% dan 0,89% pada tahun 2012.
Perhitungan rata-rata selama 3 tahun
adalah 2,07%, yang menggambarkan
modal kerja koperasi kurang sehat,
karena dengan Rp 100,- hutang lancar
hanya bisa dijamin kas sebesar 2.07%.
Saran
Untuk mengatasi permasalahan di
atas, maka penulis menyarankan :
1. Koperasi Karyawan Makmur Niaga
perlu melakukan analisis laporan
keuangan dan melakukan perhitungan
terhadap rasio likuiditas, agar dapat
membantu
pimpinan
perusahaan
dalam mengambil keputusan.
2. Koperasi Karyawan Makmur Niaga
perlu melakukan pelatihan terhadap
karyawan dalam hal analisis laporan
keuangan.

3. Koperasi Karyawan Makmur Niaga
perlu
menerapkan
sistem

komputerisasi dalam pengelolaan data
keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
Partomo, Tiktik Sartika. 2009, Ekonomi Cetakan Pertama Februari.
http://y0s3.wordpress.com/2010/01/11/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja/,
diakses 28 agustus 2013
http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Isroah,%20Dra.%20M.Si./Lap-hasil-%20penel
%20kop16-1-07.doc, diakses 28 agustus 2013
http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-likuiditas.html, diakses 28 agustus 2013