Jurnal Karya Ilmiah Jurnal Karya Ilmiah

SPEECH CODES DALAM PROSES TRANSAKSI ANTARA PEDAGANG ETNIS
TIONGHOA DENGAN PEMBELI PRIBUMI

(Studi Etnografi Komunikasi di kalangan Pedagang Etnis Tionghoa dan Pembeli
Pribumi untuk memperlancar proses transaksi dagang di ITC Cempaka Mas)

JURNAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Persada Indonesia Y.A.I

OLEH:
Antania Hanjani
1164170046

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JAKARTA

2015


SURAT PERSETUJUAN

Hal

: Persetujuan Jurnal Ilmiah

Dengan ini menyampaikan :

Nama

: Antania Hanjani

NIM

: 1164170046

Fakultas

: Fakultas Ilmu Komunikasi


Jurusan

: Hubungan Masyarakat (S-1)

Bahwa mahasiswa tersebut telah menyelesaikan Jurnal Ilmiah dengan judul :
SPEECH CODES DALAM PROSES TRANSAKSI ANTARA PEDAGANG ETNIS
TIONGHOA DENGAN PEMBELI PRIBUMI (Studi Etnografi Komunikasi di kalangan
Pedagang Etnis Tionghoa dan Pembeli Pribumi untuk memperlancar proses transaksi
dagang di ITC Cempaka Mas).

Demikian surat pertujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 12 Agutus 2015
Menyetujui,

Dra. Hj. Nur Idaman, M.Si

1

SPEECH CODES DALAM PROSES TRANSAKSI ANTARA


PEDAGANG ETNIS TIONGHOA DENGAN PEMBELI
PRIBUMI
(Studi Etnografi Komunikasi di kalangan Pedagang Etnis Tionghoa dan Pembeli Pribumi untuk
memperlancar proses transaksi dagang di ITC Cempaka Mas)

Antania Hanjani
ABSTRACT
Speech codes is something that is important and necessary to communicate to achieve a
similarity of meaning among people of different cultures. This study aims to determine the form of
speech codes that exist when ethnic Chinese retailers to process transactions with Native buyers in
ITC Cempaka Mas. Speech codes are divided into six propositions, which in the transaction process
can occur verbally and nonverbally. This research approach is qualitative descriptive, and using
ethnographic research methods of communication. Ethnographic methods of data analysis
techniques communication starts from the description, analysis and interpretation of data. In this
reasearch was found 5 proposition of 6 propositions in the transaction process between Chinese
retailers and Natives buyer who get into the core theory of speech codes are only proposition 1,
proposition 2, proposition 4, proposition 5, and the proposition 6. Conclusion of this research is
Speech codes in the process of inter-dealer transactions with Native buyers and ethnic Chinese are
speaking a code consisting of a set of codes, the symbol of which is in verbal and nonverbal
communication owned by ethnic Chinese retailers and Natives buyer. Speech codes should be more

widely introduced and disseminated both to the ethnic Chinese retailer and Natives buyer who are
conducting the transaction processing, purchase order processes run smoothly and not impaired.
Keywords

: Speech Codes, Transaction Processing, Ethnic Chinese Retailer, Native Buyers

Speech codes merupakan suatu hal

PENDAHULUAN

yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
Speech codes theory atau teori kode

berbicara merupakan konsep teori yang masuk
kedalam

ranah

komunikasi


antarbudaya.

berkomunikasi untuk mencapai sebuah
kesamaan makna di antara orang-orang
yang berbeda kebudayaan.

Speech codes itu sendiri dicetuskan oleh Gery

Philipsen, seorang pemimpin dalam etnografi

Speech codes berisikan tentang segala

komunikasi, dan beliau mendefinisikan speech

bentuk komunikasi baik itu komunikasi

codes dalam Littlejohn (2011:461) sebagai

verbal


serangkaian pemahaman khusus dalam sebuah

berlangsung antara individu yang berbeda

budaya tentang apa yang dinilai sebagai

kebudayaan. Seperti juga halnya Indonesia

komunikasi, signifikansi bentuk komunikasi

yang

dalam budaya, bagaimana semua bentuk

beragam kebudayaan serta etnis yang

tersebut dapat dipahami, dan bagaimana

hidup


mereka ditunjukkan.

antarbudaya sudah menjadi hal yang biasa
2

maupun

merupakan

bersama,

nonverbal

tempat

maka

yang

bertemunya


komunikasi

terjadi

di

Indonesia.

Secara

umum

transaksi dagang. Proses tersebut melalui

Indonesia terbagi dalam dua golongan

pertukaran simbol yang tergantung dari

besar etnis yakni golongan etnis pribumi


persetujuan pedagang dan pembeli yang

seperti etnis Jawa, Sunda, Batak, Minang

terlibat dalam komunikasi, sehingga satu

dan golongan etnis pendatang seperti etnis

keputusan dibuat dalam proses pemberian

India, Arab, Eropa (yang diwakili Portugis

makna yang sama.

dan Belanda) serta etnis Tionghoa.
Transaksi dagang terjadi dalam bentuk
Salah satu etnis di Indonesia yaitu

percakapan ataupun tawar menawar harga.


etnis Tionghoa, merupakan etnis yang

Seperti fenomena yang terjadi diantara

masih bertahan lama di Indonesia. Salah

pedagang etnis Tionghoa dan pembeli

satu kota besar di Indonesia yang sampai

Pribumi dimana kebiasaan pedagang etnis

saat ini banyak ditempati warga keturunan

Tionghoa yang bersuara keras ketika

etnis Tionghoa adalah D.K.I Jakarta. Pada

bertransaksi


umumnya

pedagang tersebut tidak suka melayani

mata

pencaharian

etnis

dagang,

bukan

berarti

Tionghoa adalah berdagang dan mereka

pembeli Pribumi, atau bukan

mempunyai jaringan perdagangan di Asia

pedagang tersebut sedang membentak si

Tenggara. Dalam Emsan (2014:199) hal

pembeli. Hanya saja melayani pembeli

inipun

dengan suara lantang sudah menjadi

didukung

oleh

ajaran

leluhur

berarti

Tiongkok Kuno yang paling mendapat

kebiasaan

tempat di sebagian besar etnis Tionghoa

mereka,

adalah Konfusius.

terbiasa dengan suara dengan nada normal

sehari-hari
sedangkan

dalam

budaya

pembeli

Pribumi

ketika melakukan transaksi dagang.
Dalam Emsan (2014:201) termasuk
dalam peran yang penting dalam sebuah

Dalam transaksi dagang tersebut etnis

Negara menurut Konfusius (filsuf terkenal

Tionghoa

dari Tiongkok) ialah memilih menjadi

atau speech code yang berbeda dari

pedagang, pebisnis atau pengusaha. Maka

pembeli Pribumi. Jadi dengan mengetahui

dari

untuk

makna asli dari pesan verbal maupun

meneliti etnis Tionghoa yang berprofesi

nonverbal yang sampaikan oleh pedagang

sebagai

etnis Tionghoa kepada pembeli Pribumi

itu

peneliti

pedagang

merupakan

salah

memutuskan

karena
satu

berdagang

kultur

etnis

Tionghoa yang menonjol.

menggunakan kode berbicara

merupakan hal yang sangat penting guna
memperlancar proses komunikasi dalam
transaksi dagang.

Dalam kehidupan sehari-hari pedagang
melakukan

proses

transaksi

dengan

Pemahaman

akan

speech

codes

pembeli dan terjadilah komunikasi yang

menjadi suatu alat komunikasi vital yang

dilakukan

dibutuhkan agar tercapai suatu pengertian

untuk

melakukan

proses

3

atau kesamaan makna antar individu. Para

dirumuskan dalam penelitian ini ialah

pedagang Etnis Tionghoa yang berada

―Bagaimana speech codes dalam proses

dalam lingkungan pembeli yang rata – rata

transaksi antara pedagang etnis Tionghoa

pembelinya

Pribumi,

dan pembeli Pribumi?‖ dengan tujuan

terkadang mengalami hambatan dalam

penelitian untuk mengetahui secara jelas

proses

bentuk speech codes yang ada ketika

adalah

transaksi.

orang

Dengan

memahami

speech codes maka kesalahpahaman yang

pedagang

etnis

Tionghoa

melakukan

akan atau sudah terjadi diantara pedagang

proses transaksi dengan pembeli Pribumi.

etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi dalam
penelitian ini dapat dihindari ataupun
diminimalisir.

KERANGKA TEORI
SPEECH CODES

Oleh sebab itu peneliti ingin menggali

Dalam Littlejohn (2011:461-462) Gery

bagaimana mereka berkomunikasi serta

Philipsen, seorang pemimpin dalam etnografi

penggunaan speech codes yang terjadi

komunikasi

dalam proses transaksi antara pedagang

sebagai serangkaian pemahaman khusus dalam

etnis Tionghoa dan pembeli pribumi.

sebuah budaya tentang apa yang dinilai sebagai

Setelah sebelumnya peneliti melakukan

komunikasi, signifikansi bentuk komunikasi

survei awal terhadap beberapa pedagang,

dalam budaya, bagaimana semua bentuk

maka ITC Cempaka Mas Mega Grosir

tersebut dapat dipahami, dan bagaimana

dianggap

menjawab

mereka ditunjukkan. Speech code adalah

permasalahan karena ITC Cempaka Mas

sebuah budaya tidak tertulis dan sering

diklaim sebagai pusat grosir dan eceran

menjadi ―buku panduan‖ bawah sadar untuk

terbesar di Asia Tenggara. Penelitian ini

bagaimana

kemudian menjadi penting untuk digali

Peneliti memahami bahwa speech

dan dimengerti pedagang etnis Tionghoa

merupakan salah satu teori yang berkaitan

dan pembeli Pribumi dalam hal proses

dengan ranah budaya serta masuk kedalam

transaksi dagang. Oleh karena itu peneliti

teori komunikasi antarbudaya. Hal ini berarti

tertarik untuk meneliti serta mengetahui

menandakan bahwa speech codes mempunyai

tentang bagaimana ―Speech Codes dalam

peranan

Proses

Transaksi

Antara

Pedagang

komunikasi diantara dua kebudayaan yang

Etnis

Tionghoa

dengan

Pembeli

berbeda. Speech codes dalam bahasa Indonesia

cocok

untuk

Pribumi”.
Sejalan dengan latar belakang dan
judul penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka masalah yang dapat

mendefinisikan

berkomunikasi

penting

dalam

speech

dalam

hal

code

budaya.
codes

menjalin

disebut dengan kode berbicara, dimana di
Indonesia

sendiri

terdapat

kode-kode

berbicara yang beragam. Seperti didalam
penelitian yang peneliti teliti didalam proses
transaksi dagang diantara dua kebudayaan
4

yang berbeda yaitu pedagang etnis Tionghoa

Proposisi 2 : Banyaknya Speech Codes.
Dalam setiap speech community, terdapat

dengan pembeli Pribumi.

beberapa
Speech codes yang terdapat didalam

proses

transaksi

antara

pedagang

etnis

Tionghoa dengan pembeli Pribumi dapat
terjadi secara verbal dan nonverbal, tergantung

speech

codes.

Proposisi

kedua

menjelaskan mengenai setiap orang dalam
kelompok masyarakat tertentu mungkin akan
terpengaruh

oleh

kode

lain

atau

mempergunakan lebih dari satu kode.

kepada hal yang disampaikan. Dalam hal ini
speech codes yang terdapat didalam proses

transaksi dagang dipandang sebagai hal yang
sifatnya abstrak. Hal ini dapat menjadi
kongkret dengan adanya pemahaman dalam
speech

codes

yang dapat didengar atau

diterima oleh lawan tutur.
PROPOSISI SPEECH CODES
Philipsen menguraikan inti dari teori speech
codes dalam enam proposisi umum dalam

Griffin (2006:456-462) yaitu :

Proposisi 3
“The Substance of Speech Codes: a
speech code involves a culturally distinctive
psychology,
sociology,
and
rhetoric.
Psychology: Every speech code thematizes the
nature of individuals in a particular wa y.
Sociology: a speech code provides a system of
answers about what linkages between self and
others can properly be sought, and what
symbolic resources can properly and
efficaciously be employed in seeking those
linkages. Rhetoric: Every speech code involves
wa ys to discover truth and create persuasive
appeals.”
Proposisi 3 : Substansi Speech Codes.

Proposisi 1

Speech codes melibatkan budaya yang berbeda

“The Distinctive of Speech Codes :
wherever there is a distinctive culture, there is
to be found a distinctive speech code.”

dari segi psikologi, sosiologi, dan retorika.

Proposisi 1 : Kekhasan Speech Codes. Di

Setiap speech codes menyediakan sistem

mana ada budaya yang khas, maka dapat

jawaban tentang hubungan antara pribadi dan

ditemukan speech codes yang khas. Dari

orang lain yang dapat dilihat atau dicari, dan

proposisi pertama tergambar dengan jelas

sumber simbolik yang seperti apa yang dapat

bahwa dalam tiap kelompok masyarakat

benar dan mujarab digunakan dalam mencari

tertentu, mereka memiliki speech code (kode

hubungan mereka. Retorika: Setiap speech

berbicara) yang berbeda yaitu meliputi kode

codes melibatkan cara untuk menemukan

atau simbol, makna serta aturan yang berbeda.

kebenaran dan persuasif. Apapun budayanya,

Proposisi 2

Psikologi: Setiap speech codes bertemakan
sifat individu dengan cara tertentu. Sosiologi:

speech codes mengungkapkan struktur diri,

masyarakat, dan tindakan strategis.
“The Multiplicity of Speech Codes : in any
given speech community, multiple speech
codes are developed.”

Dalam

proposisi

ketiga

menyebutkan

bahwa speech code menunjukkan karakteristik
kultural psikologi, sosiologi dan retorika.
5

Dalam

proses

transaksi

dagang

antara

pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi,
tidak menggunakan preposisi ketiga ini karena
dalam proses transaksi dagang itu sendiri tidak
mengandung segi psikologis, sosiologi serta
retorika.

Proposisi 6
“The Force Of Speech Codes In
Discussions: the artful use of a shared speech
code is a sufficient condition for predicting,
explaining, and controlling the form of
discourse about the intelligibility, prudence,
and morality of communication conduct.”
Proposisi

Proposisi 4

6 : Kekuatan speech codes

dalam diskusi. Penggunaan berseni dari speech

“The Interpretation Of Speech Codes: the
significance of speaking depends on the speech
codes used by speakers and listeners to create
and interpret their communication.”

codes bersama adalah suatu kondisi yang

Proposisi 4 : Interpretasi Speech Codes.

kejelasan, kehati-hatian, dan moralitas perilaku

cukup untuk memprediksi, menjelaskan, dan
mengendalikan

bentuk

tentang

Signifikansi berbicara tergantung pada speech

komunikasi.

codes yang digunakan oleh pembicara dan

diantara pedagang etnis Tionghoa dengan

pendengar

pembeli Pribumi maka dapat meramalkan,

untuk

membuat

dan

menginterpretasikan komunikasi mereka.

menjelaskan

Penggunaan

wacana

serta

speech

codes

mengendalikan

dan

meminimalisir perbedaan makna yang dapat
Dalam

proposisi

keempat

ditegaskan

bahwa signifikansi berbicara bergantung pada

menghambat proses komunikasi ketika mereka
melakukan proses transaksi dagang.

speech code yang digunakan komunikator
untuk menyusun makna tindakan komunikasi

KOMUNIKASI

kepada komunikan.
Proposisi 5

Dalam Cangara (2014:21-22) sebuah
definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana
komunikasi yang mengkhususkan diri pada

“The Site Of Speech Codes: the terms,
rules, and premises of a speech code are
inextricably woven in to speaking itself.”
Proposisi 5 : Lokasi Speech Codes. Istilah,

studi

komunikasi

antarmanusia

(human

communication) bahwa:

pembicaraan itu sendiri. Jadi istilah, aturan,

―Komunikasi adalah suatu transaksi,
proses simbolik yang menghendaki orangorang mengatur lingkungannya dengan (1)
membangun hubungan antarsesama manusia
(2) melalui pertukaran informasi (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
(4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah
laku itu‖.

dan tempat dari suatu speech code dapat

KOMUNIKASI VERBAL

aturan, dan tempat dari speech codes terkait
menjadi berbicara itu sendiri. Proposisi kelima
menjelaskan bahwa baik istilah, aturan dan
tempat dari speech code itu ada dalam hal

diketahui dari pembicaraan yang sedang
dibicarakan.

Dalam

Anugrah

(2008:68) para

ahli

komunikasi mengartikan komunikasi verbal
sebagai berikut :
6

a. Komunikasi verbal adalah komunikasi
dengan menggunakan bahasa, baik

budaya (baik dalam arti ras, etnik, ataupun
perbedaan sosioekonomi).

lisan maupun tulisan.
b. Komunikasi verbal ialah komunikasi

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

dalam bentuk percakapan atau tertulis.
Komunikasi

dilakukan

menggunakan

dengan

kata—kata

untuk

menyatakan ide.

Kuswarno

(2008:2)

studi

etnografi komunikasi merupakan salah satu
dari

sekian

studi

penelitian

kualitatif

(paradigma interpretif atau konstruktivis), yang

c. Komunikasi

adalah

mengkhususkan pada penemuan berbagai pola

komunikasi dengan menggunakan

komunikasi yang digunakan oleh manusia

simbol-simbol

dalam

verbal

yang

mempunyai

suatu

masyarakat

tutur.

Dalam

makna yang berlaku umum dalam

Kuswarno

proses komunikasi. Simbol-simbol

komunikasi itu sendiri adalah pengkajian

yang

dalam

peranan bahasa dalam perilaku komunikatif

suara,

suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana

dapat

komunikasi

digunakan
verbal

yaitu

tulisan atau gambar.
d. Komunikasi
komunikasi

verbal
yang

adalah

bahasa tubuh dalam konteks nonverbal dalam
komunikasi antarbudaya sebagai berikut yaitu
gerakan kepala, isyarat tangan, postur tubuh
dan posisi kaki, ekpresi wajah dan tatapan
mata, penampilan fisik, sentuhan, parabahasa,
warna, artefak, karakteristik fisik, bau-bauan.
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
(2013:13)

komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim
pesan adalah anggota dari suatu budaya dan
penerima pesannya adalah anggota dari suatu
lain.

Komunikasi

etnografi

berbeda-beda kebudayaannya.
ETNIS TIONGHOA
Dalam Liem (2000:xxix) etnis Cina adalah

Dalam Darmastuti (2013:84-89) tentang

Sihabudin

definisi

menggunakan

KOMUNIKASI NONVERBAL

Dalam

(2008:11)

bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang

kata-kata entah lisan maupun tulisan.

budaya

Dalam

antarbudaya,

komunikasi antar orang-orang yang berbeda

―…seluruh imigran Cina dan keturunannya
yang tinggal dalam ruang lingkup budaya
Indonesia dan tidak tergantung dari
kewarganegaraan, bahsa yang melingkupi
budaya Cina, mereka yang memandang dirinya
sebagai Cina atau dianggap demikian oleh
lingkungannya. Pada saat bersamaan mereka
berhubungan dengan Cina perantauan lain atau
dengan Tiongkok secara sosial atau lainnya,
tanpa memandang kebangsaan, bahasa atau
kaitan erat dengan budaya Cina‖
Dalam Liem (2000:xxix) istilah ―Cina‖
ini dalam pers Indonesia sekitar 1950-1n
diubah menjadi ―Tionghoa‖ (sesuai ucapannya
dalam bahasa hokkian) untuk merujuk kepada
orang Cina dan ―Tiongkok‖ untuk Negara
Cina. Dalam Santosa (2012:ix) etnis Tionghoa
adalah wujud keberagaman dalam sebuah
kelompok yang sebetulnya heterogen di dalam
7

warna-warni suku bangsa di Indonesia. Jadi

karena itu peneliti menggunakan pendekatan

dapat disimpulkan etnis Tionghoa adalah salah

penelitian kualitatif.

satu kelompok masyarakat non-pribumi yang
Dalam penelitian ini jenis penelitian

bermigrasi ke Indonesia.

yang dipakai oleh peneliti adalah jenis
MASYARAKAT PRIBUMI

penelitian

Dalam Wibowo (1999:8) kelompokkelompok etnis pribumi yaitu jawa, sunda,
batak, minang, ambon, bugis dan lain-lain
yang membentuk ―masyarakat Indonesia‖.
Dalam

KBBI

online

pribumi

pri·bu·mi/ n penghuni asli; yang berasal dari

deskriptif

kualitatif

yang

mempelajari masalah-masalah yang ada serta
tata cara kerja yang berlaku. Penelitian
deskriptif

kualitatif

ini

bertujuan

untuk

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.
Dalam Kriyantono (2010:69) jenis penelitian
deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-

tempat yang bersangkutan.

fakta dan sifat-sifat populasi atau objek
Jadi

masyarakat

pribumi

adalah

tertentu. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti

masyarakat yang menetap di suatu tempat

menguraikan

dimana itu tempat asli mereka hidup dan

menjadi fokus penelitian ini dan berdasarkan

menetap disana dengan status asli atau tulen

hasil dari data-data yang peneliti dapatkan dari

yang diakui dan bukan suku bangsa pendatang

pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi

dari Negara lain.

di ITC Cempaka Mas, yaitu menguraikan

sejelas

mungkin

apa

yang

bentuk speech codes dalam proses transaksi

METODOLOGI PENELITIAN

antara
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan

pedagang

etnis

Tionghoa

dengan

pembeli Pribumi.

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Dalam Moleong
menurut

Denzin

dan

Lincoln

(2011:5)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Dimana menurut
definisi diatas, pendekatan kualitatif dianggap

Dalam

penelitian

ini

peneliti

menggunakan metode penelitian etnografi
komunikasi,

dalam

Kuswarno

(2008:37)

berikut ini adalah tahap-tahap penelitian
etnografi komunikasi. Jadi, yang dimaksud
tahapan penelitian dalam etnografi komunikasi
meliputi:
a. Identifikasi

peristiwa-peristiwa

paling pas dalam mengetahui bagaimana

komunikasi yang terjadi secara berulang

bentuk speech codes dalam proses transaksi

(recurrent events ).

antara dua etnis berbeda yaitu pedagang etnis

b. Inventaris komponen komunikasi yang

Tionghoa dengan pembeli Pribumi. Oleh

membangun peristiwa komunikasi yang
berulang tersebut.
8

c. Menemukan hubungan antarkomponen

Dalam Kuswarno (2008:47-50) Secara

komunikasi yang membangun peristiwa

umum penelitian etnografi komunikasi adalah

komunikasi, yang akan dikenal kemudian

penelitian yang menyeluruh atau holistik,

sebagai

karena apa yang diteliti didalamnya mencakup

pemolaan

komunikasi

semua aspek. Creswell telah mengemukakan

(communication patterning ).

tiga teknik utama pengumpulan data dalam
Sesuai uraian di atas, maka penggunaan
metode penelitian etnografi komunikasi pada

studi etnografi yang dapat digunakan dalam
studi etnografi komunikasi yaitu:

speech codes dalam proses transaksi dagang

antara
pembeli

pedagang

etnis

Pribumi

memberikan

Tionghoa

disini

bertujuan

pemahaman

dan

1) Introspeksi.

dengan

2) Observasi partisipan

untuk

3) Wawancara mendalam

gambaran

tentang speech codes yang digunakan dalam

4) Observasi tanpa partisipan

proses transaksi dagang.

5) Analisis dokumen
umumnya dilakukan

Dalam proses teknik pengumpulan

untuk memperoleh gambaran umum dan

data dalam penelitian ini peneliti menggunakan

menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti

wawancara mendalam dan observasi tanpa

objek penelitian.Unit analisis dalam penelitian

partisipan. Dalam teknik pengumpulan data

ini meliputi tiga komponen. Menurut Spradley

dengan wawancara mendalam. Wawancara

dalam Sugiyono (2011: 215), yaitu :

etnografi

Unit analisis

selama
1. Tempat (place) adalah tempat
dimana penelitian berlangsung.
2. Pelaku (actors) adalah orang yang
sesuai dengan objek penelitian
tersebut.

dilakukan

dalam

situasi

sosial yang sedang berlangsung.
Unit

peneliti

analisis

yang

dimaksudkan

observasi

untuk

kepentingan

wawancara yang lebih mendalam yang dapat

membantu

dalam

fokus penelitian. Sedangkan observasi tanpa
partisipan ini sangat cocok digunakan untuk
mengamati perilaku-perilaku atau kegiatan
seperti didalam proses transaksi dagang antara

membuat penelitian.Unit penelitian dalam

Pribumi.

adalah

pedagang

etnis

Tionghoa dan pembeli Pribumi yang
sedang

melakukan

dengan menggunakan pedoman wawancara

pedagang

ini

berlangsung

partisipan. Peneliti melakukan wawancara

melakukan wawancara, sebagai bahan

penelitian

dapat

memfokuskan pada persoalan yang menjadi

3. Aktivitas (activity) adalah kegiatan
yang

komunikasi

melakukan

proses

transaksi

Etnis

Tionghoa

dan

pembeli

Dalam Kuswarno (2008:68-69) teknik
analisis data dalam penelitian etnografi yang
dikemukakan oleh Creswell:

dagang.
9

1) Deskripsi

2. Triangulasi

waktu

berkaitan

dengan

Deskripsi menjadi tahap pertama bagi

perubahan

peneliti

manusia, karena prilaku manusia berubah

dalam

menuliskan

laporan

etnografinya. Pada tahap ini peneliti
mempresentasikan hasil penelitiannya.
2) Analisis

suatu

proses

dan

prilaku

setiap waktu.
3. Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau
lebih teori untuk diadu atau dipadu.

Pada bagian ini peneliti menentukan

4. Triangulasi periset, menggunakan lebih

beberapa data akurat mengenai objek

dari satu periset dalam mengadakan

penelitian, baik melalui tabel, grafik

observasi atau wawancara.

yang

menggambarkan

objek

5. Triangulasi metode, usaha mengecek

penelitian..

keabsahan data atau mengecek keabsahan

3) Interpretasi

temuan riset. Tringulasi metode dapat

Interpretasi
analisis

menjadi
data

dalam

tahap

akhir

dilakukan dengan menggunakan lebih

penelitian

dari satu teknik pnegumpulan data untuk

etnografi. Peneliti dalam tahap ini

mendapatkan yang sama.

mengambil kesimpulan dari penelitian
Teknik triangulasi yang peneliti gunakan

yang telah dilakukan.
Jadi dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tahapan teknik analisis data
didalam metode etnografi komunikasi, yang
dimulai dari deskripsi speech code, setelah itu
analisis kemudian interpretasi data yang
peneliti peroleh dari wawancara mendalam

dalam penelitian ini adalah tringulasi sumber.
Dalam skripsi ini keabsahan data yang
digunakan oleh peneliti adalah Triangulasi
Sumber, yakni membandingkan informasi dari
sumber yang berbeda.
PEMBAHASAN

serta observasi non partisipan.
Analisa yang dilakukan penulis dengan
Dalam Moleong (2011:330) triangulasi

menggunakan teknik analisa data etnografi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

komunikasi yang dimulai dari deskripsi,

yang

lain.

analisis kemudian interpretasi. Dari hasil

Triangulasi menurut Dwidjowinoto dalam

penelitian yang peneliti lakukan, baik melalui

Kriyantono (2008:71) dibedakan menjadi lima

wawancara

macam yaitu,

observasi maka diperoleh gambaran mengenai

memanfaatkan

1. Triangulasi

sesuatu

yang

sumber

adalah

membandingkan atau mengecek ulang
drajat kepercayaan suatu infomasi yang
diperoleh dari sumber yang berbeda.

narasumber

maupun

hasil

speech codes atau kode berbicara dalam proses

transaksi antara pedagang etnis Tionghoa
dengan pembeli Pribumi.
Speech codes atau kode berbicara

merupakan hal dasar yang penting dalam
10

proses transaksi jual beli yang harus dipahami

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Speech

oleh pedagang dan pembeli yang berasal dari

codes dalam proses transaksi antar pedagang

dua kebudayaan yang berbeda. Speech codes

etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi

atau kode berbicara yang terdapat didalam

merupakan kode berbicara yang terdiri dari

proses

etnis

kumpulan kode, lambang yang ada didalam

Tionghoa dengan pembeli Pribumi dapat

komunikasi baik verbal dan nonverbal yang

terjadi secara verbal dan nonverbal, tergantung

dimiliki pedagang etnis Tionghoa dan pembeli

kepada hal yang disampaikan dalam suatu

Pribumi.

transaksi

antara

pedagang

transaksi dagang.
Speech codes itu sendiri terdiri dari enam

Oleh karena itu dalam penelitian ini

proposisi, dimana dalam proses transaksi

peneliti menggunakan Etnografi Komunikasi

dagang

yang dalam Kuswarno (2008:11) adalah

dengan pembeli Pribumi dapat ditemukan lima

pengkajian peranan bahasa dalam perilaku

proposisi dari

komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara

proposisi yaitu proposisi 1, proposisi 2,

bagaimana

proposisi 4, proposisi 5, dan proposisi 6.

bahasa

masyarakat

dipergunakan

yang

dalam

berbeda-beda

kebudayaannya.

antara

pedagang

jumlah

Proposisi-proposisi

etnis

Tionghoa

keseluruhan

ini

dapat

enam

dijadikan

pedoman untuk memahami kode berbicara
yang terdapat dalam proses transaksi dagang

Seperti yang Philipsen uraikan dalam
teori speech codes atau kode berbicara bahwa

antara

pedagang

etnis

Tionghoa

dengan

pembeli Pribumi.

speech codes terbagi kedalam enam proposisi

umum, dan menurut hasil wawancara serta

Kendala yang ada dalam proses transaksi

observasi yang peneliti peroleh maka hanya

jual beli antara pedagang etnis Tionghoa

ada lima proposisi yang sesuai dengan proses

dengan

transaksi. Jadi dari data hasil yang peneliti

mendapat perhatian, sehingga baik pedagang

peroleh maka di dalam proses transaksi antara

etnis Tionghoa maupun pembeli Pribumi

pedagang Tionghoa dan pembeli Pribumi maka

cenderung

yang sesuai dan masuk ke dalam inti teori

berbicara khasnya tanpa menyadari bahwa

speech codes hanya proposisi 1, proposisi 2,

tidak semua pihak bisa mengerti apa yang

proposisi 4, proposisi 5, dan proposisi 6.

dimaksud, begitu juga sebaliknya.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Setelah peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan para narasumber mengenai

pembeli

Pribumi

berinteraksi

masih

membawa

kurang

kode

Anugrah, Dadan dan Winny Kwemowati.
2008. Komunikasi Antar Budaya .
Jakarta : Jaka Permata.

speech codes pada proses transaksi antar

pedagang Tionghoa dan pembeli Pribumi,
11

Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Darmastuti,
Rini.
2013.
Komunikasi
Antarbudaya: Konsep, Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Buku Litera
Yogyakarta.
Emsan.

2014. Filosofi-filosofi Warisa n
Tionghoa . Jogjakarta: Laksana.

Griffin, Emory A. 2006. A First Look At
Communication Theory (6 th Edition).
New York:Mc Graw-Hill
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Nadia.
Kuswarno,
Engkus.
Komunikasi.
Padadjaran.

2008.
Etnografi
Bandung:
Widya

Liem, Yusiu. 2000. Prasangka Terhadap Etnis
Cina . Jakarta: Djambatan
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss.
2009. Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Santosa, Iwan. 2012. Peranakan Tionghoa di
Nusantara . Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Sihabudin,
Ahmad. 2013.
Komunikasi
Antarbudaya
Satu
Perspektif
Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
CV.
Wibowo. I. 1999. Masalah Cina. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sumber Lain
http://kbbi.web.id/pribumi

(diakes

pada

tanggal 21 Mei 2015, pukul 12:24)

12