BAB 4 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1503118163BAB 4 Analisa Ogan Ilir

BAB 4 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

4.1 Aspek Sosial

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pemban gunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena d ampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

  Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjan g

  Nasional: > Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. > Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan

  bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum: >

  Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

  Menengah Nasional Tahun 2010-2014: > Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar. > Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  4. Peraturan Presiden No. 15/20 10 tentang Percepatan penanggulangan

  Kemiskinan >

  Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejaht eraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

  dalam Pembangunan Nasional > Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

  a. Menjamin tersedianya tanah unt uk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum

yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin mel alui

  bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

  d.

  Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan , pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

  

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang

bersifat regional ataupun bersifat lintas kabu paten/kota.

  

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum

yang bersifat regional atau pun bersifat lintas kabupaten/kota.

  c.

  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  d.

  Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di ti ngkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

  Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di a. kabupaten/kota. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di b. kabupaten/kota. Meningkatk an kesejahteraan masyarakat miskin melalui c. bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya d. perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya

4.1.1 Karya Kemiskinan a.

  Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya.

  Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu: Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 1) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 2) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas 3) rendah/tembok tanpa diplester. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah 4) tangga lain. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 5) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak 6) terlindung/sungai/air hujan.

  Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu 7) bakar/arang/minyak tanah. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 8) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 9) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 10) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklini k. 11) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas 12) lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat 13) SD/hanya SD. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan 14) minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka s uatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

  Pengarusutamaan Gender b.

  Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Neighborhood

  

Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur

  Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat ( PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi

  Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdaya an Masyarakat bidang Cipta Karya Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing- masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul seba gai pembelajaran di masa datang di daerah.

4.1.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan b eberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelo mpok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

  Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang d imukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4.1.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  4.2 . Aspek Lingkungan

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

  Adapun amanat perlind ungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :

  1) UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

  2) UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jan gka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  3) Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  4) Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

  5) Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1) Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b.

  Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL.

  e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan me ngenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i.

  Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

  j.

  Menetapkan standar pelayanan minimal.

2) Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenal amdal dan UKL- UPL.

  d.

  Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasa n kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3) Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b.

  Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan keb ijakan mengenai amdal dan UKL- UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e.

  Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.2.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan s uatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena: RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan

   pembangunan infrastruktur.  KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program dalam hal ini KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengak ibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

  KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten Ogan Ilir dengan dibantu oleh Badan Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkun gan hidup di Kabupaten Ogan Ilir . Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

  Tahapan Pelaksanaan KLHS

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan kea nekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifi kasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel berikut

Tabel 4.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

  No. Kriteria Penapisan Penilaian

  Uraian Pertimbangan*

  Kesimpulan: (Signifikan/

  Tidak Signifikan)

  1. Perubahan Iklim Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

  Signifikan untuk di-KLHS-kan

  2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

  Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

  Signifikan untuk di-KLHS-kan

  3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaranhutan dan lahan,

  Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

  Signifikan untuk di-KLHS-kan

  4. Penurunan mutu dan Sektor Pengembangan Permukiman, Signifikan untuk kelimpahan Sektor Penataan Bangunan dan di-KLHS-kan sumber daya alam Lingkungan, Sektor Pengembangan Air

  Minum, Sektor Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

  5. Peningkatan alih fungsi Sektor Pengembangan Permukiman, Signifikan untuk kawasan Sektor Penataan Bangunan dan di-KLHS-kan hutan dan/atau lahan, Lingkungan, Sektor Pengembangan Air

  Minum, Sektor Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

  6. Peningkatan jumlah Sektor Pengembangan Permukiman, Signifikan untuk penduduk miskin Sektor Penataan Bangunan dan di-KLHS-kan atau terancamnya Lingkungan, Sektor Pengembangan Air keberlanjutan Minum, Sektor Pengembangan penghidupan Penyehatan lingkungan permukiman sekelompok berdampak terhadap lingkungan masyarakat

  7. Peningkatan risiko Sektor Pengembangan Permukiman, Signifikan untuk terhadap Sektor Penataan Bangunan dan di-KLHS-kan kesehatan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air keselamatan manusia Minum, Sektor Pengembangan

  Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2- JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2JM.

  Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS d engan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di

  Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

  Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

  Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan  dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;  Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan

  UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

   Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik; Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan

   akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan te ntang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 4.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

  Masyarakat dan Pemangku Contoh Lembaga Kepentingan Pembuat keputusan a.

  a. Bupati/W alikota b.

  

b. DPRD

Penyusun kebijakan, rencana Dinas PU-Cipta Karya dan/atau program Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya b.

  

b. BPLHD

Masyarakat yang memiliki a. Perguruan tinggi atau lembaga a. informasi dan/atau keahlian penelitian lainnya (perorangan/tokoh/ kelompok) b.

  b. Aso siasi profesi

  b. Forum-forum pembangunan b. berkelanjutan dan lingkungan hidup c.

  c. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup d.

  d. Perorangan/tokoh

  e. kelompok yang memiliki data dan e. informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak a.

  a. Lembaga Adat b.

  

b. Asosiasi Pengusaha

c.

  

c. Tokoh masyarakat

d.

  d. Organisasi masyarakat Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)

b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

  Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:  penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

    membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 4.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta

  Karya Isu Pembangunan

  Deskripsi Isu (Data dan Informasi Terkait Isu PB) Berkelanjutan (PB)

  Ketersediaan air tawar bagi para pengguna secara umum dan Badan Air saat kemarau (populasi perkotaan, irigasi, keperluan industri, dsb.)

  Kualitas air secara umum dan saat kemarau Habitat penting yang membutuhkan air (lahan basah, tempat pemijahan) dan keterkaitannya Spesies ekosistem air tawar yang terancam punah ataupun hampir punah Praktek penangkapan jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomi tinggi/jenis ikan yang bermigrasi (atau jenis ikan yang menjadi sumber mata pencaharian dari penduduk setempat) Praktek penangkapan jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomi tinggi/jenis ikan yang bermigrasi (atau jenis ikan yang menjadi sumber mata pencaharian dari penduduk setempat) Erosi tepian sungai dan sedimentasi Banjir

  Wilayah Pesisir Kualitas perairan pesisir secara umum dan saat kemarau Habitat penting (mangrove, terumbu karang, dsb. ) dan keterkaitannya Spesies ekosistem pesisir/laut yang terancam punah Penangkapan jenis ikan laut yang bernilai ekonomi tinggi (atau jenis ikan yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk setempat) Erosi pantai dan sedimentasi wilayah pesisir

  Kawasan Hutan dan Habitat darat yang penting dan keterkaitannya

  Perkebunan Deforestasi (total luasan, distribusi ruangnya) dan pemicu utama deforestasi (pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dsb.) Rata-rata pemanenan hasil hutan (dibandingkan dengan kemampuan regenerasi hutan) Spesies ekosistem darat yang ter ancam punah atau hampir punah.

  Ketersediaan lahan perkebunan Akuisisi lahan perkebunan Kebakaran hutan Akuisisi lahan hutan Kualitas, fertilitas dan polusi tanah Degradasi lahan Penebangan ilegal Pertanian Umum (dalam arti luas meliputi peternakan, perikanan dan kelautan) Ketersediaan lahan pertanian (dibandingkan dengan kebutuhan bahan pangan)

  Degradasi lahan (desertifikasi dan erosi) Kualitas, fertilitas dan polusi tanah Akuisisi lahan pertanian

  Kawasan Perkotaan dan Industri Kualitas air Limbah rumah tangga (total jumlah dan laju penumpukan, pemisahan, proses daur ulang dan pembuangan) – baik padat maupun limbah cair Limbah B3 industri (total jumlah dan laju penumpukan, pemisahan, proses daur ulang dan pembuangan) – baik padat maupun limbah cair Pemisahan sarana transportasi (jalan/rel kereta/moda transportasi air dan keterkaitan antar moda) Kualitas transportasi publik Sarana untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki Ruang publik (total luas, distribusi dan kualitas ruang) Daya tahan terhadap resiko gempa dan bencana alam lainnya

  Kesehatan Ketersediaan pelayanan kesehatan Infrastruktur Jalan dan Jembatan

  Kekurangan aksesibilitas Kerusakan jalan Pelebaran badan jalan dan peningkatan kualitas jalan

  Industri Pencemaran lingkungan akibat industri Lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan Distribusi hasil industri yang kurang merata Daya beli masyarakat yang masih kurang SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas Daya saing produk yang masih rendah

  Pertambangan dan Migas

  Pencemaran lingkungan akibat penggalian Kerusakan bentang alam dan bentang lahan Eksploitasi yang melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan Peraturan yang tidak diterapkan Distribusi hasil galian yang belum merata Pengolahan hasil tambang yang belum maksimal SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas

  Energi Kekurangan energi Infrastruktur Pelabuhan dan terminal

  Belum adanya pelabuhan penumpang Belum maksimalnya fungsi pelabuhan barang

  Perumahan dan permukiman Rentan terbentuknya kawasan kumuh Sarana dan prasarana yang tidak memadai Kurangnya ruang terbuka hijau Penataan lingkungan yang tidak sesuai peraturan Lokasi yang tidak sesuai peruntukan Daya beli masyarakat yang kurang akibat mahalnya harga rumah Kualitas bangunan yang kurang maksimal

  Perdagangan dan Jasa

  Distribusi hasil perdagangan yang kurang merata Daya beli masyarakat yang masih kurang SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas Daya saing produk yang masih rendah

  Pariwisata Akses menuju lokasi Sarana dan prasarana pariwisata Promosi pariwisata Kurangnya destinasi Pengembangan dan Pemeliharaan tempat pariwisata Pengelolaan tempat wisata

  Budaya masyarakat yang kurang peduli Sarana dan prasarana yang kurang memadai

  Persampahan dan Belum maksimal fungsi TPA

  Limbah Jumlah SDM persampahan yang masih kurang Tingkat kesadaran dunia usaha masih rendah Pembebasan lahan

  Transmigrasi Prosedur transmigrasi Pembekalan transmigrasi Budaya buang air besar sembarangan

  Sanitasi Kurangnya sarana dan prasarana sanitasi Sosialisasi terhadap masyarakat masih kurang Sarana dan prasarana telekomunikasi Kurangnya jumlah sarana dan prasarana perhubungan darat Optimalisasi infrastruktur perhubungan

  Perhubungan Trayek dan rute perhubungan darat Jalur pelayaran Pengembangan perhubungan udara

  Perencanaan SDA Perencanaan Pembangunan Peraturan daerah perencanaan

  Kurangnya investor Promosi daerah

  Penanaman modal Daya saing daerah SDM yang kurang memadai Pencemaran udara, air, tanah Pencemaran sungai dan laut

  Degradasi Ekologi Degradasi wilayah pesisir Erosi, abrasi, intrusi air laut Bencana alam dan penanggulangannya Kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur

  Ketersediaan Aksesibilitas antar kecamatan yang masih sulit

  Infrastruktur Pengembangan dan Rehabilitasi sarana parasarana baru

  (Availabilitas) Pelayanan Publik yang buruk akibat ketidaktersediaan infrastruktur Pencemaran akibat industri perikanan

  Perikanan dan Teknologi peningkatan kualitas perikanan Kelautan Pengolahan hasil perikanan

  Distribusi hasil perikanan Distribusi hasil peternakan

  Peternakan Teknologi peningkatan kualitas ternak Penanggulangan penyakit ternak Anggaran kurang memadai Tidak adanya instansi induk pengelolaan pasar tingkat pusat

  Pengelolaan pasar Pencemaran akibat sampah pasar Sarana dan prasarana pasar Jumlah pasar yang masih kurang Sumber air baku Sarana dan prasarana air minum

  Air Minum Sistem birokrasi dan prosedur yang rumit SDM yang kurang memadai Anggaran pengembangan air minum Sanksi terhadap pelanggaran tata ruang

  Tata Ruang Pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai zonasi Rendahnya penegakan hukum terkait tata ruang Komitmen pemerintah melaksanakan peraturan Pembukaan lahan untuk kepentingan negara

  Konversi Lahan Alih fungsi lahan kawasan lindung Alih fungsi lahan kawasan budidaya Pariwisata yang mandeg dan tidak bergairah

  Daya Saing Daerah Produk daerah yang kurang terdistribusi dengan baik

  Promosi produk daerah yang masih kurang Kemiskinan Pendapatan Perkapita yang rendah Kecilnya PAD

  Kemandirian Sosial Kesenjangan sosial dan Ekonomi Pengangguran Pelayanan Publik yang buruk Ketahanan pangan yang masih rawan

  Dan lain-lain Sumber: Hasil diskusi internal Tim Satgas RPIJM tahun 2013

c. Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 4.4. Tabel Identifikasi KRP

  Komponen Kebijakan, Lokasi No

  Kegiatan (Kelurahan/Desa) Rencana / Program

  • 1 Pengembangan Peningkatan jalan Ibul Besar I
  • Permukiman lingkungan dan saluran Ibul besar 2
  • 1) Pengembangan Peningkatan sarana dan Ibul Besar 3
  • kawasan permukiman prasarana kawasan Sungai Buaya

     perkotaan agropolitan Pemulutan Ilir   2) Pengembangan Kawasan Bisnis dan Bakung  kawasan permukiman Permukiman Ogan Kelekar  perdesaan Program Pengembangan 3) Pembinaan Teknis Perumahan

  2 Pengembangan Pembangunan/Rehabilitasi Kec Indralaya  

  • Penyehatan Lingkungan Saluran Drainase Kec Indralaya  Permukiman Pembangunan TPA 3R Utara

     1) Pengembangan Pembangunan fasilitas

    Drainase instalasi
  • 2) Pengembangan Instalasi Pengelolaan Air Pengelolaan Limbah Persampahan 3) Pengembangan Pengelolaan Air Limbah

  • 4 Pengembangan Air Minum 1) Pembangunan SPAM
  • Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu d.

  3 Penataan Bangunan dan Lingkungan Pembinaan Teknis 1) bangunan gedung Penataan Lingkungan 2) Permukiman Peningkatan 3) Pencegahan Bahaya Kebakaran Penyusunan RISPK 

  PSD RTH Kawasan hutan  larangan Penyusunan RTBL  Dukungan PSD RTH 

  Kec Indralaya  Kec Tanjung Raja  Kec Indralaya  Utara Kec Tanjung Batu 

  Kap.50 L/det SPAM desa mendukung  KPDT Tanjung Batu 

  Sri Tanjung

  • Sekonjing  Tj Bulan  Pemulutan Dalam  Kerta Gayam  Jaga Raga

  IKK 2) SPAM Pedesaan 3) Peningkatan SPAM IKK Pembangunan SPAM IKK 

  • Teluk Kecapi  Indralaya  Teluk Kijing  Kandis  Tj Pulis
  • Pemulutan Barat  Payaraman  Sri Tanjung 
    • (namun dapat bernilai “__” jika Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya Terpicunya pembangunan, pengembangan dan atau Teratasinya permasalahan kawasan kumuh, berkurangnya Tersedianya kawasan

  Wilayah

Tabel 4.5. Penilaian dan Pendeskripsian Pengaruh Program Prioritas terhadap Isu PB

  No Program Prioritas Nilai Deskripsi Perkiraan Pengaruh Program Prioritas terhadap Isu PB

  Lingkungan Ekologi Availabilitas Infrastruktur

  Kemandirian Sosial & Ekonomi Daya Saing Daerah

  1. Program Pembanguna n dan Pengembang

  perdagangan dan jasa yang representatif dan bergairah, an Kawasan Permukiman dan Perumahan disandingk an dengan isu Lingkunga n Ekologi) kebisingan dan polusi udara, meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK), meningkatnya debu, meningkatnya limbah domestik, terganggunya ekosistem darat, degradasi vegetasi dan lahan, menurunnya populasi biota darat, terganggunya pasokan air bersih, terpicunya kejadian genangan air bahkan banjir bila pembangunan drainase tidak terintegrasi dengan baik, terganggunya aliran tanah, konversi lahan, dll peningkatan prasarana pendukung kawasan permukiman, terciptanya RTH permukiman, tertatanya permukiman masyarakat, tersedianya kawasan perdagangan dan jasa yang representatif, tertatanya bangunan dan lingkungan perumahan, terciptanya drainase yang baik, terkelolanya limbah dan sampah dengan baik, terpicunya iklim usaha yang kompetitif dan berkualitas, dll penyakit masyarakat, meningkatnya taraf hidup masyarakat, tersedianya tempat tinggal yang layak, meningkatnya PAD, meningkatnya pendapatan perkapita, terserapnya tenaga kerja lokal, terpicunya pertumbuhan ekonomi, mempermudah masyarakat dalam hal mendapatkan kebutuhan hidup, dll meningkatnya kerjasama perdagangan dan jasa dengan daerah lain, terbukanya peluang menjadi kawasan bisnis, terbukanya peluang menjadi proyek percontohan kawasan permukiman terpadu nan sehat, dll

  Keterangan:

  • ada pengaruh positif yang sangat tinggi (misalnya, implementasi program prioritas dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu)
    • ada kemungkinan pengaruh positif yang tinggi (misalnya, implementasi program prioritas kemungkinan dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu)
      • ada pengaruh negatif yang sangat tinggi (misalnya, implementasi program prioritas tidak dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu, bahkan akan menghambat pencapaian target dimaksud dan menimbulkan pengaruh negatif yang baru)
        • ada kemungkinan pengaruh negatif yang tinggi (misalnya, implementasi program prioritas kemungkinan tidak dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing- masing isu, bahkan akan menghambat pencapaian target dimaksud dan menimbulkan pengaruh negatif yang baru)

Tabel 4.6. Analisis Perkiraan Pengaruh kumulatif

  No Program

  Prioritas Situasi terburuk apabila program prioritas diimplementasikan

  Kelompok masyarakat yang akan terkena pengaruh negatif

  Pengaturan implementasi langkah- langkah mitigasi

  1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

  Akan berdampak buruk pada lingkungan ekologi, seperti: Menurunnya kualitas air dan tanah,

  Kelompok Masyarakat, baik yang tinggal di sekitar proyek

  Pemerintah Kabupaten melalui Dinas PU Cipta Karya dan Diskop,UKM,Perindag sebagai leading sector Permukiman meningkatnya maupun bersama dengan dan kebisingan dan polusi masyarakat Bappeda dan PM harus udara, meningkatnya menentukan saat yang

  Perumahan umum, dll emisi gas rumah kaca tepat untuk memulai (GRK), meningkatnya proyek yaitu di saat debu, meningkatnya tidak ada penolakan limbah domestik, dari masyarakat terganggunya setempat dan di saat ekosistem darat, telah ada konsep degradasi vegetasi dan pengimplementasian lahan, menurunnya proyek yang populasi biota darat, berwawasan terganggunya pasokan lingkungan. air bersih, terpicunya kejadian genangan air bahkan banjir bila pembangunan drainase tidak terintegrasi dengan baik, terganggunya aliran tanah, konversi lahan, dll

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

  Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan.

Tabel 4.7. Mitigasi Dampak KRP terhadap Isu Pembangunan Berkelanjutan

  Rumusan Program No Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif Pembangunan

  1. Program Akan berdampak Pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan supaya Pembangunan dan buruk pada berfungsi sebagaimana mestinya, seperti tersedianya Pengembangan lingkungan ekologi, tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan Kawasan seperti: Menurunnya sistem pembuangan yang baik, Minimalisasi pengaruh Permukiman dan kualitas air dan tanah, bangunan pada lingkungan sekitar, seperti pemanfaatan Perumahan. meningkatnya ruang, fasilitas pelayanan, jaringan infrastruktur kebisingan dan polusi sebaiknya direncanakan secara efisien, Perlindungan udara, meningkatnya sumber-sumber alam dan sumberdaya lahan untuk emisi gas rumah kaca generasi selanjutnya, seperti melindungi pemakaian (GRK), meningkatnya sumberdaya air, tanah dan udara, Pengurangan limbah debu, meningkatnya yang dihasilkan oleh bangunan hunian, seperti mengolah limbah domestik, limbah yang berasal dari bangunan-bangunan sehingga terganggunya tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan di ekosistem darat, sekitarnya dan menanam tanaman-tanaman yang dapat degradasi vegetasi melindungi ekologi kawasan, Peningkatan keterlibatan dan lahan, masyarakat dalam menggalakkan pemeliharaan menurunnya populasi lingkungan, seperti menyosialisasikan pentingnya biota darat, permukiman yang berkelanjutan sehingga masyarakat terganggunya juga turut serta memelihara lingkungan, Sosialisasi pasokan air bersih, pentingnya lingkungan sosial yang sehat, seperti terpicunya kejadian keamanan lingkungan, kesehatan lingkungan dan genangan air bahkan partisipasi masyarakat, Penerapan konsep teknologi banjir bila hijau, hemat energi dan sumberdaya pada bangunan pembangunan seperti sedapat mungkin mengurangi ketergantungan drainase tidak terhadap bahan bakar fosil, menggunakan energi terintegrasi dengan dengan lebih efisien dan bijaksana, Pemanfaatan baik, terganggunya sumber-sumber alam yang tersedia, seperti tenaga aliran tanah, konversi surya. lahan, dll Sebagai tambahan, perlu diperhatikan penghematan sumber energi, pengutamaan transportasi umum, massal dan hemat energi serta pendayagunaan pencahayaan dan penghawaan alami pada bangunan. Lalu dapat diadopsi pula konsep-konsep permukiman yang memadukan antara suasana perkotaan dengan pedesaan, seperti konsep new town, ecological city, garden city, dll

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel 4.8. Instrumen Perumusan Rekomendasi

  Rumusan Program No Rekomendasi Perbaikan atau Penguatan Pembangunan

  1 Program Pembangunan Program Pembangunan dan Pengembangan dan Pengembangan Kawasan Permukiman, Perumahan,

Kawasan Permukiman dan Perdagangan dan Jasa harus berwawasan lingkungan (Langkah-langkah rekomendasi Perumahan. perbaikan dan atau penguatan dapat dilihat pada kolom mitigasi).

Tambahan:

Rancangan awal RPJMD Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016-2021 memuat program- program Dinas PU CK seperti Program Lingkungan Sehat Perumahan; Program Pengembangan Komunitas Perumahan; Program Pengembangan Perumahan. Hal ini sejalan dengan rencana Bupati terpilih di bidang perumahan yaitu antara lain: Hanya saja pembangunan ini harus menerapkan sungguh-sungguh prinsip keadilan sehingga target masyarakat tidak tebang pilih dan pendataan mengenai kategorisasi masyarakat yang akan dijadikan target harus benar-benar dikoordinasikan dengan BPS. Sebaiknya kegiatan ini diimplementasikan dan tidak ditunda-tunda karena dampaknya akan sangat baik bagi usaha pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang sosial. Penataan Bangunan dan Lingkungan Pengembangan Air minum Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Catatan: Pembangunan dan Pengembangan Permukiman dan Perumahan berwawasan lingkungan terlampir

4.2.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengiku ti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Keg iatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

  • luas kawasan TPA, atau
  • Kapasitas Total > 10 ha > 100.000 ton TPA di daerah pasang surut: b.
  • luas landfill,
  • Kapasitas Total semua kapasitas/besaran Pembangunan transfer c.
  • Kapasitas

  • Kapasitas
  • Kapasitas Transportasi sampah dengan kereta api: g.

  3 /hari

  > 2,4 ton/hari

  3 /hari > 3 ha

  > 2 ha > 11 m

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

  > 25 ha > 50 ha > 100 ha > 2.000 ha

  Kota besar, luas b. Kota sedang dan kecil, luas c. keperluan settlement transmigrasi d.

  B. Pembangunan Perum ahan/Permukiman: Kota metropolitan, luas a.

  semua kapasitas > 500 ton/hari > 500 ton/hari

  Kapasitas Composting Plant: f.

  > 500 ton/hari Pengolahan dengan insinerator: e.

  > 500 ton/hari Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah d. terpadu:

  station:

  Control landfill/sanitary landfill:

  A. Persampahan: Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem a.

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

Tabel 4.9. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  Jenis Kegiatan B idang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

  • Luas, atau
  • Kapasitasnya
  • Luas, atau
  • Kapasitasnya

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

  • Luas layanan, atau
  • Debit air limbah > 500 ha > 16.000 m

D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau

  sekunder) di permukiman Kota besar/metropolitan, panjang: a. Kota sedang, panjang: b.

  > 5 km > 10 km E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan Pembangunan jaringan distribusi a.

  • - Luas layanan > 500 ha

    Pembangunan jaringan transmisi - b.

  panjang > 10 km

  Sumber: Permen LH 5/2012

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL- UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 8.10

Tabel 4.10. Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-

  UPL

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled

  i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Panjang < 5 km  ii Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

  

  Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps 

  

  v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan: Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5  lps - < 50 lps

  

  Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps  iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

  

  Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps 

  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km  Pedesaan, Panjang : -  iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

  

  luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha  ii. Pembangunan jari ngan pipa transmisi Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km 

  d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:

  

  Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha 

  c. Drainase Permukaa n Perkotaan

  landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang: Luas kawasan, atau < 10 Ha  Kapasitas total < 10.000 ton  ii. TPA daerah pasang surut Luas landfill, atau < 5 Ha

  

  /hari 

  3

  Luas < 500 ha  Atau debit air limbah < 16.000 m

  iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman

  

  /hari  ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Luas < 3 ha  Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

  3

  i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang Luas < 2 ha  Atau kapasitas < 11 m

  b. Air Limbah Domestik/ Permukiman

  

  Kapasitas < 500 ton/hari  vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha 

  Kapasitas total < 5.000 ton  iii. Pembangunan Transfer Station Kapasitas < 1.000 ton/hari  iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton  v. Pembangunan Incenerator

  

e. Pembangunan i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

  Gedung 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung