BAB 4 ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 125b854e30 BAB IVBAB 4 Analisis Sosial Lingkungan
BAB 4 ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
4.1 ASPEK SOSIAL EKONOMI
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur prmukiman seharusnya menyentuh aspek-‐aspek sosial terkait dan sesuai dengan isu-‐isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutaman gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunngan atau pengelolaan perlu diidenifikasi apakah keberadaan infratruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
4.1.1. KEMISKINAN
Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup layak di wilayah tempat tinggalnya. Kebutuhan untuk hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2100 kilo kalori sehari, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain-‐lain. Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan bahwa secara keseluruhan pendapatan penduduk meningkat, sebaliknya meningkatnya jumlah penduduk miskin mengindikasikan menurunnya pendapatan penduduk. Dengan demikian jumlah penduduk
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 1
8. Way Tuba 1.660
Sumber: Hasil PPLS Kab. Way Kanan Tahun 2013
Negeri Besar 1.145 Jumlah 32.791
Negeri Batin 3.929 14.
Pakuon Ratu 2.658 13.
Bumim Agung 1.561 12.
Buay Bahuga 874 11.
786 10.
9. Bahuga
7. Negeri Agung 2.124
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 2
6. Blambangan Umpu 4.998
5. Rebang Tangkas 2.115
Kasui 2.537
Gunung Labuhan 2.624 4.
Baradatu 2.421 3.
3.359 2.
1. Banjit
Tabel 4.1. Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
miskin merupakan indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk miskin di wilayah Kabupaten Way Kanan, adalah berdasarkan data rumah tangga sasaran penerima manfaat dan kuantum penyaluran beras Program Penyaluran Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) Tahun 2013.
Dari tabel terlihat bahwa jumlah penduduk miskin per kecamatan tertinggi terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu dengan jumlah rumah tangga miskin 4.998 KK atau sekitar 15,24%, dan jumlah penduduk miskin terendah terdapat di kecamatan Bahuga dengan jumlah penduduk miskin sebesar 786 KK atau sekitar 2,4 %.
4.1.2. PENGARUSUTAMAAN GENDER
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembantuan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk respinsif gender dari masing-‐ masing kegiatan, manfaat, hinga permasalahan yang timbul sebagai pembelajaran di masa datang daerah.
Tabel 4 2. Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan
Gender di Kabupaten Way Kanan
Kontrol Permasalahan
Bentuk Tingkat
Pangambilan yangPerluProgram / Keterlib Partisipasi No Lokasi Tahun Keputusan Manfaat Diantisipasi Kegiatan atan/ Perempuan oleh di Masa
Akses (jumlah)
Perempuan DatangPemberdayaan Masyarakat
- -‐ -‐
a PNPM -‐ -‐ -‐ 30% -‐ Perkotaan
b PISEW -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐
c PAMSIMAS -‐ -‐ -‐ 30% -‐ -‐ -‐
- -‐ -‐
d PPIP -‐ -‐ -‐ 30% -‐
e RIS PNPM -‐ -‐ -‐ 30% -‐ -‐ -‐
f SANIMAS -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 3
- ‐
-‐
-‐
-‐
-‐
-‐
-‐
b Dll.
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 4 No Program / Kegiatan Lokasi Tahun Bentuk Keterlib atan/ Akses Tingkat Partisipasi Perempuan (jumlah) Kontrol Pangambilan Keputusan oleh Perempuan Manfaat Permasalahan yangPerlu Diantisipasi di Masa Datang
Non Pemberdayaan Masyarakat a Penyusun an RTBL
4.1.3. ASPEK SOSIAL PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
1) Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-‐saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan, AMDAL dan pembebasan lahan.
2) Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip pertama pengadan tanah adalah bahwa
- ‐ -‐ -‐ -‐ -‐ 2 PenataanBangunan danLingkungan
- ‐ -‐ -‐ -‐ -‐ 3 Pengembangan Air minum
- ‐ -‐ -‐ -‐ -‐ 4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
- ‐ -‐ -‐ -‐ -‐
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 5
semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat pengadaan tanah ini.
3) Permukiman kembali penduduk (resettlemnt) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya dilokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika di perlukan dan sesuai persyaratan.
Tabel 4 3. Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan Konsultasi, Pemindahan
Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali
No. Komponen Program dan
Kegiatan Tahap I Tahap II Arahan Lokasi Konsultasi
Pemindahan
Penduduk /
Pemberian
Kompensasi
PermukimanKembali Sebelum Pemindahan
Setelah
Pemindahan 1 Pengembangan Permukiman
4.1.4. ASPEK SOSIAL DAN PASCA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seprti kemudahan mancapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Tabel 4 4. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan
Bidang Cipta Karya
Jumlah Program Penduduk No Sektor Lokasi Tahun Keterangan Kegiatan yang memanfaatkan
1 Pengembangan -‐ -‐ -‐ -‐ Belum ada Permukiman identifikasi lebih lanjut
2 Penataan Bangunan -‐ -‐ -‐ -‐ Belum ada danLingkungan identifikasi lebih lanjut
3 Pengembangan Air Minum -‐ -‐ -‐ -‐ Belum ada identifikasi lebih lanjut 4 Pengembangan -‐ -‐ -‐ -‐ Belum ada
Penyehatan Lingkungan identifikasi
Permukiman lebih lanjut
4.2. ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintahan kabupaten/kota telah mengakomodasikan prinsip
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 6
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
1) UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup : “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingungan Hidup Strategis (KLHS), Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan -‐ Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-‐UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2) UU NO. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Janga Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-‐prinsip pembangunan kualitas lingkungan secara berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3) Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 : “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan ; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4) Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: “Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLS digunakan untuk menyiapkan alternarif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau resiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan”
5) Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan :
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 7
A N A L I S I S S O S I A L E K O N O M I D A N L I N G K U N G A N Bab 4 Hal. 8
“Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL, dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.