ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI

  

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN

SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

  

OLEH :

DEDI SYAH PUTRA

  

08C10404001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2013

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Indonesia merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyakknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).

  Pertanian hampir menjadi sektor terbesar dalam setiap negara yang masih berkembang. Bagi penduduk, pertanian ini sangat dibutuhkan untuk mengisi ketersediaan pangan dan juga memberikan pendapatan karena membuka lapangan kerja baru. Selain itu tanaman tertentu dalam pertanian seperti tanaman jarak dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN). Pertanian juga bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber penyerapan karbondioksida (CO ) dan penghasil oksigen (O ). Oleh karenanya, agrobisnis mempunyai

  2

  2

  peluang yang cukup baik untuk berkembang dan menciptakan sumber lapangan kerja yang cukup prospektif (Tim Karya Mandiri, 2010).

  Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Tanaman karet (Hevea brazilliensis muell merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena memiliki peranan

  arg)

  penting di Indonesia dan banyak menunjang perekonomian negara sebagai salah satu sumber pemasukan devisa. Selain itu, kedepan tanaman karet akan menjadi salah satu sumber pemasok kayu yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu yang saat ini masih menggunakan kayu dari hutan alam. Saat ini indonesia menduduki urutan kedua sebagai negara produsen karet didunia. Meskipun demikian, tahun mendatang. Target ini dimungkinkan karena Indonesia memiliki potensi sumber daya yang memadai untuk meningkatkan produksi dan produktivitas baik melalui pengembangan areal baru maupun melalui peremajaan areal tanaman karet tua dengan menggunakan klon unggul lateks kayu (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

  Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki lahan yang cocok untuk perkebunan karet. Luas areal perkebunan karet pada tahun 2005 tercatat mencapai 3,2 juta Ha diseluruh indonesia yang terdiri dari sekitar 85 persen perkebunan karet merupakan milik rakyat, 7 persen perkebunan besar negara dan 8 persen perkebunan besar swasta (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tumbuhan karet ini dapat hidup dengan baik terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera.

  Provinsi aceh yang terletak disebelah utara pulau Sumatera merupakan daerah yang cukup potensial dalam pembangunan pertanian terutama dalam sektor perkebunan. Peluang kesempatan kerja yang besar di sektor ini juga dapat mengurangi tingkat pengangguran di Aceh. Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh berada di pantai barat Sumatera yang subur dan sangat cocok bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, dan Beutong karena ditunjang oleh Sungai Krueng Beutong dan Sungai Krueng Nagan yang mengalir di wilayah tersebut. Potensi lainnya adalah usaha peternakan dan perkebunan.

  2 Kecamatan Seunagan Timur yang memiliki luas 258,79 Km merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Nagan Raya.

  Kecamatan ini merupakan daerah penghasil karet. Hal ini didukung oleh keadaan iklim, tanah dan ketersediaan lahan dan kesesuaian lahannya. Selain itu bagi masyarakat yang tinggal di Kecamatan Seunagan Timur, tanaman karet merupakan salah satu bentuk usaha tani yang telah lama dilakukan sebagai tanaman utama sumber kehidupan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga.

  Tanaman karet sebagai usaha tani yang pengusahaannya dilakukan secara intensif oleh petani untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian masih banyak sekali kendala yang dihadapi oleh para petani karet. Persoalan – persoalan yang terjadi dalam ekonomi pertanian antara lain jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan pertanian, karena pendapatan yang diterima petani hanya pada saat panen saja padahal pengeluaran harus dikeluarkan setiap hari. Pembiayaan pertanian juga menjadi kendala melaratnya petani dan akhirnya terlibat dalam lilitan hutang dan tekanan yang diakibatkan dari pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah produksi tani (Mubyarto, 1993)

  Permasalahan lain dari perkebunan karet itu sendiri menyangkut penentu produktivitas di sektor pertanian, antara lain :

  1. Rendahnya mutu bibit yang dihasilkan oleh penangkar bibit. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber entres yang terjamin kemurniannya dan keterbatasan jenis klon baru yang dimiliki. Padahal prospek bisnis penyediaan bahan tanaman karet cukup menjanjikan karena pasarnya masih sangat terbuka dan potensi keuntungan yang dapat diraih oleh penangkar cukup memadai.

  2. Tingginya proposi areal tanaman karet yang telah tua, rusak dan tidak

  produktif (sekitar 13 persen dari total areal perkebunan karet di Indonesia).

  3. Bahan baku yang dihasilkan bermutu rendah. Pada umumnya bahan olahan karet dari petani berupa bekuan karet. Bahan ini biasanya dibekukan dengan bahan pembeku yang diekomendasikan yaitu asam format maupun yang tidak direkomendasikan seperti asam cuka, tawas, dan sebagainya. Bahan olah karet (Bokar) inilah yang mendominasi pasar karet di Indonesia karena dinilai oleh petani paling praktis dan menguntungkan.

  4. Musim kemarau yang menghambat produktivitas.

  5. Sistem pemasaran yang belum efisien karena lokasi perkebunan terletak jauh dari pabrik pengolahan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

  Pengembangan agrobisnis karet perlu didasarkan pada perencanaan yang lebih terarah dengan sasaran yang lebih jelas serta mempertimbangkan berbagai permasalahan, peluang dan tantangan yang terjadi sehingga dapat diwujudkan agrobisnis karet yang berdaya saing dan berkelanjutan serta memberi manfaat optimal bagi para pelaku usahanya. Meskipun ragam produksi karet yang dihasilkan dan di ekspor oleh Indonesia masih terbatas, umumnya didominasi produk primer / bahan mentah (raw material) dan produk pengolahan setengah jadi, peningkatan produksi karet sangat diharapkan untuk memenuhi permintaan karet dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu diperlukan perbaikan seperti :

  1. Peningkatan dan perluasaan penanaman karet dibeberapa lahan yang cocok untuk penanaman karet

  2. Peremajaan areal tanaman karet yang sudah tua dengan menggunakan klon unggul lateks kayu

  3. Penggunaan bibit unggul dan memperhatikan pemupukan

  4. Pembinaan pemerintah dan pihak – pihak yang terkait dalam pengembangan usaha berbasis perkebunan karet.

  Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usaha tani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani. Tingkat pendapatan petani ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor sosial ekonomis dan agronomis. Salah satu faktor tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan faktor produksi yang dihasilkan.

  Berdasarkan penjabaran yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya“.

1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah biaya pupuk karet berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh petani karet di Kecamatan Seunagan Timur

  2. Apakah banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada perkebunan karet berpengaruh terhadap pendapatan yag diperoleh oleh petani karet di Kecamatan Seunagan Timur

  3. Apakah besarnya luas lahan karet yang dimiliki oleh seorang petani berpengaruh terhadap pendapatan yag diperoleh oleh petani karet tersebut di Kecamatan Seunagan Timur

  1.3. Hipotesis

  Dugaan sementara terhadap suatu permasalahan yang harus diuji dan diteliti melalui pengumpulan data kemudian data tersebut diolah dan dianalisis disebut dengan hipotesis. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penulis membuat dugaan sementara ( hipotesis) sebagai berikut :

  1. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani karet berpengaruh negatif terhadap pendapatan yang diperoleh oleh petani karet.

  2. Banyaknya Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh seorang petani karet mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh petani karet.

  3. Besarnya Luas lahan yang dimiliki mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh petani karet.

  1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui pengaruh biaya produksi pupuk terhadap pendapatan yang diperoleh petani karet setiap kali masa panen.

  2. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani karet setiap kali masa panen.

  3. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani karet dalam setiap kali masa panen.

1.4.2. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

  1. Bagi petani, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam usaha meningkatkan pendapatannya terutama disektor perkebunan karet.

  2. Bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian dan perkebunan (Pemerintah daerah), penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi untuk menentukan tindak lanjut pemberian keputusan dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan petani karet yang berakibat makmurnya para petani.

  3. Bagi masyarakat khususnya peneliti lain, penelitian ini adalah bahan perbandingan kepada para peneliti lain yang ingin meneliti penelitian serupa

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Pertanian

2.1.1. Definisi Pembangunan Pertanian

  Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk selalu meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap petani. Sehingga petani selau berfikir bagaimana meninggkatkan pendapatan semaksimal mungkin dalam berusaha tani untuk menekan biaya sekecil- kecilnya dan mempereoleh keuntungan sebesar-besarnya. Dimana keuntungan tersebut tentu akan meninggkatkan pendapatan petani.

  2.1.2. Pengertian Pertanian

  Pertanian merupakan sejenis proses yang khas yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan, kegiatan produksi dalam setiap usaha tani merupakan aspek penting suatu kegiatan produksi dalam setiap usaha tani (Mosher, 1984).

  Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pertanian adalah suatu tempat bercocok tanam yang dipergunakan oleh petani untuk mengusahakan agar tanaman dapat berkembang biak sesuai dengan kebutuhan manusia.

  2.1.3. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

  Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata pencaharian penduduk sebahagian besar di sektor pertanian.

  Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk

  1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor- sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.

  2. Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.

  3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.

  4. Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan

2.1.4. Usaha Tani

  Usaha pertanian adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga petani, atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam. Usaha tani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang dapat diperlukan untuk produksi pertanian.

  Di suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor tersebut pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi.

  Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

2.1.5. Potensi Usaha Karet

  Prospek usaha perkebunan karet cukup menjanjikan dan berkembang apabila dapat dikelola secara intensif dan komersial. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas karet cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari data Badan Pusat Statistik, dapat dilihat perkembangan produksi karet Indonesia pada tahun 2009 – 2012. Hal ini dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia PR PBN PBS Tahun

  Jumlah Pertumbuhan (small (governmet (private (year) (amount) (Growth) holder) Plantation) Plantation)

  2009 1.918.035 245.502 256.810 2.440.347 -11,05 2010 2.193.363 263.583 277.908 2.734.854 12,07 2011* 2.486.023 285.988 316.416 3.088.427 12,93 2012** 2.660.076 290.521 321.599 3.272.196 5,95

  Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012 Keterangan :

  • : Angka Sementara : Angka Sangat Sementara **

  PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta

  Sedangkan berdasarkan data dari dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat perkembangan areal dan produksi komoditi perkebunan rakyat pada tahun 2011 seperti dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2. Rekapitulasi Perkembangan Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Nagan Raya Luas Areal (Ha) Produk Rata - rata

  

Kecam- Komo- Jumlah Jumlah

No

  • -si Produktivitas Ket

  

atan diti (Ha) Petani

TBM TM TR (TDN) (Kg/Ha)

  1 Kuala Karet 16,00 927,30 560,70 1504,00 710,00 76,50 1019 Kuala

  2 Karet 2,00 315,00 401,24 718,24 177,00 57,00 531 Pesisir Tadu

  3 Karet 101,00 452,00 110,00 663,00 325,00 72,00 361 Raya

  4 Seunagan Karet 264,94 763,00 453,00 1480,94 591,00 77,40 1586 Suka

  5 Karet 9,00 275,00 255,00 539,00 178,00 65,00 535 Makmue Seunagan

  6 Karet 880,60 703,00 478,00 2061,60 545,00 77,50 1722 Timur 1514,5

  7 Beutong Karet 584,00 611,00 2709,55 416,00 71,00 2924

  5 Darul

  8 Karet 25,00 255,00 528,50 808,50 171,00 67,00 364 Makmur Tripa

  9 Karet 7,20 309,09 320,41 636,70 209,00 67,20 495 Makmur Beutong Ateuh

  10 Karet 18,00 18,00 - - - -

  19 Benggala ng

  Sumber : Dishutbun Kabupaten Nagan Raya, 2011

Tabel 2.2 Menjelaskan bahwa luas tanaman karet di Kabupaten Nagan

  Raya adalah seluas 11139,53 Ha, dimana Kecamatan Beutong memiliki luas lahan terbesar dengan volume produksi sebesar 416,00 dan luas lahan terkecil terdapat di Kecamatan Beutong Ateuh Benggalang . Dalam hal ini diperlukan usaha untuk menunjang peningkatan produksi karet melalui program intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi.

  Hampir disetiap tahunnya terdapat peningkatan produksi karet secara nasional ataupun khususnya di Kecamatan Seunagan Timur. Minat masyarakat untuk menanam karet meningkat 3-4 kali lipat dapat dilihat dari banyaknya petani yang terjun ke budidaya karet di daerah pengembangan baru karet karena banyaknya permintaan, masih luasnya lahan dan ketersediaan tenaga kerja.

  Adanya permintaan yang meningkat disetiap tahunnya membuat harga karet pun semakin meningkat.

2.2. Pendapatan

2.2.1. Pengertian Pendapatan

  Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.

  Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestik bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestik disuplai oleh produk - produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negatife terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, sumber daya manusia, dan modal.

  Pendapatan merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah usaha. Dengan adanya pendapatan itu berarti sebuah usaha masih berjalan dan layak untuk dipertahankan walaupun sebenarnya masih ada beberapa hal yang lain selain pendapatan yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meneruskan sebuah usaha. Dengan memperhatikan jumlah pendapatan, akan diketahui apa suatu usaha mendapatkan untung atau malah merugi.

  Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi, 1998).

  Dengan kata lain pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan (instansi) atau pendapatan selama ia bekerja atau berusaha. Setiap orang yang bekerja akan berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimum agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Pendapatan masyarakat dapat berasal dari bermacam – macam sumber seperti : sektor formal (gaji), sektor informal (sebagai penghasilan tambahan dagang) dan sektor subsistan (hasil usaha sendiri berupa tanaman, ternak dan pemberian orang lain). Pendapatan subsistan sendiri adalah pendapatan yang diterima dari usaha – usaha yang diterima dan tidak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga

2.2.2. Teori Pendapatan

  Dalam ekonomi moderen terdapat dua cabang utama teori, yaitu teori harga dan teori pendapatan. Teori pendapatan termasuk dalam ekonomi makro yaitu teori yang mempelajari hal – hal besar seperti :

  Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen - Investasi dunia usaha - Pembelian yang dilakukan oleh pemerintah -

  Distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kasus sosial yang utama yaitu : pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan tiga faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap sebagai pendapatan masing – masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional.

  Pendapatan masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor – faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktor – faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh tarik menarik antara penawaran dan permintaan.

  Dalam ilmu ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktifitas ekonomi dilakukan dengan dua cara yaitu :

  1. Pendekatan memaksimumkan keuntungan atau profit maximazation Pendekatan memaksimumkan keuntungan adalah usaha yang dilakukan untuk memaksimumkan profit berkonsentrasi kepada penjualan yang lebih banyak untuk meningkatkan penjualan. Untuk volume penjualan dapat ditingkatkan dengan cara Marketing Mix yaitu kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.

  2. Pendekatan meminimumkan biaya atau cost minimazation Pendekatan meminimumkan biaya adalah usaha kegiatan perilaku ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada alokasi biaya yang dapat dilakukan dengan meminimalkan. Upaya – upaya meminimumkan biaya ini akan menciptakan alokasi biaya yang akan lebih efisien atau lebih kecil dibandingkan dengan alokasi biaya sebelumnya. Dengan demikian biaya alokasi turun dan mempunyai pengaruh terhadap profit atau laba misalnya jumlah alokasi biaya pada suatu bidang kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang diubah menjadi dikerjakan oleh lebih dari sedikit orang. Ini berarti ada penggunaan biaya untuk gaji atau upah karyawan. Dengan demikian total biaya berkurang dengan turunnya total biaya cateris paribus, profit secara otomatis meningkat, sehingga kenaikan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut (Kadariah,1994).

  π = TR – TC

  Keterangan : π

  : Profit TR : Total Revenue (TR = P x C) TC : Total Cost (TC = FC + VC

2.3. Tenaga Kerja

2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja

  Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh umur/usia. Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia.

  Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja. Pengertian tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja atau sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Penggunaan sumber daya manusia untuk kegiatan produksi dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas sumber daya manusia serta kondisi perekonomian yang mempengaruhi sumber daya manusia di Indonesia, semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda terutama di desa-desa sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Dengan bertambahnya, kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun.

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja.

  2.3.2.1. Tingkat Upah

  Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat upah. Perbedaan dalam tingkat upah ini semakin besar pada pekerja-pekerja yang lebih tua. Hal ini disebabkan oleh kemampuan belajar pekerja yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih baik, sehingga pada masa kerja yang sama pengalaman bekerja yang lebih tinggi juga akan lebih baik. Dengan demikian, secara nyata pengalaman kerja juga berpengaruh positif terhadap tingkat upah.

  2.3.2.2. Teknologi

  Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan dan merusak Bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru.

  2.3.2.3. Produktivitas Tenaga Kerja

  Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategi dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, antara lain; pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk atau jasa; kedua, karena masukan pada faktor - faktor lain seperti modal.

  2.3.2.4. Kualitas Tenaga Kerja

  Kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya. Inti dari kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan pelatihan atau training, memberikan insentife atau bonus dan mengaplikasikan atau menerapkan teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

2.4. Faktor – Faktor Produksi

  Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. (Griffin R: 2006).

  Menurut (Sukirno,1985) secara umum faktor produksi dapat dijelaskan sebagai berikut : Faktor produksi adalah benda – benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang – barang atau jasa – jasa.

  Pada umumnya suatu barang dan jasa yang diproduksi, dipengaruhi oleh alam (tanah), modal dan tenaga kerja sebagai faktor – faktor produksi. Disamping itu terdapat faktor – faktor produksi lain yang pengaruhnya tergantung pada barang atau jasa yang diproduksi. Faktor – faktor produksi tersebut antara lain : a. Tanah

  Tanah sebagai salah satu faktor produksi biasanya terdiri dari barang ekonomi atau material yang diberikan oleh alam tanpa bantuan manusia. Istilah tersebut bukan hanya meliputi permukaan tanah dan air, melainkan segala sesuatu yang terkandung didalamnya. b. Modal Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing.

  Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

  c. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.

  d. Keahlian Keahlian adalah suatu hasil dari mapan-nya pengetahuan, sedangkan bakat adalah sebab dari prestasi yang diraih ketika usia belia. Pembangunan ekonomi terutama diciptakan dengan adanya inisiatif dari golongan produsen yang inovatif atau sebagian ahli menyebutnya dengan kewiraswastaan. Keahlian merupakan suatu keterampilan yang perlu dibedakan dengan keterampilan – keterampilan lainya. Oleh sebab itu, keahlian digolongkan menjadi salah satu faktor produksi karena fungsinya mengatur atau mengorganisir faktor – faktor lainnya.

2.5.Teknik sampling purposive dan Rumus Slovin

  Teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono : 2008). Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan.

  Pertanyaan yang seringkali diajukan dalam metode pengambilan sampel adalah berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Sampel yang terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat mengakibatkan pemborosan biaya penelitian.

  Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

  N n2

  1 Ne

  Dimana n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

  Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi.

III. METODE PENELITIAN

  3.1. Ruang Lingkup Penelitian

  Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Biaya produksi dalam hal ini penggunaan pupuk yang dikeluarkan oleh petani karet dalam setiap masa kali panen.

  2. Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan

  3. Pengaruh besarnya luas lahan karet yang dimiliki terhadap hasil pendapatan petani karet di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

  4. Analisis penelitian ini adalah dalam satu kali masa panen

  5. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua yang penghasilan kotor yang diperoleh oleh petani karet dalam masa satu kali panen dengan asumsi perhitungan setelah 5 tahun penanaman bibit karet sampai karet siap dipanen, petani akan memanen hasilnya setiap empat hari sekali, dan perhitungan pendapatan petani karet adalah per 6 bulan sekali.

  3.2. Jenis dan Sumber Data

  Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data cross section dan sumber data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui daerah yang akan diteliti dan disini di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya yang bersedia di wawancarai oleh peneliti baik lisan maupun tulisan dengan kuisioner, guna memperoleh data – data yang dibutuhkan penulis mengambil 100 orang petani karet sebagai sampel yang dipilih secara random dari beberapa desa di kecamatan Seunagan Timur.

  3.3. Teknik Pengumpulan Data

  Data dikumpulkan melalui hasil observasi, wawancara langsung terhadap petani, dan pengumpulan bahan kepustakaan.

  1. Observasi dilakukan terhadap para petani karet di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan mengamati secara langsung.

  2. Wawancara dilakukan peneliti memberikan kuisioner atau mewawancarai secara langsung kepada para petani karet di Kecamatan Seunagan Timur.

  3. Bahan Kepustakaan diperoleh dengan mengumpulkan data yang

  • – diperoleh dari literatur literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi.

  3.4. Populasi dan Sampel

  Populasi yang digunakan oleh penulis yaitu petani karet yang ada di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah sampel sebanyak 100 Responden, yang diperkirakan berdasarkan jumlah populasi petani di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya sebanyak 1.722 jiwa.

  Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang penulis ambil adalah metode purposive sampling pada rumus slovin dengan nilai kritis / galat sebesar 10% . Adapun rumus slovin tersebut adalah sebagai berikut :

  N n2

  1 Ne  n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : Nilai kritis (batasan ketelitian yang diinginkan / persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

  3.5. Model Analisis Data

  Karena penulis menggunakan tiga variabel dalam analisis ini yaitu antara pendapatan dengan biaya produksi, jumlah tenaga kerja dan luas lahan karet, maka model analisis yang dilakukan adalah model analisis linear berganda. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square / OLS).

  Berikut ini adalah bentuk pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini : Y = a + b

  1 X 1 + b

  2 X 2 + b

  3 X 3 +µ

  Keterangan : Y : Pendapatan kotor petani karet (Rupiah) a : Konstanta(Nilai tetap) b ,b ,b : Koefisien regresi(Nilai pendugaan)

  1

  2

  3

  x

  1 : Biaya pupuk (Rupiah)

  x

  2 : Jumlah tenaga kerja (Orang)

  x

  3 : Luas lahan (Ha)

  µ : Team of error (Kesalahan pengganggu)

  3.6. Uji Kesesuaian

  Untuk mengetahui apakah model sampel representatif terhadap model populasi maka diperlukan pengujian terhadap parameter-parameter regresi

  (menggunakan tabel analisis ragam (statistik uji F) atau uji parsial dengan statistik uji t.

  3.6.1. Uji T –Statistik

  Uji t – statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui signifikasi pengaruh koefisien regresi secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

  Pada uji t – statistik ini digunakan hipotesis berikut : H o : b i = b

  ≠ b H : b

  1 i

  Kriteria pengujiannya dengan p-value. Jika p-value > α maka terima H berarti pada parameter koefisien regresi yang diuji (variabel X yang diuji) dinyatakan tidak ada hubungan linier dengan variabel respon. Dan jika p-value ≤ α maka tolak H berari pada parameter koefisien regresi yang diuji (variabel X yang diuji) dinyatakan ada hubungan linier dengan variabel respon.

  3.6.2. Uji F –Statistik

  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama – sama terhadap variabel dependen digunakan uji F.

  Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : H o : b

  1 = b 2 = b k ........................................ b k = 0 (tidak ada pengaruh)

  H a : b

  2 = 0 ................................................ i = 1 (ada pengaruh)

  Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F – hitung dengan F tabel. Jika F – hitung > F – tabel maka H ditolak, yang berarti variabel

  • – independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen.

  Jika pengujian berdasarkan tabel ANOVA, jika kriteria pengujiannya dengan p-value maka : Jika p-value > α maka terima H berarti tidak ada hubungan linier antar variabel. Dan sebaliknya, jika p-value ≤α maka tolak H berari minimal ada salah satu variabel bebas (prediktor) berhubungan linier dengan variabel tak bebas (respon).

3.6.3. Koefisien Determinasi

  2 Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R digunakan untuk

  melihat seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) yang dapat diterangkan

  

2

  2 ≤ 1).

  oleh variabel independent (X). Nilai R berkisar antara 0 sampai 1 (0≤ R

2 Nilai R diperoleh dari rumus :

  2 SSR R SST

  Dimana : SST : Sum of squares total / jumlah kuadrat total yang merupakan total variasi Y (SST = SSR + SSE) SSR : Sum of squares regresion / jumlah kuadrat regresi yang merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis regresi.

  SSE : Sum of squares error / jumlah kuadrat error yang merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis regresi (Gujarati, 2006)

3.7. Uji Asumsi Klasik

  Uji penyimpangan asumsi klasik adalah pengujian terhadap beberapa asumsi klasik yang dilakukan untuk melihat suatu model dikatakan baik dan efisien(Gujarati,2006). Asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :

  1. Model regresi adalah linier, yaitu didalam parameter

  2. Residual variabel pengganggu ( i ) mempunyai nilai rata – rata nol (zero

  

µ

  mean value disturbance )

  µ i

  3. Homokedastisitas atau varian dari adalah konstan

  µ i

  ( i )

  4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu µ

  5. Kovarian antara i dan variabel independen (X i ) adalah nol

  µ

  6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi

  7. Tidak ada multikolinearitas

  8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik (Wahyu Ario Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007)

  Berdasarkan beberapa kondisi diatas, maka perlu dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut :

  3.7.1. Multikoliniaritas

  Multikoliniaritas adalah alat untuk mengetahui kondisi,apakah terdapat korelasi variable independen di antara satu sama lain. multikolinieritas diuji

  2

  dengan menghitung nilai VIF (Variance Inflating Factor), R , F- hitung, dan standar error. Adapun Multikoliniaritas ditandai dengan : nilai VIF > 5, Standar

  2

  error yang didapat tak terhinggadan nilai R sangat tinggi

  3.8.1. Heteroskedastisitas

  Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai varian yang berlainan. Heterokedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi dengan semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya berarti non heteroskedastisitas atau homokedastisitas.

3.8. Defenisi Operasional Variabel

  Defenisi Operasional Variabel adalah mendefinisikan variabel secara operasional yang berdasarkan karakteristik yang di amati sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek. Dalam penelitian ini, Defenisi operasional yang dapat ditentukan parameter yang di jadikan ukuran sebagai berikut :

  1. Pendapatan petani karet adalah pendapatan kotor (dalam Rupiah per panen) yang diterima petani karet (hasil panen karet Kg x harga jual karet Rp). Asumsi Perhitungan satu kali masa panen adalah dengan perhitungan setelah 5 tahun penanaman bibit karet sampai karet siap dipanen, petani akan memanen hasilnya setiap empat hari sekali, dan perhitungan pendapatan petani karet adalah per 6 bulan sekali.

  2. Biaya pupuk adalah biaya pembelian pupuk yang dikeluarkan petani karet (dalam rupiah per panen). Setiap petani membeli pupuk dengan harga yang berbeda.

  3. Jumlah tenaga kerja adalah penggunaan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam satu kali musim panen (jiwa)

  4. Luas lahan adalah luas tanah petani karet yang digunakan untuk menanam

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskkripsi Daerah Penelitian

  a. Kondisi Geografis

  Kecamatan Seunagan Timur adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten

  2 Nagan Raya Propinsi Aceh. Luas wilayahnya adalah 258,79 Km dengan jumlah

  penduduk sebesar 12.160 jiwa. Kecamatan Seunagan Timur mempunyai ketinggian lebih kurang 600 - 700 M dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata

  o

  26 C dengan rata-rata curah hujan 300 Mm/tahun. (Stasiun Meteorologi dan Geofisika Cut Nyak Dhien).

  Kecamatan Seunagan Timur berjarak kira-kira dari pusat Pemerintahan Kabupaten yang memiliki batas-batas Wilayah sebagai berikut :

  • Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Barat
  • Sebelah Selatan : Kecamatan Tadu Raya
  • Sebelah Barat : Kecamatan Seunagan
  • Sebelah Timur : Kecamatan Beutong

  b. Jumlah Penduduk

  Jumlah penduduk di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya terdiri atas laki-laki berjumlah 1.130 jiwa, dan perempuan berjumlah 6.030 jiwa dengan keseluruhan berjumlah 12.160 jiwa, dengan luas wilayah 345,25 km dan terdapat pada 34 Desa yang tersebar di Kecamatan Seunagan Timur. Untuk lebih jelasnya pendristribusian jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

  

Tabel 4.2.Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, 2011

  No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Persentase (%)

  1 Laki_laki 6.130 50,90

  2 Perempuan 6.030 49,10 Jumlah 12.160 100,00

  Sumber : Data Kantor Kecamatan Seunagan Timur, 2011

  c. Mata Pencaharian

  Sesuai dengan Kondisi daya alam pada umunya sumber mata pencaharian masyarakat adalah petani, di samping itu ada juga yang lain, seperti berdagang,pegawai dan karyawan serta yang lain-lainya. Hanya sebahagian kecil diluar pekerjaan tersebut.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, 2011

  No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Persentase

  1 PNS 433 4,56

  2 Industri 300 3,16

  3 Pertanian 8.047 84,92

  4 Lainya 698 7,36 Jumlah 9.478 100,00