BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KOTA BONTANG 9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM acf239c5df BAB IX11. BAB IX Aspek Pembiayaan Final

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KOTA
BONTANG

9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta

Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana
Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang
ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai
kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.
Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah : Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak
dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan
melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib
memenuhi persyaratan:

a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan
APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi
ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
IX-1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur(dengan perubahan Perpres
13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur
permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah

infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri :
1. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
2. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
3. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010
Tentang
Petunjuk
Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian
PUmenyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya.
Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai
berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem

penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan
kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium
Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk
program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target
MDGs yang dengan kriteria teknis :

IX-2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG


- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang
dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker
Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal
Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja
harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.
Gubernur
sebagai
wakil
Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan
urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup
sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM
meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi

Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
sebesarbesarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2. Profil APBD Kota Bontang
9.2.1. Keuangan Daerah
Profil keuangan daerah dalam penyusunan RPI2-JM bertujuan untuk membuat taksiran
dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program PU/Cipta Karya di

Kabupaten/Kota.
A. Komponen Penerimaan Pendapatan
Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah
yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Pendapatan Daerah bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan.
IX-3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh
Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan
kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi.
1. PAD bersumber dari:
a. Pajak Daerah.
b. Retribusi Daerah.
c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan .

d. Lain-lain PAD yang sah.
2. Lain-lain PAD yang sah meliputi:
a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

 Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal
antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana
Perimbangan terdiri atas:
1. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil
bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

a. Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari:
 Kehutanan
 Pertambangan umum
 Perikanan
 Pertambangan minyak bumi
 Pertambangan gas bumi
 Pertambangan panas bumi.
2. Dana Alokasi Umum.
Dana Alokasi Umum selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
IX-4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG


keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 (dua
puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam
APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi
dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah.
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah
penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan
pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk merupakan variabel
yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap Daerah.
Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan:
 Jumlah penduduk.
 Luas wilayah.
 Indeks kemahalan konstruksi.
 Produk domestik regional bruto per kapita.
 Indeks pembangunan manusia.
3. Dana Alokasi Khusus.
Dana Alokasi Khusus selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK
dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang
telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri
atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan
perlindungan sosial.
Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan
Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan
APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan Daerah
yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai.
Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut.
Kemampuan
Keuangan Daerah

=

Penerimaan
Umum APBD

_

Belanja
pegawai

Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH – DBHR)
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHR = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah
Belanja Pegawai = Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik
Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan
IX-5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor,
serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan.
Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan
perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar
kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi
indikator dalam perhitungan teknis.
Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10
(sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD.
Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana
Pendamping
 Lain-Lain Pendapatan
Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh
pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah. Lainlain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Hibah adalah
Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau
perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk
tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah yang
bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah dituangkan dalam
suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan
sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan penggunaan
hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan
mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang
tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah
yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa
ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada Daerah
yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis
keuangan berkepan-jangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan
tidak dapat diatasi melalui APBD.
Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas ditetapkan oleh
Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
1. Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah
bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan
Pemerintahan Daerah.

IX-6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

2. Batasan Pinjaman
Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan
perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 %
(enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan. Menteri
Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah
secara keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran
berikutnya. Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi
administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana
Perimbangan oleh Menteri Keuangan.
3. Sumber Pinjaman
Pinjaman Daerah bersumber dari:
a. Pemerintah
b. Pemerintah Daerah lain
c. lembaga keuangan bank
d. lembaga keuangan bukan bank
e. masyarakat.
Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri
Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi
Daerah diterbitkan melalui pasar modal.
4. Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman
Jenis Pinjaman terdiri atas :
a. Pinjaman Jangka Pendek
b. Pinjaman Jangka Menengah
c. Pinjaman Jangka Panjang.
Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang
atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi
dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak termasuk
kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat barang
dan atau jasa dimaksud diterima.
Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak
melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman Jangka
Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya
sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
5. Penggunaan Pinjaman
Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.
Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan
IX-7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan
untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka
Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Persyaratan Pinjaman
Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD
tahun sebelumnya.
b. Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan
oleh Pemerintah.
c. Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal
dari Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak
lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan
jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta
barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan
Obligasi Daerah.
B. Komponen Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan
pencairan dana cadangan. Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut.
A. Penerimaan Pembiayaan
A. Penggunaan SILPA
B. Pencairan dana Cadangan
C. Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat
D. Pinjaman dalam Negeri – Pemda lain
E. Pinjaman dalam Negeri – bank
F. Pinjaman dalam Negeri – Non bank
G. Pinjaman dalam Negeri – Obligasi
H. Pinjaman dalam Negeri – Lainnya
I. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara
J. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers, daerah
K. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya
B. Pengeluaran Pembiayaan
A. Pembentukan dana cadangan
B. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat
IX-8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak
Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi
Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya
Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara
Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah
Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya

IX-9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Tabel 9.1
Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 2010-2014
Belanja Daerah
No

Uraian
2010

2011

2012

2013

2014

1.1.

Pendapatan Asli Daerah

61.098.129.506,27

80.501.945.295,23

96.732.453.663,73

125.663.166.385,87

160.367.872.156,65

1.1.1

Pajak daerah

15.126.014.339,75

27.908.404.760,4

36.145.578.819,82

51.768.747.070,00

85.713.511.199,48

1.1.2

Retribusi daerah

2.862.245.124,50

3.663.367.153,00

4.512.252.870,63

5.729.690.011,51

4.834.719.564,38

1.1.3

Hasil pengelolaan keuangan daerah yang
dipisahkan

8.921.906.736,86

9.816.808.264,20

7.061.099.486,67

7.243.464.076,74

6.300.524.567,09

1.1.4

Lain-lain PAD yang sah

34.187.963.305,16

39.113.365.117,62

49.013.522.486,61

60.921.265.227,62

63.519.116.825,70

1.2.

Dana Perimbangan

743.463.674.659,00

976.947.605.197,00

1.136.383.763.043,00

1.004.128.296.521,00

1.028.580.014.543,00

1.2.1

Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan
pajak

743.463.674.659,00

878.192.760.197,00

1.001.840.039.043,00

864.018.968.521,00

875.394.238.543,00

1.2.2

Dana alokasi umum

-

93.934.545.000,00

134.543.724.000,00

140.109.328.000,00

153.185.776.000,00

1.2.3

Dana alokasi khusus

-

4.820.300.000,00

-

-

-

1.3.

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

166.787.292.139,68

180.347.325.352,31

251.385.726.080,88

279.985.912.239,76

266.095.537.535,43

1.3.1

Hibah

-

-

-

-

-

1.3.2

Dana darurat

-

-

-

-

-

1.3.3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan
Pemerintah Daerah lainnya

60.834.982.500,00

122.571.499.000,00

138.015.740.000,00

166.434.296.600,00

146.236.046.600,00

1.3.4

Dana penyesuaian dan otonomi khusus

-

33.245.879.820,00

21.445.333.000,00

24.694.230.000,00

37.364.636.000,00

1.3.5

Bantuan keuangan dari provinsi atau
Pemerintah Daerah lainnya

91.895.850.000,00

23.790.100.000,00

91.004.316.200,00

86.532.600.000,00

78.989.105.250,00

1.3.6

Penerimaan Lain-lain

-

739.846.532,31

920.336.880,88

2.324.785.639,76

3.505.749.685,43

971.349.096.304,95

1.237.796.875.844,54

1.484.501.942.787,61

1.409.772.375.146,63

1.455.043.424.235,08

Total Pendapatan

IX-10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Tabel 9.2
Perkembangan Belanja Daerah Tahun 2010-2014
No

Belanja Daerah

Uraian
2010

1

2012

2013

2014

Belanja Tidak Langsung

367.621.347.557,00

375.000.708.289,00

404.599.292.643,04

388.711.335.178,39

354.668.799.928,31

1.1

Belanja Pegawai

204.856.483.535,00

225.720.545.240,00

264.218.218.154,04

289.168.311.869,39

318.796.022.231,31

1.2

Belanja Bunga

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.3

Belanja Subsidi

9.073.317.022,00

12.619.674.500,00

3.140.527.500,00

0,00

0,00

1.4

Belanja Hibah

108.231.547.000,00

115.023.192.531,00

133.709.495.335,00

95.959.399.080,00

34.496.482.531,00

1.5

Belanja Bantuan Sosial

44.460.000.000,00

21.182.526.518,00

2.418.165.500,00

1.332.086.000,00

1.029.342.000,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

474.976.518,00

458.399.394,00

346.953.166,00

1.000.000.000,00

454.769.500,00

637.909.6360,00

1.793.138.835,00

0

654.167.833.081,36

581.921.856.362,00

857.565.273.720,24

1.099.549.223.485,97

1.033.337.450.699,00

93.713.915.433,00

74.033.255.582,00

106.082.159.620,00

94.123.008.283,00

89.898.725.217,00

1.6
1.7.
1.8.
2

2011

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/
Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/ Kota dan
Pemerintahan Desa dan Partai Politik
Belanja Tak Terduga

Belanja Langsung
2.1

Belanja Pegawai

2.2

Belanja Barang dan Jasa

251.311.500.607,00

243.730.020.293,00

341.336.368.833,00

451.579.892.676,97

491.435.680.898,00

2.3

Belanja Modal

309.142.417.041,36

264.158.580.487,00

410.146.745.267,24

553.846.322.526,00

452.003.044.584,00

1.021.789.180.638,36

956.922.564.651,00

1.262.164.566.363,28

1.488.260.558.664,36

1.388.006.250.627,31

Total Belanja

IX-11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Tabel 9.3
Perkembangan Pembiayaan Daerah Tahun 2010-2014
No

Belanja Daerah

Uraian
2010

1

Penerimaan Pembiayaan
1.1

2

2011

2012

2013

2014

25.117.005.270,70

18.655.799.144,65

243.241.846.792,19

457.579.223.218,52

329.096.039.700,76

25.117.005.270,70

18.655.799.144,65

243.241.846.792,19

457.579.223.218,52

329.096.039.700,76

Pencairan Dana Cadangan

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
di Pisahkan

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Penerimaan Pinjaman Daerah

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Penerimaan Piutang Daerah

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

57.153.225.000,00

47.790.565.500,00

34.000.000.000,00

50.000.000.000,00

50.685.000.000,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

21.500.000.000,00

0,00

34.000.000.000,00

50.000.000.000,00

50.685.000.000,00

35.653.225.000,0

47.790.565.500,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Penggunaan SILPA

Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah

IX-12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
Dalam 5 Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,
Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan
kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen
Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai
dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011).
Tabel 9.4
Tabel APBN Cipta Karya di Kota Bontang Tahun 2010-2015
Alokasi
Tahun 2010

Alokasi
Tahun 2011

Pengembangan Air Minum

-

-

Pengembangan PLP

-

Sektor

Alokasi
Tahun 2012
854.700.000

Alokasi
Tahun 2013

Alokasi
Tahun 2014

-

3.094.973.000

600.000.000

600.000.000

400.000.000

4.165.275.000

Pengembangan Permukiman

1.339.686.000

2.171.080.000

2.063.831.000

2.861.800.000

1.825.079.000

Penataan Bangunan dan
Lingkungan

3.085.109.000

-

-

-

-

Total

4.424.795.000

2.771.080.000

4.872.132.000

3.261.800.000

9.085.327.000

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum
dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar
DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus
dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga
bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.5
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Bontang Tahun 2010-2014
Alokasi
Tahun 2010

Alokasi
Tahun 2011

Alokasi
Tahun 2012

Alokasi
Tahun 2013

Alokasi
Tahun 2014

Pengembangan Air Minum

-

-

-

-

-

Penataan Bangunan dan
Lingkungan

-

-

-

-

-

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Sektor

Total

IX-13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD
Dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di
daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap
total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi
pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah
ada. Adapun pendanaan pembangunan Bidang Cipta Karya yang telah direalisasikan
Pemerintah Kota Bontang dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 9.6
Perkembangan Alokasi APBD Kota Bontang Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tahun 2010-2015
Alokasi
Tahun 2010

Sektor
Pengembangan Air
Minum

Total

Alokasi
Tahun 2012

Alokasi
Tahun 2013

Alokasi
Tahun 2014

566.423.000

228.742.500

4.329.373.916

14.068.904.850

9.625.596.499

6.186.699.892

9.407.865.463

32.846.022.200

39.108.701.484

49.340.103.219

8.953.599.346

12.431.666.227

36.256.490.699

29.897.872.250

85.518.206.869

128.162.398.090

128.028.646.417

30.047.121.099

26.342.416.084

59.380.649.454

143.869.120.328

150.096.920.607

103.479.007.914

109.417.894.668

203.518.705.066

Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan
dan Lingkungan

Alokasi
Tahun 2011

9.4. Proyeksi Dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
9.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 9.7
Proyeksi Pendapatan APBD Dalam 5 Tahun Ke Depan
Komponen APBD

Realisasi (Juta)
2013

2014

96.732,45

125.663,17

160.367,87

 DAU

134.543,72

140.109,33

 DBH

1.001.840,04

 DAK

0,00

- DAK Air Minum
- DAK Sanitasi

Pendapatan Asli
Daerah

2012

Persentase
Pertumbuhan

Proyeksi (Juta)
2016

2017

2018

2019

2020

28,76%

206.493,85

252.619,84

298.745,82

344.871,80

390.997,78

153.185,78

6,73%

163.502,59

173.819,41

184.136,23

194.453,05

204.769,87

864.018,97

875.394,24

-6,22%

820.943,66

766.493,09

712.042,51

657.591,94

603.141,36

0,00

0,00

-

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

-

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

-

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

251.385,73

279.985,91

266.095,54

274.631,77

283.168,00

291.704,23

300.240,46

308.776,70

Dana Perimbangan

Lain-Lain Pendapatan
Yang Sah
Total APBD

1.484.501,94 1.409.772,38 1.455.043,42

3,21%

1.465.571,88 1.476.100,34 1.486.628,80 1.497.157,25 1.507.685,71

IX-14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Perusahaan Daerah di Kota Bontang yang bergerak dalam pelayanan bidang Cipta Karya
baru PDAM Tirta Taman yang bergerak dibidang air minum. Untuk bidang air limbah dan
persampahan saat ini masih ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Kebersihan
dan Pertamanan.
A. Kebutuhan Investasi PDAM
1. Umum
Analisis Kelayakan Investasi dimaksudkan untuk menilai apakah suatu proyek layak
untuk dilanjutkan sampai pada tahap konstruksi terhadap investasi/biaya kapital yang
ditanam atau diperlukan untuk konstruksi, eksploitasi dan operasi dan pemeliharaan hasil
proyek tersebut.
Dasar dari analisis ini adalah dari besarnya investasi dan biaya operasi dan pemeliharaan
yang diperlukan yang menjadikan suatu pendapatan dan atau manfaat yang akan
dihasilkan dari pelaksanaan proyek tersebut. Besaran investasi, beban biaya dan manfaat
disini berbeda antara kondisi bila proyek tersebut tidak dilaksanakan dibandingkan
dengan kondisi bila proyek tersebut dilaksanakan. Perbedaan kondisi inilah yang
selanjutnya dipakai sebagai dasar dalam analisis ekonomi.
Program investasi PDAM Bontang berdasarkan pada kegiatan Optimalisasi, Rehabilitasi
dan Pengembangan. Besaran rencana anggaran biaya investasi ini merupakan besaran
biaya untuk dapat mengcover kebutuhan air bersih, dimana sumber perdanaan
investasinya berasal dari APBN, APBD dan PDAM. sistem perpipaan sampai tahun
2020 untuk pelayanan PDAM Kota Bontang (unit Bontang Kota, Lhoktuan, Guntung dan
Bontang Lestari).
Perhitungan biaya anggaran ini sudah memasukkan faktor biaya Engineering Service
(baik detailed engineering design maupun untuk supervise pelaksanaan).
2. Harga-Harga Ekonomi
Dalam analisis kelayakan ini harga-harga yang dipakai adalah harga - harga ekonomi
yang berlaku saat penyusunan, hal ini disebabkan karena harga ekonomi tidak sama
dengan harga finansial (harga pasar), dimana dalam harga ekonomi termasuk penyesuaian
/ penggambaran nilai oportunitas suatu kegiatan komoditi.
Dalam analisis ekonomi inflasi tidak termasuk dalam perkiraan biaya konstruksi ini
merupakan konstruksi dari penggunaan asumsi harga - harga (constant price) Bank Dunia
bahwa semua harga telah mendapatkan pengaruh yang sama dari perubahan inflasi, tetapi
dalam perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan, tingkat inflasi ini tetap
diperhitungkan sebagai upaya untuk pendekatan pada kondisi sebenarnya pada masa yang
akan datang.
3. Estimasi Manfaat/Benefit
Secara teoritis situasi akan datang tanpa proyek dan situasi dengan proyek adalah
penggambaran situasi yang akan terjadi bila :
a. proyek tersebut dilaksanakan dan bila
b. proyek tersebut tidak dilaksanakan.
IX-15

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Situasi saat ini menggambarkan kondisi saat ini, yang berdasarkan pengamatan dan datadata sekunder dan/atau data primer.
4. Anggaran Investasi
Perhitungan anggaran Investasi diperlukan untuk mengetahui besarnya net revenue (hasil
bersih) yang secara langsung akan menentukan besar kecilnya manfaat yang akan
dihasilkan. Net Revenue adalah merupakan nilai dari peningkatan pemakaian air oleh
pelanggan (produksi dikaitkan harga dikurangi seluruh biaya operasi dan pemeliharaan
tersebut).
5. Manfaat Pelayanan Air Minum
Besarnya produksi dan tingkat pemakaian air oleh pelanggan akan menentukan besar
kecilnya keuntungan/manfaat yang akan dicapai dari usulan proyek, serta menentukan
tingkat kelayakan proyek.
6. Biaya Konstruksi
Dalam analisis finansial disesuaikan/dikonversi menjadi biaya ekonomi untuk
menggambarkan nilai ekonomi/biaya oportunitas kegiatan tersebut, dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
 Tetap memasukan seluruh biaya pajak
 Perkiraan inflasi sekenaikan beban biaya O & M
 Penyesuaian biaya kapital
 Termasuk biaya pembebasan lahan
 Termasuk biaya FS, DED, Study Amdal, Penyuluhan dan Sosialisasi, Suvervisi dan
Administrasi Proyek
7. Perputaran Dana Kas
Arus uang tambahan / devisa manfaat netto tambahan (Cash Flow) . Hasil perkalian
antara hasil bersih/net revenue per ha dengan luas areal proyek akan merupakan sumber
pendapatan proyek dan merupakan arus manfaat bruto. Masa manfaat diestimasikan akan
mencapai maksimum antara 15-20 tahun, sesuai dengan kondisi masing-masing proyek.
Pengurangan antara arus manfaat dengan investasi dan seluruh biaya operasi merupakan
arus manfaat netto proyek dan akan memberikan arus manfaat netto tambahan untuk
waktu umur ekonomis proyek tersebut dan dalam hal ini umur ekonomis proyek
diestimasikan sekitar 20 tahun.
8. Ukuran-Ukuran Pemanfaatan Proyek
Perhitungan kemanfaatan proyek dilakukan dengan pendekatan yaitu :
• Manfaat sekarang netto ( NPV);
• Tingkat pengembalian internal (FIRR ).
Untuk kemanfaatan yang dipakai adalah kemanfaatan proyek berdiskonto dan tingkat
diskonto digunakan / dipilih adalah 18% sesuai dengan tingkat diskonto yang berlaku
umum.
• Manfaat sekarang netto (Net Present Value -NPV).
NPV merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari
aliran kas masuk bersih (poceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu

IX-16

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

investasi (outlays). Nilai positif dari hasil NPV menunjukkan bahwa penanaman
modal/investasi akan menghasilkan pendapatan lebih besar dari 18%.
• Tingkat Financial Internal Rate of Return (FIRR).
Nilai FIRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara
nilai sekarang dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu
investasi.Tingkat Diskonto dihitung berdasarkan BI Rate + 5%.
9. Analisis Sensitivitas
Merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh dari perubahan-perubahan yang
akan terjadi akibat adanya perubahan ekonomi yang berkaitan dengan hasil perhitungan
(IRR dan NPV). Hasil perhitungan sensitivitas akan memperlihatkan variabel mana yang
merupakan variabel kritis.
10. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM
Besaran biaya/investasi yang dibutuhkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pengembangan SPAM sesuai dengan rencana pengembangan teknis yang diuraikan pada
bab sebelumnya.
B. Sumber dan Pola Pendanaan PDAM
Untuk memenuhi kebutuhan akan sumber pendanaan, diperlukan berbagai kajian tentang
sumber-sumber dana investasi dengan mempertimbangkan aturan dan tata tertib yang ada.
Pemenuhan dana yang diperlukan untuk investasi diutamakan berasal dari dua sumber
dana yaitu sebagian berasal dari equity PDAM dan sebagian lagi berasal APBD dan
APBN. Pembiayaan investasi yang berasal dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat
bersifat hibah.
Berdasarkan program investasi pencapaian target tambahan 11.838 juta sambungan
rumah sampai dengan tahun 2020, maka PDAM Kota Bontang telah menyusun Rencana
Program guna peningkatan kualitas pelayanan.
Rencana pendanaan untuk menunjang kegiatan investasi dalam bidang air minum di Kota
Bontang bersumber dari dana APBN, APBD dan PDAM yang terdiri dari biaya program
optimalisasi, rehabilitasi dan pengembangan.
Pada intinya semua alternatif pedanaan perlu dipertimbangkan, mengingat kondisi kinerja
pengelola sebagai operator dan daerah sebagai pemilik SPAM. Diperlukan juga
pertimbangan peraturan terkait, yaitu skema pendanaan sistem penyediaan air minum,
dimana pola investasi untuk pengembangan pada unit air baku sampai unit produksi
didanai oleh pemerintah pusat. Unit air baku akan didanai oleh APBN pusat melalui
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (APBN SDA), dan unit produksi melalui Direktorat
Jenderal Cipta Karya (APBN CK). Sedangkan unit distribusi didanai oleh daerah, mana
dari distribusi utama/primer sampai distribusi sekunder oleh APBD I dan dari distribusi
skunder sampai tersier atau pelanggan oleh APBD II . Pendanaan SPAM PDAM Kota
Bontang membutuhkan biaya sebesar Rp. 281.869.000.000,- selama 5 tahun (mulai
tahun 2016 sampai dengan 2020) dengan rincian untuk kegiatan optimalisasi sebesar Rp.
112.340.000.000,-, kegiatan rehabilitasi sebesar Rp. 29.037.000.000,- dan kegiatan
pengembangan SPAM sebesar Rp. 140.493.000.000,-

IX-17

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Tabel 9.8
Sumber Pendanaan PDAM Tirta Taman Kota Bontang (Dalam Juta)
APBN
APBD
Biaya (Rp)
Biaya (Rp)
2016
41,600
55,234
2017
23,000
37,700
2018
13,700
2019
12,700
2020
8,200
Jumlah Total
64,600
127,534
Sumber : Analisa Tim Business Plan PDAM Tahun 2015
TAHUN

PDAM
Biaya (Rp)
21,394
17,833
16,448
16,898
17,163
89,735

TOTAL
Biaya (Rp)
118,228
78,533
30,148
29,598
25,363
281,869

Tabel 9.9
Biaya Kegiatan Optimalisasi SPAM PDAM Tirta Taman Kota Bontang (Dalam Juta)
APBN
APBD
Biaya (Rp)
Biaya (Rp)
2016
22,600
2017
19,400
2018
2,200
2019
2020
Jumlah Total
22,600
21,600
Sumber Analisa Tim Business Plan PDAM Tahun 2015
TAHUN

PDAM
Biaya (Rp)
14,251
12,716
13,266
13,816
14,091
68,140

TOTAL
Biaya (Rp)
36,851
32,116
15,466
13,816
14,091
112,340

Tabel 9.10
Biaya Kegiatan Rehabilitasi SPAM PDAM Tirta Taman Kota Bontang (Dalam Juta)
APBN
APBD
Biaya (Rp)
Biaya (Rp)
2016
2017
4,000
2018
4,500
2019
4,000
2020
Jumlah Total
12,500
Sumber:Analisa Tim Business Plan PDAM Tahun 2015
TAHUN

PDAM
Biaya (Rp)
5,574
4,021
2,434
2,184
2,324
16,537

TOTAL
Biaya (Rp)
5,574
8,021
6,934
6,184
2,324
29,037

IX-18

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Tabel 9.11
Biaya Kegiatan Pengembangan SPAM PDAM Tirta Taman Kota Bontang (Dalam Juta)
TAHUN

APBN
Biaya (Rp)
19,000
23,000
-

APBD
Biaya (Rp)
50,125
13,912
18,810
10,588
-

2016
2017
2018
2019
2020
Jumlah Total
42,000
93,434
Sumber: Analisa Tim Business Plan PDAM Tahun 2015

PDAM
Biaya (Rp)
1,268
1,868
668
763
493
5,059

TOTAL
Biaya (Rp)
70,392
38,780
19,478
11,350
493
140,493

9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun
daftar kegiatan potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan
swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Sampai dengan saat ini,
Pemerintah Kota Bontang belum mempunyai rencana untuk melakukan KPS suatu kegiatan
di bidang Cipta Karya.

IX-19