DOCRPIJM 15081320999.BAB IX DOK
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta
Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah
perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam
mendanai
pembangunan
infrastruktur
permukiman.
Pemerintah
daerah
cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan
sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu,
alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah
daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan
dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada
dasarnya bertujuan untuk:
BAB IX - 1
a. Mengidentifikasi kapasitas
belanja
pemerintah
daerah
dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari
masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan
bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta
Karya.
9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Tentang
Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi
daerah, yaitu hak,
wewenang,
dan
kewajiban
daerah
otonom
untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam
hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan
yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:
untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah
yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005
Tentang
Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi
Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH
BAB IX - 2
ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan
DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah
atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan
berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
Dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota:
Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman
pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan
oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan
bersama
diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana
dan
prasarana, serta
kepegawaian
sesuai
dengan
urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011
Tentang
Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah,
Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta
Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a.
total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b.
memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah
paling sedikit 2,5;
c.
persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d.
tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman
yang bersumber dari pemerintah;
e.
pinjaman
jangka
menengah
dan
jangka
panjang
wajib
BAB IX - 3
mendapatkan persetujuan DPRD
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005
Tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan
infrastruktur.
Jenis
infrastruktur
permukiman
yang
dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,
infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan
Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan
Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010
Tentang
Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana
Alokasi
Khusus
Bidang
Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK
bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a.
Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK
Air
Minum
digunakan
untuk
memberikan
akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/
target
Millenium
Development
Goal’s
(MDG’s)
yang
mempertimbangkan:
BAB IX - 4
b.
•
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
•
Tingkat kerawanan air minum.
Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak
skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan
masyarakat.
DAK
Sanitasi
diutamakan
untuk
program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi
sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
Kerawanan sanitasi;
Cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum
yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri:
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian
PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus
mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan
urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan
peraturan
perundangan
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa
lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas
dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana
Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan
dana
lainnya
yang
dibelanjakan
pemerintah
provinsi
untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
BAB IX - 5
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama
pemerintah
dan
swasta
(KPS),
maupun
skema
Corporate
Social
Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan
prasarana
yang telah
terbangun, serta rehabilitasi dan
peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu
dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2. Profil APBD Kabupaten Aceh Barat
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Aceh Barat selama 3-5
tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam
5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No.
13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1.
Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak
Langsung.
2.
Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
3.
Pembiayaan Daerah
meliputi:
Pembiayaan Penerimaan dan
Pembiayaan Pengeluaran.
BAB IX - 6
Tabel 9.1. Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
No
2009
2010
2011
2012
2013
RKPD 2010 Tabel 6
RKPD 2013 Tabel
3.12 (Realisasi)
RKPD 2013 Tabel
3.12 (Realisasi)
RKPD 2013 Tabel 3.12
(Target)
RKPD 2013 Tabel 3.12
(Target)
PENDAPATAN DAERAH
1
Pendapatan Asli Daerah
24,643,408,587
24,272,574,384.21
21,042,866,954.40
31,039,206,276
30,899,206,276
1.1.
Pajak Daerah
4,476,003,912
4,870,897,008.01
5,850,183,148.00
8,845,450,000
8,845,450,000
1.2.
Retribusi Daerah
7,594,975,700
5,977,950,136.00
5,362,089,688.00
8,704,010,000
8,699,010,000
1.3.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
4,275,000,000
2,993,230,076.20
2,216,828,812.04
3,128,230,076
2,993,230,076
1.4.
Zakat
2,035,000,000
5,389,619,153.15
5,414,926,938.00
6,850,000,000
6,850,000,000
1.5.
Lain-lain PAD yang Sah
6,262,428,975
5,040,878,010.85
2,198,838,368.36
3,511,516,200
3,511,516,200
2
Dana Perimbangan
382,840,786,710.00
437,438,662,825.00
508,872,349,917
471,335,266,954
2.1.
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
46,981,176,379
37,814,821,710.00
32,043,558,825.00
29,592,042,917
30,750,839,954
2.2.
Dana Alokasi Umum
315,650,380,000
311,356,765,000.00
367,144,104,000.00
440,584,427,000
440,584,427,000
2.3.
Dana Alokasi Khusus
45,466,000,000
33,669,200,000.00
38,251,000,000.00
38,695,880,000
0,00
3
3.1.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
17,000,000,000
78,885,565,233.00
370,000,000.00
58,149,063,623.00
4,817,298,256.00
41,661,259,572
1,272,957,900
40,388,301,672
0,00
3.2
Dana darurat
3.3
DBH Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya
5,000,000,000
7,290,995,301.00
10,606,376,847.00
10,024,739,672
10,024,739,672
3.4
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
12,000,000,000
71,224,569,932.00
42,725,388,520.00
30,363,562,000
30,363,562,000
3.5
Bantuan keuangan Prov/Pemda lain
3.6
Pendapatan lainnya
485,998,926,327.21
516,630,593,402.40
581,572,815,765
542,622,774,902
TOTAL PENDAPATAN
408,097,556,379
449,740,964,966
BAB IX - 7
Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
No.
1
Uraian Belanja
Belanja Tidak Langsung
2009
2010
2011
2012
2013
RKPD 2010 Tabel 6
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Realissi)
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Realissi)
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Target)
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Target)
290,591,839,039.00
244,921,839,039.00
316,694,423,233.50
353,714,404,767.06
446,393,636,292.82
431,915,824,665.00
272,306,108,130.00
312,797,367,474.44
391,141,442,401.82
397,141,442,402.00
2,419,683,170.50
1,544,123,328.62
-
-
1.1.
Belanja Pegawai
1.2.
Belanja Bunga
1.3.
Belanja Hibah
5,325,000,000.00
4,111,800,000.00
6,099,741,628.00
17,483,811,628.00
5,000,000,000.00
1.4.
Belanja Bantuan Sosial
4,685,000,000.00
10,319,991,433.00
10,505,736,536.00
4,092,332,000.00
4,092,332,000.00
1.5.
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
pemerintah Desa
35,160,000,000.00
27,536,840,500.00
22,767,435,800.00
32,676,050,263.00
25,676,050,263.00
1.6.
Belanja Tak Terduga
500,000,000.00
-
-
1,000,000,000.00
6,000,000.00
168,089,429,999.00
147,469,917,092.00
146,750,573,941.63
161,132,130,187.91
-
2
Belanja Langsung
2.1.
Belanja Pegawai
35,011,399,447.00
25,003,417,262.00
19,438,119,669.00
28,872,568,500.00
31,702,080,213.00
2.2.
Belanja Barang dan Jasa
68,280,751,645.31
56,265,372,852.00
56,518,055,448.00
62,512,656,110.63
68,638,896,409.47
2.3.
Belanja Modal
90,788,249,484.02
86,820,639,885.00
71,513,741,975.00
55,365,349,331.00
60,791,153,565.44
484,783,853,232.50
501,184,321,859.06
593,144,210,234.45
593,047,954,852.91
Jumlah
194,080,400,576.33
484,672,239,615.33
BAB IX - 8
Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
No.
2009
BELANJA DAERAH
2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Rp
%
Rp
%
Rp
%
Rp
%
Rp
%
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
Penerimaan
Pembiayaan Daerah
55,938,542,805.32
100.00
27,202,141,046.00
100.00
9,343,289,812.82
100.00
5,830,417,406.16
100.00
31,115,196,828.31
100.00
1.1
Penggunaan SiLPA
37,438,542,805.32
66.93
8,702,141,046.00
31.99
8,884,145,862.82
95.09
5,830,417,406.16
100.00
31,115,196,828.31
100.00
1.2
Pencairan Dana
Cadangan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.3
Hasil Penjualan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.4
Kekayaan Daerah
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.5
Penerimaan Pinjaman
dan Obligasi Daerah
18,500,000,000.00
33.07
18,500,000,000.00
68.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.5
Penerimaan Kembali
Pinjaman
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.7
Penerimaan Piutang
Daerah
0.00
0.00
0.00
0.00
459,143,950.00
4.91
0.00
0.00
0.00
0.00
1.8
Belanja Hibah
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Pengeluaran
Pembiayaan
0.00
0.00
1,029,911,748.00
0.00
18,500,000,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.1
Pembentukan Dana
Cadangan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.2
Penyertaan Modal
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.3
Pembayaran Pokok
Pinjaman
0.00
0.00
0.00
0.00
18,500,000,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.4
Pinjaman Daerah
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.5
Pembayaran Utang
Pajak
0.00
0.00
1,029,911,748.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1
1
2
Pembiayaan Netto
55,938,542,805.32
26,172,229,298.00
-9,156,710,187.18
BAB IX - 9
5,830,417,406.16
31,115,196,828.31
700,00
600,00
500,00
Belanja operasi
400,00
Belanja tak terduga
300,00
Belanja Transfer ke desa
200,00
Belanja Modal
100,00
2010
2011
2012
2013
2014
600,00
500,00
Pendapatan lain yg sah
400,00
DAK
300,00
DAU
Dana bagi hasil
200,00
PAD
100,00
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 9-1 : Grafik Pe
Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam
APBD Kabupa
abupaten Aceh Barat
9.3. Profil Investasi Pe
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBK Aceh Bara
arat secara umum dibahas, maka perlu dik
dikaji berapa besar
investasi pembangunan
n kkhusus bidang Cipta Karya di daerah te
tersebut selama 35 tahun terakhir yang
g bersumber dari APBN, APBA, APBK
BK Aceh Barat ,
perusahaan daerah dan
nm
masyarakat/swasta.
9.3.1. Perkembangan In
Investasi Pembangunan Cipta Karya
a Bersumber Dari
APBN dalam 5 T
Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan
an infratruktur permukiman merupakan
n tanggung jawab
Pemda, Ditjen Cipta Ka
Karya juga turut melakukan pembangu
gunan infrastruktur
BAB IX - 10
sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor
yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui
Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku
(PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta
Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana
APBN
yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan
air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir
dan
permukiman
nelayan.
Sedangkan
DAK
Sanitasi
digunakan
untuk
memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)
yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria
Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat
alokasi
dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
BAB IX - 11
Tabel 9.4. APBN Cipta Karya di Kabupaten Aceh Barat dalam 5 Tahun Terakhir
Alokasi
Sektor
-1
2010
2011
2012
2013
2014
-2
-3
-4
-5
-6
Pengembangan Air Minum
0
-
Pengembangan PLP
-
3,240,546,000.00
-
11,486,750,000.00
0
-
Pengembangan Permukiman
378,027,945
3,550,000,000.00
846,477,576.00
Penataan Bangunan & Lingkungan
3,106,050,000.00
0
1,750,000,000.00
-
4,778,750,000.00
Total
5,300,000,000.00
378,027,945.00
846,477,576.00
22,612,096,000.00
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kab. Aceh Barat dalam 5 Tahun Terakhir
Alokasi
Sektor
-1
DAK Air Minum
DAK Sanitasi
2009
2010
2011
2012
2013
-2
-3
-4
-5
-6
2,516,274,960
6,799,999,889.20
7,300,000,000
2,567,346,855
846,477,576
800,000,000.00
1,749,000,000
-
BAB IX - 12
2,516,274,960
Tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
-1
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
2009
2010
2011
2012
2013
-2
-3
-4
-5
-6
Pengembangan Air Minum
5,500,000,000.00
7,449,999,889
2,671,605,090.00
2,516,274,960.00
7,787,500,000.00
7,465,700,000
297,917,745.00
6,794,425,763.06
22,132,500,000.00
14,700,000,000
613,452,945.00
6,552,972,830.00
21,160,000,000.00
7,784,000,000
-
4,587,800,000.00
56,580,000,000.00
37,399,699,889.20
16,555,039,415.97
3,582,975,780.00
20,451,473,553.06
943,540,893,413.00
961,702,111,236.52
697,280,756,081.70
147,460,164,168.24
292,112,833,140.05
Pengembangan PLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan & Lingkungan
Total Belanja APBD Bid. Cipta Karya
Total Belanja APBD
BAB IX - 13
9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun
terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru,
operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana
Daerah
untuk
Urusan
Bersama
(DDUB)
sebagai
dana pendamping
kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen
pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Kabupaten Aceh Barat belum pernah melaksanakan program pembiaayaan Dana
Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sehingga tabel 9.7 status data NA tetapi
untuk jangka menengah akan dialokasikan sebagai dana pendamping APBN..
BAB IX - 14
Tabel 9.7. Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2009
Sektor
Alokasi
APBN
-2
DDUB
Pengembangan Air Minum
Tahun - 2010
DDUB
-3
Alokasi
APBN
-4
NA
NA
Pengembangan PLP
NA
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Total Belanja APBD
-1
Bidang Cipta Karya
Tahun – 2011
DDUB
-5
Alokasi
APBN
-6
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Tahun - 2012
DDUB
-7
Alokasi
APBN
-8
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Tahun - 2013
DDUB
-9
Alokasi
APBN
-10
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
-11
56,580,000,000.00
37,399,699,889.20
16,555,039,415.97
3,582,975,780.00
20,451,473,553.06
943,540,893,413.0
0
961,702,111,236.52
697,280,756,081.7
0
147,460,164,168.24
292,112,833,140.05
Total Belanja APBD
BAB IX - 15
Pengembangan Air
Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan
Total Belanja APBD Bid.
Cipta Karya
Total Belanja APBD
Gambar 9-2 : Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Kabupaten Aceh Barat 2013
9.3.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya
dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial
oriented)
sekaligus
untuk
menghasilkan
laba
(social
bagi perusahaan maupun
sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa
perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta
Karya,
seperti
di
sektor
air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja
keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat
BAB IX - 16
kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat
menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang
Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan
aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah
ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki
status sehat, kurang sehat atau sakit.
9.3.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan
dengan
terbatasnya
kemampuan
pendanaan
yang
dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan
infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta
(KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social
Responsibility
(CSR)
untuk
kegiatan
non-cost
recovery.
Dasar
hukum
pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
Selama ini dalam pembiayaan investasi infrastruktur di Kabupaten Aceh Barat
belum pernah bekerja sama dengan pihak swasta atau KPS, sehingga status data
pada tabel 9.8 pada lima tahun terakhir adalah NA untuk semua sektor bidang
Cipta Karya.
BAB IX - 17
Tabel 9.8. Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan
(1)
Tahun
Komponen
KPS
Satuan
Volume
Nilai (Rp)
Skema KPS
Ket.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Pengembangan Air Minum
-…
Pengembangan PPLP
-…
Pengembangan Permukiman
-…
Penataan Bangunan dan Lingkungan
-…
9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk
melihat
kemampuan
keuangan
daerah
dalam
melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka
waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana
investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan
dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam
lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama
dengan
rata-rata
proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Dari data proyeksi APBD pada tabel 9.9, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah
(DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan
kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan.
Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang
BAB IX - 18
PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun
ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut.
Keterangan :
•
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa
dihindari
oleh
Pemerintah
Daerah
dalam
tahun
anggaran
bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga,
belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat
sesuai peraturan yang berlaku.
•
Kewajiban
daerah
antara
lain
pembayaran
pokok
pinjaman,
pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai
dengan peraturan daerah yang berlaku.
Dari analisa data pada tabel 9.9. maka NPS untuk Kabupaten Aceh Barat adalah
semakin menurun seiring dengan trend total penerimaaan daerah dan semakin
besarnya belanja wajib.
BAB IX - 19
Tabel 9.9. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
%
Realisasi
Proyeksi
Komponen APBD
-1
Pendapatan Asli
Daerah
2012
2013
2014
-2
-3
-4
Pertumbuhan
-5
2016
2017
2018
2019
-6
-7
-8
-9
-10
1.02
31,039,206,276.40
30,899,206,276.00
31,671,686,432.90
508,872,349,916.63
471,335,266,954.00
483,078,648,627.85
29,592,042,916.63
30,750,839,954.00
31,519,610,952.85
440,584,427,000.00
440,584,427,000.00
451,559,037,675.00
0,00
0,00
Dana Perimbangan
31,988,403,297.23
32,308,287,330.20
32,631,370,203.50
32,957,683,905.54
33,287,260,744.59
471,291,529,601.33
459,792,016,279.06
448,573,091,081.85
437,627,907,659.4
5
426,949,786,712.56
32,528,238,503.34
33,569,142,135.45
34,643,354,683.78
35,751,942,033.66
36,896,004,178.74
457,158,369,742.17
462,827,133,526.97
468,566,189,982.71
474,376,410,738.4
9
480,258,678,231.65
-2.44
DBH
3.2
DAU
1.24
DAK
0
38,695,880,000.00
-
- DAK Air Minum
2,567,346,855.00
- DAK Sanitasi
2015
0
%
0
%
2,516,274,960.00
0
-
Lain Lain Pendapatan yang Sah
Total APBD
-0.27
41,661,259,572.00
40,388,301,672.00
41,398,009,213.80
41,286,234,588.92
41,174,761,755.53
41,063,589,898.79
40,952,718,206.07
40,842,145,866.91
1,093,012,512,536.66
1,016,474,316,816.00
1,039,226,992,902.40
1,034,252,775,732.99
1,029,671,341,027.21
1,025,477,595,850.63
1,021,666,662,543.
21
1,018,233,875,734.46
BAB IX - 20
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage
Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.
Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah,
lembaga
keuangan
Pemerintah
Daerah
lain,
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat
(obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi
ketentuan
rasio
kemampuan
keuangan
daerah
untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan
atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal
Service
Cost
Ratio
(DSCR).
Debt
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR
minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan
membayar
dengan
kemampuan
pemerintah
untuk
pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan
pemerintah
Pada bagian ini perlu dihitung DSCR daerah dalam 3-5 tahun terakhir dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DBH = Dana Bagi Hasil
DAU = Dana Alokasi Umum
DBHDR = DBH Dana Reboisasi
BAB IX - 21
Dalam
hal
ini
Pemerintah
Kabupaten
Aceh
Barat
belum
berniat
untuk
menggunakan dana Pinjaman Daerah untuk pembiayaan pembangunan bidang
Cipta Karya, sehingga tidak perlu dihitung DSCR.
9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Kabupaten Aceh Barat memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya hanya pada sektor air minum yaitu Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Meulaboh, sedangkan untuk sektor lain belum
ada. Dalam hal ini, PDAM Tirta Meulaboh belum memiliki rencana dalam lima
tahun ke depan dalam bentuk business plan.
9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu
menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama
pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.
Untuk Kabupaten Aceh Barat keberadaan perusahaan swasta yang bergerak di
bidang Cipta Karya belum ada, seperti perusahaan pengelola sampah, pengelola
air minum, atau pengelola limbah karena belum cukup menguntungkan. Sehingga
pada tabel 9.10. belum ada proyek yang dapat didanai dari dana KPS pada lima
tahun kedepan, maka status data NA.
Tabel 9.10. Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun
Ke Depan
Nama
Kegiatan
Deskripsi
Kegiatan
Biaya
Kegiatan (Rp)
Kelayakan
Finansial
(1)
(2
)
NA
(3)
(4)
IRR = ...
NA
NA
NA
Keterangan
(5)
NA
BAB IX - 22
9.5. Analisis Keterpaduan
Strategi
Peningkatan
Investasi Pembangunan
Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya
yang meliputi sumber Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Aceh, Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat.
Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
Untuk investasi bidang Cipta Karya dari data dan trend perkembangan lima tahun
atau jangka menenghah ke depan masih banyak bertumpu pada dana APBN dan
sebaga dana pendamping dapat diaolkasikan dari dana DAK, OTSUS dari APBA
dan dana APBK Aceh Barat. Untuk dana dari sektor swasta dan masyarakat belum
memungkinkan.
9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Barat
dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.
9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada
dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Kabupaten Aceh Barat menyusun suatu set
strategi
untuk
meningkatkan
pendanaan
bagi
pembangunan
infrastruktur
permukiman dengan terus menambah alokasi dana untuk bidang Cipta Karya setiap
pengusulan anggaran APBK Aceh Barat setiap tahunnya.
BAB IX - 23
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta
Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah
perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam
mendanai
pembangunan
infrastruktur
permukiman.
Pemerintah
daerah
cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan
sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu,
alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah
daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan
dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada
dasarnya bertujuan untuk:
BAB IX - 1
a. Mengidentifikasi kapasitas
belanja
pemerintah
daerah
dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari
masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan
bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta
Karya.
9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Tentang
Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi
daerah, yaitu hak,
wewenang,
dan
kewajiban
daerah
otonom
untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam
hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan
yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:
untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah
yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005
Tentang
Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi
Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH
BAB IX - 2
ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan
DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah
atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan
berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
Dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota:
Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman
pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan
oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan
bersama
diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana
dan
prasarana, serta
kepegawaian
sesuai
dengan
urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011
Tentang
Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah,
Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta
Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a.
total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b.
memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah
paling sedikit 2,5;
c.
persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d.
tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman
yang bersumber dari pemerintah;
e.
pinjaman
jangka
menengah
dan
jangka
panjang
wajib
BAB IX - 3
mendapatkan persetujuan DPRD
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005
Tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan
infrastruktur.
Jenis
infrastruktur
permukiman
yang
dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,
infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan
Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan
Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010
Tentang
Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana
Alokasi
Khusus
Bidang
Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK
bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a.
Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK
Air
Minum
digunakan
untuk
memberikan
akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/
target
Millenium
Development
Goal’s
(MDG’s)
yang
mempertimbangkan:
BAB IX - 4
b.
•
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
•
Tingkat kerawanan air minum.
Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak
skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan
masyarakat.
DAK
Sanitasi
diutamakan
untuk
program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi
sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
Kerawanan sanitasi;
Cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum
yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri:
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian
PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus
mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan
urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan
peraturan
perundangan
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa
lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas
dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana
Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan
dana
lainnya
yang
dibelanjakan
pemerintah
provinsi
untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
BAB IX - 5
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama
pemerintah
dan
swasta
(KPS),
maupun
skema
Corporate
Social
Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan
prasarana
yang telah
terbangun, serta rehabilitasi dan
peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu
dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2. Profil APBD Kabupaten Aceh Barat
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Aceh Barat selama 3-5
tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam
5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No.
13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1.
Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak
Langsung.
2.
Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
3.
Pembiayaan Daerah
meliputi:
Pembiayaan Penerimaan dan
Pembiayaan Pengeluaran.
BAB IX - 6
Tabel 9.1. Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
No
2009
2010
2011
2012
2013
RKPD 2010 Tabel 6
RKPD 2013 Tabel
3.12 (Realisasi)
RKPD 2013 Tabel
3.12 (Realisasi)
RKPD 2013 Tabel 3.12
(Target)
RKPD 2013 Tabel 3.12
(Target)
PENDAPATAN DAERAH
1
Pendapatan Asli Daerah
24,643,408,587
24,272,574,384.21
21,042,866,954.40
31,039,206,276
30,899,206,276
1.1.
Pajak Daerah
4,476,003,912
4,870,897,008.01
5,850,183,148.00
8,845,450,000
8,845,450,000
1.2.
Retribusi Daerah
7,594,975,700
5,977,950,136.00
5,362,089,688.00
8,704,010,000
8,699,010,000
1.3.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
4,275,000,000
2,993,230,076.20
2,216,828,812.04
3,128,230,076
2,993,230,076
1.4.
Zakat
2,035,000,000
5,389,619,153.15
5,414,926,938.00
6,850,000,000
6,850,000,000
1.5.
Lain-lain PAD yang Sah
6,262,428,975
5,040,878,010.85
2,198,838,368.36
3,511,516,200
3,511,516,200
2
Dana Perimbangan
382,840,786,710.00
437,438,662,825.00
508,872,349,917
471,335,266,954
2.1.
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
46,981,176,379
37,814,821,710.00
32,043,558,825.00
29,592,042,917
30,750,839,954
2.2.
Dana Alokasi Umum
315,650,380,000
311,356,765,000.00
367,144,104,000.00
440,584,427,000
440,584,427,000
2.3.
Dana Alokasi Khusus
45,466,000,000
33,669,200,000.00
38,251,000,000.00
38,695,880,000
0,00
3
3.1.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
17,000,000,000
78,885,565,233.00
370,000,000.00
58,149,063,623.00
4,817,298,256.00
41,661,259,572
1,272,957,900
40,388,301,672
0,00
3.2
Dana darurat
3.3
DBH Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya
5,000,000,000
7,290,995,301.00
10,606,376,847.00
10,024,739,672
10,024,739,672
3.4
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
12,000,000,000
71,224,569,932.00
42,725,388,520.00
30,363,562,000
30,363,562,000
3.5
Bantuan keuangan Prov/Pemda lain
3.6
Pendapatan lainnya
485,998,926,327.21
516,630,593,402.40
581,572,815,765
542,622,774,902
TOTAL PENDAPATAN
408,097,556,379
449,740,964,966
BAB IX - 7
Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
No.
1
Uraian Belanja
Belanja Tidak Langsung
2009
2010
2011
2012
2013
RKPD 2010 Tabel 6
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Realissi)
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Realissi)
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Target)
RKPD 2013 Tabel 3.13
(Target)
290,591,839,039.00
244,921,839,039.00
316,694,423,233.50
353,714,404,767.06
446,393,636,292.82
431,915,824,665.00
272,306,108,130.00
312,797,367,474.44
391,141,442,401.82
397,141,442,402.00
2,419,683,170.50
1,544,123,328.62
-
-
1.1.
Belanja Pegawai
1.2.
Belanja Bunga
1.3.
Belanja Hibah
5,325,000,000.00
4,111,800,000.00
6,099,741,628.00
17,483,811,628.00
5,000,000,000.00
1.4.
Belanja Bantuan Sosial
4,685,000,000.00
10,319,991,433.00
10,505,736,536.00
4,092,332,000.00
4,092,332,000.00
1.5.
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
pemerintah Desa
35,160,000,000.00
27,536,840,500.00
22,767,435,800.00
32,676,050,263.00
25,676,050,263.00
1.6.
Belanja Tak Terduga
500,000,000.00
-
-
1,000,000,000.00
6,000,000.00
168,089,429,999.00
147,469,917,092.00
146,750,573,941.63
161,132,130,187.91
-
2
Belanja Langsung
2.1.
Belanja Pegawai
35,011,399,447.00
25,003,417,262.00
19,438,119,669.00
28,872,568,500.00
31,702,080,213.00
2.2.
Belanja Barang dan Jasa
68,280,751,645.31
56,265,372,852.00
56,518,055,448.00
62,512,656,110.63
68,638,896,409.47
2.3.
Belanja Modal
90,788,249,484.02
86,820,639,885.00
71,513,741,975.00
55,365,349,331.00
60,791,153,565.44
484,783,853,232.50
501,184,321,859.06
593,144,210,234.45
593,047,954,852.91
Jumlah
194,080,400,576.33
484,672,239,615.33
BAB IX - 8
Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
No.
2009
BELANJA DAERAH
2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Rp
%
Rp
%
Rp
%
Rp
%
Rp
%
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
Penerimaan
Pembiayaan Daerah
55,938,542,805.32
100.00
27,202,141,046.00
100.00
9,343,289,812.82
100.00
5,830,417,406.16
100.00
31,115,196,828.31
100.00
1.1
Penggunaan SiLPA
37,438,542,805.32
66.93
8,702,141,046.00
31.99
8,884,145,862.82
95.09
5,830,417,406.16
100.00
31,115,196,828.31
100.00
1.2
Pencairan Dana
Cadangan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.3
Hasil Penjualan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.4
Kekayaan Daerah
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.5
Penerimaan Pinjaman
dan Obligasi Daerah
18,500,000,000.00
33.07
18,500,000,000.00
68.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.5
Penerimaan Kembali
Pinjaman
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.7
Penerimaan Piutang
Daerah
0.00
0.00
0.00
0.00
459,143,950.00
4.91
0.00
0.00
0.00
0.00
1.8
Belanja Hibah
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Pengeluaran
Pembiayaan
0.00
0.00
1,029,911,748.00
0.00
18,500,000,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.1
Pembentukan Dana
Cadangan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.2
Penyertaan Modal
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.3
Pembayaran Pokok
Pinjaman
0.00
0.00
0.00
0.00
18,500,000,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.4
Pinjaman Daerah
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.5
Pembayaran Utang
Pajak
0.00
0.00
1,029,911,748.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1
1
2
Pembiayaan Netto
55,938,542,805.32
26,172,229,298.00
-9,156,710,187.18
BAB IX - 9
5,830,417,406.16
31,115,196,828.31
700,00
600,00
500,00
Belanja operasi
400,00
Belanja tak terduga
300,00
Belanja Transfer ke desa
200,00
Belanja Modal
100,00
2010
2011
2012
2013
2014
600,00
500,00
Pendapatan lain yg sah
400,00
DAK
300,00
DAU
Dana bagi hasil
200,00
PAD
100,00
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 9-1 : Grafik Pe
Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam
APBD Kabupa
abupaten Aceh Barat
9.3. Profil Investasi Pe
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBK Aceh Bara
arat secara umum dibahas, maka perlu dik
dikaji berapa besar
investasi pembangunan
n kkhusus bidang Cipta Karya di daerah te
tersebut selama 35 tahun terakhir yang
g bersumber dari APBN, APBA, APBK
BK Aceh Barat ,
perusahaan daerah dan
nm
masyarakat/swasta.
9.3.1. Perkembangan In
Investasi Pembangunan Cipta Karya
a Bersumber Dari
APBN dalam 5 T
Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan
an infratruktur permukiman merupakan
n tanggung jawab
Pemda, Ditjen Cipta Ka
Karya juga turut melakukan pembangu
gunan infrastruktur
BAB IX - 10
sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor
yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui
Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku
(PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta
Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana
APBN
yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan
air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir
dan
permukiman
nelayan.
Sedangkan
DAK
Sanitasi
digunakan
untuk
memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)
yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria
Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat
alokasi
dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
BAB IX - 11
Tabel 9.4. APBN Cipta Karya di Kabupaten Aceh Barat dalam 5 Tahun Terakhir
Alokasi
Sektor
-1
2010
2011
2012
2013
2014
-2
-3
-4
-5
-6
Pengembangan Air Minum
0
-
Pengembangan PLP
-
3,240,546,000.00
-
11,486,750,000.00
0
-
Pengembangan Permukiman
378,027,945
3,550,000,000.00
846,477,576.00
Penataan Bangunan & Lingkungan
3,106,050,000.00
0
1,750,000,000.00
-
4,778,750,000.00
Total
5,300,000,000.00
378,027,945.00
846,477,576.00
22,612,096,000.00
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kab. Aceh Barat dalam 5 Tahun Terakhir
Alokasi
Sektor
-1
DAK Air Minum
DAK Sanitasi
2009
2010
2011
2012
2013
-2
-3
-4
-5
-6
2,516,274,960
6,799,999,889.20
7,300,000,000
2,567,346,855
846,477,576
800,000,000.00
1,749,000,000
-
BAB IX - 12
2,516,274,960
Tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
-1
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
2009
2010
2011
2012
2013
-2
-3
-4
-5
-6
Pengembangan Air Minum
5,500,000,000.00
7,449,999,889
2,671,605,090.00
2,516,274,960.00
7,787,500,000.00
7,465,700,000
297,917,745.00
6,794,425,763.06
22,132,500,000.00
14,700,000,000
613,452,945.00
6,552,972,830.00
21,160,000,000.00
7,784,000,000
-
4,587,800,000.00
56,580,000,000.00
37,399,699,889.20
16,555,039,415.97
3,582,975,780.00
20,451,473,553.06
943,540,893,413.00
961,702,111,236.52
697,280,756,081.70
147,460,164,168.24
292,112,833,140.05
Pengembangan PLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan & Lingkungan
Total Belanja APBD Bid. Cipta Karya
Total Belanja APBD
BAB IX - 13
9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun
terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru,
operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana
Daerah
untuk
Urusan
Bersama
(DDUB)
sebagai
dana pendamping
kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen
pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Kabupaten Aceh Barat belum pernah melaksanakan program pembiaayaan Dana
Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sehingga tabel 9.7 status data NA tetapi
untuk jangka menengah akan dialokasikan sebagai dana pendamping APBN..
BAB IX - 14
Tabel 9.7. Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2009
Sektor
Alokasi
APBN
-2
DDUB
Pengembangan Air Minum
Tahun - 2010
DDUB
-3
Alokasi
APBN
-4
NA
NA
Pengembangan PLP
NA
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Total Belanja APBD
-1
Bidang Cipta Karya
Tahun – 2011
DDUB
-5
Alokasi
APBN
-6
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Tahun - 2012
DDUB
-7
Alokasi
APBN
-8
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Tahun - 2013
DDUB
-9
Alokasi
APBN
-10
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
-11
56,580,000,000.00
37,399,699,889.20
16,555,039,415.97
3,582,975,780.00
20,451,473,553.06
943,540,893,413.0
0
961,702,111,236.52
697,280,756,081.7
0
147,460,164,168.24
292,112,833,140.05
Total Belanja APBD
BAB IX - 15
Pengembangan Air
Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan
Total Belanja APBD Bid.
Cipta Karya
Total Belanja APBD
Gambar 9-2 : Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Kabupaten Aceh Barat 2013
9.3.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya
dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial
oriented)
sekaligus
untuk
menghasilkan
laba
(social
bagi perusahaan maupun
sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa
perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta
Karya,
seperti
di
sektor
air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja
keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat
BAB IX - 16
kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat
menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang
Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan
aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah
ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki
status sehat, kurang sehat atau sakit.
9.3.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan
dengan
terbatasnya
kemampuan
pendanaan
yang
dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan
infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta
(KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social
Responsibility
(CSR)
untuk
kegiatan
non-cost
recovery.
Dasar
hukum
pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
Selama ini dalam pembiayaan investasi infrastruktur di Kabupaten Aceh Barat
belum pernah bekerja sama dengan pihak swasta atau KPS, sehingga status data
pada tabel 9.8 pada lima tahun terakhir adalah NA untuk semua sektor bidang
Cipta Karya.
BAB IX - 17
Tabel 9.8. Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan
(1)
Tahun
Komponen
KPS
Satuan
Volume
Nilai (Rp)
Skema KPS
Ket.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Pengembangan Air Minum
-…
Pengembangan PPLP
-…
Pengembangan Permukiman
-…
Penataan Bangunan dan Lingkungan
-…
9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk
melihat
kemampuan
keuangan
daerah
dalam
melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka
waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana
investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan
dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam
lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama
dengan
rata-rata
proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Dari data proyeksi APBD pada tabel 9.9, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah
(DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan
kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan.
Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang
BAB IX - 18
PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun
ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut.
Keterangan :
•
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa
dihindari
oleh
Pemerintah
Daerah
dalam
tahun
anggaran
bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga,
belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat
sesuai peraturan yang berlaku.
•
Kewajiban
daerah
antara
lain
pembayaran
pokok
pinjaman,
pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai
dengan peraturan daerah yang berlaku.
Dari analisa data pada tabel 9.9. maka NPS untuk Kabupaten Aceh Barat adalah
semakin menurun seiring dengan trend total penerimaaan daerah dan semakin
besarnya belanja wajib.
BAB IX - 19
Tabel 9.9. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
%
Realisasi
Proyeksi
Komponen APBD
-1
Pendapatan Asli
Daerah
2012
2013
2014
-2
-3
-4
Pertumbuhan
-5
2016
2017
2018
2019
-6
-7
-8
-9
-10
1.02
31,039,206,276.40
30,899,206,276.00
31,671,686,432.90
508,872,349,916.63
471,335,266,954.00
483,078,648,627.85
29,592,042,916.63
30,750,839,954.00
31,519,610,952.85
440,584,427,000.00
440,584,427,000.00
451,559,037,675.00
0,00
0,00
Dana Perimbangan
31,988,403,297.23
32,308,287,330.20
32,631,370,203.50
32,957,683,905.54
33,287,260,744.59
471,291,529,601.33
459,792,016,279.06
448,573,091,081.85
437,627,907,659.4
5
426,949,786,712.56
32,528,238,503.34
33,569,142,135.45
34,643,354,683.78
35,751,942,033.66
36,896,004,178.74
457,158,369,742.17
462,827,133,526.97
468,566,189,982.71
474,376,410,738.4
9
480,258,678,231.65
-2.44
DBH
3.2
DAU
1.24
DAK
0
38,695,880,000.00
-
- DAK Air Minum
2,567,346,855.00
- DAK Sanitasi
2015
0
%
0
%
2,516,274,960.00
0
-
Lain Lain Pendapatan yang Sah
Total APBD
-0.27
41,661,259,572.00
40,388,301,672.00
41,398,009,213.80
41,286,234,588.92
41,174,761,755.53
41,063,589,898.79
40,952,718,206.07
40,842,145,866.91
1,093,012,512,536.66
1,016,474,316,816.00
1,039,226,992,902.40
1,034,252,775,732.99
1,029,671,341,027.21
1,025,477,595,850.63
1,021,666,662,543.
21
1,018,233,875,734.46
BAB IX - 20
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage
Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.
Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah,
lembaga
keuangan
Pemerintah
Daerah
lain,
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat
(obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi
ketentuan
rasio
kemampuan
keuangan
daerah
untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan
atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal
Service
Cost
Ratio
(DSCR).
Debt
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR
minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan
membayar
dengan
kemampuan
pemerintah
untuk
pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan
pemerintah
Pada bagian ini perlu dihitung DSCR daerah dalam 3-5 tahun terakhir dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DBH = Dana Bagi Hasil
DAU = Dana Alokasi Umum
DBHDR = DBH Dana Reboisasi
BAB IX - 21
Dalam
hal
ini
Pemerintah
Kabupaten
Aceh
Barat
belum
berniat
untuk
menggunakan dana Pinjaman Daerah untuk pembiayaan pembangunan bidang
Cipta Karya, sehingga tidak perlu dihitung DSCR.
9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Kabupaten Aceh Barat memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya hanya pada sektor air minum yaitu Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Meulaboh, sedangkan untuk sektor lain belum
ada. Dalam hal ini, PDAM Tirta Meulaboh belum memiliki rencana dalam lima
tahun ke depan dalam bentuk business plan.
9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu
menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama
pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.
Untuk Kabupaten Aceh Barat keberadaan perusahaan swasta yang bergerak di
bidang Cipta Karya belum ada, seperti perusahaan pengelola sampah, pengelola
air minum, atau pengelola limbah karena belum cukup menguntungkan. Sehingga
pada tabel 9.10. belum ada proyek yang dapat didanai dari dana KPS pada lima
tahun kedepan, maka status data NA.
Tabel 9.10. Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun
Ke Depan
Nama
Kegiatan
Deskripsi
Kegiatan
Biaya
Kegiatan (Rp)
Kelayakan
Finansial
(1)
(2
)
NA
(3)
(4)
IRR = ...
NA
NA
NA
Keterangan
(5)
NA
BAB IX - 22
9.5. Analisis Keterpaduan
Strategi
Peningkatan
Investasi Pembangunan
Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya
yang meliputi sumber Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Aceh, Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat.
Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
Untuk investasi bidang Cipta Karya dari data dan trend perkembangan lima tahun
atau jangka menenghah ke depan masih banyak bertumpu pada dana APBN dan
sebaga dana pendamping dapat diaolkasikan dari dana DAK, OTSUS dari APBA
dan dana APBK Aceh Barat. Untuk dana dari sektor swasta dan masyarakat belum
memungkinkan.
9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Barat
dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.
9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada
dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Kabupaten Aceh Barat menyusun suatu set
strategi
untuk
meningkatkan
pendanaan
bagi
pembangunan
infrastruktur
permukiman dengan terus menambah alokasi dana untuk bidang Cipta Karya setiap
pengusulan anggaran APBK Aceh Barat setiap tahunnya.
BAB IX - 23