PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN

KECEMBURUAN PADA PRIA DEWASA AWALYANG BERPACARAN

Skripsi

  Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh :

  Ni Nyoman Laksmi Nugrahaeni NIM: 099114123

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

Aku selalu percaya kasih Tuhan itu nyata

Ketika terjatuh, terpuruk dan terluka, aku selalu percaya bahwa

Tuhan sangat mencintaiku. Karena saat itu, tangan Tuhan sedang

bekerja untuk menjadikanku semakin kuat. Dan setelah itu, aku

akan merasakan kasih Tuhan dan kebahagiaan dari-Nya yang

luar biasa…

Hidup akan selalu terdapat masalah, namun tetap berusaha yang

terbaik dan selalu bersyukur atas segala nikmat Tuhan adalah

bentuk kasih kepada Tuhan..

  Dengan rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhanku Yang Maha Pengasih, Orangtuaku yang tersayang, Seseorang yang terkasih dan teristimewa Dan orang-orang yang menyayangi maupun membenciku yang telah membantuku menjadi semakin kuat dan percaya diri.

  

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN

KECEMBURUAN PADA PRIA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

Ni Nyoman Laksmi Nugrahaeni

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara kelekatan tidak aman

dengan kecemburuan pada pria yang berpacaran. Subjek pada penelitian ini berjumlah 103 orang.

Karakter subjek adalah seorang pria dewasa (18-35) yang sedang menjalin suatu hubungan

(pacaran) dan di Yogyakarta. Hipotesis pada penelitian ini adalah “semakin tinggi kelekatan tidak

aman seseorang, maka semakin tinggi tingkat kecemburuan seseorang”. Skala yang digunakan

untuk mengukur kelekatan tidak aman adalah Experiences in Close Relationships (ECR) Scale

yang terdapat pada penelitian Fraley, Brennan, Waller (2000). Untuk mengukur variabel

kecemburuan, skala yang mengacu pada penelitian Dijkstra, Barelds dan Groothof (2010) yaitu

menggunakan Partner Behaviours Scale. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan uji

korelasi dari Pearson. Hasil dari pengolahan data menunjukkan korelasi sebesar -0.055. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada korelasi atau hubungan antara kelekatan tidak aman dan

kecemburuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini ditolak.

  Kata Kunci : kelekatan tidak aman, kecemburuan

THE RELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT AND JEALOUSY

  

IN ADULT MEN WHO ARE DATING

Ni Nyoman Laksmi Nugrahaeni

ABSTRACT

  This research see the relations between insecure attachment and jealousy in men who are

dating. Amount of subjects in this research are 103 subjects. The character of subject is a date

man (between 18-35 years old). Hypothesis in this research is “Higher the Level of Insecure

Attachment, Higher the Level of Jealousy in Men Who are Dating”. The scale of this research

used to measure insecure attachment is Experiences in Close Relationships (ECR) Scale by

Fraley, Brennan, Waller (2000) researches. Measuring jealousy to a person used a scale that

commonly used by Dijkstra, Barelds and Groothof (2010) using Partner Behaviours Scale.

Processing data in this research used correlation by Pearson. The coefficient correlation as result

in this research is -0.055. It means there is no correlation between insecure attachment and

jealousy.. Thereby, the hypothesis in this research was rejected.

  Keyword: Insecure attachment, jealousy

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat dan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dekan Universitas Sanata Dharma, Bapak Siswa Widyatmoko yang terhormat. Terima kasih telah membantu, mendukung dan membimbing saya dalam menempuh perkuliahan.

  2. Kaprodi Universitas Sanata Dharma, Ibu Ratri Sunar Astuti yang terhormat. Terima kasih atas bimbingan, dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama saya menempuh perkuliahan.

  3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Heri Widodo yang terhormat. Terima kasih atas bimbingan, bantuan dan dukungan serta kesabarannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dosen pembimbing akademik yang terhormat, Bapak Siswa Widyatmoko.

  Terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan selama saya menempuh perkulihan di Universitas Sanata Dharma.

  5. Papi dan Mami yang tersayang. Terima kasih atas doa, dukungan dan bantuan baik dalam hal moral dan materi, kesabaran dan kasih sayang yang tiada hentinya selama proses penyusunan skripsi ini.Mami, papi,

  makasih yaaa

  6. Seseorang yang sangat istimewa. Terima kasih atas dukungan, bantuan, motivasi, kesabaran dan doa yang luar biasa dan tiada hentinya yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

  7. Teman-teman seperjuangan yang terhebat. Terima kasih atas bantuan, semangat, motivasi dan kerja samanya selama proses penyusunan skripsi ini.We have finished it guys!!  8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, saudara dan teman yang terkasih.

  Terima kasih atas segala bentuk bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan selama proses pembuatan skripsi ini.

  9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan. Terima kasih telah membantu dan mendukung proses pembuatan skripsi ini.

  Semoga sekiranya Tuhan berkenan membalas atas segala bantuan dan jasa yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat kesalahan dan ketidaksempurnaan. Akan tetapi, semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembacanya.

  Penulis, Ni Nyoman Laksmi Nugrahaeni

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii

  

ABSTRACT....................................................................................................... viii

  PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................ 1 B. RUMUSAN MASALAH ............................................................ 8 C. TUJUAN PENELITIAN............................................................. 8 D. MANFAAT PENELITIAN......................................................... 8

  1. Manfaat Teoritis ................................................................... 8

  2. Manfaat Praktis .................................................................... 9

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10 A. DEWASA AWAL....................................................................... 10

  1. Pengertian.............................................................................. 10

  2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ..................................... 10

  3. Ciri-ciri Sosio-Emosi Dewasa Awal ..................................... 12

  4. Hubungan Romantis (Romantic Relationship)...................... 14

  B. KELEKATAN (ATTACHMENT) .............................................. 14

  1. Pengertian.............................................................................. 14

  2. Tipe Kelekatan ...................................................................... 16

  3. Dampak Kelekatan ................................................................ 22

  C. KECEMBURUAN (JEALOUSY) ............................................... 24

  1. Pengertian.............................................................................. 24

  2. Bentuk Perilaku Pasangan yang Menyebabkan Kecemburuan ........................................................................ 26

  3. Faktor Penyebab Kecemburuan ............................................ 27

  4. Proses Kecemburuan............................................................. 29

  5. Aspek Kecemburuan ............................................................. 31

  D. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DENGAN KECEMBURUAN PADA PRIA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN ................................................ 33

  E. HIPOTESIS................................................................................. 35

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 36 A. JENIS PENELITIAN .................................................................. 36 B. VARIABEL PENELITIAN ........................................................ 36 C. DEFINISI OPERASIONAL ....................................................... 36 D. SUBJEK PENELITIAN.............................................................. 37 E. METODE PENGAMBILAN SAMPEL ..................................... 37 F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ................... 38

  1. Metode Pengumpulan Data ................................................... 38

  2. Alat Pengumpulan Data ........................................................ 38

  G. KREDIBILITAS ALAT UKUR ................................................. 41

  H. METODE ANALISIS DATA..................................................... 44

  1. Uji Asumsi ............................................................................ 44

  2. Uji Hipotesis ......................................................................... 45

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 46 A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN .............. 46 B. DATA DEMOGRAFIS............................................................... 46 C. UJI ASUMSI .............................................................................. 47

  1. Uji Normalitas....................................................................... 47

  2. Uji Linearitas......................................................................... 48

  D. HASIL PENELITIAN................................................................. 49

  1. Uji Hipotesis ......................................................................... 49

  2. Statistik Deskriptif ................................................................ 49

  E. PEMBAHASAN ......................................................................... 51

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 53 A. KESIMPULAN ........................................................................... 53 B. SARAN ....................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54 LAMPIRAN..................................................................................................... 57

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue-print Kelekatan Dewasa Sebelum Diuji Coba.................... 39Tabel 3.2. Blue-print Kecemburuan Sebelum Diuji Coba ........................... 41Tabel 3.3. Blue-print Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba ..................... 42Tabel 3.4. Blue-print Kecemburuan Setelah Diuji Coba ............................. 43Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Hubungan

  Berpacaran................................................................................... 47

Tabel 4.2 Normalitas Variabel Penelitian ................................................... 48Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif......................................... 50

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Kecemburuan (Try-Out) ............................................... 58 Lampiran 2 Skala Kelekatan (Try-Out) ..................................................... 63 Lampiran 3 Skala Kecemburuan ............................................................... 69 Lampiran 4 Skala Kelekatan ...................................................................... 73 Lampiran 5 Reliabilitas dan Seleksi Aitem Kecemburuan ........................ 77 Lampiran 6 Reliabilitas dan Seleksi Aitem Kelekatan ............................. 80 Lampiran 7 Uji Normalitas ........................................................................ 82 Lampiran 8 Uji Linearitas ......................................................................... 85 Lampiran 9 Uji Korelasi ............................................................................ 87 Lampiran 10 Statistik Deskriptif ................................................................. 89 Lampiran 11 Laporan Hasil Pra-Penelitian ................................................. 93

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses perkembangan manusia merupakan proses seumur hidup. Proses tersebut akan terus terjadi dan tidak ada periode usia yang

  mendominasi perkembangannya, sehingga manusia akan terus menjalin relasi dengan lingkungannya (Santrock, 2002). Proses perkembangan manusia terdiri dari beberapa periode dan setiap periode memiliki tugas masing- masing. Periode masa perkembangan meliputi periode pra-kelahiran, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa (Santrock, 2002). Pada masa dewasa awal individu memiliki tugas perkembangan yang meliputi kemandirian pribadi, ekonomi, pengembangan karir, memilih pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai kehidupan berkeluarga dan mengasuh anak (Santrock, 2002). Selain itu, pada masa dewasa awal seorang individu akan mulai serius memikirkan masa depannya, baik dalam hal karir maupun dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Pada masa ini, seorang individu akan mengalami suatu perubahan, diantaranya adalah Identity and Intimacy (Identitas dan Keintiman). Perubahan tersebut terjadi ketika seorang individu akan mulai mencoba menjalin hubungan yang serius dengan orang lain (Schismberg & Smith, 1982).

  Menjalin suatu relasi untuk mencari pasangan hidup diawali dengan adanya hubungan romantis yang melibatkan dua orang berlawanan jenis atau biasa disebut dengan Romantic Relationship (Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012). Dalam menjalin relasi romantis, hubungan individu dengan pasangannya akan dipengaruhi oleh kelekatan yang dimiliki masing-masing individu (working model). Kelekatan pada dewasa menjelaskan bahwa keadaan dari individu saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tetapi kelekatan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman seseorang terhadap figur lekat pada masa kecilnya (M. Main dalam Stanojevic, 2004).

  Kelekatan menurut Bowlby adalah suatu relasi antara figur sosial tertentu dengan suatu keadaan tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik unik. Dalam hal ini, figur sosial adalah figur seorang ibu sebagai pengasuh (Santrock, 2002). Pola kelekatan tersebut dapat digunakan untuk melihat bagaimana seorang individu akan menjalin hubungan dengan orang lain, seperti keluarga, teman, pasangan dan orang asing (Baron dan Byrne dalam Santrock, 2002).

  Teori kelekatan milik Bowlby dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah Fraley dan Waller (dalam Nosko, Tieu, Lawford & Pratt, 2011) mengemukakan dua tipe kelekatan, yaitu insecure attachment (kelekatan tidak aman) yang dibedakan menjadi dua yaitu avoidant

  attachment (kelekatan menolak) dan anxiety attachment (kelekatan cemas),

  serta tipe kedua adalah secure attachment (kelekatan aman). Avoidant

  attachment (kelekatan menolak) adalah seorang individu yang kurang memiliki interaksi dengan orang lain karena adanya penolakan untuk dekat.

  Anxiety attachment (kelekatan cemas) adalah seorang individu yang yang

  memiliki kecenderungan untuk sangat bergantung dengan orang lain dan merasa tidak mampu hidup tanpa orang lain. Sedangkan Secure Attachment (kelekatan aman) adalah perasaan aman yang dimiliki oleh seorang individu, sehingga ia dapat melakukan sesuatu dengan bebas.

  Individu dengan kelekatan tidak aman dalam menjalin relasi dengan lawan jenisnya akan berpengaruh pada tingkat komitmen, kepuasan berelasi, dan perilaku seksualnya. Selain itu, dampak dari kelekatan tidak aman yang dimiliki oleh individu dengan pasangannya dalam menjalin relasi romantis akan berpotensi mengalami atau merasakan suatu perasaan cemburu terhadap pasangannya atau biasa disebut dengan Romantic Jealousy (Levy & Kelly, 2010).

  Feeney dan Noller (1990) menyatakan bahwa kelekatan berkorelasi cukup besar dengan penghargaan diri (self-esteem). Menurut White and Mullen (1989) orang yang cemburu memiliki perasaan takut kehilangan, rasa tidak percaya pada pasangan dan adanya ancaman terhadap harga diri seorang individu. Hal ini sejalan dengan hasil survey pra-penelitian yang menyatakan bahwa penyebab seseeorang cemburu adalah kurangnya penghargaan terhadap diri sendiri sehingga merasa bahwa saingannya lebih baik dari dirinya.

  Hazan dan Shaver (dalam Shaver, 2002) menyatakan bahwa orang dengan tipe insecure attachment khususnya anxious attachment akan cenderung tidak percaya dengan pasangannya dan merasa takut kehilangan. Seorang individu yang memiliki tipe anxious attachment adalah orang yang merasa kurang percaya diri, merasa kurang berharga, dan memandang orang lain mempunyai komitmen yang rendah dalam hubungan interpersonal (Simpson, 1990), ragu-ragu terhadap pasangan dalam hubungan romantis (Levy&Davis, dalam Feeney & Noller, 1990). Seorang individu dengan tipe kelekatan menghindar (avoidant attachment) cenderung tidak memiliki rasa percaya pada pasangannya dan merasa bahwa dirinya tidak memiliki arti penting bagi pasangannya (Fricker & Moore, 2002). Perasaan tersebut akan meyebabkan seseorang menjadi cemburu terhadap pasanngannya karena tidak adanya rasa percaya dan merasa tidak berharga. Individu akan beranggapan bahwa orang lain lebih berharga dari dirinya sehingga akan merasa cemburu jika ada orang lain (lawan jenis) yang mendekati pasangannya (Acton, 2010).

  White and Mullen (dalam Bevan & Lannutti, 2002) menyatakan bahwa Romantic Jealousy merupakan suatu pikiran, emosi dan tindakan yang komplek. Hal yang komplek tersebut meliputi perasaan takut kehilangan atau ancaman terhadap harga diri dan kualitas dari hubungan romantisnya.

  Perasaan tersebut muncul dari persepsi seorang individu yang beranggapan bahwa pasangannya menjalin hubungan dengan orang lain.

  Cemburu merupakan respon dari ketakutan akan kehilangan. Respon tersebut dikategorikan menjadi dua tipe. Tipe pertama merupakan variasi dari orang yang berfikir rasional (Ellis, 1977), orang yang reaktif (Bringle, 1991), dan orang yang mampu menghadapi keadaan dari kecemburuan (Parrot, 1991). Dampak dari tipe pertama ini seseorang akan memiliki hubungan yang nyata, jelas dan tidak ambigu. Tipe kedua adalah seseorang yang memiliki kecurigaan atau pemikiran yang irasional. Dampak dari tipe kedua ini seseorang akan memiliki hubungan yang tidak jelas, adanya kecurigaan, ketakutan, kecemasan serta rasa tidak aman (Acton, 2010).

  Acton (2010) menyatakan bahwa terdapat dua hal yang menyebabkan seseorang menjadi cemburu. Pertama, kecemburuan dilihat sebagai rasa takut akan kehilangan yang berkaitan dengan masa depannya, unsur dari ancaman tersebut adalah waktu. Ketika waktu menjadi sebuah penderitaan yang akan datang di masa depan (Tellenbach, 1974). Meskipun penyebab cemburu cenderung berasal dari masa lalu seseorang, tetapi pada dasarnya kecemburuan adalah suatu obsesi untuk melindungi diri sendiri dari sesuatu yang akan terjadi pada masa depan. Kedua, adanya pengalaman dari suatu persitiwa yang ditakutkan telah terjadi, seperti ditinggal pergi oleh orang yang dicintai. Hal ini membuat seorang individu menjadi rentan terhadap cemburu dengan mencurigai pasangan berikutnya (Tellenbach, 1974).

  Kecemburuan yang dialami pada masa menjalin hubungan romantis cukup sering terjadi. Untuk melihat fenomena kecemburuan pria dengan pasangannya di lingkungan mahasiswa, maka peneliti melakukan survey pra- penelitian (Maret, 2013). Sampel yang digunakan mahasiswa karena usia pada dewasa awal berada berkisaran usia mahasiswa (18-25 tahun). Pada survey pra-penelitian ini ada 55 pria yang sedang menjalani masa pacaran dan berusia 20-24 tahun. Lima puluh pria menyatakan bahwa mereka merasakan cemburu terhadap pasangannya dan 5 pria tidak merasa cemburu terhadap pasangannya.

  Dari survey tersebut, dapat disimpulkan 90% dari sampel menyatakan bahwa seorang pria merasakan cemburu terhadap pasangannya.

  Buss dkk (dalam Levy, Kelly & Jack, 2006) menemukan bahwa pria cenderung melihat ketidaksetiaan secara seksual lebih distressful dibandingkan perempuan. Levy, Kelly dan Jack (2006) menyatakan dampak kecemburuan pada pria adalah ia akan cenderung melakukan kekerasa bahkan pembunuhan pada pasangannya. Hal ini terjadi tidak terbatas pada budaya tertentu. Pria yang melakukan kekerasan hingga mencoba membunuh dan benar-benar membunuh pasangannya karena cemburu serta melakukaknnya secara terus menenurus tergolong pada kecemburuan yang ekstrim.

  Kecemburuan yang ekstrim tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan klinis yang disebut dengan kecemburuan patologis (pathological jealousy) atau

  morbid jealousy (Shepherd, dalam Easton & Shackelford, 2009).

  Kasus kecemburuan yang berakhir pada kekerasan bahkan hingga terjadinya pembunuhan sering dilakukan oleh seorang pria. Easton dan Shackelford (2009) menyatakan bahwa persentase perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pria pada pasangannya karena cemburu lebih besar daripada wanita. Perilaku kekerasan tersebut seperti kekerasan fisik, mencoba membunuh pasangan dan benar-benar membunuh pasangannya. Dijkstra dan Buunk (2004) juga menyatakan penyebab kecemburuan pada pria dapat berasal dari adanya indikasi perselingkuhan seksual yang dilakukan oleh pasangannya dengan orang lain. Hal ini dapat terjadi ketika pasangannya tersenyum pada pria lain, apalagi jika pria tersebut lebih tampan, muda dan berstatus sosial lebih tinggi dari dirinya. Perilaku tersebut dapat menyebabkan seorang pria cenderung ingin terlibat dalam segala aktivitas dan kegiatan pasangannya.

  Hasil survey pra-penelitian (Maret, 2013) melihat beberapa alasan atau penyebab seorang pria cemburu terhadap pasangannya, baik berdasarkan karakter pasangan maupun karakter saingan. Penyebab cemburu yang paling banyak berdasarkan karakter pasangan diantaranya adalah pasangan terlalu dekat dengan lawan jenisnya. Alasan lain adalah karena pasangannya terlalu peduli dan terbuka dengan lawan jenisnya. Selain itu karena pasangannya selalu membicarakan lawan jenisnya atau mantan kekasihnya. Beberapa pria juga menyatakan bahwa mereka cemburu karena pasangannya terlalu centil dengan lawan jenisnya. Hal lain yang membuat seorang pria cemburu berdasarkan karakter saingan di antaranya adalah saingannya lebih keren dari dirinya. Kemudian, saingan lebih pintar dan kaya. Ada juga yang menyatakan bahwa saingannya lebih populer, serta jauh lebih baik dari dirinya dalam berbagai aspek sehingga menimbulkan ketidakpercayaan pada diri sendiri.

  Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan tidak aman yang dimiliki oleh seorang individu terhadap pasangannya dapat mempengaruhi tingkat kecemburuannya pada pasangan.

  Melihat permasalahan tersebut, maka peneliti ingin melihat adakah hubungan antara tipe kelekatan tidak aman dengan kecemburuan seorang pria pada pasangannya.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan atau korelasi antara tipe kelekatan tidak aman dengan kecemburuan pada pria dewasa.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat adanya hubungan atau korelasi antara tipe kelekatan dengan kecemburuan pada pria dewasa.

  D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial mengenai pentingnya mengetahui hubungan antara tipe kelekatan dengan kecemburuan pria terhadap pasangannya.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi seorang pria mengenai pentingnya pengelolaan atau menejemen kecemburuan. Hal ini bertujuan agar dapat menjalin dan mengembangkan hubungan romantis yang sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEWASA AWAL

  1. Pengertian

  Subjek pada penelitian ini adalah pria yang berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal. Masa dewasa awal (early adulthood) adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan berakhir pada usia tigapuluhan tahun (Santrock, 2002). Selain itu, menurut sumber lain mengaatakan bahwa usia pada masa dewasa awal adalah berawal dari usia 20 tahun sampai 40 tahun (Papalia, Old & Feldman, 2008). Dapat disimpulkan bahwa seorang individu pada tahap dewasa awal berusia 19 tahun hingga 35 tahun.

  2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

  Masa dewasa awal adalah masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab dan memulai hubungan yang serius dengan lawan jenis (Santrock, 2002). Dalam teori Erik Erikson (Santrock, 2002), individu akan mengalami delapan tahap perkembangan semasa hidupnya. Setiap tahap terdiri dari tugas perkembangan dan individu akan dihadapkan dengan suatu krisis yang dihadapi. Apabila seorang individu mampu mengatasi krisis pada tahap perkembangannya, maka akan semakin sehat perkembangan mereka dan begitu juga sebaliknya.

  Tahap pada perkembangan dewasa awal adalah tahap keenam dari delapan tahap yang ada, yaitu Keintiman dan Keterkucilan (intimacy

  and isolation). Tahap ini seorang individu akan menghadapi tugas

  perkembangan dalam pembentukan relasi yang intim atau akrab dengan orang lain. Jika individu mampu menjalin relasi yang akrab maka keintiman akan tercapai, tetapi jika tidak maka individu akan mengalami isolasi. Selain itu, pada masa ini individu juga akan mengalami suatu perubahan, di antaranya adalah Identity and Intimacy (Identitas dan Keintiman). Perubahan ini individu akan mulai mencoba menjalin hubungan yang serius dengan orang lain (Schismberg & Smith, 1982).

  Menurut Erikson (dalam Santrock, 2002), apabila seorang individu tidak mampu menjalin suatu hubungan, maka dapat menyebabkan adanya penolakan, pengabaian dan penyerangan terhadap orang lain yang dianggapnya sebagai penghalang.

  Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan yang dramatis dalam relasi personal ketika seorang individu mulai membentuk dan mempererat ikatan yang didasarkan pada pertemanan, cinta, dan seksualitas. Perkembangan psikososial masa dewasa awal, seorang individu akan membuat keputusan mengenai hubungan yang lebih intim dan sebagian besar individu akan menikah dan menjadi orang tua (Papalia, Old & Feldman, 2008).

3. Ciri-ciri Sosio-Emosi Dewasa Awal

a. Ciri Sosial

  Ciri-ciri sosial seorang individu pada masa dewasa awal adalah adanya gaya interaksi intim yang berbeda-beda pada tiap individu. Gaya interaksi tersebut dibagi menjadi lima klasifikasi menurut Jakob Orlofsky (Santrock, 2002), yaitu :

  1. Gaya interaksi yang intim (intimate style), yaitu seorang individu yang membentuk dan mempertahankan satu atau lebih suatu hubungan yang mendalam dan cenderung lama.

  2. Gaya interaksi pra-intim (preintimate style), yaitu seorang individu yang memiliki strategi untuk menawarkan cinta tanpa adanya kewajiban atau ikatan yang lama.

  3. Gaya interaksi stereotip (stereotyped style), yaitu seorang individu ketika menjalin hubungan akan cenderung didominasi oleh ikatan persahabatan dengan teman yang berjenis kelamin sama.

  4. Gaya interaksi intim yang semu (pseudointimate style), yaitu seorang individu yang memiliki kelekatan seksual dalam waktu yang lama namun tanpa adanya kedekatan yang dalam dengan lawan jenisnya.

  5. Gaya interaksi menyendiri (isolated style), yaitu individu yang menarik diri dari sosialnya dan tidak memiliki kelekatan dengan individu yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda.

b. Ciri Emosi

  Selain itu, pada masa dewasa awal seorang individu juga memiliki ciri-ciri secara emosional. Ciri-ciri emosional tersebut di antaranya adalah adanya perasaan tertarik dengan lawan jenisnya dan memiliki keinginan untuk menghabiskan waktunya dengan mereka.

  Terkadang, seorang individu akan tertarik dengan lawan jenis yang memiliki kesamaan dengan dirinya seperti kesamaan sikap, karakteristik, kepribadian dan gaya hidup. Akan tetapi ada juga yang menganggap bahwa memiliki perbedaan akan lebih menarik, seperti seseorang yang introvert akan mengharapkan memiliki pasangan yang ekstrovert. Pada umumnya, seseorang akan lebih tertarik dengan lawan jenisnya yang memiliki karakteristik yang sama (Berndt & Perry) dalam Santrock, (2002).

  Individu yang sedang menjalani hubungan romantis memiliki ciri-ciri emosional, seperti adanya kesadaran terhadap diri, adanya perasaan empati pada orang lain, memiliki kemampuan mengkomunikasikan emosi dengan baik pada orang lain, memiliki kemampuan dalam pembuatan keputusan seksual, serta memiliki kemampuan dalam penyelesaian konflik dan kemampuan mempertahankan komitmen (Papalia, Olds & Feldman, 2008).

4. Hubungan Romantis (Romantic Relationship)

  Hubungan romantis adalah suatu pertemuan antara dua orang (lawan jenis) yang secara khusus memiliki arah untuk menjalin suatu komitmen pernikahan. Pacaran adalah proses untuk saling mengenal, menerima kelebihan dan kekurangn pasangan serta membangun suatu hubungan yang kuat (Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012).

B. KELEKATAN (ATTACHMENT)

1. Pengertian

  Teori kelekatan menjelaskan dasar-dasar dari ikatan afeksional seorang individu dengan orang lain. Teori kelekatan untuk pertama kalinya diungkapkan oleh Psikolog asal Inggris John Bowlby pada tahun 1958 (Baron & Byrne dalam Santrock, 2002). Kelekatan adalah suatu relasi antara figur sosial tertentu dengan suatu keadaan tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik unik. Dalam hal ini, figur sosial adalah figur seorang ibu sebagai pengasuh (Bowlby, 1969, 1989). Ainsworth (dalam Mc.Cartney & Dearing, 2002) mengungkapkan bahwa kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Secara singkat, kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara anak dengan pengasuhnya atau ibu.

  Pola kelekatan yang dijelaskan oleh Bowlby dapat diterapkan pada semua tahap perkembangan seorang individu, mulai dari bayi hingga dewasa. Pola kelekatan tersebut dapat digunakan untuk melihat bagaimana seorang individu akan menjalin hubungan dengan orang lain, seperti keluarga, teman, pasangan, dan orang asing (Baron & Byrne dalam Santrock, 2002). Kemudian, pola kelekatan ini dikembangkan oleh Bartholomew berdasarkan teori kelekatan milik Bowlby menjadi empat grup model tipe kelekatan pada tahap dewasa. Perbedaan antara dua teori milik Bartholomew dan Bowlby, Bowlby menggunakan model kerja antara diri dengan figur kelekatan. Sedangkan menurut Bartholomew diri dapat dibedakan menjadi positif dan negatif, kemudian pada figur kelekatan juga dibedakan menjadi positif dan negatif (Adult Attachment, 1996, hal. 51). Kelekatan pada dewasa menjelaskan bahwa keadaan dari individu saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tetapi kelekatan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman seseorang terhadap figur lekat pada masa kecilnya (Main dalam Stanojevic, 2004).

  Kelekatan yang terjadi pada seorang individu yang dewasa dapat didefiniskan sebagai kecenderungan yang stabil pada individu untuk berusaha mencari dan memperthankan keakraban atau kedekatannya dengan orang lain yang dapat memberikan rasa aman karena merasa terlindungi secara fisik maupun psikologis. Selain itu, kelekatan pada dewasa adalah kelekatan romantis (Adult Romantic Relationship), yaitu perilaku seorang individu yang melibatkan kedekatan dan keakraban dengan orang lain sebagai pasangannya.

  Berdasarkan dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Kelekatan pada dewasa menjelaskan bahwa keadaan dari individu saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tetapi kelekatan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman seseorang terhadap figur lekat pada masa kecilnya.

2. Tipe Kelekatan

  Bentuk kelekatakan menurut Fraley dan Waller (dalam Nosko, Tieu, Lawford & Pratt, 2011) dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe Insecure

  Attachment (kelekatan tidak aman) yang dibagi lagi menjadi dua Avoidant Attachment (kelekatan menolak) dan Anxiety Attachment (kelekatan

  cemas) serta tipe Secure Attachment (kelekatan aman).

a. Insecure Attachment

  Kelekatan tidak aman (Insecure Attachment) merupakan perasaan tidak aman yang ditunjukkan dengan perilaku yang cenderung tertutup, menunjukkan sikap takut kepada orang asing, merasa kurang nyaman dan takut ditinggalkan oleh figur lekat serta kurang percaya diri (Gentzler & Kerns, 2004). Pada tipe kelekatan tidak aman dibagi menjadi dua tipe kelektan, yaitu:

1. Avoidant Attachment

  Kelekatan menolak (Avoidant Attachment) adalah seorang individu yang kurang memiliki interaksi dengan orang lain karena adanya penolakan untuk dekat. Seorang individu akan cenderung merasa tidak cemas saat tidak ada orang lain di sisinya, menghindari kontak apabila ada orang lain. Individu dengan tipe kelekatan ini akan cenderung pemarah dan tidak mencari bantuan saat membutuhkan. Seorang individu akan menunjukkan perasaan tidak amannya dengan menghindari orang lain (Fricker & Moore, 2002).

  Anxiety Attachment 2.

  Kelekatan cemas atau (Anxiety Attachment) adalah seorang individu yang yang memiliki kecenderungan untuk sangat bergantung dengan orang lain dan merasa tidak mampu hidup tanpa orang lain. Hal imi menyebabkan seorang individu dengan tipe kelekatan ini menjadi sangat cemas dan takut untuk ditinggalkan oleh orang lain. Selain itu, individu juga sangat takut jika diabaikan (Fricker & Moore, 2002).

b. Secure Attachment

  Kelekatan aman (Secure Attachment) adalah perasaan aman yang dimiliki oleh seorang individu, sehingga ia dapat melakukan sesuatu dengan bebas karena ia percaya bahwa ibunya akan tetap memperhatikannya walau jauh dari tempat ia berada (Santrock, 2002).

  Keluarga yang dapat mendukung agar anak dapat dipercaya, adanya penerimaan satu sama lain, saling mendukung pasangan secara emosional ketika dibutuhkan dan adanya toleransi perpisahan dengan pasangan serta adanya rasa percaya adanya hubungan yang romantis dan dapat bertahan lama akan membentuk seorang individu ketika dewasa memiliki rasa aman terhadap pasangannya.

  Selain itu, Bartholomew membedakan empat tipe kelekatan pada dewasa berdasarkan dua dimensi, yaitu dimensi objek (object of mental

  models ) dan dimensi perasaan utama terhadap objek (predominant feeling about that object) . Pada dimensi objek dibedakan menjadi dua, yaitu diri

  dan orang lain. Pada dimensi perasaan utama terhadap objek juga dibedakan menjadi dua, yaitu positif dan negatif (Adult Attachment, 1996, hal. 51).

  Empat grup model kelakatan menurut Bartholomew (Adult Attachment, 1996) :

a. Secure partner attachment

  Pada model kelekatan ini, seorang individu memiliki kecemasan yang rendah dan penolakan yang rendah. Hal ini merepresentasikan bahwa seseorang memiliki pandangan yang positif terhadap diri sendiri dan positif terhadap orang lain.

  Ciri-ciri individu dengan tipe kelekatan ini memandang dirinya sebagai orang yang berharga, penuh dengan dorongan dan beranggapan bahwa orang lain sebagai orang yang bersahabat, dipercaya, dan penuh kasih sayang. Ketika menjalin suatu hubungan yang romantis, maka mereka akan saling mempercayai (Levy & Davis dalam Feeney & Noller, 1990). Pada umumnya, seorang individu dengan kelekatan ini akan mengekspresikan rasa percayanya pada pasangan, tidak mudah marah dan mencurigai pasangan, serta beranggapan bahwa konflik yang ada akan dapat memberi dampak yang positif dan membangun bagi hubungannya.

  Seorang individu yang memiliki tipe kelekatan ini akan cenderung memiliki hubungan yang baik, bertahan lama, memiliki komitmen dan menyenangkan. Selain itu, individu tidak akan merasa cemas apabila di tingglakan oleh pasangan dan tidak cemas untuk memiliki hubungan yang dekat (Baron & Byrne dalam Santrock, 2002).

  b. Dismissing Partner attachment

  Pada model kelekatan ini, seorang individu memiliki kecemasan yang rendah dan penolakan yang tinggi. Hal ini merepresentasikan bahwa seseorang memiliki pandangan yang positif terhadap diri sendiri dan negatif terhadap orang lain.

  Ciri-ciri individu dengan tipe kelekatan ini yaitu karena adanya kecenderungan untuk memandang orang lain negatif, maka individu ini akan menolak dan menjadi takut untuk mejadi dekat dengan orang lain. Hubungan emosional yang individu jalani baik, akan tetapi cenderung menolak adanya hubungan yang dekat dengan orang lain yang bertujuan agar ia terhindar dari penolakan terhadap dirinya dari orang lain. Selain itu, individu akan cenderung tidak menampakkan kebutuhannya untuk dicintai pada pasangan karena adanya perasaan takut dan cemas akan disakiti dan penolakan.

  c. Preoccupied partner attachment

  Pada model kelekatan ini, seorang individu memiliki kecemasan yang tinggi dan penolakan yang rendah. Hal ini merepresentasikan bahwa seseorang memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri dan positif terhadap orang lain.

  Ciri-ciri individu dengan tipe kelekatan ini memandang dirinya sebagai orang yang tidak berharga. Dalam menjalin suatu hubungan yang romantis, orang dengan tipe kelekatan ini cenderung ingin memiliki kedekatan yang berlebihan dengan pasangan karena adanya perasaan takut kehilangan. Akan tetapi, individu ini juga mengalami kecemasan dan merasa tidak berharga untuk dicintai orang lain.

d. Fearful partner attachment

  Pada model kelekatan ini, seorang individu memiliki kecemasan yang tinggi dan penolakan yang tinggi. Hal ini merepresentasikan bahwa seseorang memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri dan negatif terhadap orang lain.

  Ciri-ciri individu dengan tipe kelekatan ini memiliki sifat yang mudah marah, memiliki potensi yang tinggi untuk bermusuhan dengan orang lain, adanya penolakan akan kedekatan dengan orang lain, dan akan cenderung kurang menyenangkan dalam menjalin suatu hubungan romantis, akan tetapi individu tersebut akan mencurigai dan takut kehilangan pasangannya. Selain itu, individu memiliki perasaan yang tidak aman apabila dekat dengan orang lain dan akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya. Seorang individu dengan tipe kelekatan ini akan cenderung menghindari hubungan yang dekat dengan orang lain dan cukup membatasi diri, hal ini bertujuan untuk melindungi diri dari perasaan sakit jika adanya penolakan dan ditinggalkan oleh orang lain.

3. Dampak Kelekatan

  Pada tiap tipe kelekatan yang dimiliki oleh seorang individu dengan pasangannya akan menimbulkan beberapa dampak, yaitu:

  a. Rasa Percaya Pada Pasangan

  Seorang individu dengan tipe kelekatan menghindar akan cenderung kurang memiliki rasa percaya pada pasangannya.

  Kemudian, seorang individu dengan tipe kelekatan menghindar juga cenderung kurang memiliki rasa percaya pada pasangannya. Rasa tidak percaya tersebut seperti kecurigaan bahwa pasangannya tidak benar- benar mencintainya dan pasangannya tidak setia. Seorang individu dengan tipe kelekatan aman akan cenderung lebih mempercayai pasangannya (Fricker & Moore, 2002).

  b. Harga Diri

  Seorang individu dengan tipe kelekatan cemas akan cenderung memiliki harga diri yang rendah terhadap pasangannya. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan tidak memiliki arti penting bagi pasangannya. Individu dengan kelekatan menghindar cenderung merasa bahwa dirinya sangat berharga daripada orang lain. Kemudian, individu dengan tipe kelekatan aman merasa bahwa dirinya cukup berharga bagi pasangannya, sehingga membuat individu dapat menjadi dirinya sendiri (Fricker & Moore, 2002).

  c. Kecemasan

  Seorang individu dengan tipe kelekatan menghindar dan cemas memiliki kecemasan akan ditinggalkan dan diabaikan oleh pasangannya. Akan tetapi, pada individu dengan kelekatan aman tidak memiliki kecemasan akan ditinggalkan oleh pasangannya (Fricker & Moore, 2002).

  d. Ketergantungan Terhadap Pasangan

  Seorang individu dengan tipe kelekatan cemas akan cenderung sangat bergantung dan merasa tidak mampu berdiri sendiri tanpa pasangannya. Seorang individu dengan tipe kelekatan menghindar cenderung sangat tidak tergantung pada pasangannya karena merasa tidak nyaman dengan adanya kedekatan dan keintiman dengan orang lain. Sedangkan individu dengan tipe kelekatan aman bergantung dengan pasangannya dan ia merasa nyaman jika pasangannya juga tegantung dengan dirinya (Fricker & Moore, 2002).

  e. Hubungan dengan Pasangan

  Seorang individu dengan tipe kelekatan menghindar akan cenderung menjaga jarak dengan pasangan, sehingga dalam menjalin suatu hubungan romantis akan cenderung tidak bahagia. Begitu pula dengan hubungan romantis yang dijalani oleh individu dengan kelekatan cemas cenderung tidak bahagia. Akan tetapi, seorang individu dengan kelekatan aman dapat menjalin hubungan yang romantis dengan bahagia, hal ini disebabkan karena adanya rasa aman dan dapat menjadi diri sendiri (Fricker & Moore, 2002).

C. KECEMBURUAN (JEALOUSY)

1. Pengertian

  Kecemburuan digambarkan sebagai keadaan yang cukup berbahaya bagi seseorang (Greenberg & Pyszczynski; Hauck dalam Scheinkman, 2010). Berawal dari perasaan cinta akan tetapi didorong oleh kemarahan, kecemburuan adalah pengalaman yang kompleks yang terjadi ketika orang lain sebagai saingannya mengancam suatu hubungan romantis yang sangat bergaharga baginya (Pines, 1998).

  Scheinkman (2010) menjelaskan kecemburuan merupakan suatu pengalaman emosional yang didasarkan pada ketakutan yang mendalam akan kehilangan orang yang dicintai, suatu perasaan dan pikiran, serta suatu tindakan dan reaksi. Easton dan Shackelford (2009) menyatakan bahwa kecemeburuan adalah hasil dari pengalaman yang pernah dirasakan dengan adanya ancaman pada hubungan yang romantis dan hal tersebut menghasilkan perilaku yang dirancang untuk mempertahankan pasangannya (Buss et al. 1992; Buss and Shackelford 1997; Daly et al.

  1982; De Silva 2004).

  White and Mullen (dalam Bevan & Lannutti, 2002) menjelaskan bahwa kecemburuan merupakan pikiran, emosi dan tindakan yang kompleks. Hal yang kompleks tersebut meliputi perasaan takut kehilangan atau ancaman terhadap harga diri dan kualitas dari hubungan romantis tersebut. Perasaan tersebut muncul dari persepsi seorang individu bahwa pasangannya menjalin hubungan dengan orang lain. Acton (2010) menyatakan bahwa kecemburuan adalah suatu perasaan seseorang yang takut kehilangan.

  Berhm (dalam Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012) menjelaskan bahwa kecemburuan merupakan respon dari seorang individu terhadap ketidakpastian dari pasangannya, baik yang bersifat aktual maupun yang dibayangkan oleh individu tersebut. Penke dan Asendorpf (2001) menyatakan bahwa kecemburuan adalah suatu respon dari perasaan seseorang terhadap situasi yang nyata maupun imajinasi ketika orang yang berharga terancam hilang karena adanya orang lain (‘romantic jealousy’;White, 1981; White & Mullen, 1989).