BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCE, ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS AKRUAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PERSISTENSI LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015) -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh book tax differences, arus kas operasi, arus

  kas akrual, dan ukuran perusahaan pada persistensi laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1.

   Teori keagenan Teori keagenan dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Teori ini

  menjelaskan adanya pemisah antara kepemilikan dan pengendalian dalam suatu perusahaan.Hubungan agensi ini disefinisikan sebagai kontrak antara satu atau lebih orang, dimana principal mengikat orang lain(agent) untuk melakukan pelayanan sesuai kepentingan principal yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas untuk membuat keputusan bagi agent.

  Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal).

  Jika kedua kelompok tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agenttidak akan selalubertindak yang terbaik untuk kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

  Pandangan agency theory adalah adanya pemisah antara pihak

  

principal dan agent yang menyebabkan munculnya potensi konflik yang dapat

mempengaruhi kualitas laba yang diperoleh.

  Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency cost) terdiri dari: a) Monitoring expenditures by the principle

  Biaya monitoring dikeluarkan oleh principaluntuk memonitor perilaku agen, termasuk juga usaha mengendalikan (control)perilaku agen melalui

  budget restriction , dan compensation policies

  b) Bonding expenditures by the agent. The bonding cost Dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan principal atau untuk menjamin bahwa principal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan.

  c) Residual loss Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan principal maupun agen setelah adanya agency relationship.

  Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari dari sebuah hubungan keagenan. Menurut Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),(2) manusis memiliki daya terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

  2. Persistensi laba

  Persistensi laba merupakan salah satu alat ukur kualitas laba dimana laba yang berkualitas tersebut dapat menunjukkan kesinambungan laba (sustainable earnings), sehingga laba yang persisten cenderung stabil atau tidak berfluktuasi tajam pada setiap periodenya (Alamsyah, 2014).Persistensi atau kepermanenan merupakan proxy kualitas informasi pelaporan keuangan lainnya yang memfokuskan pada koefisien dari regresi laba sekarang terhadap laba pada periode mendatang (Fanani, 2009).Persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi yang terkandung dalam book-tax

  

differences dapat mempengaruhi persistensi laba dan membantu investor

dalam menentukan kualitas dan nilai perusahaan (Djamaluddin dkk, 2008).

  3. Laba Akuntansi dan Laba Fiskal

  Laba merupakan perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu. Selain itu laba yang berkualitas dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa mendatang. Laba perusahaan merupakan informasi yang sangat menarik perhatian para stakeholder. Stakeholder biasanya beranggapan bahwa laba yang besar mencerminkan kondisi perusahaan yang baik. Namun, mereka tidak mengetahui apakah informasi yang terkandung oleh laba tersebut mempunyai kualitas tinggi. Laba yang dilaporkan juga menjadi dasar pengenakan pajak.

  Laba akuntansi biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri Karena tujuuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya.

  Jenis Laba Akuntansi

  1. Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan atau penjualan dikurangi dengan biaya yang terjual atau harga pokok penjualan.

  2.Laba oprasi adalah selisih antara laba kotor dengan biaya biaya operasi.

  Beban oprasi adalah seluruh bebam oprasi kecuali beban bungga dan beban pajak penghasilan sehingga laba oprasi dapat di sebut juuga laba sebelum bungga atau pajak

  3. Laba bersih adalah hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan dan disesuaikan dengan pos pos luar biasa Laba fiskal adalah laba dalam satu periode yang di hitung berdasarkan peraturan perpajakan yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan (IAI,

  PSAK NO 46). Undang undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaan membedakan penghasilan menjadi dua yaitu penghasilan yang merupakan objek pajak dan penghasiloa yang buukan merupakan objek pajak penghasilan yang merupakan objek pajak pun dibedakan menjadi dua yaitu penghasilan yang di kenakan pajak penghasilan yang bersifat final dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan yang berfsifat tidak final.

4. Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal

  Perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang timbul akibat standar perhitungan laba yang berbeda antara akuntansi komersial dengan perpajakan menyebabkan perusahaan setiap tahunnya melakukan rekonsiliasi fiskal (Suwandika dan Astika, 2013).

  Menurut Fitrios (2008: 208) dalam Hasan, dkk (2014) menyatakan bahwa perbedaan yang timbul antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi beda tetap (permanent differences) dan beda temporer (temporary differences). Atas perbedaan ini maka harus dilakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengetahui laba fiskal perusahaan.

a. Perbedaan Permanen/Tetap

  Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban menurut akuntansi dangan pajak, yaitu adanya penghasilan dengan beban yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya.Contoh perbedaan permanen yaitu penghasilan dalam bentuk natura (beras, minyak, dll).Dalam akuntansi komersial, penghasilan dalam bentuk natura diakui sebagai penghasilan, tetapi dalam akuntansi perpajakan, penghasilan dalam bentuk natura bukan merupakan objek pajak. Contoh lain misalnya biaya sumbangan. Dalam akuntansi komersial biaya sumbangan diakui sebagai biaya, tetapi dalam akuntansi perpajakan, biaya sumbangan tidak diakui sebagai biaya (bukan objek pajak).Beda tetap mengakibatkan laba/rugi menurut akuntansi (pre

  

tax income) berbeda secara tetap dengan laba kena pajak menurut fiscal

  (taxable income).(Sukrisno dan Estralita, 2012:218) Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan karena mengharuskan hal-hal berikut dikeluarkan dari Perhitungan Penghasilan

  Kena Pajak:

  1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final (Pasal 4 ayat (2) UU PPh).

  2. Penghasilan yang bukan obyek pajak (Pasal 4 ayat (3) UU PPh).

  3. Pengeluaran yang tak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifat pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran (pasal 9 ayat (1) UU PPh).

  4. Biaya yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat fina

  5. Penggantian sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura.

  6. Sanksi perpajakan.

b. Perbedaan Temporer

  Menurut Harnanto (2003:112) perbedaan temporer adalah perbedaan antara dasar pengenaan pajak-DPP dari suatu aktiva atau kewajiban dengan nilai tercatat aktiva atau kewajiban tersebut, yang akan berakibat pada kenaikan atau bertambahnya laba fiskal periode mendatang atau berkurangnya laba fiskal periode mendatang, pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban diselesaikan atau dilunasi.

  Contohperbedaan temporer yaitu penyusutan, dalam akuntansi komersial pembebanan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan umur ekonomis suatu aset, tetapi dalam akuntansi perpajakan, pembebanan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan golongan kelompok. Perbedaan temporer yang mengakibatkan harus diakuinya aktiva dan/ atau kewajiban pajak-tangguhan terjadi atau timbul apabila:

  1. Adanya penghasilan dan/atau beban yang harus diakui untuk perhitungan laba fiscal dan untuk menghiutng laba akuntansinya dalam periode yang berbeda;

  2. Bagian dari biaya pemerolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substitansi merupakan suatu akuisisi, dialokasikan kepada aktiva atau kewajiban tertentu berdasar nilai wajarnya dan penyesuaian atau perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh peraturan perpajakan

  3. Goodwill atau goodwill negatif yang timbul dalam konsilidasi

  4. Perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak-DPP dari suatu aktiva atau kewajiban, pada saat pengakuan awalnya.

  Menurut Soekrisno dan Estralita (2012:218) beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara pajak dan akuntansi dalam hal:

  1. Akrual dan realisasi

  2. Penyusutan dan amortisai

  3. Penilaian persediaan

  4. Kompensasi kerugian fiskal 5.

   Rekonsiliasi Fiskal

  Perbedaan permanen dan perbedaan temporer menyebabkan Wajib Pajak harus melakukan penyesuaian atau rekonsiliasi sehingga tidak perlu membuat pembukuan ganda. Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan Fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan (Soekrisno dan Estralita: 218). Hampir semua perhitungan laba akuntansi yang dihasilkan harus mengalami koreksi fiscal untuk mendapatkan penghasilan kena pajak karena banyak ketentuan perpajakan yang tidak sama dengan standar Akuntansi Keuangan. Penyesuaian diperlukan agar laba yang diperhitungkan secara Akuntansi dapat diperlakukan sebagai laba atau penghasilan kena pajak.Koreksi fiskal berupa koreksi positif dan koreksi negatif (Persada dan Martini, 2010). Koreksi positif terjadi apabila laba menurut fiscal bertambah, biasanya dilakukan akibat adanya : a. Beban yang tidak diakui oleh pajak

  b. Penyusutan komersial lenih besar dari penyusutan fiskal

  c. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal

  d. Penyesuaian fiskal positif lainnya Sedangakan koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiscal berkurang yang biasanya karena adanya : a. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak

  b. Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final

  c. Penyusutan komersial lebih kecil dari penyusutan fiskal

  d. Amortisasi komersial lebih kecil dari amortisasi fiskal

  e. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya

6. Aliran Kas Operasi

  Menurut PSAK No. 2 tahun 2009 aliran kas adalah aliran kas masuk dan aliran kas keluar atau setara kas. Laporan arus kas menjelaskan perubahan pada suatu kas atau setara kas dalam periode tertentu. Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sifatnya liquid, berjangka pendek dan dapat dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan pada nilai yang signifikan. Informasi aliran kas sering digunakansebagai indikator dari jumlah waktu dan kepastian aliran kas masa depan. Arus kas dalam laporan keuangan akan dilaporkan didalam laporan arus kas (statement of cash flow).

  Dalam laporan arus kas penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama yaitu arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.(PSAK No. 2 tahun 2009). 1) Aktivitas Operasi

  Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: (a) penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa; (b) penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; (c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; (d) pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan; (e) penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya; (f)pembayaran kas atau penerimaan kembali (resti tusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifi kasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; (g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).

  2) Akitivitas Investasi Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: (a) pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri; (b) penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain; (c) pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan); (d) kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan); (e) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan); (f) penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan

  3) Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:(a) penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya; (b) pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas; (c) penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya; (d) pelunasan pinjaman;(e) pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berk aitan dengan sewa pembiayaan (finance lease).

  7. Arus Kas Akrual Dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual (accrual basis) dan basis kas (cash basis). Menurut PSAK No.1 mengharuskan laporan keuangan disusun berdasarkan dasar akrual kecuali laporan arus kas.Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut. (Dechow dan Dichev, 2002)

  Menurut Subramanyam dan Wild, (2010) akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di masa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak. Akuntansi akrual dapat mengurangi masalah ketepatan waktu dan pengaitan yang terdapat pada akuntansi kas.Masalah ketepatan waktu (timing)mengacu pada arus kas yang tidak selalu terjadi kesamaan dengan aktivitas yang menghasilkan kas tersebut.Masalah penandingan atau pengaitan mengacu pada arus kas masuk dan keluar yang disebabkan oleh aktivitas usaha tetapi tidak dapat dikaitkan dengan waktu terjadinya.

  Laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan.Prinsip pengakuan pendapatan meminta perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah melaksanakan semua atau satu bagian substansi dari jasa-jasa yang harus diberikan dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama dimana pendapatan diakui. (Dahler dan Febrianto, 2006).

  Menurut Subramanyam dan Wild, (2010) keunggulan akrual dalam menyajikan informasi yang relevan dibandingkan arus kas dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Kinerja keuangan (financial performance). Pengakuan pendapatan dan pengaitan biaya padaakuntansi berbasis akrual menghasilkan angka laba yang unggul dibandingkan arus kas untuk mengevaluasi kinerja keuangan. Dengan memastikan semua pendapatan yang dihasilkan dalm suatu perioade telah diakui, dan beban yang dicatat pada suatu periode hanya beban yang terkait dengan pendapatan tersebut.

  2. Kondisi keuangan (financial condition). Akuntansi akrual menghasilkan neraca yang lebih mereflesikan secara akurat sumber daya yang tersedia bagi perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa depan.

  3. Memprediksi arus kas masa depan (future cash flow). Laba akrual lebih unggul dalam memprediksi arus kas masa depan dibandingkan memprediksi arus kas sekarang. Dengan pengakuan pendapatan, laba akrual mencerminkan konsekuensi arus kas masa depan. Akuntansi akrual mengaitkan arus kas masuk dan keluar dengan lebih baik sepanjang waktu melalui proses pengaitan.

  Artinya lebih baik stabil dan merupakan alat prediksi arus kas yang lebih dapat diandalkan.

  Akrual yang menjadi dasar pengukuran transaksi akuntansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: non discretionary accrual (akrual tidak bebas), dan discretionary accrual(akrual bebas) (Suranggane, 2007).

  1) Non discretionary accrual adalah dasar akrual yang tidak bebas dan untuk memberikan indikasi pengukuran yang memenuhi konsep

  matching cost with revenue dalam laporan keuangan karena transaksi dan peristiwa keuangan diakui pada saat kejadian.

  2) Dictionary accrual adalah akrual bebas dapat berupa suatu cara untuk mengurangi atau meningkatkan pelaporan laba yang sulit dideteksi karena sifatnya yang kontekstual dan subyektif.

  8. Ukuran Perusahaan Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan positif. Pada tahap ini pula perusahaan memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Menurut Dira dan Astika (2014) semakin besar ukuran suatu perusahaan maka kelangsungan usaha perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba.

B. Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian terdahulu dalam penelitian yang terkait dengan pengaruh book tax different, arus kas dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba yaitu mengacu pada jurnal penelitian dari Dewi dan Putri (2015) yang berjudul Pengaruh Book Tax Difference, Arus Kas Operasi, Arus Kas Akrual Dan Ukuran Perusahaan Pada Persistensi Laba. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) pada perusahaan Perhotelan dan Pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah sampel 14 perusahaan yakni pada tahun periode 2009-2011 menyimpulkan bahwa book tax difference, arus kas operasi, arus kas akrual dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba, sedangkan arus kas akrual tidak memiliki pengaruh teerhadap persistensi laba.

  Berbeda dengan penelitian dari Saputera, Norita dan Dillak (2017) yang menyimpulkan bahwa book tax differences dan aliran kas operasi berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, namun secara parsial hanya perbedaan permanen dan perbedaan temporer yang berpengaruh signifikan pada persistensi laba sedangkan aliran kas operasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.

  Selain itu dengan penelitian dari Fanani (2010) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba menyimpulkan bahwa volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, tetapi siklus operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba.

  Dalam penelitian Hasan, dkk (2014) tentang Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba menunjukan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

  Sedangkan Malahayati, dkk (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba, dan dampaknya terhadap Kualitas Labamenyimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

  Berbeda dengan penelitian dari Septavita (2016) yang menyimpulkan bahwa Perbedaan temporer, arus kas operasi, tingkat hutang dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba sedangkan perbedaan temporer tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.

  Selain itu dalam penelitian dari Fitrian dan Fadhlia (2016) yang berjudul pengaruh tingkat hutang dan arus kas akrual terhadap persistensi lababahwa pengaruh arus kas akrual tidak berpengaruhterhadap persistensi laba.

  Berbeda dengan penelitian dari Barus dan Rica (2014) yang menyimpulkan bahwa secara slimutan aliran kas operasi, perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal dan tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, namun secara parsial hanya aliran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba, sedangkan perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal dan tingkat hutang tidak berpengaruh sifnifikan terhadap persistensi laba.

  Dalam penelitian Hasan, dkk (2014) tentang Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskalpada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia terhadap persistensi laba menunjukan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

  Sedangkan Persada dan Martani (2010) yangmenyimpulkan bahwa book

  

tax gap permanen dan temporer secara signifikan mempengaruhi persistensi laba

  dan hasil penelitian juga menujukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi persistensi laba, seperti arus kas operasi dan akrual.Rangkuman penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian kali ini tersaji dalam tabel.

  Dalam penelitian Rajizadeh dan Rajizadeh (2013) tentang Pengaruh arus kas opererasi,ukuran perusahaan, tingkat hutang, dan komisaris independen terhadap persistensi laba menunjukan bahwa Arus kas operasi, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

  Berbeda dengan penelitian Asih (2016) yang menyimpulkan bahwaboox

  

tax differences berpengaruh terhadap persistensi laba, sedangkan Laba akrual

tidak berpengaruh terhadap persistens laba.

  Sedangkan Indra (2014) yang menyimpulkan bahwa volatilitas arus kas berpengaruh signifikan positif terhadap persistensi laba, sedangkan besaran akrual berpengaruh signifikan negatif terhadap persistensi laba.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

  Nama Peneliti, N0 Tahun Judul penelitian Hasil 1.

  Ni Putu Lestari Pengaruh Book-Tax Perbedaan permanen, perbedaan Dewi1 I.G.A.M dan Difference, Arus Kas temporer, Arus Kas Operasi, dan Asri Dwija Putri2 Operasi, Arus Kas Akrual, ukuran perusahaan berpengaruh (2015) Dan Ukuran Perusahaan positif pada persistensi laba

  Pada Persistensi Laba smentara arus kas akrual tidak berpengaruh terhadap persistensi laba dengan penelitian pada perusahaan perhotelan dan pariwisata yang trdaftar di BEI periode 2009-2010

  2. Erwin Nahdi Pengaruh Book Tax book tax differences dan aliran

  Saputera, Norita, Differnece dan Aliran Kas kas operasi berpengaruh Vaya Juliana Dillak Operasi terhadap Persitensi signifikan terhadap persistensi (2017) Laba laba, namun secara parsial hanya perbedaan permanen dan perbedaan temporer yang berpengaruh signifikan pada persistensi laba sedangkan aliran kas operasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.

  3. Zaenal Fanani Analisis Faktor-faktor volatilitas arus kas, besaran

  (2010) Penentu Presistensi Laba akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, tetapi siklus operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba.

  4. Hasan, dkk (2014) Pengaruh perbedaan antara perbedaan laba akuntansi dan

  laba akuntansi dan laba laba fiskal berpengaruh fiskal terhadap persistensi signifikan terhadap persistensi laba laba.

  Lanjutan tabel 2.1 N0 Nama Peneliti, Tahun

Judul penelitian Hasil

5.

  Rina Malahayati, Muhammad Arfan, Hasan Basri (2015)

  Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Financial Leverage Terhadap Persistensi Laba, Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Laba

  Ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh positif terhadap persistensi laba 6.

  Nurul Septavita (2016)

  Pengaruh Book Tax Differences, Arus Kas Operasi, Tingkat Hutang, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba

  Perbedaan temporer, arus kas operasi, tingkat hutang dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba sedangkan perbedaan temporer tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.

7. Fitrian dan Fadhlia

  (2016) Pengaruh Tingkat Hutang Dan Arus Kas Akrual Terhadap Persistensi Laba (Studi Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010- 2014) pengaruh tingkat hutang berpengaruh terhadap persistensi laba sedangkan arus kas akrual tidak berpengaruh 8.

  Andreani Caroline Barusdan Vera Rica (2014)

  Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia secara slimutan aliran kas operasi, perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal dan tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, namun secara parsial hanya aliran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba, sedangkan perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal dan tingkat hutang tidak berpengaruh sifnifikan terhadap persistensi laba.

  Lanjutan tabel 2.1 N0 Nama Peneliti, Tahun Judul penelitian Hasil

  tax differences tidak berpengaruh

  Boox tax differences berpengaruh

  persistensi laba

  13 Asih (2016) Pengaruh laba akrual terhadap

  Arus kas operasi, ukuran perusahaan, tingkat hutang dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

  Rajizadeh (2013) Pengaruh arus kas opererasi, ukuran perusahaan, tingkat hutang, dan komisaris independen terhadap persistensi laba

  12 Rajizadeh dan

  terhadap persistensi laba, perbedaan temporer pada boox tax differences, volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, dan besaran akrual berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba

  Perbedaan permanen pada boox

  9 Mudrika Alamsyah Hasan, Hardi & Sheila Nika Purwanti (2014)

  Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Besaran Akrual, Dan Tingkat Utang Terhadap Persistensi Laba

  11 Rahmadhani (2016) Pengaruh Book-Tax Differences,

  temporer secara signifikan mempengaruhi persistensi laba dan hasil penelitian juga menujukkan bahwa ada faktor- faktor lain yang mempengaruhi persistensi laba, seperti arus kas operasi dan akrual.

  book tax gap permanen dan

  Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Book Taxgap Dan Pengaruhnya Terhadap Persistensi Laba

  dan Dwi Martani (2010)

  10 Aulia Eka Persada

  Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba

  terhadap persistensi laba, Laba akrual tidak berpengaruh terhadap persistens laba.

  Lanjutan Tabel 2.1 N0 Nama Peneliti, Judul penelitian Tahun Hasil

14 Indra (2014) Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas arus kas berpengaruh

  Besaran Akrual Volatilitas signifikan positif terhadap Penjualan Terhadap Persistensi persistensi laba, besaran akrual Laba dan volatilitas penjualan berpengaruh signifikan negatif terhadap persistensi laba.

C. Kerangka Pemikiran

  Persistensi laba menunjukan laba yang berkualitas karena dengan laba yang persistenberarti perusahaan mampu mempertahankan labanya dari waktu ke waktu tanpa fluktuatif tajam. Faktor persistensi laba yang diteliti dalam penelitian ini adalah book tax difference , arus kas operasi, arus kas akrual dan ukuran perusahaan.

  Perbedaan pengakuan beban dan pendapatan pada Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan perpajakan menyebabkan adanya book tax difference yakni perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal membuatperusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap laba diperusahaan yakni perusahaan akan mengatur laba sedemikian rupa sehingga menunjukan laba yang stabil. Selain itu perbedaan akuntanis dan pajak merupakan komponen yang bersifat transitori, sehingga akan mempengaruhi persistensi laba dimasa mendatang.

  Arus kas juga dapat menunjukan pengaruh terhadap persistensi laba. Laporan arus kas untuk memperlihatkan aliran uang kas yang keluar atau masuk dalam perusahaan tersebut. Arus kas yang cenderung meningkat, laba perusahaan juga stabil karena jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktifitas cukup untuk memelihara kemampuan operasi perusahaan dan melakukan investasi baru tanpa engandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Laba yang dilaporkan stabil maka akan semakin baik perusahaan tersebut.

  Faktor lain yang mempengaruhi persistensi laba adalah arus kas akrual. Perusahaan yang memiliki laba yang persisten adalah perusahaan yang labanya memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan dan estimasi serta dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Gangguan dalam laba tersebut disebabkan oleh penerapan konsep akrual dalam akuntansi, dengan demikian semakin besar akrual maka akan semakin rendah tingkat persistensi laba yang berarti besaran akrual memiliki hubungan negatif terhadap persistensi laba.

  Berdasarkan teori keagenan, sumber daya yang dimiliki perusahaan digunakan oleh agent untuk memaksimalkan kinerja perusahaan sehingga akan memperoleh laba yang tinggi. Dalam hal ini, perusahaan yang dikelompokan ke dalam ukuran yang besar mempunyai asset yang besar pula dan cenderung lebih mampu menghasilkan laba. Semakin besarnya suatu perusahaan, maka diharapkan pula pertumbuhan laba yang tinggi. Pertumbuhan laba yang tinggi juga akan mempengaruhi persistensi laba dan kesinambungan perusahaan dalam mencari calon investor yang akan dicurigai sebagai praktik modifikasi laba.Adapun model kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:

  (X1)

  Perbedaan permanen H1+

  (X2)

  Perbedaan Temporer H2+

  (X3)

  Arus Kas Operasi H3 + Persistensi Laba (Y)

  H4 -

  (X4)

  Arus Kas Akrual H5 +

  (X5)

  Ukuran Perusahaan D.

   Rumusan Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu rumusan masalah peneliti, dikatakan sementara karena jawaban yang telah diberiakn baru didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jika hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah suatu penelitian namun belum jawaban emprik (Sugiono, 2013).

1. Pengaruh book tax difference yang diukur dari perbedaan permanen terhadap persistensi laba

  Menurut PSAK 46 Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan pajak yang timbul karena terjadi transaksi-transaksi pendapatan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal (pajak). Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan.

  Ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya (Lestari, 2011) perbedaan ini yang menyebabkan adanya koreksi fiskal baik positif maupun negatif.Koreksi positif menyebabkan laba fiskal bertambah. Jika laba fiskal bertambah maka beban pajak yang harus dibayarkan akan semakin besar. Semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan maka semakin kecil laba yang dihasilkan. Koreksi negatif menyebabkan laba fiskal bekurang sehingga beban pajak yang harusdibayarkan semakin kecil. Beban pajak yang semakin kecil membuat laba bersih menjadi semakin besar. Hal ini yang dapat mempengaruhi persistensi laba suatu perusahaan.Berdasarakn teori keadenan, agent akan cenderung melakukan transaksi-transaksi yang termasuk dalam objek pajak yang dapat diakui dalam koreksi fiskal.

  Dari uraian diatas, pernyataan tersebut diperkuat oleh Hasan dkk (2014), Septavita (2016), Zulaikha (2014), dan Waluyo (2016) bahwa perbedaan permanen berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hipotesis yang dirumuskan adalah :

  H1 : Perbedaan permanen berpengaruh positif terhadap persistensi laba 2. Pengaruh book tax difference yang diukur dari Perbedaan Temporer terhadap Persistensi Laba

  Perbedaan temporer atau waktu disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan laba. Komersial mengakuinya sebagai penghasilan atau biaya pada periode yang bersangkutan. Lestari (2011).Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan terminologi pada perpajakan yang berarti laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar menghitung pajak penghasilan.(Martini dan Persada, 2009).

  Beberapa perbedaan temporer timbul apabila penghasilan atau beban diakui dalam perhitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal atau laba sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, misalnya perbedaan metode penyusutan dan masa manfaat. Perbedaan temporer kena pajak tersebut menyebabkan timbulnya beban pajak tangguhan atau pendapatan pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan asset pajak tangguhan (Lestari, 2011). Pada saat timbulnya kewajiban pajak tangguhan atau asset pajak tangguhan menyebabkan perusahaan melakukan restitusi dan masih harus membayar laba menjadi berkurang atau bertambah, sehingga mempengaruhi persistensi laba.Berdasarkan teori keagenan, agen terjadi ketika konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen semakin tinggi.Konflik kepentingan tersebut terjadi ketika prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen dan prinsipal tidak dapat mengawasi aktivitas agen secara penuh.Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal, sehingga perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax dapat memberikan informasi tentang kewenangan manajemen

  differences) (management discretion) dalam proses akrual.

  Dari uraian diatas, pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Septavita (2016), Hasan dkk (2014) bahwa perbedaan temporer berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hipotesis yang dirumuskan adalah :

  H2 : Perbedaan temporer berpengaruh positif terhadap persistensi laba 3. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Persistensi Laba

  Arus kas dari aktivitas operasi dapat mencerminkan bagaimana hasil dari kegiatan operasional dari suatu perusahaan. Nany (2013) menjelaskan arus kas operasi sebagian besar berasal dari aktivitas berulang yang dilakukan oleh perusahaan secara terus menerus, sehingga arus kas operasi sudah dapat dianggarkan sebelumnya.Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari penghasilan atau pendapatan utama perusahaan.Besarnya jumlah arus kas operasi dapat dilihat pada laporan arus kas yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan diskala dengan total aktiva (Saputro, 2011).

  Banyaknya aliran kas operasi maka akan meningkatkan persistensi laba. Sehingga aliran kas operasi sering digunakan sebagai cek atas persistensi laba dengan pandangan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi terhadap laba maka semakin tinggi pula kualitas laba atau persistensi laba tersebut.

  Dari uraian diatas, pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Tuti (2013), Dewi dan Putri (2013), Waluyo

  (2016)menemukan bukti empiris bahwa arus kas operasi berpengaruh terhadap persistensi laba. Dengan demikian hipotesis nya adalah:

  H3 : Arus kas operasi memiliki pengaruh positif terhadap persistensi laba.

4. Pengaruh Arus Kas Akrual terhadap Persistensi Laba

  Laba akuntansi merupakan laba yang disajikan oleh perusahaan didalam laporan keuangan yang digunakan sebagai pengambilan keputusan.Berdasarkan teori keagenan pentingnya peranan laba akuntansi bagi penggunalaporan keuangan membuat pihakmanajemen memungkinkan untuk merekayasa laba tersebut agar dapat menarik calon investor dan kreditur untuk menanamkan modalnya lebih banyak lagi.

  Laba akuntansi yang disajikan haruslah laba akuntansi yang persistensi yaitu laba akuntansi yang tidak mengandung atau sedikit mengandung akrual.Penerapan konsep akrual merupakan salah satu peristiwa transitory yang menyebabkan laba mengalami gangguan dan banyak estimasi.

  Sehingga semakinbanyak akrual maka akan semakin banyak estimasi yang menyebabkan persistensi laba semakin rendah. Arus kas akrual dalam penelitian ini diproksikandengan total laba bersih dikurangi dengan nilai arus kas operasi masa depan (Dahler dan Febrianto, 2006).Hal ini sesuai dengan penelitian Qoriza (2016) dan Sulastri (2010) yang menunjukkan bahwa besaran akrual berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.

  Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

  H4: Arus kas akrual memiliki pengaruh negatif terhadap persistensi laba.

6. Ukuran perusahaan terhadap Persistensi Laba

  Pengelompokan perusahaan atas dasar skala operasi (besar atau kecil) dapat dipakai oleh investor sebagai salah satu variabel dalam menentukan keputusan investasi.Tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva (Panjaitan, 2004).Semakin besarnya suatu perusahaan, maka diharapkan pula pertumbuhan laba yang tinggi. Pertumbuhan laba yang tinggi juga akan mempengaruhi persistensi laba dan kesinambungan perusahaan dalam menarik calon investor yang akan dicurigai sebagai praktik modifikasi laba. Berdasarkan teori keagenan, sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agent, yaitu dengan caramemaksimalkan kinerja perusahaan sehingga akan memperoleh laba yang tinggi.

  Dari uraian diatas, pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi danPutri (2013), Septavita (2016), dan (Dira dan Astika, 2014) menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba.Penelitian yang dilakukan oleh Malahayati dkk (2015), dan

  (Waluyo, 2016), juga menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

  Dari hasil penelitia tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

  H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

Dokumen yang terkait

PENGARUH LABA BERSIH, LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI TERHADAP AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 9

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) ARTIKEL

0 0 17

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - Perbanas Institutional Repository

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Wanti (2012) - KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - Perbanas Institutional Reposito

0 1 21

PENGARUH INFORMASI ARUS KAS DAN LABA TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH INFORMASI ARUS KAS DAN LABA TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH INFORMASI ARUS KAS DAN LABA TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - Perbanas Institutional Repository

0 2 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS PENDANAAN, LABA AKUNTANSI, NILAI BUKU DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, VOLATILITAS PENJUALAN, TINGKAT HUTANG, BOOK TAX DIFFERENCE, SIKLUS OPERASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA - Perbanas Institutional Repository

2 1 14

PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, VOLATILITAS PENJUALAN, TINGKAT HUTANG, BOOK TAX DIFFERENCE, SIKLUS OPERASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA - Perbanas Institutional Repository

1 2 17