BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitihan - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitihan Pembelajaranbahasadansastrabertujuanuntuk meningkatkan

  keterampilanberbahasadanbersastra,dankemampuanberpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas wawasan.

  Sebagai bagian dari pembelajaran bahasa di sekolah, pembelajaran sastra di sekolah menengah pertama dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengapresiasi sastra.Tujuan ini erat kaitannya dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Untuk memahami dan menghayati karya sastra, peserta didik diharapkan langsung membaca karya sastra, bukan membaca ringkasannya (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SLTP Bahasa Indonesia 1994).

  Dari tujuan pembelajaran sastra tersebut diketahui bahwa tujuan akhir pembelajaran sastra adalah terbinanya apresiasi dan kegemaran terhadap sastra yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan di bidang sastra. Usaha-usaha pembinaan tersebut seharusnya sudah dimulai pada awal pembelajaran sastra. Salah satu bentuk pembelajaran sastra di sekolah adalah pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen). Menulis cerpen merupakan aktivitas menuangkan pemikiran, pengalaman, imajinasi melalui tulisan yang disususn dengan menarik dan mempunyai unsur-unsur penelitian cerpen. Namun demikian pembelajaran sastra di sekolah hampir tidak tersentuh dan tergarap dengan baik oleh guru.

  “Pembelajaran bahasa dan sastra di Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan dikesampingkan seperti anaktiri oleh para guru, ditambah lagi pada guru dengan pengetahuan dan apresiasi sastra (dan kebudayaan) rendah. Hal ini menyebabkan mata pelajaran yang ideal menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para peserta didik disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum. Tak perlu heran bila pelajaran menjadi kering, kurang nikmat, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati peserta didik.” (Steven Turhang 2014: 2)

  Dari pendapat Steven Turhang (2014: 2) tersebut dapat dipahami bahwa kegagalan pembelajaran sastra belum sepenuhnya mendapat perhatian dari guru. Pembelajaran hanya dilakukan untuk memenuhi kewajiban saja belum bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan peserta didik dalam bersusatra.

  Peneliti sekaligus guru pengajar bahasa Indonesia mengamati bahwa kemampuan peserta didiknya terutama dalam belajar sastra memang masih rendah, setidaknya dari pengalaman melakukan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Kemampuan peserta didik terutama dalam menulis cerpen masih sangat kurang. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen dapat dilihat dari cara dan hasil merangkai kata menjadi kalimat, juga ide tulisan yang cenderung monoton, meniru dan kurang berkembang.

  Disamping itu, permasalahan dalam menulis cerpen juga terkait dengan kepaduan, keruntutan, dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara paragraf dengan paragraf berikutnya sehingga akan membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh dan hampirsebagian peserta didik di SMP mengalami permasalahan ini. Padahal kebanyakan peserta didik dalam menulis cerpen mengalami kesulitan dalam memperoleh ide-ide yang cemerlang untuk dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Hasil pembelajaran menulis cerpen di SMP Negeri 2 Mojotengah ternyata dari 144 pesera didik hampir 80% mengatakan bahwa selain kesulitan menuangkan ide, mereka juga kesulitan dalam merangkai kat-kata dalam kalimat yang indah dalam cerita pendek.

  Pembelajaran menulis khususnya menulis cerpen adalah keterampilan yang bertujuan untuk menyajikan suatu objek atau suatu peristiwa yang sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca melihat sendiri obyek itu (Keraf, 1995: 16)

  Kondisi tersebut di atas mendasari peneliti untuk menganalisis situasi dan kondisi yang menyebabkan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen. Hasil analisis menunjukkan beberapa hal di antaranya yaitu kurangnya waktu yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari cara menulis cerpen artinya waktu yang tersedia lebih banyak digunakan untuk mempelajari konsep teori menulis cerpen bukan untuk latihan menulis cerpen sehingga kurang terlatih menulis dengan baik. Faktor yang lain adalah terbatasnya waktu siswa untuk pratik menulis sehingga hasil tulisan peserta didik menjadi kurang maksimal. Di samping itu, belum tersedianya buku atau modul yang bisa mendukung siswa untuk belajar mandiri untuk menulis cerpen di waktu luang mereka atau di luar kelas, artinya peserta didik hanya akan belajar dengan adanya guru di kelas. Dari hasil analisis tersebut peneliti menyimpulkanbahwa diperlukan upaya untuk menjadikan pempelajara menuliscerpen menjadi suatu kegiatan yang menarik dan produktif bagi peserta didik. Selain perubahan dalam strategi pembelajaran peneliti juga menyimpulkan bahwa harus ada pengembangan bahan ajar yang dapat mengajarkan peserta didik mandiri dalam menulis cerpen.

  Berdasarkananalisispermasalahandankebutuhanpeserta didik,peneliti mencoba mengembangkan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuanpeserta didik dalam menulis cerpen dengan berpendekatan kontekstual. Pengembangan bahan ajar menggunakan pendekatan kontekstual inimerupakanalternative strategi pembelajaranmenuliscerpenyangdiharapkandapat menjadikan peserta didik lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi kejenuhan peserta didik dalam pembelajaran menulis. Pengembangan materi ini juga didasarkan pada upaya agar dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menulis cerpen.Dengan mengembangkan bahan ajar menulis cerpen berpendekatan kontekstualdiharapkan dapat mendorong peserta didik agarmenyadaridanmenggunakanpemahamannyauntukmengembangkan diridan menyelesaikanberbagaipersoalanyangdihadapidalam kehidupan sehari-sehari.Selain itu, dengan model pembelajaran kontekstual diharapkan peserta didik dapat mengerti makna belajar, manfaat belajar, status mereka, serta bagaimana mereka mencapai semua itu. Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi kehidupannya kelak.

  Model pembelajaran kontekstual atau yang lebih dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata peserta didik yang dapat mendorong peserta didik membuathubunganantara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota keluarga atau masyarakat (Badan Kepegawaian Daerah, 2003: 1)

  Penting bagi peserta didik mengetahui untuk apa ia belajar dan bagaimana menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu dalam berbagai macam tatanan di dalam sekolah dan di luar sekolah agar peserta didik dapat memecahkan masalah-masalah di dunia nyata.

  Model pembelajaran kontekstual ini sangat cocok diterapkan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia karena bahasa dan sastra sangat erat dengan masyarakat, lingkungan, dan konteksnya. Pada kesempatan ini, peneliti menitikberatkan pada pembelajaran sastra khususnya menulis cerpen. Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui suatu lambang atau tulisan. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Menulis memerlukan kesabaran, keuletan, dan kejelian tersendiri. Di samping itu, menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses pembelajaran sehingga diperlukan sebuah proses yang panjang untuk menumbuhkan tradisi menulis. Melalui keterampilan menulis, peserta didik harus memiliki ide untuk menuangkannya dalam bentuk karya sastra. Salah satu jenis karya sastra tersebut yaitu cerpen.

  Melihat kenyataan ini, peneliti ingin memberikan kemudahan kepada peserta didik dengan mengembangan bahan ajar menulis cerpen berpendekatan kontekstual untuk peningkatan kreativitas menulis cerpen pada peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Mojotengah. Dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan ini diharapkan secara mandiri dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya dalam menulis cerpen dan diharapkan pula nantinya peserta didik dapat termotivasi untuk menulis cerpen secara bertahap.

  Adapunstandarkompetensiyangdikembangkanyaitumengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek, sedangkan kompetensi dasar adalah menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dalam bentuk modul. Mendasarkan pada permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen tersebut di atas, maka dipandang perlu adanya bentuk inovasi berupa pengembangan bahan ajar (modul) menulis cerpen berpendekatan Contextual Teaching and Learning/CTL.

    B.

   Rumusan Masalah Penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti tuliskan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

  1. Apakah modul Menulis Cerpen layak untukmeningkatkan kemampuan peserta didik dalam menuliscerpen?

  2. Apakah modul Menulis Cerpen efektif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen?

  3. Bagaimanakahrespon peserta didik terhadap modulmenuliscerpenyang dikembangkan?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkanrumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui,

  1. kelayakan modul yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen.

  2. efektifitas modul yang dikembangkan terhadap kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen.

  3. respon peserta didik terhadap modul yang dikembangkan untuk menulis cerpen.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat teoretis Secara teoretis dapat menambah pengetahuan tentang materi menulis cerpen dengan menggunakan bahan ajar(modul) berpendekatan kontekstual di sekolah. Disamping itu, untuk meningkatkan kemampuan menulis dari pembelajaran menulis cerita pendek.

2. Manfaat praktis

  Secara praktis meliputi: a.

  Bagi Guru Sebagai salah satu wujud pengembangan diri, yang digunakan untuk membantu dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu, pembelajaran bakal lebih menarik dan mengesankan. b.

  Bagi peserta didik Memberikan bantuan kepada peserta didik dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan bahan ajar (modul), memudahkan peserta didik memahami pembelajaran menulis cerita pendek.

  c.

  Bagi Lembaga Pendidikan 1)

  Dapat sebagai dasar pemecahan masalah dalam penelitian, 2)

  Dapat memberi masukan dan menjadi dasar penelitian selanjutnya tentang pembelajaran menggunakan bahan ajar(modul), 3)

  Dapat dipakai sebagai pedoman untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.

E. Sistematika Isi Tesis

  Bab 1 pendahuluan, berisi tentang latar belakang yang memuat realitas, permasalahan, dan pentingnya dilakukan penelitian ini. Rumusan masalah memaparkan permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian menjelaskan harapan yang diinginkan dari hasil penelitian. Manfaat penelitian menjelaskan tentang kelayakan, keefektifan, dan kegunaan hasil dari penelitian. Definisi istilah berisi definisi istilah yang digunakan pada judul tesis.

  Bab II Kajian Teoretik, menjelaskan tentang kajian pustaka terkait dengan topik penelitian yang menekankan pada mengembangkan bahan ajar menulis cerpen berpendekatan kontekstual. Menulis merupakan bagian dari kegiatan menuliskreatif dan produktif, yaitu aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks sastra ataukarya sastra. Sebagai keterampilan aktif produktif, mengandung pemahaman menghasilkan banyak produk (karya atau tulisan). Pendekatan kontekstual, sebagai jenis pendekatan yang cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada aktivitas peserta didik dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari (belajar sendiri dan mandiri).

  Bab III Metodologi Penelitian, bagian ini menjelaskan secara rinci metode penemuan yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penemuan. Metode penelitian dan pengembangan yag dipaparkan pada bab ini diuraikan secara rinci langkah-langkahdan prosedur tahapan pengembangan terhadap produk yang dihasilkan, yaitu modul pembejaran menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami.

  Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, memaparka semua proses penelitian dan pengembangan, dimulai dari analisis kebutuhan produk, desain produk awal, tiga kali revisi produk, penilaian kelayakan produk dari ahli materi, bahasa, dan ahli evaluasi. Penilaian kelayakan produk yang memenuhi kriteria dari pengguna guru Bahasa Indonesia dan ahli media, serta penilaian produk dari siswa pengguna.Efektifitas penggunaan produk terhadap hasil belajar, melalui uji coba skala terbatas sampai skala luas.

  Bab V Simpulan, menjelaskan simpulan dari hasil penelitian, saran rekomendasi dari penelitian ini.