BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual - Astri Utami BAB II
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan
konsep. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap arti materi pelajaran yang dapat berupa kata, angka, simbol, menjelaskan sebab akibat.
Contoh pada jenjang pendidikan pemahaman adalah memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan, menjelaskan kembali dengan menggunakan kalimat yang disusun siswa sendiri, menggunakan penerapan pada kasus lain, atau menjelaskan hubungan antar unsur.
Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2009) pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. Senada dengan Uno & Koni (2012) Pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Sama halnya Sanjaya (2008) Pemahaman yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam menangkap arti dan menjelaskan kembali dengan caranya sendiri, mampu memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan serta menggunakan penerapan pada kasus lain.
Konsep adalah sekelompok objek, peristiwa, atau simbol yang memiliki karakteristik yang sama yang dapat diidentifikasi dengan nama yang sama (Uno & Koni, 2012). Sependapat dengan Sanjaya (2008) konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekolompok benda atau sifat, sedangkan menurut Hamalik (2005) konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menguasai sejumlah materi pelajaran, mampu mengungkap kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya (Amir, 2014). Berbeda dengan Klipatrick dkk (2001), pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Di dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 memahami konsep berarti dapat menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Sedangkan menurut Yudhanegara & Lestari (2015) kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan menyerap dan memahami ide-ide matematika.
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut: (a) dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep. (b) dapat menyatakan ciri-ciri konsep, (c) dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh. dan (d) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut. (Hamalik, 2005). Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, aspek pemahaman konsep matematika adalah sebagai berikut: (a) Menyatakan ulang sebuah konsep.
(b) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). (c) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
(d)Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. (e)Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. (f)Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. (g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma kedalam pemecahan masalah.
Berdasarkan The National Council of Teachers of Mathematics (1989) aspek yang menunjukkan pemahaman peserta didik terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam: (a)mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, (b)membuat contoh dan non-contoh penyangkal, (c)mempresentasikan suatu bentuk representasi kebentuk yang lain, (e)mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, (f)mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep, dan (g)membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan dalam memahami ide-ide matematika, mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain, mampu memberikan contoh dan bukan contoh suatu konsep, mampu mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup, mampu mengelompokan objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu, dan mampu mengaplikasi konsep secara luwes, akurat, efisien. Sesuai dengan pengertian pemahaman konsep matematis tersebut, maka indikator pemahaman matematis yang digunakan dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: (a)menyatakan ulang sebuah konsep, (b) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). (c)Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. (d)Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. (e)Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. (f)mengaplikasikan konsep atau algoritma kedalam pemecahan masalah.
2. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Sardiman, 2011). Sumber utama munculnya motif adalah rangsangan (stimulus) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan (Uno, 2011). Senada dengan Uno (2011) motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu (Uno, 2011). Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2009) motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, motivasi adalah dorongan atau penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2011). Menurut Dimyati & Mudjiono (2009) motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Sedangkan menurut Hanafiah & Suhana (2010) motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingakah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung (Uno, 2011). Hal tersebut mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Menurut Uno (2011), Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Sedangkan menurut Sardiman (2011), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut (Uno,2011) adalah sebagai berikut: (a) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar, motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila siswa dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya, (b) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar, peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu setidaknya sudah dapat diketahui atau dinikmati kemanfaatannya bagi anak, dan (c) Motivasi menentukan ketekunan belajar, seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.
Menurut Martin Handoko (1992), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut: (a) kuatnya kemauan untuk berbuat. (b) jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. (c) kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.
(d) ketekuanan dalam mengerjakan tugas. Sedangkan menurut Sardiman (2011), ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar adalah sebagai berikut: (a) tekun menghadapi tugas. (b) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. (d) lebih senang bekerja mandiri. (e) cepat bosan pada tugas-tugas rutin. (f) dapat mempertahankan pendapatnya. (g) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. dan (h) senang mencari dan memecahkan masalah. Berbeda dengan Uno (2011), Indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (b) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (c) adanya harapan dan cita-cita, (d) penghargaan dan penghormatan atas diri, (e) adanya lingkungan yang baik, dan (f) adanya kegiatan yang menarik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kekuatan mental dan keinginan yang kuat yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dari pengertian motivasi belajar tersebut, maka indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) tekun dalam menghadapi tugas, (b) ulet dalam menghadapi kesulitan, (c) menunjukan minat. (d) senang bekerja mandiri, (e) cepat bosan pada tugas-tugas rutin, (f) dapat mempertahankan pendapatnya, (g) tidak mudah melepas hal yang diyakini, dan (h) senang mencari dan memecahkan soal-soal.
3. Software Geogebra
Geogebra merupakan perangkat lunak matematika dinamis yang menggabungkan geometri, aljabar, dan kalkulus. Perangkat lunak ini dikembangkan untuk proses belajar mengajar matematika di sekolah oleh Hohenwarter pada tahun 2001 di Florida Atlantic University (Supriadi dkk, 2014). Program Geogebra melengkapi berbagai program komputer untuk pembelajaran aljabar yang sudah ada, seperti Derive, Maple, MuPad, maupun program komputer untuk pembelajaran geometri, seperti
Geometry’s Sketchpad atau CABRI (Mahmudi, 2011). Menurut
Hohenwarter (Mahmudi, 2011), bila program-program komputer tersebut digunakan secara spesifik untuk membelajarkan aljabar atau geometri secara terpisah, tetapi Geogebra dirancang untuk membelajarkan geometri sekaligus aljabar secara simultan.
Gambar 2.1 Toolbar GeogebraGeogebra memiliki kemampuan menangani variabel untuk angka, vektor, titik, menemukan turunan dan integral dari suatu fungsi. Geogebra juga mampu menyelesaikan perintah-perintah seperti akar atau nilai ekstrim. Kelebihan dari perangkat lunak Geogebra dalam memvisualisasikan materi dimensi tiga yaitu kita dapat melihat objek tiga dimensi yang telah dibuat dari berbagai posisi. Ini sangat membantu siswa yang memiliki daya imajinasi kurang. Selain sebagai media pembelajaran materi dimensi tiga, Geogebra juga dapat digunakan untuk materi bangun datar, bangun ruang, integral, persamaan dan fungsi kuadrat, program linear serta geometri transformasi (Suwarno, 2012).
Geogebra merupakan media yang sagat bermanfaat di dalam pembelajaran matematika dengan berbagai aktivitas sebagai berikut: 1)
Geogebra sebagai media demonstrasi dan visualisasi Di dalam pembelajaran tradisional, geogebra digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan dan memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu.
2) Geogebra sebagai alat bantu kontruksi
Geogebra digunakan untuk memvisualisasikan konsep matematika tertentu, misalnya mengkonstruksi lingkaran dalam maupun lingkaran luar segitiga, atau garis singgung. 3)
Geogebra sebagai alat bantu proses penemuan Geogebra digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk menemukan konsep matematis, misalnya tempat kedudukan titik-titik atau karakteristik grafik fungsi kuadrat. 4)
Geogebra sebagai alat bantu mengajar Geogebra dapat digunakan pengajar sebagai alat komunikasi dan representasi konsep matematika tertentu.
Tampilan Geogebra secara maksimal sudah mengakomodasi konsep matematika secara mulitirepresentasi.
Berikut adalah tampilan dari jendela software Geogebra.
Gambar 2.2 Tampilan Geogebra4. Model Discovery learning
Model discovery learning atau pembelajaran penemuan terbimbing adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa ditntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep. Dalam mengaplikasikan discovery
learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang
teacher oriented menjadi student oriented. Tahap-tahap dicovery learning
adalah sebagai berikut: 1)
Stimulation (pemberian rangsang)
a) Siswa mendapat rangsangan berupa penyajian masalah nyata yang terkait dengan materi transformasi geometri untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa.
b) Siswa mendapat rangsangan berupa petanyaan terkait dengan masalah nyata yang disajikan.
2) Problem statement (identifikasi masalah)
a) Siswa mengamati isi materi yang berbentuk permasalahan secara individu b)
Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diajukan
3) Data collection (pengumpulan data)
a) Guru mengamati aktivitas siswa dalam mengumpulkan data
b) Guru membimbing siswa yang mengalami kendala pada saat mengumpulkan data
4) Data processing (pengolahan data)
Guru mengamati aktivitas siswa dan membimbing siswa dalam melakukan proses memperoleh berbagai alternatif penyelesaian.
5) Verification (pembuktian)
a) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya
b) Guru bersama siswa mendiskusikan hasi presentasi
c) Guru memberikan soal latihan
6) Generalization (menarik kesimpulan) Siswa menyimpulkan matei pelajaran yang telah dipelajari.
5. Model Discovery learning berbantuan Geogebra
Model Discovery learning berbantuan Geogebra merupakan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah discovery learning dengan menggunakan media Geogebra, adapun tahap-tahap discovery
learning berbantuan Geogebra adalah sebagai berikut:
1) Stimulation (pemberian rangsang)
a) Siswa mendapat rangsangan berupa penyajian masalah nyata yang terkait dengan materi transformasi geometri untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. b) Siswa mendapat rangsangan berupa petanyaan terkait dengan masalah nyata yang disajikan.
2) Problem statement (identifikasi masalah)
a) Siswa mengamati isi materi yang berbentuk permasalahan secara individu b)
Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diajukan c)
Guru memberikan contoh penyelesaian masalah yang diberikan dengan menggunakan Geogebra dan penjelasan cara menggunakan Geogebra secara singkat. 3)
Data collection (pengumpulan data)
a) Guru mengamati aktivitas siswa dalam mengumpulkan data
b) Dalam mengumpulkan data siswa menggunakan bantuan Geogebra
c) Guru membimbing siswa yang mengalami kendala pada saat menggunakan Geogebra
4) Data processing (pengolahan data)
Guru mengamati aktivitas siswa dan membimbing siswa dalam melakukan proses memperoleh berbagai alternatif penyelesaian.
5) Verification (pembuktian)
a) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya
b) Guru bersama siswa mendiskusikan hasi presentasi
c) Guru memberikan soal latihan
d) Siswa menyelesaikan soal latihan dengan bantuan Geogebra
6) Generalization (menarik kesimpulan) Siswa menyimpulkan matei pelajaran yang telah dipelajari.
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryobintoro & Rudhito
(2013), bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa yang semula pada tes pengukuran awal hanya 43,3% siswa yang memenuhi KKM yaitu 8,0 dengan rata-rata kelas 7,7 menjadi 93,3% siswa yang memenuhi KKM pada tes pengukuran akhir dengan rata-rata kelas 9,5. Hal ini menunjukan adanya peningkatan terhadap pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran remidial dengan menggunakan program geogebra. Sependapat dengan Wardaya dkk (2012), dalam penelitiannya hasil rata-rata tes pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 22 Purworejo mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi kategori sangat baik, yaitu sebesar 75,25 pada siklus I menjadi 79,81 pada siklus II. Sedangkan menurut simanjuntak dkk (2013) bahwa penerpan Geogebra pada siswa kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2 SMA Negeri 1 Rasau Jaya dalam pembelajaran lingkaran dapat mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Perhitungan rata-rata gain score kelas kontrol 0,67 dengan kategori sedang dan kelas eksperimen sebesar 0,80 dengan kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Geogebra memiliki pemahaman konsep yang lebih baik dibanding dengan siswa yang dalam pembelajarannya tidak menggunakan Geogebra.
Menurut Widyaningrum dan Murwaningtyas (2012), penerapan Geogebra pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Yogyakarta dalam pembelajaran grafik fungsi kuadrat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan Geogebra memiliki motivasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang belajar grafik fungsi kuadrat secara konvensional.
C. Kerangka Pikir
Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan bagian yang sangat penting. Pemahaman konsep matematika merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan sehari-hari. Dalam pembelajaran banyak sekali model yang dapat digunakan, salah satunya yaitu
discovery learning yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Penerapan discovery learning akan lebih baik jika dibantu dengan media pembelajaran, karena dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih mudah dalam melakukan eksperimen terhadap ide-ide matematika sehingga dapat dengan mudah membentuk pemahaman konsep matematis siswa. Kemampuan yang diberikan oleh Geogebra yaitu dapat mempresentasikan titik, garis dan bangun yang ditranslasi oleh vektor, direfleksi oleh sumbu, titik maupun garis, didilatasi terhadap suatu titik sebesar terhadap suatu titik searah atau pun berlawanan skala dan dirotasi sebesar arah jarum jam. Segala kemampuan tersebut juga dapat mendorong motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, pembelajaran yang mungkin dapat membangun kemampuan pemahaman konsep matematis dan motivasi belajar siswa adalah discovery learning berbantuan Geogebra.
Dalam selang waktu satu minggu sebelum pembelajaran transformasi geometri dengan model discovery learning berbantuan Geogebra dilaksanakan, peneliti memperkenalkan bagaimana tampilan yang disajikan dalam Geogebra dan bagaimana cara mengoperasikannya dalam melakukan translasi, refleksi, rotasi dan dilatasi. Setiap siswa mendapatkan modul cara menerapkan Geogebra pada materi transformasi geometri, sehingga pada saat peneliti mempraktekan langkah-langkah menggunakan Geogebra, siswa dapat membaca modul tersebut sekaligus memperhatikan apa yang sedang dipresentasikan. Waktu yang digunakan untuk memperkenalkan Geogebra adalah selama satu jam pelajaran yaitu 45 menit.
Pembelajaran transformasi geometri dengan model discovery learning berbantuan Geogebra dilakukan di laboratorium komputer, sehingga setiap siswa dapat mempraktekan Geogebra secara langsung. Langkah awal pada
discovery learning berbantuan Geogebra adalah pemberian rangsang, pada
tahap ini siswa mendapatkan rangsangan berupa penyajian masalah nyata dan pertanyaan yang terkait dengan materi transformasi geometri untuk memunculkan motivasi belajar siswa. Tahap selanjutnya identifikasi masalah, pada tahap ini siswa mendapatkan LKS (lembar kerja siswa) berisi materi berupa masalah yang diselesaikan dengan bantuan Geogebra. Modul yang telah diberikan pada minggu sebelumnya membantu siswa dalam mengoperasikan Geogebra. Tidak hanya itu, di dalam proses pembelajaran terdapat dua mahasiswa yang siap membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami langkah-langkah melakukan transformasi menggunakan Geogebra. Sedangkan tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diajukan dalam LKS dan membimbing siswa yang masih merasa kesulitan dalam mengidentifikasi masalah tersebut.
Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data, pada tahap ini mahasiswa mengamati aktivitas siswa, sedangkan guru membimbing siswa dalam mengumpulkan data dengan cara mempresentasikan proses melakukan transformasi melalui LCD. Tools yang digunakan untuk melakukan transformasi antara lain reflect about line, reflect about point, rotate around
point, translate by vector dan dilate from point. Dari aktivitas tersebut, siswa
secara langsung melakukan eksplorasi dan eksperimen dalam mengumpulkan data yang menyebabkan munculnya pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa.
Selanjutnya adalah tahap pengolahan data, pada tahap ini mahasiswa mengamati aktivitas siswa, sedangkan guru membimbing siswa dalam mengolah data yang telah diperoleh. Tahap selanjutnya adalah tahap pembuktian, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Dari hasil presentasi tersebut, guru bersama siswa yang lain mendiskusikan hasil presentasi tersebut dan menyimpulkan apakah jawabannya tepat atau tidak. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan, pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Perbedaan pembelajaran konvensional dan discovery learning berbantuan Geogebra terletak pada penggunaan model discovery learning dan penggunaan software Geogebra pada pembelajarannya. Media Geogebra mampu menyajikan konsep matematika yang bersifat abstrak menjadi konkret, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa penerapan discovery learning berbantuan Geogebra dapat mendorong pemahaman konsep matematis dan motivasi belajar siswa. Sehingga diduga ada pengaruh discovery learning berbantuan Geogebra terhadap pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh discovery learning berbantuan Geogebra terhadap motivasi belajar siswa.
2. Ada pengaruh discovery learning berbantuan Geogebra terhadap pemahaman konsep siswa.