BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian - Kartika Dwi Mulyaningsih BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo,2012).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Menurut Budiman dan Riyanto Agus (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi: a.

  Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melaui upaya pengajaran dan pelatihan.

  b.

  Informasi/Media Massa informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang

  12 suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

  c.

  Sosial, Budaya dan Ekonomi Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.

  d.

  Lingkungan Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik. e.

  Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri sendiri sehingga pengalam yang sudah diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila mendapatkan masalah yang sama.

  f.

  Usia Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.

3. Tingkat Pengetahuan

  Menurut Anderson L.W & Karthwohl D.R (2001), tingkat pengetahuan dalam revisi Toksonomi Bloom adalah sebagai berikut : a.

  Remembering (mengingat) Kemampuan menyebutkan kembali informasi/pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan.

  b.

  Understanding (memahami) Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan pengertian/makna idea tau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik/diagram. c.

  Applying (menerapkan) kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu.

  d.

  Analzying (menganalisis) Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.

  e.

  Evaluating (menilai) Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu.

  f.

  Creating (mencipta) Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren atau membuat sesuatu yang orisinil.

  Menurut Budiman dan Riyanto Agus (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu : a.

  Tingkat pengetahuan kategori baik nilainya >50% dari nilai maksimal.

  b.

  Tingkat pengetahuan kategori kurang nilanya ≤50% dari nilai maksimal.

B. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) 1. Pengertian KTR

  Menurut Kemenkes RI (2011) KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.

2. Landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok

  Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

  Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.

  Instruksi Menteri Kesehatan Nomor84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan. k.

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. j.

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. i.

  h.

  Undang-UndangRepublik IndonesiaNomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

  g.

  Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Sebagai berikut : a.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

  e.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

  d.

  Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

  c.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116.

  b.

  f. l.

  Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

  3. Tujuan Kawasan Tanpa Rokok

  Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah : a.

  Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

  b.

  Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.

  c.

  Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.

  d.

  Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

  e.

  Mewujudkan generasi muda yang sehat.

  4. Sasaran Kawasan Tanpa Rokok

  Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah ditempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

a. Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

  Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitas yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Berikut ini adalah sasaran di fasilitas pelayanan kesehatan :

  1. Pimpinan/penanggungjawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.

  2. Pasien.

  3. Pengunjung.

  4. Tenaga medis dan non medis.

b. Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar

  Tempat proses belajar mengajar adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan.

  Dibawah ini adalah sasaran di tempat proses belajar mengajar, antara lain :

  1. Pimpinan/penanggungjawab/pengelola tempat proses belajar mengajar.

  2. Peserta didik/siswa.

  3. Tenaga kependidikan (guru).

  4. Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah).

c. Sasaran di Tempat Anak Bermain

  Tempat anak bermain adalah area, baik tertutup maupun terbuka, yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak. Adapun sasaran di tempat anak bermain, yaitu : 1.

  Pimpinan/penanggungjawab/pengelola tempat anak bermain.

2. Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.

d. Sasaran di Tempat Ibadah

  Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga. Sasaran yang ada di tempat ibadah adalah, sebagai berikut : 1.

  Pimpinan/penanggungjawab/pengelola tempat ibadah.

  2. Jemaah.

  3. Masyarakat di sekitar tempat ibadah.

e. Sasaran di Angkutan Umum berupa kendaraan darat, air dan udara biasanya dengan kompensasi.

  Berikut adalah sasarannya : 1.

  Pengelola sarana penunjang diangkutan umum (kantin, hiburan, dsb).

  2. Karyawan.

  3. Pengemudi dan awak angkutan.

  4. Penumpang.

f. Sasaran di Tempat Kerja

  Tempat kerja adalah ruang atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Adapun sasarannya, yaitu :

  1. Pimpinan/penanggungjawab/pengelola sarana penunjang di tempat kerja (kantin, toko, dsb).

  2. Staf/pegawai/karyawan.

  3. Tamu.

g. Sasaran di Tempat Umum

  Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang dimanfaatkan bersama- sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Sasaran di tempat umum, sebagai berikut :

  1. Pimpinan/penanggungjawab/pengelola sarana penunjang di tempat umum (restoran, hiburan, dsb).

  Karyawan.

  3. Pengunjung/pengguna tempat umum.

  5. Manfaat Kawasan Tanpa Rokok

  Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja,tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

C. Motivasi 1. Pengertian motivasi

  Menurut Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.

  Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh (Terry G. 1986 dalam Notoatmodjo 2010) adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan- perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku.

2. Teori Model Motivasi

  Seseorang melakukan sesuatu perbuatan bila mengharapkan sesuatu yang menyenangkan akibat perbuatannya. Artinya, setiap perilaku didorong oleh motivasi. Selanjutnya dideduksi bahwa seseorang memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan berdasarkan antisipasi bahwa reward menyenangkan (kenikmatan) akan diperoleh atau menghindari hukuman menyakitkan (Nurdin, Adnil Edwin 2011).

  Notoatmodjo (2010) menguraikan tentang metode motivasi sumber daya manusia, dimana model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi. Di samping uang , barang atau kepuasan , tetapi juga kebutuhan akan keberhasilan (kesuksesan hidup). Menurut model ini setiap manusia cenderung untuk mencapi kepuasan dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang baik tersebut merupakan tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, menurut model sumber daya ini , untuk meningkatkan motivasi hidup sehat, perlu memberikan tanggungjawab dan kesempatan yang seluas- luasnya bagi mereka. Motivasi akan meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam memelihara kesehatan.

  Notoatmojo (2010) membedakan motivasi menjadi 2, yakni :

  1. Motivasi positif (insentif positif) Adalah pimpinan masyarakat atau organisasi memberikan hadiah atau reward kepada anggota atau bawahan yang berprestasi atau berperilaku sehat.

  2. Motivasi negatif (insentif negatif) Adalah pimpinan memberikan hukuman (punishment) kepada anggotanya atau bawahannya yang kurang berprestasi atau perilakunya kurang baik. Dengan teguran, hukuman atau sanksi akan mempunyai efek “takut”. Oleh karena sanksi atau hukuman, maka ia dapat meningkatkan semangat kerjanya atau perilakunya.

3. Bentuk- bentuk motivasi

  Menurut Darmadi (2017) bentuk-bentuk motivasi, antara lain : a.

  Motivasi instrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain.

  Menurut Taufik (2007) faktor-faktor yang mempengaruh motivasi intrinsik, yaitu :

  1. Kebutuhan (Need) Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor- faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

  2. Harapan (Expectancy) Sesorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan harga diri meningkat dan menggerakan seseorang kearah pencapaian tujuan.

3. Minat

  Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.

  b.

  Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain.

  Menurut Taufik (2007) faktor-faktor yang mempengaruh motivasi ekstrinsik , yaitu : 1)

  Dorongan keluarga Keluarga dapat berperan menjadi motivator bagi anggota keluarga yang lainnya. Wujud dorongan dari keluarga ini juga dapat dilakukan dengan memberikan semangat, menciptakan situasi yang kondusif untuk mendukung kegiatan yang dilakukan atau bahkan bersifat kooperatif untuk mencapai tujuan tersebut. Adanya dorongan yang besar dari keluarga akan semakin meningkatkan motivasi yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu. 2)

  Lingkungan Faktor lingkungan berkaitan dengan banyak hal seperti masyarakat, lingkungan sekolah, tetangga sekitar, lingkungan pekerjaan dan lingkungan lainnya. Lingkungan yang baik dapat mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya, dan begitu pula sebaliknya.

  3) Adanya imbalan

  Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut ungin melakukan sesuatu.

4. Motivasi berhenti merokok

  Menurut Kumar & Prasad (2014), perokok yang ingin berhenti merokok akan mengalami “Stages of Readiness to Change Model” atau Model tahapan kemauan untuk berubah, yaitu : a.

  Belum siap (Pra-kontemplasi) Pengguna tembakau ini tidak serius mempertimbangkan untuk berhenti dalam enam bulan ke depan. Mereka umumnya melihat aspek positif tembakau dan tidak suka mengakui kekurangan atau telah berkecil hati karena kegagalan dalam usaha berhenti di masa lalu.

  Dengan kata lain tahap ini tidak ada untuk motivasi berhenti merokok.

  b.

  Tidak yakin (Kontemplasi) Pengguna tembakau ini secara serius mempertimbangkan untuk berhenti dalam enam bulan ke depan. Kelompok ini sangat setuju dengan wawancara motivasi singkat, mengeksplorasi efek kesehatan yang relevan dari penggunaan tembakau dan penghalang untuk berhentinya.

  c.

  Siap (Preparation) Pengguna tembakau ini berencana untuk berhenti dalam 30 hari ke depan dan biasanya melakukan usaha berhenti 24 jam dalam setahun terakhir. Kelompok ini dapat dimotivasi untuk segera berhenti dan memungkinkan mereka untuk benar-benar mencoba berhenti dalam waktu dekat.

  d.

   Action

  Ini adalah periode dimana dukungan dan strategi untuk mencegah kekambuhan sangat penting. Jika kambuh memang terjadi, penting bahwa hal ini tidak dilihat sebagai kegagalan melainkan sebagai pengalaman belajar.

  e.

  Pemeliharaan (Maintenance) Ini adalah pengguna tembakau yang berhenti lebih dari enam bulan yang lalu. Perilaku penggunaan non-tembakau terbentuk dan ancaman penggunaan tembakau secara bertahap berkurang. Kemungkinan kambuh berkurang dari waktu ke waktu dan hanya sekitar 4% dari mereka yang berhenti lebih dari dua tahun yang lalu pernah kembali ke penggunaan tembakau.

D. Mahasiswa

  Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, Syamsu 2012).

  Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), Disebut sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan kehidupan kenak-kanakan dan berlatih mandiri, terutama saat membuat keputusan. Dia mulai memiliki kematangan emosi dan belajar mengendalikan emosi sehingga bisa berfikir objektif dan bersikap sesuai situasi dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma.

  Secara umum, tugas-tugas perkembangan remaja ialah : a.

  Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

  b.

  Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.

  c.

  Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya dan orang lain, baik secara individu maupun kelompok.

  d.

  Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

  e.

  Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

  f.

  Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip atau falsafah hidup.

  g.

  Mampu meninggalkan reaksi, penyesuaian diri, perilaku dan sikap kekanak-kanakan.

E. Kerangka Teori Penelitian

  Motivasi Berhenti Merokok

  Variabel terikat Motivasi berhenti merokok

  5. Pemeliharaan Variabel bebas Tingkat pengetahuan kawasan tanpa rokok

  4. Action

  3. Siap

  2. Kontemplasi

  1. Pra kontemplasi

  6. Usia Tahapan kemauan untuk berubah

  5. Pengalaman

  4. Lingkungan

  3. Sosial, Budaya dan Ekonomi

  2. Informasi

  1. Pendidikan

  Tingkat pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber Budiman dan Riyanto Agus (2013) Kemenkes RI (2011), Anderson L.W dan KartwohlD.R(2001),Taufik (2007) F. Kerangka Konsep PenelitianGambar 2.2 Kerangka Konsep

  5. Evaluating

  4. Analzying

  3. Applaying

  2. Understanding

  1. Remembering

  Tingkat pengetahuan

  3. Minat

  2. Harapan

  1. Kebutuhan

  3. Adanya Imbalan Motivasi Intrinsik :

  2. Lingkungan

  1. Dorongan Keluarga

  Motivasi Ekstrinsik :

  6. Creating

G. Hipotesis penelitian

  Ha : ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok dengan motivasi berhenti merokok pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok dengan motivasi berhenti merokok pada mahasiswa di Universitas

  Muhammadiyah Purwokerto.