BENTUK-BENTUK PERILAKU AGRESI PADA PASANGAN YANG MENIKAH AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BENTUK-BENTUK PERILAKU AGRESI PADA PASANGAN YANG MENIKAH AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  Agata Kuntari NIM : 019114027

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  YOGYAKARTA 2 0 0 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Charity suffered long, and is kind; charity envied not; charity vaunted not itself,

is not puffed up. Doth not behave itself unseemly, seekth not her own, is not

easily provoked, thinketh no evil. Rejoiced not in iniquity, but rejoiced in the

truth. (1 Corinthians 13 : 4-6)

Di dalam kasih tidak ada ketakutan : kasih yang sempurna melenyapkan

ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia

tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yoh 4 :18) Mood adalah faktor utama gagal atau berhasilnya penelitian.

  

Life is about choices. You choose how people affect your mood. You choose to be

in a good mood or bad mood. The bottom line : it’s your choice how you life your

life. (Anonim)

Sahabat terbaikku adalah dia yang menampilkan hal terbaik dalam diriku.

  (Henry Ford)

Love is not about finding the right person, but creating a right relationship. It’s

not about how much love you have in the beginning but how much love you

build till the end. (Anonim)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karya ini kupersembahkan kepada :

Orang tuaku, sahabatku tercinta yang selalu

memberikan doa, cinta dan dukungannya ……

  

Adik-adikku tersayang untuk segala doa, cinta dan

dukungannya ……

  

Mbah-mbahku dan keluarga besar di Yogyakarta

untuk doa, perhatian dan kasih sayangnya ……

  ♥Inspirasiku untuk cinta, perhatian dan kekuatan yang selalu diberikan untukku …..

  ♥Mereka yang selalu mendoakanku dan mendukungku di segala suasana hati …..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

YANG MENIKAH AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH

Agata Kuntari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

  Ketidaksiapan seseorang untuk menjalani kehidupan pernikahan sangat berdampak buruk bagi kehidupan pernikahan. Banyak hal buruk dapat terjadi pada pernikahan mereka, terutama perilaku agresi. Selain pengalaman mereka untuk menjalani kehidupan dirasa masih sangat kurang. Apalagi tanggung jawab mereka semakin bertambah dengan adanya pasangan dan anak-anak. Ketidaksiapan dalam menghadapi tanggung jawab yang semakin berat dapat menimbulkan perasaan agresi yang kemudian muncul sebagai perilaku agresi atau yang sering disebut sebagai kekerasan dalam rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku agresi yang muncul pada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah.

  Penelitian ini menggunakan metode eksploratif deskriptif yang menghasilkan data deskriptif mengenai bentuk-bentuk perilaku agresi pada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

  Hasil penelitian menggambarkan bahwa semua perilaku agresi muncul dalam penelitian ini. Perilaku agresi yang terjadi adalah kekerasan psikis, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

  Kata kunci : perilaku agresi, kekerasan psikis, penelantaran rumah tangga, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan pernikan dini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

Patterns of Aggression Behaviors to Couples whom Married by Accident

Agata Kuntari

Psychology Department of Sanata Dharma University

  

Yogyakarta  

2009

  One’s unpreparedness to have a marriage life will have a bad effect to marriage. Many bad things might happen in a marriage, especially aggression behaviors. Besides they do not have enough experience in life. Moreover, they have bigger responsibility by having a spouse and children in their life. The unpreparedness in taking bigger responsibility can produce aggression feeling that later on resulted in aggression behaviors or often known as domestic violence. This study aims at finding out patterns of aggression behaviors that happened to couples whom married because pregnant before marriage.

  This study employed an explorative descriptive method which showed descriptive data on the patterns of aggression behaviors to couples whom married because pregnant before marriage. The data collection method was conducted by interview and observations.

  The result of this study showed that all kinds of aggression behaviors revealed in the research. The aggression behavior that happened was psychological violence, physical violence, sexual violence, and abandoned household due to many kinds of reasons as the background.

  Keywords : aggression behaviors, psychological violence, abandoned household, physical violence, sexual abuse, and early marriage.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi. Skripsi ini berjudul Bentuk-bentuk Perilaku Agresi pada Pasangan yang Menikah Akibat Hamil Di Luar Nikah.

  Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas kesabarannya untuk membimbing saya.

  Kepada Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S. Psi, Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M. Si. yang telah menjadi dosen pembimbing akademik selama berada di Fakultas Psikologi. Terima kasih pula untuk seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan membantu saya selama menyelesaikan kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  Buat Ibu Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie untuk segala bantuannya terutama dalam administrasi perkuliahan selama berada di Fakultas Psikologi. Buat Mas Muji dan Mas Doni terima kasih untuk segala bantuannya selama praktikum.

  Terima kasih juga untuk semua informan yang dengan senang hati membantu menyelesaikan tugas akhirku ini walau ada beberapa masalah yang tidak terduga. Semoga kalian semakin kuat dan terus berjuang untuk hidup yang lebih baik. Maaf jika aku mengusik kehidupan pribadi kalian. Terima kasih untuk temanku, Dewan yang sejak aku mulai kuliah yang selalu mengantar ke mana pun aku pergi dan memberi dukungan agar penelitian ini cepat selesai. Aku yakin Tuhan selalu menyertaimu untuk melakukan hal-hal baik. Terima kasih juga untuk keluarga besar kalian semua yang selalu mendukung kuliahku dan atas banyak sekali pengalaman hidup yang ku peroleh dari kalian semua. Maaf jika semua berakhir tidak sesuai dengan yang diinginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Untuk teman-teman Psikologi USD angkatan 2001, juga bagi teman-teman anggota kelompok AKSI 2001, serta seluruh teman-teman yang tidak dapat kusebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. Juga buat teman-teman KKN angkatan 28 kelompok Grogol 8: Tommy, Pendi, Kecil, Enggar, Agnes, Teki dan spesial untuk Rika yang sudah mau mendengar masalah- masalah terberatku saat KKN. Thanks atas evaluasinya, teman-teman, banyak hal yang dapat dipelajari dari kelompok kita! ☺

  Buat teman-teman kost 99999 angkatan tua: Emi, Elli, Deasy, Maria, Diana, Friska Grace, M’ Marta, M’ Yeyen, M’ Wiwin, M’ Ade, Okta, Hani, Juli, Nana, Welly, Lia, Cicil, Debora. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini serta atas dukungan doa dan semangat untuk menempuh ujian.Untuk Dani dan Feni, terima kasih atas bantuan tugas-tugas KB 2nya. Buat Bapak dan Ibu Sakidjan, terima kasih atas segala kebaikan dan perhatian yang diberikan dengan selalu menanyakan kuliahku dan atas pengalaman hidupnya. Terima kasih juga untuk M’ Dewi yang telah membantu mengoreksi abstrakku. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian ! God bless you all

  Buat keluarga besarku di Jogja, terima kasih atas perhatian dan dukungannya. Terima kasih untuk Bulek Esmi dan M’ Irene yang sudah mau mengantar mencari bimbingan belajar di Jogja dan membantu pendaftaranku di Sadhar. Om Hermoyo yang sering kali kuganggu dengan masalah-masalah kecil dan membuat malu. Mas Budi yang mau mengajak aku jalan-jalan di Jogja. Terima kasih banyak untuk kalian semua..pengalaman yang tidak begitu mengenakkan di Komp. POLRI Balapan H4. God bless you all

  Buat teman-teman angkatan 2001 yang ‘tertinggal’; Tumbur, Anas, Silva, Kris, Maria, kapan kita reunian lagi? Hi..hi…☺ Lasro, Clara semangat terus ya!! Tinggal sedikit lagi, jangan menyerah dan malas! Untuk Etta dan Reni (Wu2) ’03, teman satu SD-ku tetap semangat ya!! Teman-teman sekelasku yang terlalu baik untukku; Elis, Sisca, Wilis, Nining dan Vembri. Buat masku di Psikologi ‘00.. terima kasih atas semuanya. Semuanya sulit dilupakan dan kadang buat ku sedih, tapi tetap harus ikhlas dan sabar kan?! Semoga selalu bahagia dengan hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tetap lihat sekitar, banyak orang yang membutuhkan dan perlu uluran tangan kita.

  ☺

  God bless you all

  Buat keluargaku tercinta..maaf karena lama menunggu tapi aku tetap berusaha kog! Buat bapak ibuku, terima kasih atas doa yang tak pernah putus. Untuk adik-adikku, Tia dan Andre, terima kasih sudah mau nganterin ke kampus. Kalian juga cepat selesai ya, kuliahnya. God bless you all

  Untuk abangku tersayang, inspirasiku..semoga bisa tetap kuat untuk mewujudkan cita-cita kita. Semoga kita bisa selalu menjadi tim yang solid, ‘selalu

  setia pada yang baik’. Terima kasih sudah menemaniku di saat-saat terberatku,

  juga saat menikmati jam 10 malam sampai jam 6 pagi..aku teler… Terima kasih juga pada Tuhan karena telah mempertemukan kami walau awalnya agak tidak mengenakkan tapi akan jadi cerita indah nantinya. Terima kasih, Tuhan atas jawaban doa-doaku dan selalu sertai kami.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasannya. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna membangun dan memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

  Penulis Agata Kuntari

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .…………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………… ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………… iii HALAMAN MOTTO …………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………… vi ABSTRAK …..………………………………………………….. vii ABSTRACT ……………………………………………………. viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …… ix KATA PENGANTAR ………………………………………….. x DAFTAR ISI ...…………………………………………………. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..…………………………………

  1 B. Rumusan Masalah …...……………………………………

  4 C. Tujuan Penelitian …….……………………………………

  4 D. Manfaat Penelitian ………………………………………..

  4 BAB II LANDASAN TEORI

  A. Agresi ………..……….……………………………………

  6

  a. Pengertian Agresi ………………………………………

  6 b. Macam-macam Perilaku Agresi ………………………..

  8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c. Penyebab Perilaku Agresi ………………………………

  11

  d. Penyebab Perilaku Agresi ………………………………

  15

  e. Mengurangi Perilaku Agresi ……………………………

  18 B. Pernikahan Akibat Hamil Di Luar Nikah …………………..

  24 C. Perilaku Agresi pada Pasangan yang Menikah Akibat Hamil Di Luar Nikah ……………………………….

  26 BAB III METODE

  A. Jenis Penelitian ………………………………………………

  29 B. Variabel Penelitian …….…………………………………….

  29 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………….

  29 D. Subjek Penelitian …………………………………………….

  30 E. Metode Pengumpulan Data ………………………………….

  31 F. Metode Analisis Data ………………………………………..

  35 G. Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data ……………….

  36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek …………………………………………….

  39 1. Subjek 1 ………………………………………………….

  39 2. Subjek 2 ………………………………………………….

  43 B. Tahap Pengumpulan Data ..…………………………………

  47 1. Tahap Observasi Pra Penelitian ………………………….

  47 2. Tahap Pengurusan Perijinan ……………………………..

  47 3. Tahap Pengumpulan Data ……………………………….

  48 C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ..………………

  48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………

  55 B. Saran ……………………………………………………….

  56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berita mengenai perilaku agresi banyak terjadi dalam kehidupan

  sehari-hari bahkan seringkali ditayangkan di televisi. Sebagian besar perilaku agresi itu dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan korban, misalnya suami atau istri, kakak, adik atau bahkan anak-anak. Perilaku agresi dalam keluarga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya; masalah kejiwaan, tekanan keuangan, kurangnya pengetahuan, ketidakmampuan dalam mengontrol emosi, ketidakdewasaan, dan yang lainnya (“Kekerasan dalam Rumah Tangga, 2006).

  Perasaan marah terjadi karena adanya serangan dan frustrasi. Kemarahan merupakan salah satu faktor penentu perilaku agresi, tetapi tidak semua orang akan menunjukkan perilaku agresinya. Seringkali dijumpai bahwa orang marah tetapi perilakunya tetap tenang, tidak tampak agresif. Sikap tenang ini biasanya disebabkan karena kematangan emosi. Remaja cenderung memiliki emosi yang belum stabil, karena biasanya kematangan emosi terjadi pada usia 24 tahun. Pada saat itu seseorang mulai memasuki usia

  ,

  dewasa (www.bkkbn.go.id

  11 Januari 2006). Perilaku agresi dalam suatu pernikahan adalah hal yang sangat sering didengar akhir-akhir ini.

  Pernikahan merupakan suatu lembaga yang mengizinkan adanya persekutuan pria dan wanita, hubungan seks dan mendapatkan keturunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pernikahan tidak dapat dipaksakan atau dengan kata lain, pernikahan membutuhkan persetujuan pasangan suami istri. Ada banyak pengetahuan tentang pernikahan yang harus diketahui, sebelum seseorang melakukan pernikahan. Para calon pasangan yang hendak menikah lebih baik mempersiapkan diri terlebih dahulu. Kesiapan mental, spiritual dan material akan menunjang keharmonisan dan kebahagiaan keluarga yang hendak dibangun, mengembangkan sikap saling pengertian dan bijaksana. Begitu juga dengan pasangan yang mengalami perkawinan karena hamil di luar nikah. Hal paling dibutuhkan pada ikatan pernikahan adalah kemampuan untuk bertanggung jawab atas keputusan pernikahan dan kestabilan emosi. Pasangan yang akan menikah juga harus mengetahui tentang hak dan kewajiban yang akan dijalani dalam pernikahan mereka. Pasangan yang melakukan pernikahan akibat hamil di luar nikah didasarkan oleh rasa terpaksa karena tanggung jawab.

  Pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah belum siap menerima perubahan saat mengalami pernikahan, mereka sibuk menata dunia yang baginya sangat baru. Mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Kematangan emosi sangat berpengaruh dalam memahami dan mempersatukan dua kepribadian yang berbeda. Jika tidak ada kematangan emosional, ada kemungkinan akan terjadi tindakan-tindakan kekerasan atau perilaku agresi baik verbal maupun fisik.

  Ketidakstabilan emosi mereka jelas labil, sulit kembali pada situasi normal. Banyak keputusan yang diambil berdasarkan emosi atau mungkin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengatasnamakan cinta yang membuat mereka salah dalam bertindak. Permasalahan akan muncul jika mereka sudah mempunyai anak. Apabila mereka belum mempunyai anak, mereka masih bisa ‘enjoy’, apalagi kalau mereka berasal dari keluarga cukup mampu, mereka masih bisa menikmati masa remaja dengan bersenang-senang meski terikat dalam tali pernikahan.

  Pada dasarnya, rumah tangga dibangun atas komitmen bersama dan merupakan pertemuan dua pribadi berbeda, mereka bisa saling berubah untuk menyesuaikan diri dan hal ini terjadi kalau mereka sama-sama dewasa. Hal ini sulit dilakukan pada pernikahan usia remaja. Menurut M. Natsir, umumnya perpecahan atau permasalahan pada sebuah mahligai rumah tangga itu dipicu akibat belum memahami bagaimana pahit getirnya arti dari kehidupan. Hal ini disebabkan karena pasangan lebih mementingkan nafsu. Alasan lain adalah, permasalahan ekonomi yang juga sangat mempengaruhi keutuhan rumah tangga itu, serta masalah yang datang dari keluarga, seperti si istri mencurigai sang suami mempunyai wanita simpanan begitu juga sebaliknya (www.waspada.co.id, 22 Desember 2005). Pasangan akan mengalami berbagai masalah yang seharusnya belum dapat mereka hadapi, misalnya mencari penghasilan sendiri karena pasangan ini belum menyelesaikan sekolah. Berbagai permasalahan yang dihadapi akan mempermudah peningkatan emosi pada pasangan tersebut, apalagi mereka berada pada masa remaja yang keadaan emosinya belum stabil. Pasangan tersebut mempunyai kemungkinan melakukan perilaku-perilaku agresi dalam menghadapi banyak permasalahan. Misalnya saja dengan perilaku agresi verbal, seperti mengejek,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pasangannya akan cepat merasa tersinggung dan menjadi cepat emosi dan tidak jarang melakukan agresi fisik. Perilaku agresi fisik sering terjadi seperti memukul atau bahkan menendang, melempar barang, atau bahkan mencekik.

  Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh pasangan yang mengalami pernikahan akibat kehamilan di luar nikah dan dari permasalahan tersebut dapat menyebabkan perilaku agresi yang diperlihatkan pada pasangan yang mengalami pernikahan dini, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Bentuk-bentuk Perilaku Agresi pada Pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah”.

A. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : bentuk-bentuk perilaku agresi apa saja yang muncul pada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah? B.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku agresi yang muncul pada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Manfaat penelitian

  1. Manfaat teoretis, antara lain:

  a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku agresi yang muncul pada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah.

  b. Menambah pengetahuan tentang konseling pernikahan dan psikologi perkembangan.

  2. Manfaat praktis, antara lain : Penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran kepada pasangan yang menikah akibat hamil di luar nikah agar bisa meminimalkan pertengkaran yang dapat mengakibatkan perilaku agresi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Agresi 1. Pengertian Agresi Setiap orang dapat memahami pangertian perilaku agresi, namun

  terdapat beberapa perbedaan pandangan dalam mengartikan agresi (Sears et al., 1994), antara lain : a. Ada perbedaan pengertian antara perilaku agresi dengan perasaan agresi.

  Perilaku agresi adalah tindakan yang bersumber dari perasaan agresi dan dimunculkan secara terbuka, sedangkan perasaan agresi adalah keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung (Averill, 1983 dalam Sears et al., 1994). Kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresi akan diketahui dari adanya perasaan agresi dalam diri orang tersebut dan dari kecenderungannya untuk menampakkan perasaan tersebut, misalnya seseorang merasa sangat marah, tetapi tidak menampakkan usaha untuk melukai orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang tersebut tidak menunjukkan perasaannya melalui perilaku agresi.

  Perasaan agresi perilaku agresi b. Pengertian agresi mencakup definisi agresi antisosial dan agresi prososial.

  Permasalahan pada definisi kedua ini adalah apakah tindakan agresi tersebut melanggar atau mendukung norma sosial yang sudah disepakati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  atau tidak. Tindakan kriminal tidak beralasan yang melukai orang lain, seperti penyerangan dengan kekerasan, pembunuhan, dan pemukulan oleh sekelompok orang, jelas melanggar norma sosial sehingga disebut antisosial. Tetapi, ada banyak tindakan agresi yang sebenarnya diatur oleh norma sosial, yang disebut prososial. Perilaku ini mempunyai maksud untuk melukai tetapi tidak melanggar norma sosial. Misalnya : dokter yang melakukan operasi agar penyakit yang diderita pasiennya bisa sembuh. Dokter tersebut harus melukai bagian tubuh pasiennya untuk menyembuhkan dari penyakit.

  c. Agresi merupakan perilaku melukai atau mempertimbangkan apakah orang tersebut mempunyai ‘maksud’ melukai. Orang sering mengabaikan maksud seseorang yang melakukan tindakan tersebut, padahal faktor ini sangat penting. Jika kita mengabaikan tujuan, mungkin beberapa tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain tidak dikatakan agresif karena tampaknya tidak berbahaya. Misalnya : suami yang menampar pipi istrinya untuk menyadarkan istrinya dari pingsan.

  Fokus utama penelitian ini berada pada perilaku agresi. Pengertian perilaku agresi adalah perilaku yang bermaksud untuk melukai baik secara fisik maupun psikologis dan sangat bertentangan dengan norma sosial di masyarakat (antisosial). Perilaku agresi ini akan tampak atau dapat diamati secara langsung. Jadi, peneliti berusaha untuk mengungkapkan perilaku yang bermaksud melukai, bertentangan dengan norma sosial di masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  (antisosial) dan yang dapat diamati secara langsung sebagai perilaku agresi tersebut.

1. Sumber Rasa Marah

  Perasaan agresif adalah keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Dorongan agresif harus dipelajari secara luas dengan menanyakan kepada individu tentang perasaannya atau dengan memperkirakan keadaan internalnya berdasarkan fisiologis atau pengukuran perilaku. Beberapa faktor yang dapat membangkitkan amarah (Sears, 1994), antara lain:

  a. Serangan Salah satu sumber amarah yang paling umum adalah serangan atau gangguan yang dilakukan oleh orang lain. Pada umumnya, orang akan marah dan agresif terhadap sumber serangan. Demikian juga, berbagai rangsangan yang tidak disukai dapat menimbulkan agresi.

  Misalnya, seseorang yang dihadapkan pada bau badan yang kurang sedap, asap rokok yang memedihkan, dan pemandangan yang memuakkan, akan memperlihatkan peningkatan perasaan agresif.

  Motif yang tampak atau maksud di balik tindakan orang lain, terutama bila secara potensial bersifat provokatif, seringkali jauh lebih penting dalam mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan tindakan agresi terhadap tersebut dibandingkan sifat tindakan itu sendiri. Menurut Straus, salah satu akibat dari kecenderungan membalas adalah kekerasan dalam rumah tangga yang terus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berkembang. Banyak kasus kekerasan dalam keluarga yang tidak hanya melibatkan suatu agresor dan satu korban, tetapi suatu pola kekerasan timbal balik antara suami istri atau antara orang tua dan anak.

  b. Frustrasi Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Bila seseorang menginginkan sesuatu dan dihalangi, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami frustrasi. Salah satu prinsip dalam psikologi adalah bahwa frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif.

  Pengaruh frustrasi juga dapat dilihat dari sudut pandang yang lebih luas dalam masyarakat. Depresi ekonomi menyebabkan frustrasi, yang mempengaruhi hampir semua orang. Orang tidak memperoleh pekerjaan atau tidak dapat membeli sesuatu yang diinginkan, dan jauh lebih dibatasi dalam semua segi kehidupan. Akibatnya, berbagai bentuk agresi menjadi lebih umum. Menurut Straus, konflik dan kekerasan dalam keluarga lebih banyak terjadi pada keluarga buruh dibandingkan pada keluarga kelas menengah. Juga lebih banyak terjadi kekerasan pada keluarga dengan kepala keluarga seorang penganggur, atau terutama pada keluarga dengan jumlah anak yang banyak.

  c. Peran Atribusi Suatu kejadian akan menimbulkan amarah dan perilaku agresif bila sang korban mengamati serangan atau frustrasi itu dimaksudkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sebagai tindakan yang menimbulkan bahaya. Atau dengan kata lain, amarah akan muncul bila serangan atau frustrasi yang dialami dianggap sebagai akibat pengendalian internal dan pribadi orang lain. Berdasarkan survai yang dilakukan Averill tentang saat-saat di mana orang menjadi marah, diperoleh hasil bahwa frustrasi yang berubah- ubah dan tidak pada tempatnya menimbulkan rasa marah yang lebih besar dan perilaku yang lebih agresif dibandingkan frustrasi yang tidak berubah-ubah.

  Teori atribusi juga menyatakan bahwa jenis atau munculnya dorongan emosional yang lain kadang-kadang dapat disalahartikan sebagai kemarahan. Bangkitnya dorongan yang timbul dari beberapa sumber bisa meningkatkan perilaku agresif, selama hal itu dikatakan sebagai rasa marah. Misalnya, latihan yang penuh semangat bisa meningkatkan agresivitas bila muncul dalam situasi yang tampaknya mengundang amarah.

  Ada banyak hal yang mengganggu di setiap saat, tetapi hanya beberapa di antaranya yang benar-benar “bermaksud mengganggu”.

  Namun, bukan berarti bahwa seseorang tidak pernah marah kecuali bila ada maksud mengganggu. Benda mati dapat menimbulkan amarah, misalnya; ban kempes, banjir, kran bocor, telur hangus, dan batu yang membuat tersandung, biasanya tidak dianggap sebagai hasil tindakan seseorang yang mencoba menyakiti. Jadi, ada banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  frustrasi dan gangguan yang tidak akan membuat seseorang marah bila tidak dimaksudkan untuk melukai.

2. Macam-macam Perilaku Agresi

  Ada banyak perilaku agresi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, menurut Averill ada tiga macam perilaku agresi (1983 dalam Sears et al., 1994), yaitu :

  a. Agresi langsung Agresi langsung merupakan suatu cara pengekspresian perasaan agresi, yaitu emosi marah secara langsung, dalam wujud perilaku agresi pada objek yang menyebabkan frustrasi. Agresi langsung dapat berupa : i. Agresi verbal atau simbolik

  Perilaku agresi verbal tampak pada perilaku seperti; berteriak, menjerit, memaki, menyumpah, mencela secara langsung yang dilakukan oleh seseorang karena frustrasi. Seringkali agresi verbal dapat menciptakan perilaku agresi fisik, seperti memukul, menendang dan menembak. Sedangkan perilaku agresi secara simbolik tampak pada gambar-gambar atau karikatur yang ditujukan secara langsung kepada pihak yang membuat frustrasi. ii. Penolakan atau pengabaian kebaikan

  Perilaku agresi langsung yang dapat dilihat adalah penolakan dan pengabaian kebaikan dengan maksud melukai hati dari pihak lawan secara langsung karena rasa frustrasi yang diderita oleh orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tersebut. Misalnya : istri tidak mau menerima bantuan suaminya saat ia terjatuh karena suaminya telah membuatnya tersinggung sebelumnya. iii. Agresi fisik atau hukuman

  Agresi fisik ini tampak dalam perilaku, seperti memukul, menendang, menusuk dan menembak orang yang telah membangkitkan perasaan agresinya. Agresi inilah yang dapat menyebabkan seseorang ditahan oleh polisi karena perilaku agresi fisiknya.

  b. Agresi tidak langsung Bentuk agresi ini merupakan bentuk penekanan ekspresi perasaan agresi seseorang dan tidak mengungkapkannya secara langsung kepada pihak yang menyebabkan frustrasi dan memanfaatkan pihak atau media lain untuk menyalurkan perasaan agresinya. Beberapa bentuk agresi tidak langsung adalah : i. Memberitahukan kepada pihak ketiga untuk membalas penghasut

  (orang yang membuat frustrasi). Misalnya : memberitahukan kepada orang tua bahwa suaminya menyakitinya dan agar suaminya ditegur oleh orang tuanya. ii. Merusak sesuatu yang memiliki nilai penting bagi si penghasut.

  Misalnya : merusak kendaraan pribadi suami sebagai balasan karena sudah menyinggung perasaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c. Agresi yang Dialihkan (Displaced Aggression) Agresi ini merupakan agresi terhadap seseorang atau suatu benda yang bukan menimbulkan frustrasi. Tujuannya adalah menyalurkan perasaan agresi yang telah ditimbulkan oleh pihak yang membuat frustrasi. Beberapa bentuk agresi ini adalah : i. Agresi terhadap seseorang

  Perilaku agresi ini merupakan pengalihan rasa frustrasi yang ditimbulkan oleh pihak lawan kepada orang lain yang sama sekali tidak terlibat dalam pembentukan rasa frustrasi. Misalnya : seorang suami yang ditegur atasannya dan ia merasa tidak terima karena hal tersebut. Suami tersebut malah memarahi istrinya karena takut pada atasannya untuk menyalurkan rasa frustrasinya. ii. Agresi terhadap objek bukan manusia

  Perilaku ini merupakan bentuk pengalihan perilaku agresi terhadap objek bukan manusia (benda atau hewan) sebagai bentuk penyaluran rasa frustrasi yang ditimbulkan oleh pihak lawan. Misalnya : seorang suami membanting pintu sebagai tanda protes karena istri tidak melayaninya.

  Perilaku agresi yang yang akan diteliti pada penelitian ini sering kali didapati dalam rumah tangga dan sering kali dibahas dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan hasil Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 14 September 2004, telah disahkan Undang-Undang No.

  23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  (PKDRT) yang terdiri dari 10 bab dan 56 pasal, yang diharapkan dapat menjadi perlindungan hukum bagi anggota dalam rumah tangga (www.waspada.co.id, 22 Desember 2005) meliputi :

  a. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.

  b. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

  c. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

  d. Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Misalnya : suami yang pergi dari rumah dan tidak memberikan nafkah kepada istrinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Kekerasan Fisik (Kf) Kekerasan Psikis (Kp)

  Perilaku Agresi Kekerasan Seksual (Ks) Penelantaran Rumah Tangga (Krt) 4.

   Penyebab Perilaku Agresi

  Seseorang tidak selalu berperilaku agresif bila marah, meskipun biasanya mereka merasa terdorong untuk melakukannya. Mungkin juga orang bertindak agresif tanpa marah. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mengendalikan perilaku agresif sama pentingnya dengan faktor-faktor yang membangkitkan amarah.

  Mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia adalah proses belajar masa lampau. Seperti yang dikatakan Hurlock (1997), yaitu bahwa masa bayi adalah masa dominasi emosi yang meliputi emosi kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, kegembiraan, dan afeksi.

  Pada masa dewasa, seseorang mempelajari kebiasaan melakukan perilaku agresif dalam beberapa situasi dan menekan amarah dalam situasi yang lain, bertindak agresif terhadap beberapa orang tertentu dan tidak pada orang lain, serta dalam memberikan reaksi terhadap beberapa jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  frustrasi dan tidak terhadap yang lain. Beberapa mekanisme dalam mempelajari perilaku agresi (Sears, 1994) antara lain :

  1. Penguatan (Reinforcement) Tindakan agresif biasanya merupakan reaksi yang dipelajari.

  Salah satu mekanisme utama untuk memunculkan proses belajar adalah penguatan atau peneguhan. Penguatan merupakan penunjang agresi yang utama, bila suatu perilaku tertentu diberi ganjaran, kemungkinan besar individu akan mengulangi perilaku tersebut di masa mendatang; bila perilaku itu diberi hukuman, kecil kemungkinan bahwa individu akan mengulanginya. Seperti seorang anak belajar untuk tidak mengotori permadani, dia belajar untuk tidak mengekspresikan agresi. Dia dihukum jika memukul saudaranya, melempari temannya dengan batu atau menggigit ibunya, dia belajar untuk tidak melakukan hal tersebut. Dia juga diberi ganjaran jika menahan diri meskipun mengalami frustrasi, dan hal ini pun dia pelajari.

  2. Imitasi Semua orang dan anak khususnya mempunyai kecenderungan yang kuat untuk meniru orang lain. Imitasi ini terjadi pada setiap jenis perilaku, termasuk agresi. Anak yang mengamati orang lain melakukan tindakan agresif atau mengendalikan agresinya akan meniru orang tersebut. Anak belajar untuk melakukan agresi secara verbal, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berteriak, mengutuk dan mencela, dan tidak melakukan kekerasan, tidak memukul orang lain, melempar batu atau meledakkan gedung.

  Anak juga belajar kapan masing-masing perilaku tersebut boleh dilakukan. Orang tidak boleh melakukan agresi meskipun secara verbal pada saat-saat tertentu, tetapi pada saat lain, agresi apa pun tidak saja diizinkan tetapi perlu dilakukan. Jadi, perilaku agresif anak dibentuk dan ditentukan oleh pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Selain itu, proses belajar melalui orang lain (vicarious learning) ini akan meningkat bila perilaku orang dewasa tersebut diberi penguatan, dan bila situasinya mendukung identifikasi terhadap model orang dewasa itu.

  Anak tidak melakukan imitasi secara sembarang, mereka sering meniru orang tertentu daripada meniru orang lain. Kemungkinan seorang anak akan meniru seseorang apabila seseorang tersebut semakin penting, berkuasa, berhasil, dan mirip atau orang yang paling sering ditemui. Orang tualah yang memenuhi kriteria-kriteria ini, dan merupakan model utama bagi seorang anak pada masa awal kehidupannya.

  Salah satu bentuk agresi imitatif yang penting dalam kejahatan dan perilaku kerumunan adalah kekerasan yang menjalar (contagious

  violence) . Sosiolog Perancis, Tarde (1903 dalam Sears, 1994)

  mengemukakan pendapat tentang kekerasan yang menjalar ketika dia melihat bahwa berita kejahatan besar dalam suatu masyarakat akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menimbulkan kejahatan imitatif. Misalnya pada saat berita yang mengerikan tentang pembunuhan yang dilakukan Jack the Ripper mengilhami serangkaian kasus pemerkosaan di Inggris.

  3. Norma Sosial Pendekatan pembelajaran yang ketiga adalah mempelajari norma umum masyarakat yang mengatur kapan dan bagaimana seseorang boleh melakukan agresi. Orang belajar untuk melakukan agresi atau tidak melakukan agresi sebagai suatu reaksi kebiasaan terhadap isyarat-isyarat tertentu. Isyarat yang dikaitkan dengan pengungkapan agresi dan penekanan agresi, diatur dengan baik oleh norma sosial.

  Orang yang tidak pernah mengendalikan agresinya tidak akan dibiarkan tetap bebas; sedangkan orang yang tidak pernah melakukan agresi mungkin lebih buruk dibandingkan orang yang melakukan agresi pada saat yang tepat. Masalah yang penting dalam sosialisasi bukan bagaimana mengajarkan anak untuk tidak melakukan agresi, tetapi bagaimana mengajar mereka untuk mengetahui kapan agresi dianggap tepat dan kapan agresi dianggap tidak tepat. Orang yang tidak dapat membedakan hal itu akan dianggap gila dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya.

  4. Deindividual Pakar sosiologi, LeBon (1896 dalam Sears, 1994) mengamati bahwa orang yang berada dalam kerumunan sering merasa bebas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  untuk memuaskan nalurinya yang “liar dan destruktif”. Dia berpendapat bahwa alasannya terletak pada dua karakteristik orang yang berada dalam kerumunan besar, yaitu tidak terkalahkan dan anonimitas. Individu yang menjadi bagian kerumunan memperoleh perasaan tak terkalahkan yang memungkinkan dia memunculkan nalurinya. Suatu kerumunan menjadi anonim dan akibatnya menjadi tidak bertanggung jawab; rasa tanggung jawab yang selalu mengendalikan individu hilang sama sekali. Kekerasan yang paling ekstrim dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan perangkat deindividuasi seperti topeng, pewarna tubuh dan muka, serta pakaian khusus.

2. Mengurangi Perilaku Agresi

  Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi (mengurangi) perilaku agresif (Sears, 1994) antara lain :

  1. Hukuman dan Pembalasan Rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa menekan perilaku agresif. Tipe orang rasional akan memperhitungkan akibat agresi di masa mendatang, dan berusaha untuk tidak melakukan perilaku agresif bila ada kemungkinan mendapat hukuman. Efek dari hukuman atau pembalasan yang diantisipasi tidak sederhana. Kadang- kadang hal itu menekan agresi, bila secara rasional orang ingin menghindari rasa sakit di masa mendatang. Tetapi kadang-kadang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ancaman itu dimaknakan sebagai serangan, dan menimbulkan agresi yang lebih besar.

  Masalah pertama yang akan dihadapi adalah anak yang sering dihukum karena melakukan perilaku agresif akan menjadi lebih agresif dibandingkan anak lain. Mungkin karena mereka meniru model orang tua yang agresif. Mungkin karena hukuman yang terlalu sering, seperti serangan, membangkitkan rasa marah yang besar. Bagaimanapun juga, hukuman terhadap agresivitas anak tidak akan menimbulkan usaha untuk menghambat perilaku agresif mereka. Masalah yang kedua adalah bahwa rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa menimbulkan agresi balik. Orang yang diserang mempunyai kecenderungan untuk membalas penyerangnya, meskipun pembalasan itu bisa menimbulkan serangan yang lebih besar.

  2. Mengurangi Frustrasi Tehnik yang lebih baik adalah dengan engurangi kemungkinan terjadinya serangan dan frustrasi. Kebanyakan masyarakat membuat beberapa ketentuan melindungi kepentingan bersama, sehingga orang awam tidak terus menerus menjadi korban serangan penjahat atau pelaku kekerasan lainnya. Ini membantu kemungkinan meluasnya kekerasan dalam cara : masyarakat dilindungi, dan mereka tidak terdorong untuk melakukan pembalasan sendiri.

  Akan ada selalu konflik di antara orang tua dan anak, di antara rekan sekerja atau teman sekolah; tidak ada seorang pun yang bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  memperoleh dengan tepat apa dan seberapa banyak yang ingin dimakan ketika dia menginginkannya; ada orang yang tidak pernah mampu mencapai apa yang dia inginkan; ada orang yang selalu merasa tidak puas terhadap apa yang dilakukan oleh temannya, dan sebagainya. Oleh karena itu, meskipun masyarakat yang memandang ke depan dengan bijaksana berusaha meminimalkan frustrasi skala besar, mereka tidak akan pernah dapat menghilangkan frustrasi secara menyeluruh. Karena itu, dibutuhkan teknik lain untuk meminimalkan kekerasan.

  3. Hambatan yang Dipelajari Teknik lain untuk mengurangi agresi adalah dengan belajar mengendalikan perilaku agresif, tidak peduli apakah diancam akan dihukum atau tidak. Hambatan agresi yang dipelajari secara umum dapat disebut kecemasan agresi (rasa salah agresi). Orang akan cemas bila mendekati tanggapan berupa agresif. Kita juga mempelajari kecemasan tentang pengungkapan agresi dalam situasi tertentu yang sangat spesifik. Selama hidup, kita belajar dan mempelajari kembali “ikatan”, norma-norma lingkungan sosial kita.

  Hambatan yang dipelajari ini dipicu oleh isyarat yang memberitahu kita tentang jenis situasi di mana kita berada, situasi yang mengundang penekanan, agresi. Pada umumnya, tanda-tanda penderitaan subjek menghambat agresi selanjutnya, kecuali dalam kasus rasa marah ekstrem, ketika tanda-tanda itu dianggap sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  isyarat keberhasilan usaha melukai. Karena alasan itu, gejala

  dehumanisasi dianggap dapat meningkatkan agresi terhadap korban

  yang jauh dari atau anonim bagi penyerangnya. Sebaliknya, pemanusian korban, sehingga penyerang mempunyai empati terhadap penderitaannya, bias mereduksi agresi.

  4. Pengalihan (Displacement) Seringkali orang dibuat frustrasi atau jengkel oleh seseorang tetapi tidak dapat membalasnya, mungkin karena orang itu terlalu kuat, atau mungkin karena mereka terlalu cemas dan terhambat untuk melakukannya. Dalam situasi semacam ini, mungkin mereka akan mengekspresikan agresi dengan cara lain, diantaranya dengan cara pengalihan, yaitu mengekspresikan agresi terhadap sasaran pengganti.

  Prinsip dasar pengalihan adalah semakin banyak kesamaan antara sasaran dengan sumber frustrasi sebenarnya, semakin kuat dorongan agresif individu terhadap sasaran. Pada umumnya, agresi yang dialihkan diarahkan pada sasaran yang dipersepsilebih lemah atau kurang kuat.

  Pengalihan juga bisa terjadi dalam dimensi kemiripan respon seperti halnya dalam dimensi kemiripan sasaran. Mungkin seorang remaja tidak secara terbuka melakukan perkelahian tetapi cemberut dan menjadi tidak koperatif. Tindakan itu menimbulkan sedikit kecemasan tetapi juga hanya mengekspresikan sedikit rasa marah. Reaksi semacam ini tidak merupakan tindakan agresi langsung sebagai