ANALISIS PERCABANGAN PIPA PADA HYDRANT DENGAN MENGGUNAKAN “PROGRAM CAE” TUGAS AKHIR - Analisis percabangan pipa pada hidran dengan program CAE - USD Repository

  

ANALISIS PERCABANGAN PIPA PADA HYDRANT

DENGAN MENGGUNAKAN “PROGRAM CAE”

TUGAS AKHIR

  

Untuk memenuhi sebagai persyaratan

mencapai derajat Sarjana Teknik Mesin

di Teknik Mesin

  

Diajukan oleh :

DANIEL PRIYO WIDODO

045214092

  

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PIPE BRANCHING ANALYSIS IN HYDRANT

WHIT “CAE PROGRAM”

FINAL PROJECT

  

Presented as partial Fulfillment of the Requirements

To obtain the Sarjana Teknik Degree

In Mechanical Engineering

  

By :

DANIEL PRIYO WIDODO

045214092

  

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNYVERSITY

YOGYAKARTA

2009

  

INTISARI

  Analisis percabangan pipa hidran bertujuan untuk mengetahui tegangan yang terjadi akibat pembebanan fluida pada tekanan kerja 100 psi. Analisis dilakukan dengan menggunakan program CAE. Pipa cabang yang dianalisis dengan dimensi diameter pipa utama 6 in dan diameter pipa cabang 4 in. Analisis dilakukan dalam empat kondisi, yaitu: a.

  Kedua ujung pipa dalam keadaan tertutup b. Ujung pipa utama terbuka dan ujung pipa cabang tertutup c. Ujung pipa utama tertutup dan ujung pipa cabang terbuka d. Ujung pipa utama dan pipa cabang dalam keadaan terbuka.

  Hasil analisis pipa dengan bahan AISI 1020 Normalized serta ketebalan pipa utama 0,109 in dan pipa cabang 0,083 in mempunyai tegangan maksimum

  2

  sebesar 6,597e+007 N/m berada pada sambungan percabangan pipa. Terjadi pada kondisi keempat dengan ujung pipa utama terbuka dan ujung pipa cabang terbuka.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugrah-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat tersusun dan dapat terselesaikan dengan lancar. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan yang berupa dorongan, motivasi, doa, sarana, materi sehingga dapat terselesaikannya Tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, antara lain

  1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

  2. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Budi Sugiharto, S.T., M.T, selaku ketua Program Studi Teknik Mesin dan juga Pembimbing Tugas Akhir.

  4. Kedua orang tuaku serta saudra-saudaraku yang telah memberikan dorongan dan motivasi, finansial, serta doa selama ini.

  5. Kekasihku Veronika Febriana Dian Pertiwi atas dorongan dan semangat untuk terus maju.

  6. Teman-teman Kost dan teman-teman Teknik Mesin yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga segala sesuatu dapat berjalan lancar.

7. Segenap staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata

  Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga sangat berguna dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penulisan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Terima kasih.

  Penyusun Daniel Priyo Widodo

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... vi

  INTISARI .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR....................................................................................... viii DAFTAR ISI...................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

  

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang

  1 I.2 Perumusan dan Batasan Masalah

  2 I.3 Tujuan Analisis

  2 BAB II DASAR TEORI

  3 II.1 Sistem Perpipaan

  3 II.2 Sistem Mekanisme Kerja

  4 II.3 Komponen Sistem Perpipaan

  4 II.3.1 Pipa

  8 II.3.2 Sambungan

  9 II.4 Dasar Perhitungan Tebal Pipa

  12 II.5 Pemilihan Bahan Pipa

  14

BAB III ANALISIS PERHITUNGAN PADA PIPA

  19 III.1 Data dan Spesifikasi

  19 III.2 Perhitungan Ketebalan Pipa

  20 III.3 Metode Tata Kerja

  24 III.3.1 Data dan Rangkaian Perpipaan

  24 III.3.2 Alur Untuk Menganalisis

  25 III.4 Hasil Analisis Dengan Program CAE

  30 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

  34 IV.1 Kesimpulan

  34 IV.2 Saran

  35 DAFTAR PUSTAKA

  36

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aliran Sistem Hydrant

  5 Gambar 2.2 Sambungan Tee

  10 Gambar 2.3 Sambungan Elbow

  11 Gambar 2.4 Sambungan Cross

  11 Gambar 2.5 Sambungan Reducer

  12 Gambar 2.6 Kurva Tegangan Regangan

  17 Gambar 3.1 Pemberian Meshing dan Kondisi

  26 Gambar 3.2 Variasi Kondisi Sistem Pipa

  29 Gambar 3.3 Distribusi Tegangan Pada Bahan

  32

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ukuran Tee

  18 Tabel 3.1 Ukuran Tebal Pipa

  22 Tabel 3.2 Tekanan Pecah

  24 Tabel 3.3 Data Sepesifikasi

  25 Tabel 3.4 Harga Maksimum dan Minimum dari Setiap Kondisi

  33

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Sistem perpipaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari pipa dan perlengkapannya yang saling berhubungan dan banyak digunakan dalam dunia industri. Sistem perpipaan juga menunjang sistem hidran yang ada dalam dunia industri ataupun pada bangunan-bangunan bertingkat.

  Untuk dapat mengalirkan air bertekanan dari pompa ke rangkaian hidran, diperlukan sistem perpipaan sebagai penghubung. Sistem perpipaan ini sangat berpengaruh dalam pendistribusian air bertekanan, sehingga dalam perancangan sistem perpipaan harus memperhatikan tekanan air yang terdistribusi dari pompa ke rangkaian sistem hidran.

  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan pada rangkaian hidran, baik faktor internal maupun eksternal. Diantaranya adalah percabangan pipa, ukuran pipa, bahan pipa, debit aliran fluida, valve, hambatan aliran, maupun tata letak dari instalasi perpipaan. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel yang harus diperhitungkan dalam perancangan sistem perpipaan. Air bertekanan yang melalui pipa akan memberikan gaya yang tentunya dipengaruhi oleh kondisi desain sistem pipa. Untuk menjamin agar tekanan dari air yang mengalir tersebut stabil, maka analisis dari percabangan pipa harus baik.

  2

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah

  Perumusan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah tentang “ Analisis Percabangan Pipa pada hidran dengan PROGRAM CAE “.

  Batasan masalah dalam analisis ini adalah sebagai berikut : 1.

  Analisis ini dikhususkan pada bagian percabangan sistem perpipaan pada hidran, dengan sambungan Tee yang dipakai.

2. Program CAE yang dipakai adalah Cosmos Works

  Perumusan masalah dan batasan masalah tersebut direalisasikan dalam bentuk: 1.

  Perhitungan-perhitungan 2. Gambar sistem perpipaan hidran 3. Analisis menggunakan Program CAE

1.3 Tujuan Analisa

  Penyusunan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan percabangan pipa hidran dengan program CAE terhadap pengaruh-pengaruh pembebanan statis yang terjadi pada percabangan pipa dalam sistem hidran.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Sistem Perpipaan

  Sistem perpipaan dalam kehidupan manusia seperti saluran pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh organ tubuh. Dengan gerakan jantung sebagai pemompa darah bersirkulasi, mengalir menuju organ tubuh dan kemudian kembali lagi ke jantung, sistem perpipaan merupakan sebuah sistem yang berfungsi sebagai media untuk mengalirkan fluida, baik cair maupun gas, dari satu tempat ke tempat lain.

  Dalam pemanfaatannya, sistem perpipaan digunakan dalam berbagai bidang. Dalam perencanaan tata kota sistem perpipaan digunakan sebagai saluran air untuk kebutuhan masyarakat. Selain itu sistem ini digunakan juga sebagai saluran air pada rangkaian sistem hidran yang berguna untuk memadamkan api apabila di suatu tempat terjadi kebakaran. Sistem ini bekerja berdasarkan tekanan, fluida dari pompa dialirkan melalui satu pipa dicabangkan menuju kran – kran pada setiap terminal akhir melalui pipa bercabang. Pemanfaatan sistem perpipaan yang lain yaitu dalam bidang industri otomasi. Kerja-kerja yang dilakukan oleh komponen industri otomasi memerlukan fluida sebagai sumber energi penggerak. Untuk kerja-kerja yang memerlukan energi yang besar, digunakan fluida cair sebagai sumber energi. Untuk mendistribusikan sumber energi tersebut yaitu

  Dalam sistem hidran pipa merupakan salah satu peranan terpenting untuk mendukung transportasi fluida dari pompa menuju komponen – komponen lainnya. Dalam pemilihan material pipa lebih menggunakan pipa standar. Pada

Gambar 2.1 (www.navkar.com) diperlihatkan potongan skema rangkaian dari sistem hidran.

2.2 Sistem Mekanisme Kerja

  Hidran adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah, dimana terdiri atas: 1.

  Tempat penyimpanan air (reservoir) 2. Sistem distribusi 3. Sistem pompa hidran

Gambar 2.1. Aliran Sistem Hidran Sistem hidran terdiri dari: 1.

  Tempat penyimpanan air (reservoir)

  Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan

  dalam proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tangki ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk suplai air hidran selama minimal 30 menit penggunaan hidran dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.

  Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir. Mekanisme pengisian

  reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungkan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air sungai.

2. Sistem Distribusi

  Sistem distribusi untuk mendukung proses dan sistem kerja hidran, diperlukan sistem distribusi yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hidran. Dalam perancangan jaringan pipa hidran, yang terbaik adalah menggunakan sistem jaringan inter koneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:

  1) Air tetap dapat didistribusikan ke titik hidran walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan.

  2) Semburan air hidran lebih stabil, meskipun seluruh titik hidran dibuka.

  Sistem pipa utama (primary feeders) dari hidran biasanya berukuran 12-16 in. Pipa sambungan kedua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 in. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4,5-6 in. Pada ujung pipa hidran tersambung dengan pilar hidran. Disamping pilar hidran terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hidran (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter (Safety Guide Book, Haryono Wisaksono).

  Untuk mendukung suplai air hidran, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hidran yang disebut sambungan

  siamese. Sambungan ini terdiri dari satu atau dua sambungan pipa yang

  fungsinya adalah untuk memberikan suplai air tambahan pada sistem hidran. Sambungan ini sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan suplai air tambahan melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hidran umum.

3. Sistem Pompa Hidran

  Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan sistem dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa. motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air. Unit pompa untuk hidran biasanya terdiri dari: 1)

  Pompa generator Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati.

  2) Pompa utama

  Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hidran.

  3) Pompa jockey Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hidran.

2.3 Komponen Sistem Perpipaan

  Sistem perpipaan terdiri dari berbagai komponen yang menjadi pendukung sistem, sehingga dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Komponen-komponen dari sistem perpipaan adalah pipa, sambungan, flanges, serta komponen lain yang digunakan untuk mendistribusikan fluida.

2.3.1 Pipa

  Pipa merupakan tabung dengan bentuk silinder yang menjadi bagian utama dari sistem perpipaan. Di dalam pipa inilah proses pengaliran fluida terjadi.

  Setiap kondisi proses pengaliran fluida, pipa yang digunakan memiliki spesifikasi masing-masing. Misalkan proses yang terjadi memerlukan tekanan yang tinggi dan dalam suhu yang tinggi, maka pipa yang diperlukan adalah dengan spesifikasi tersebut menurut standar yang dikeluarkan oleh ASTM (American Society of

  ) atau (The American Society of Mechanical Engineers).

  Testing Materials

  Dalam standar yang dikeluarkan oleh ASTM, terdapat bagian dari pipa yang telah diukur sesuai standar yang ditentukan. Bagian-bagian tersebut berupa keterangan mengenai bahan pipa, diameter, ketebalan pipa, serta schedule pipa.

  Dalam spesifikasi pipa, terdapat istilah schedule, yang merupakan istilah untuk pembagian kelas dalam pipa. Schedule ditulis dalam bentuk penomoran untuk membedakan spesifikasi pipa, karena masing-masing schedule memiliki spesifikasi tersendiri. Misal pada pipa dengan ukuran nominal sebesar 1/8 NPS (Nominal Pipe Size), memilki ketebalan pipa yang berbeda untuk masing-masing schedule .

  Perbedaan schedule ini berguna untuk penggunaan pipa yang berbeda pada ukuran nominal pipa yang sama. Perbedaan antara schedule yang satu dengan

  schedule yang lain, terletak pada ketebalan pipa, dihitung dari diameter luar (outside diameter). Semakin tebal sebuah pipa, maka semakin kuat pipa tersebut.

  Untuk keperluan dunia industri, dengan penggunaan berdasarkan pada tekanan, dikenal pipa standart (STD) untuk tekanan paling rendah. Kemudian (XS) untuk tekanan yang lebih tinggi. Dan selanjutnya pipa untuk

  Extra Strong keperluan tekanan yang lebih tinggi lagi dikenal Double Extra Strong (XXS).

2.3.2 Sambungan

  Sambungan pipa merupakan bagian dari sistem perpipaan, yang berfungsi menyambung sebuah pipa dengan pipa yang lain untuk keperluan tertentu.

  Sambungan perpipaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1.

  Sambungan dengan menggunakan pengelasan.

  2.

  3. Sambungan menggunakan flanges.

  Penggunaan jenis sambungan ini bergantung pada besar diameter pipa serta besarnya tekanan. Untuk pipa dengan tekanan rendah dan diameter dibawah 2 inci digunakan sambungan ulir.

  Dari kedua kelompok jenis sambungan di atas, sambungan pipa masih dibagi lagi dalam bentuk-bentuk tertentu, sesuai dengan kebutuhan sistem perpipaan. Jenis-jenis sambungan tersebut adalah tee, elbow, cross, reducer.

  1. Tee (Sambungan Tee) Sambungan Tee merupakan sambungan yang menghubungkan pipa dengan pipa, sehingga menghasilkan percabangan pipa lebih dari satu.

  Pada Gambar 2.2 (Navkar Fittings and Forging Pvt.Ltd) memperlihatkan salah satu contoh sambungan Tee.

  Tee Gambar 2.2.

  2. Elbow (belokan)

  Elbow adalah sambungan yang menghubungkan satu pipa dengan pipa yang lain, untuk mengubah arah pipa dalam sudut tertentu.

  Kebanyakan sudut yang digunakan adalah sebesar 90 , namun terdapat juga elbow dengan sudut 45 . Pada Gambar 2.3 (Raswari, hal 22) memperlihatkan Contoh belokan pipa.

Gambar 2.3. Elbow 45 dan 90 3.

  Cross adalah sambungan antar satu pipa dengan pipa yang lain

  Cross

  sehingga menghasilkan empat percabangan pipa. Pada Gambar 2.4 (Navkar Fittings and Forging Pvt.Ltd) memperlihatkan contoh dari Cross.

Gambar 2.4. Cross 4.

  Reducer

  Reducer adalah bagian dari sistem perpipaan yang menghubungkan mengubah kecepatan aliran fluida yang mengalir dalam pipa menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan penyempitan luas pipa. Pada Gambar 2.5 (Navkar Fittings and Forging Pvt.Ltd) mempelihatkan contoh Reducer.

Gambar 2.5 . Reducer

2.4 Dasar Perhitungan Tebal Pipa

  Pipa yang digunakan dalam analisis ini adalah pipa dengan bahan AISI 1020. Pada sambungan percabangan pipa menggunakan tipe tee. Dalam menentukan pemilihan ketebalan dinding pipa dapat dihitung dengan Persamaan 2.1 ( Sam Kannappan, hal 22 ).

  • ×

  ) (

  2 PY SE

  D P t

  = ..............................................................................(2.1) Keterangan : t = ketebalan pipa ( in )

  P = tekanan di dalam pipa ( psi ) Do =diameter luar pipa ( in ) S = tegangan tarik yang diijinkan ( psi )

  Y = koefisien yang tergabung dalam suhu dan bahan Setelah tebal pipa diketahui maka d in dapat ditentukan dengan : d in = diameter dalam pipa = Do – 2t Dari d yang sudah diketahui maka dapat pula menentukan luas penampang pipa.

  in

  Pipa yang digunakan adalah jenis tube (pipa tabung) percabangan dilakukan dengan cara pemasangan tee 90 kemudian di las dengan pipa saluran dengan penambahan flanges pada setiap ujung tee, adapun hal yang perlu diperhitungkan dalam memilih ukuran tube haruslah memperhatikan tekanan pecah (burst

  

pressure ) hal ini bertujuan untuk menentukan kualitas bahan dari tube itu sendiri.

  Pada umumnya untuk menentukan tekanan pecah pada pipa dapat dicari dengan Persamaan 2.2 (www.Hydraulic.com). 2 2 ( )

  S × Dd p = ................................................................................( 2.2) 2 2

  • D d

  ( )

  Keterangan : P = Tekanan pecah (psi) T = Ketebalan minimum diding tube ( in )

  S = Minimum Ultimate Tensile Strength dari material (psi) D = Diameter luar ( in ) d = Diameter dalam dari tube ( in )

2.5 Pemilihan Bahan Pipa

  Bahan dari pipa pada saat pengambilan data tidak diketahui, sehingga pada analisa ini bahan yang digunakan pada pipa akan mengacu pada beberapa macam data-data yang telah ada pada referensi-referensi salah satunya disesuaikan dari data yang ada dalam program CAE. Dalam bahasan ini akan digunakan analisis dengan menggunakan 1 jenis bahan dengan ketebalan yang berbeda, hal ini bertujuan untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan karena adanya pembebanan yang terjadi di dalam pipa yang disebabkan karena adanya pembebanan tekanan kerja dalam pipa sebesar 100psi.

  Hal ini harus diketahui dalam pemilihan bahan material untuk pipa mengacu pada kebutuhan dalam menganalisis dengan menggunakan program CAE. Data-data yang perlu diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan untuk data material ini antara lain:

1. Modulus Elastis Bahan

  Modulus elastisitas ( Young’s Modulus ) E memiliki harga yang relatif tinggi untuk bahan yang sangat kaku seperti logam kontruksi.

  Sedangkan untuk bahan – bahan yang lebih lentur (flexibel) memiliki modulus elastik yang lebih rendah. Untuk keadaan tekan ataupun dalam kedaan tarik harga E sama. Dalam program CAE satuan untuk modulus

  

2

  elastisitas dinyatakan dalam N/m , sedangkan pada umumnya dinyatakan dalam Gpa. Modulus elastisitas merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan, sehingga dapat dituliskan kedalam Persamaan 2.3 (Hans Wospakrik, hal 19).

  ε τ

  = E ............................................................................................ ( 2.3 ) Keterangan :

  E = Modulus Elastisitas ( N/m

  2

  ) τ = Tegangan ( Mpa )

  =

  ε regangan 2. Modulus Geser (N/m2) Untuk menentukan modulus geser dapat digunakan Persamaan 2.4.

  G = ) 1 (

  2 ν + ×

  E

  ................................................................................(2.4) Keterangan :

  G = Modulus geser ( N/m

  2

  ) E = Modulus elastisitas ( N/m

  2

  ) V = Poission ratio

  3

  )) 3.

   Berat Jenis ( Mass Density ( kg/m

  Untuk menghitung berat jenis dari bahan ataupun suatu material kita dapat mencari dengan menggunakan rumus dasar dimana dapat dilihat pada persamaan 2.5.

  m

  ρ = ..............................................................................................(2.5)

  v

  Keterangan :

  3

  ) ρ = Massa jenis ( kg/m m = Massa ( kg )

  3

  v = Volume ( m )

  2

  4. ) Tensile Strenght ( N/m

  Dalam menentukan harga dari Tensile Strenght dapat ditentukan dari data – data yang telah ada. Besaran tergantung pada pemilihan bahan material. Pemilihan bahan material diambil dari Machine Design Data Book Bab I Properti of Engineering Material.

  2

  5. ) Yield Strength (N/m

  Yield Strenght adalah ketahanan suatu bahan terhadap deformasi plastik , nilai besaran ini adalah besar gaya pada saat luluh dibagi luas penampang. Pada bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.6 kurva

Gambar 2.6. Kurva Tegangan dan Regangan

  Untuk analisis dengan menggunakan program CAE sebagian bahan material sudah tersedia pada library dari program tersebut ataupun dapat menggunakan data-data pengujian yang telah ada dengan mengacu pada Machine Design Data Book Bab 1 Properti of Engineering Material.

6. Sambungan Tee

  Dalam analisis ini digunakan sambungan Tee yang ada dalam pasaran dengan ukuran standart yang telah tersedia, bahan dari sambungan ini ada beberapa macam diantaranya Alloy Steel, Carbon Steel, Stainless

  Steel, Nickel Steel, sedangkan dalam analisis ini digunakan sambungan

  Tee dengan bahan AISI 1020 dengan menyesuaikan bahan pipa yang ke pipa cabang dikondisikan sambungan kedua pipa itu dengan cara di las, kemudian untuk ukuran Tee dapat dilihat pada Tabel 2.1. (Navkar Fittings

  and Forging Pvt.Ltd )

Tabel 2.1. Ukuran Tee yang digunakan

  Nominal Outside Diameter at Center - to - Center Pipa Size Bevel (O/D)S (NPS) Run Outlet Run ‘C’ Outlet ‘M’

  (in) (mm) (mm) (mm) (mm) 6 × 4 168,3 114,3 143 130

BAB III ANALISA PERHITUNGAN PADA PIPA

3.1 Data dan Spesifikasi

  Data spesifikasi yang dipakai dalam analisis: 1.

  Pipa yang terpasang (Standar) 2. Bahan pipa AISI 1020 3. Diameter luar pipa utama = 168,3 mm 4. Diameter luar pipa cabang = 114,3 mm 5. Cabang pipa dipakai tipe “Tee”. Pusat aliran air dalam analisis ini dikondisikan bahwa air mengalir dari satu

buah pipa utama kemudian dicabangkan menjadi dua aliran. Pada sistem ini

terpasang sebuah pompa hidran sebagai asumsi debit dan tekanan awal sampai akhir

sama, karena dalam permasalahan ini tidak memperhitungkan penurunan – penurunan

tekanan yang disebabkan oleh adanya faktor gesekan fluida terhadap dinding pipa.

  Untuk spesifikasi pipa yang dipakai dengan kondisi pipa bercabang. Tekanan

yang bekerja pada silinder pipa hidran dipakai sebesar 100 psi. Desain kontruksi dari

pipa dipakai dari asumsi suatu rangakaian sistem hidran, desain tersebut akan di

realisasikan dan dianalisis ke dalam program program CAE pada salah satu

percabangan pipa saluran.

  

19

  20

3.2 Perhitungan Ketebalan Pipa Dalam memilih bahan pipa atau tube, mengacu pada data-data yang telah ada.

  Spesifikasi data yang telah ada tersebut antara lain: 1.

  Tekanan yang bekerja pada pipa sebesar 100 psi.

2. Bahan material pipa menggunakan baja tipe AISI 1020 dengan perlakuan

  Normalized. (K. Langaiah. Tabel 1-1B, 1-8, dan 1-9) dengan ukuran diameter luar dari pipa 6 inci dan 4 inci. Data pengaruh dari perlakuan yang telah disebut di atas dapat dilihat dibawah ini: Perlakuan Normalized (1700 F) Tensile Yield Strenght

  

( σ syt ) = 324,1 Mpa

= 64005,2 psi

Dari data-data yang ada dapat ditentukan diameter dalam pipa, dengan Persamaan 3.1

(Sam Kannappan, hal 22).

  P × D t = .............................................................................( 3.1 )

  • SE PY 2 ( ) Keterangan : t = ketebalan pipa karena adanya tekanan (in)

  21 P = tekanan dalam pipa (psi) D = diameter luar pipa (in) S = tegangan tarik yang diijinkan (psi) E = faktor kualitas Y = koefisien yang tergabung suhu dan bahan

Sehingga untuk perhitungan ketebalan pipa dengan diameter luar 6 inci dengan bahan

  1020 dengan perlakuan Normalized.

  • × = )

    100 4 ,

  ) (

  2 PY SE D P t

  1 ( 64005 2 , 2 6 100

  × + × × = = 0,00468 in

  Hasil dari perhitungan ketebalan ini terlalu tipis jika di kondisikan dari pipa

yang ada dalam pasaran, maka untuk itu perlu di gunakan standard ketebalan pipa

dengan memakai acuan standar. Untuk pipa utama dengan ukuran 6 in digunakan

schedule

  5S, kemudian untuk pipa cabang dengan ukuran 4 in digunakan schedule 5S (Sam Kannappan, Tabel A4).

  22 Untuk menentukan diameter dalam pipa dapat dicari melalui persamaan 3.2 (Sam Kannappan, P.E. hal 23).

  ....................................................................................(3.2) d = D − × t

  2 Keterangan : (d) = diameter dalam pipa (in) Bahan dan data pipa ditampilkan pada Tabel 3.1.

  Tabel 3.1 Ukuran tebal pipa P S D t d

  BAHAN Y Eq (psi) (psi) (mm) (in) (mm) AISI 1020 100 64005,2 168,3 0,4 1 0,109 162,7 AISI 1020 100 64005,2 114,3 0,4 1 0,083 110,1

  Dalam menentukan harga S (Allowable Stress) penulis mengambil referensi

dari Machine Design Data Book mengenai sifat-sifat mekanis bahan. Dalam

menentukan harga S (Allowble Stress) pada Pipe Stress Analysis harga S A merupakan

harga tegangan yang diijinkan.

  Dalam menentukan tegangan yang diijinkan, diambil harga dari minimum ultimate tensile

  . Hasil perhitungan tebal minimum yang didapat sangat tipis, sehingga

  23

tidak ada dalam tabel pipa maka dipilih untuk masing-masing pipa dengan tebal

minimum atau sesuai dengan schedule terendah.

  Untuk memeriksa maksimum tekanan pecah yang terjadi pada pipa digunakan Persamaan Lame, sehingga diperoleh: 2 2 S × Dd ( ) p

  = 2 2 D d

2

2 ( )

  • × − 64005 ,

  2 ( 168 , 3 162 , 8 ) = 2 2

  • ( 168 ,

  3 162 , 8 ) 1968,9 in Keterangan : P = tekanan pecah (psi)

  S = Minimum ultimate Tensile Strength dari material tube (psi) D = diameter luar (in) d = diameter dalam (in)

  24 Tabel 3.2 Tekanan pecah S D d P Bahan

  (psi) (mm) (mm) (psi) 64005,2 168,3 162,8 1968,9 AISI 1020 64005,2 114,3 110,1 2907,8 AISI 1020

3.3 Metode Tata Kerja

3.3.1 Data dan Rangkaian Perpipaan

  

Rangkaian perpipaan diambil dari salah satu percabangan pipa dari sistem

hidrant Dari data-data perhitungan yang diperoleh pipa dirangkai dengan menggunakan program Solid Works, dengan memasukan data-data material dari referensi pada library. Analisis yang digunakan merupakan analisis pembebanan statis. Hal yang berpengaruh dalam pembebanan statis ini diantaranya adalah pembebanan tekanan di dalam pipa sebesar 100 Psi dengan mengacu pada kebutuhan tekanan dari pompa air dan kekuatan bahan pipa terhadap beban yang diterima.

  

Spesifikasi percabangan pipa yang akan dianalisis ditampilkan pada Tabel

3.3.

  25 Tabel 3.3 Data Spesifikasi Diameter luar pipa 1 168,3 mm Diameter luar pipa 2 114,3 mm Tebal pipa 1 0,109 in Tebal pipa 2 0,083 in Tekanan fluia dalam pipa 100 Psi Fluida air Diameter dalam pipa 1 162,8 mm Diameter dalam pipa 2 110,1 mm

3.3.2 Alur Untuk Menganalisis

  Program CAE ini akan menganalisis dan mensimulasikan faktor-faktor

tegangan, pergeseran dan juga jarak pergeseran akibat dari beban tekanan yang

bekerja didalam pipa. Desain dari pipa akan dibentuk elemen - elemen kecil

(meshing) Dalam menganalisis secara 3 dimensi, pemberian meshing dilakukan di

seluruh permukaan benda secara otomatis. Program akan dapat menganalisis setiap

titik dan syarat batas pada elemen terhadap pengaruh dari pembebanan statis. Hasil

dari pemberian meshing ditunjukkan pada Gambar 3.1.

  Setelah pemberian meshing dan pembebanan pada seluruh permukaan benda,

maka dengan menggunakan metode elemen hingga program CAE akan

mengkalkulasikan setiap elemen-elemen tersebut secara otomatis.

  26 Gambar 3.1 Hasil Pemberian Meshing Hasil dari run program akan menampilkan gambar distribusi tegangan (Von

  Mises ). Von Mises ini adalah hubungan antara tegangan dan regangan yang menampilkan besaran.

  Analisis yang dilakukan mengacu pada kualitas suatu bahan akan adanya

perlakuan yang diterapkan pada bahan dan faktor perubahan diameter pipa dan

ketebalan karena adanya percabangan. Untuk analisis dengan bahan yang di

normalized.

  Hasil dari analisis ini akan ditampilkan berupa gambar distribusi-

distribusi dari tegangan, regangan dan pergeseran. Dalam analisis ini dilakukan

dengan empat variasi kondisi dari suatu konstruksi pipa bercabang pada hidran yang

ditunjukan pada Gambar 3.2.

  27 1. Kondisi Pertama Suatu aliran dari sistem perpipaan yang terdiri dari dua buah pipa yaitu pipa dengan diameter 6 in sebagai pipa utama dan satu pipa dengan diameter 4 in sebagai pipa cabang. Pada kondisi pertama ini pipa mengalami penutupan pada bagian ujung masing-masing pipa itu sendiri, namun tidak terjadi pada bagian bawah pipa utama karna itu sebagai saluran utama untuk aliran air yang mengalir dari pompa hidran menuju bagian-bagian yang laen. Kondisi pertama ini diperlihatkan pada Gambar (a).

  2. Kondisi Kedua Dalam kondisi ini hampir mirip dari kondisi sebelumnya, namun telah mengalami sedikit perubahan yaitu pada bagian ujung pipa cabang dalam kedaan terbuka namun salah satu ujung dari pipa utama bagian atas masih dalam keadaan tertutup. Kondisi ini diperlihatkan pada Gambar (b).

  3. Kondisi Ketiga Dalam kondisi ini hampir mirip dari kondisi sebelumnya, namun telah mengalami sedikit perubahan yaitu pada bagian ujung pipa cabang dalam kedaan terbuka namun salah satu ujung dari pipa utama bagian atas masih dalam keadaan tertutup. kondisi ini diperlihatkan pada Gambar (c) 4. Pada kondisi empat semua bagian ujung pipa dalam kedaan terbuka. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar (d)

  28

  a) Gambar dua ujung pipa tertutup b) Gambar ujung pipa cabang terbuka

  29

  c) Gambar ujung pipa utama terbuka d) Gambar kedua ujung pipa terbuka

  Gambar 3.2 Gambar variasi kondisi sistem pipa

  30

3.4 Hasil Analisis Dengan Program CAE

  Tekanan yang bekerja di dalam pipa sebesar 100 psi maka tegangan

maksimum yang terjadi pada bahan AISI 1020 masih dibawah kondisi dari tegangan

  2 yield

  3,516e+008 N/m , harga tegangan maksimum yang paling besar terjadi pada

kondisi keempat yaitu semua bagian ujung pipa dalam keadaan terbuka dikarenakan

pada kondisi ini merupakan rangkaian terlemah, kerena pada kondisi ini tidak ada

penambahan meterial lain seperti tiga variasi kondisi yang lain dengan adanya

penutup pada ujung pipa utama ataupun pada pipa cabang, sehingga pada saat pipa

mendapat tekanan tidak ada bagian yang mengait maka tegangan yang dtimbulkan

sangatlah besar dibandingkan dari kondisi yang lain.

  2 Tegangan maksimum terbesar dari hasil analisis yaitu 6,597e+007 N/m , hal

ini dapat menunjukkan bahwa saat beroprasi pipa masih dalam kondisi elastis,

sehingga pada saat sistem pipa beroperasi cukup lama pipa tidak akan mengalami

kerusakan, kebocoran ataupun pecah karena adanya tekanan yang bekerja di dalam

pipa. Hasil analisis dengan program CAE dapat dilihat pada Gambar 3.3, dari empat

variasi kondisi percabangan pipa, titik kontraksi tegangan maksimum terjadi pada

setiap sambungan percabangan antara pipa utama ke pipa cabang, hal ini di akibatkan

karena adanya sambungan pipa utama terhadap pipa cabang sehingga tegangan yang

diterima oleh pipa berbeda.

  31 Perlu diketahui seandainya harga tegangan maksimum yang terjadi pada pipa

telah melebihi kondisi dari tegangan yield, hal itu dapat menyebabkan konstruksi dari

pipa mengalami kerusakan, ataupun kebocoran. Oleh sebab itu ketika melakukan

suatu perancangan pipa bercabang bagian yang perlu diperhatikan adalah bagian

sambungan antara kedua pipa pada sambungan. a.

  Analisis Kondisi Pertama

  32 b.

  Analisis Kondisi Kedua c.

  Analisis Kondisi Ketiga

  33 d.

  Analisis Kondisi Keempat Gambar 3.3

  Distribusi Tegangan (Von Mises) Pada Bahan Tabel 3.4

  Harga Maksimum Dan Minimum dari setiap kondisi Name Type Min Max Kondisi pertama

  Von Mises Stress 4,053e+004 N/m

  2 4,790e+007 N/m

  2 Kondisi kedua Von Mises Stress 7,268e+004 N/m

  2 5,547e+007 N/m

  2 Kondisi ketiga Von Mises Stress 5,355e+004 N/m

  2 5,585e+007 N/m

  2 Kondisi keempat Von Mises Stress 2,462e+004 N/m

  2 6,597e+007 N/m

  2

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

  Dengan analisis menggunakan program CAE tentang pengaruh pembebanan

statis pada percabangan pipa dengan tekanan yang bekerja didalamnya sebesar 100

Psi diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.

  Dari empat perbedaan kondisi suatu rangkaian pipa tegangan maksimum yang terbesar terjadi pada kondisi semua ujung pipa dalam keadaan terbuka sebesar

  2 6,597e+007 N/m . Tegangan maksimum yang terjadi dari kondisi belum melebihi batas dari tegangan Yield, sehingga kontruksi ini telah memenuhi syarat.

  2. Dari keempat variasi kondisi dari konstruksi tenyata memiliki harga tegangan maksimum yang berbeda-beda meskipun bahan, ukuran, dan ketebalan pipa yang digunakan sama.

  3. Tegangan maksimum terjadi pada setiap sambungan antara kedua pipa (sambungan pipa utama dan pipa cabang). Hal itu dikarenakan adanya perbedaan variasi penutup pada ujung pipa dari masing-masing kondisi sehingga tegangan yang diterima pada saat sistem bekerja akan berbeda-beda.

  Maka pada bagian itulah yang harus diperhatikan kekuatannya saat melakukan perancangan pipa bercabang.

  35

4.2 Saran

  Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat dan akurat dalam menganalisis

dengan Program CAE diperlukan data-data penelitian dan perhitungan-perhitungan

lebih lanjut. Selain itu perlu pemahaman program CAE sendiri supaya tidak terjadi

kesalahan pada saat analisis.

DAFTAR PUSTAKA

  Hamonangan, D., ANALISIS BENGKOKAN PIPA BOOM ACTUATOR DENGAN

COSMOS WORKS, 2007, Tugas Akhir, Sanata Darma, Yogyakarta.

  Kannappan, S., PIPE STRESS ANALISYS, Engineer Tennessee Valley Authority Knoxville.

  Lingaiah, K.,. MACHINE TOOL DESIGN HANBOOK Second Edition, The

  McGraw-Hill Companies, 2003, 1994, United States of America

  Raswari, TEKNOLOGI dan PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN, Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, Jakarta.

  , COSMOS Work Online Manual User Guide , SOLID WORK 2007 Computer Program , www. asuransi. astra .co.id, diakses tanggal 2 Desember 2008.

  , www.Hydraulic.com, diakses tanggal 9 Agustus 2008. , www.Navkar.com, diakses tangaal 17 Maret 2008.