Formulasi dan perbandingan sifat fisis sabun transparan berbahan dasar VCO dengan minyak atsiri (minyak kayu putih, sereh dan cengkeh) sebagai fragrance oil - USD Repository

  

FO ORMULA SI DAN PE ERBANDIN NGAN SIF FAT FISIS SABUN

TRANS SPARAN B ERBAHAN N DASAR V

  VCO DEN NGAN MIN NYAK ATS SIRI (M MINYAK K KAYU PUTI

  IH, SEREH H dan CEN NGKEH) SE EBAGAI

F FRAGRANC CE OIL

SKRIP PSI

  Diiajukan untu uk Memenu uhi Salah Saatu Syarat Meemperoleh G Gelar Sarjan na Farmasi (S.Farm)

  Progrram Studi Illmu Farmassi Oleh :

  Irenee Anindyajaati Retmanaa NIM : 06 81 N 114 186

  FAK KULTAS F FARMASI UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA YOGYAKA ARTA 2009

  9

  

i

 

  

FO ORMULA SI DAN PE ERBANDIN NGAN SIF FAT FISIS SABUN

TRANS SPARAN B ERBAHAN N DASAR V

  VCO DEN NGAN MIN NYAK ATS SIRI (M MINYAK K KAYU PUTI

  IH, SEREH H dan CEN NGKEH) SE EBAGAI

F FRAGRANC CE OIL

SKRIP PSI

  Diiajukan untu uk Memenu uhi Salah Saatu Syarat Meemperoleh G Gelar Sarjan na Farmasi (S.Farm)

  Progrram Studi Illmu Farmassi Oleh :

  Irenee Anindyajaati Retmanaa NIM : 06 81 N 114 186

  FAK KULTAS F FARMASI UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA YOGYAKA ARTA 2009

  9

  

ii  Skripsi

  

FORMULASI DAN PERBANDINGAN SIFAT FISIS SABUN

TRANSPARAN BERBAHAN DASAR VCO DENGAN MINYAK ATSIRI

(MINYAK KAYU PUTIH, SEREH dan CENGKEH) SEBAGAI

FRAGRANCE OIL

  Yang diajukan oleh : Irene Anindyajati Retmana

  NIM : 068114186 Telah disetujui oleh :

  Pembimbing Rini Dwiastuti, S.Farm, M.Sc., Apt Tanggal : 05 Desember 2009

  

iii  iv 

Your Beliefs Become Your Thoughts Your Thoughts Become Your Words Your Words Become Your Action Your Action Become Your Destiny

  _ Mahatma Gandhi_

  Whene’er I come to Jesus No matter when or where To seek His gracious presence I’m sure to find Him there

  

Karya kecil ini kupersembahkan untuk orang –orang yang kukasihi dan

mengasihiku tanpa batas_

“ Jesus Christ” my lovely Savior

  

Raimundus Priyatmana_Ayahku Tercinta

Theresia Retno Sri Winarti_Bundaku yang Sabar dan Pengertian

Ardha “Gemphil” Yosef Retmana & Bonivasius Pradipta “Pinji” Retmana,

Adik-adikku yang selalu membagi senyum denganku dengan caranya

sendiri

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena berkat dan penyertaan dariNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir dengan judul “Formulasi dan Perbandingan Sifat Fisis Sabun Transparan Berbahan Dasar VCO dengan Minyak Atsiri (Minyak Kayu Putih, Sereh dan Cengkeh) sebagai Fragrance Oil”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S. Farm).

  Selama penelitian dan penyusunan laporan akhir ini penulis banyak mengalami kendala namun dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan laporan akhir ini. Karenanya dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan, kepada : 1. My lovely “Jesus Christ” for everything I get in my life.

  2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  3. Rini Dwiastuti, S.Farm.,M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah dengan rela dan tanpa lelah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

  4. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt yang telah berkenan membimbing penulisan proposal skripsi dengan sangat sabar.

  

vi 

  5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

  6. Drs. Petrus Sunu H., M.Si., SJ selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

  7. Ign. Kristio Budiasmoro atas pencerahan yang diberikan ketika penulis mengalami kebimbangan metodologis.

  8. Ibu Maria Wisnu Donowati atas masukan yang sangat bermanfaat dan adjustment yang telah diberikan untuk kuisioner penulis.

  9. Ayah, Bunda, Gemphil dan Pinji atas masukan, bantuan, dukungan and everything that you have given to me. I’m nothing without all of you

  10. Agustinus John Ricky, yang selalu mengajari penulis untuk bisa mengerti orang lain pelan-pelan, spirit dan juga masukan kata-katanya dalam penyusunan laporan akhir ini.

  11. Lina, Kak Cha, Rani atas perjuangannya meneruskan sabun batangan dengan semangat.

  12. Teman-teman penelitian teh hijau Iren Christina, Reni dan Eka cewek atas kebersamaannya di laboratorium.

  13. Teman-teman penelitian pare Yosephine, Lia, Cik Yuvita, Ardani atas kebersamaannya di laboratorium.

  14. Tempe girl, Kak Lul, Nee, dan Chint atas kebersamaan dan sharing selama ini

  15. Teman-teman penelitian shampoo, Grace dan Si atas masukan, saran dan kebersamaan di laboratorium.

  

vii 

  16. Para single fighter lantai satu, Wiwit, Rico, Dani “Nduti”, Intan atas semangat yang telah ditularkan kepada penulis.

  17. Pak Musrifin, Mas Ottok, Mas Agung dan Pak Iswandi atas bantuan tak terkira yang telah diberikan kepada penulis.

  18. Teman-teman FST dan FKK angkatan 2006 atas spirit yang selalu ada untuk penulis.

19. Teman-teman kost “Wisma Ananda” Anna dan Vero yang selalu mau

  membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis selama ini. You are best friend ever after that I’ve ever had.

  20. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan penyusunan laporan akhir ini.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini banyak kekurangan dan kesalahan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap agar laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 2 Desember 2009 Penulis

  

viii 

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Irene Anindyajati Retmana Nomor Mahasiswa : 068114186

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : FORMULASI DAN PERBANDINGAN SIFAT FISIS SABUN TRANSPARAN BERBAHAN DASAR VCO DENGAN MINYAK ATSIRI (MINYAK KAYU PUTIH, SEREH dan CENGKEH) SEBAGAI FRAGRANCE OIL beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 12 Desember 2009 Yang menyatakan (Irene Anindyajati Retmana)

  

ix 

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta,12 Desember 2009 Penulis

  Irene Anindyajati Retmana

  

  

INTISARI

  Penelitian mengenai formulasi dan perbandingan sifat fisis sabun transparan berbahan dasar VCO dengan minyak atsiri (minyak kayu putih, sereh dan cengkeh) sebagai fragrance oil ini dilakukan untuk mengetahui apakah perbedaan fragrance oil akan memberikan sifat fisis yang berbeda dan juga mengetahui gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun transparan ini.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sifat fisis sabun transparan yang diteliti meliputi kekerasan dan kemampuan membentuk busa. Gambaran penerimaan konsumen diperoleh dengan membandingkan sabun transparan dengan sabun pasaran serta subjective assessment. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah One Way Annova (uji parametrik) atau Kruskall

  

Wallis (uji non parametrik). Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk analisis

statistik adalah 95%.

  Diperoleh hasil bahwa minyak kayu putih, sereh dan cengkeh tidak menyebabkan perbedaan kekerasan pada sabun transparan namun mempengaruhi kemampuan membentuk busa sabun transparan. Sifat fisis sabun transparan dengan minyak atsiri ini memenuhi standar pasar sebab tidak berbeda dengan sabun yang beredar di pasar. Hasil dari subjective assessment yang telah dilakukan adalah semua sabun transparan baik sabun transparan basis, kayu putih sereh dan cengkeh dapat diterima oleh konsumen. Kata kunci : sabun transparan, VCO, fragrance oil, minyak atsiri, sifat fisis

  

xi 

  

ABSTRACT

  The aims of formulation and physical properties comparison of VCO transparent soap with volatile oil (cajuput, citronella and clove oil) as fragrance oil were to determine whether different fragrance would give different physical properties and descriptive of consumer acceptation of this transparent soap.

  This study is experimental research. Physical properties that observe were soap hardness and soap foam ability. The acceptation of consumer were identified by compare the physical properties with the soap in the market and subjective assessment. The data were analyzed statistically with One Way Anova (parametric test) or Kruskal Wallis (non parametric test) with 95% level of confidence.

  The results showed that cajuput, citronella and clove oil didn’t cause difference in soap hardness but gave difference in soap foam ability. The physical properties of this transparent soaps were fill the standard because had no different with the market soap. The results of subjective assessment showed that all of the transparent soap, basic, cajuput, citronella and clove transparent soap could be accepted by the consumer.

  Key words: transparent soap, VCO, fragrance oil, volatile oil, physical properties

  

xii 

  

DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………… v

   DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xiii

  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................................... 4 C. Keaslian Penelitian .......................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4 E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................... 6 A. Formulasi……….. ............................................................................................ 6

  

xiii 

  1. Sabun ............................................................................................................ 6

  2. Sabun Transparan ......................................................................................... 7

  3. VCO (Virgin Coconut Oil) ........................................................................... 8

  4. Fragrance ..................................................................................................... 9

  5. Minyak Atsiri .............................................................................................. 10

  6. Minyak Kayu Putih ..................................................................................... 11

  7. Minyak Sereh .............................................................................................. 11

  8. Minyak Cengkeh ......................................................................................... 12

  B. Uji Sifat Fisis .................................................................................................. 13

  1. Sifat Fisis .................................................................................................... 13

  2. Kekerasan Sabun ........................................................................................ 13

  3. Kemampuan Membentuk Busa .................................................................. 14

  C. Landasan Teori ............................................................................................... 15

  D. Hipotesis………. ............................................................................................ 17

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 18 A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 18 B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................ 18

  1. Variabel Penelitian .................................................................................... 18

  2. Definisi Operasional ................................................................................... 18

  C. Bahan ……………………………………………………………………... .. 19

  D. Alat……….. .................................................................................................. 19

  E. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 19

  1. Formulasi sabun .......................................................................................... 19

  

xiv 

  2. Penentuan persen penyusutan bobot sabun ................................................ 22

  3. Uji sifat fisis sabun ..................................................................................... 22

  4. Subjective assessment ................................................................................. 23

  F. Analisis Hasil ................................................................................................. 24

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26 A. Formulasi. ...................................................................................................... 26 B. Penetuan Persen Penyusutan Bobot ............................................................... 27 C. Uji Sifat Fisis Sabun ...................................................................................... 29

  1. Kekerasan Sabun ........................................................................................ 29

  2. Kemampuan Membentuk Busa .................................................................. 32

  

D. Subjective Assessment .................................................................................... 36

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38 A. Kesimpulan .................................................................................................... 38 B. Saran……………. ......................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 40 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 43 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………...….. ... .76

     

xv 

  

DAFTAR TABEL

    Tabel I. Paired t-test persentase bobot 2 minggu-4minggu ............................. 28 Tabel II. Hasil uji Kruskal Wallis kekerasan sabun transparan………………...31 Tabel III. Hasil uji Anova tinggi busa sabun transparan……………………… . 34 Tabel IV. Hasil uji post hoc LSD tinggi busa sabun transparan (Confidence

  95%) ...................................................................................... 34

  Interval

  Tabel V. Gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun transparan………. 37

                                   

xvi 

  

DAFTAR GAMBAR

 

  Gambar 1. Misel .................................................................................................... 7 Gambar 2. Partisi fragrance dalam sistem surfaktan .......................................... 10 Gambar 3. Struktur 1,8 cineole ............................................................................ 11 Gambar 4. Struktur Sitronelal…………………………………………………. 12 Gambar 5. Struktur Eugenol…………………………………………………... 13 Gambar 6. Grafik persentase penyusutan bobot sabun transparan ...................... 28 Gambar 7. Grafik rata-rata kekerasan sabun transparan ...................................... 30 Gambar 8. Grafik rata-rata tinggi busa sabun transparan .................................... 33

                             

xvii 

  

DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Data persen penyusutan bobot sabun transparan ............................ 44 Lampiran 2. Data sifat fisis sabun transparan setelah 48 jam ............................. 53 Lampiran 3. Data sifat fisis sabun transparan setelah 2 minggu ......................... 54 Lampiran 4. Data sifat fisis sabun transparan setelah 4 minggu ......................... 55 Lampiran 5. Perbandingan sifat fisis sabun transparan 4 minggu dengan sabun pasaran………………………………………………………… ........ 56 Lampiran 6. Komposisi sabun pasaran yang digunakan ..................................... 62 Lampiran 7. COA minyak atsiri yang digunakan ............................................... 63 Lampiran 8. Uji validitas dan reliabilitas kuisioner ............................................ 66 Lampiran 9. Kuisioner subjective assessment ..................................................... 70 Lampiran 10. Dokumentasi ................................................................................. 75

   

xviii 

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris dengan hasil pertanian dan

  perkebunan yang amat melimpah. Salah satu tanaman yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah tanaman kelapa. Tanaman kelapa banyak dikembangkan di daerah pesisir pantai seperti Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Salah satu hasil olahan dari tanaman kelapa atau Cocos nucifera ini adalah

  

Virgin Coconut Oil atau yang sering disebut oleh masyarakat sebagai VCO (Budi,

  2008). Banyaknya produk VCO yang beredar di masyarakat saat ini menurunkan nilai jual VCO sehingga perlu dibuat suatu produk baru yang mampu menaikkan nilai jual VCO. Menurut Surtiningsih (2006) VCO telah banyak digunakan dalam pembuatan krim wajah.

  Indonesia juga merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang terbesar di dunia. Terdapat kira–kira 45 jenis tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia namun baru 15 diantaranya yang menjadi komoditi ekspor (Ma’mun, 2006). Menurut Armando (2009) ada 12 jenis minyak atsiri yang telah berkembang di Indonesia yaitu minyak nilam, serai wangi (sereh), akar wangi, kenanga, cendana, kayu putih, bunga cengkeh, daun cengkeh, gagang cengkeh, pala, lada dan jahe.

  Namun masih menurut Armando, penggunaan minyak atsiri ini untuk kebutuhan dalam negeri masih minimalis sebab sebagian besar jenis minyak ini digunakan untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri.

  1   Dalam penelitian ini akan dibuat sabun dengan bahan dasar VCO dan minyak kayu putih, minyak sereh serta minyak cengkeh sebagai fragrance oil.

  Sabun dipilih dengan pertimbangan sabun banyak digunakan oleh masyarakat untuk mencuci muka, mandi dan aktivitas lainnya (Hambali, 2006). Jenis sabun yang dipilih adalah sabun transparan karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding sabun opaque (buram) dan juga merupakan perkembangan lebih lanjut dari sabun translucent. Sabun transparan atau sering disebut masyarakat sebagai sabun gliserin memiliki tampilan yang transparan, lebih berkilau dan umumnya menghasilkan busa yang lembut (Anonim, 2008). Menurut sumber lain (Anonim, 2007) sabun transparan memiliki potensi baik untuk dikembangkan karena tidak hanya bisa digunakan sebagai sabun mandi namun juga dapat digunakan sebagai wedding gift ataupun party gift. Sabun transparan memiliki potensi ini sebab bentuk, warna dan aroma bisa disesuaikan dengan keinginan pemesan. Karenanya sabun transparan dapat dikembangkan sebagai peluang usaha baru dan juga sebagai usaha diversifikasi produk untuk VCO dan beberapa jenis minyak atsiri yang telah berkembang.

  Menurut pengalaman empiris, pembuatan sabun opaque dengan menggunakan minyak cengkeh dan minyak sereh sebagai fragrance menghasilkan sabun dengan aroma dan sifat fisis yang berbeda. Sabun yang menggunakan minyak sereh sebagai fragrance oil lebih halus hasilnya, merata dan dapat dituang dengan baik. Sedangkan sabun yang menggunakan minyak cengkeh tidak dapat tercampur merata dan hasil sabun setengah padatnya (sering disebut curd) tidak halus, kasar, seperti bungkil kelapa sehingga mempengaruhi penampilan sabun secara estetika. Sabun yang menggunakan minyak cengkeh juga lebih cepat memadat saat dilakukan pengadukan dibandingkan dengan sabun yang menggunakan minyak sereh. Permasalahan ini menjadi suatu kendala tersendiri dalam proses pembuatan sabun tersebut. Karena hal inilah, peneliti ingin membuat sabun transparan dengan beberapa minyak atsiri (minyak cengkeh, minyak sereh, minyak kayu putih) sebagai fragrance oil dan dibandingkan sifat fisis sabun tersebut. Pemilihan minyak atsiri sebagai fragrance oil juga didasari oleh pertimbangan bahwa minyak atsiri mampu memunculkan aroma yang menenangkan sehingga sering digunakan sebagai aroma terapi (Armando, 2009)

  Minyak atsiri yang dipilih sebagai fragrance oil adalah minyak sereh, minyak cengkeh dan minyak kayu putih sebab ketiga minyak ini termasuk kedalam kategori minyak yang telah berkembang dan upaya yang perlu dilakukan adalah mengembangkannya menjadi suatu produk baru.

  Dalam publikasi yang dilakukan oleh Herman (2005), disebutkan bahwa penggunaan fragrance dapat mempengaruhi sifat fisis dari sediaan emulsi dan sistem surfaktan. Sifat fisis yang telah diketahui berubah karena adanya fragrance dalam sediaan tersebut adalah viskositas, warna serta masalah kelarutan pada sistem yang jernih. Karena sabun juga merupakan sistem surfaktan, maka ada kemungkinan penambahan fragrance yang berbeda juga dapat mempengaruhi sifat fisis dari sabun yang akan dibuat.

  Sabun yang dihasilkan selanjutnya diuji sifat fisiknya meliputi kekerasan sabun dan juga kemampuannya untuk membentuk busa. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dan dilihat apakah ada perbedaan yang signifikan. Sifat fisis dari kedua sabun ini nantinya akan dibandingkan dengan sabun yang telah beredar di pasaran. Hal ini dilakukan sebagai gambaran apakah sabun yang dibuat memenuhi standar (standar pasar). Subjective assessment juga dilakukan untuk mendapatkan gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun transparan.

  B.

  

Perumusan Masalah

  1. Apakah ada perbedaan sifat fisis (kekerasan dan kemampuan membentuk busa) pada sabun transparan berbahan dasar VCO dengan penambahan minyak atsiri (minyak kayu putih, sereh dan cengkeh) sebagai fragrance oil?

  2. Apakah sabun transparan yang telah diformulasi dapat diterima oleh konsumen?

  C.

  

Keaslian Penelitian

  Sejauh penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis, VCO telah banyak digunakan sebagai bahan pembuatan sediaan farmasi namun penggunaan VCO sebagai fase minyak dan minyak atsiri (minyak kayu putih, minyak sereh dan minyak cengkeh) sebagai fragrance oil dalam pembuatan sabun transparan belum pernah dilakukan.

  D.

  

Manfaat Penelitian

  Manfaat teoritis : dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui apakah minyak atsiri mempengaruhi sifat fisis dari sediaan sabun transparan yang akan dibuat.

  Manfaat praktis : dengan adanya penelitian ini, diharapkan menambah bentuk variasi dari sediaan farmasi yang telah ada dan memberikan kemungkinan untuk dikembangkan menjadi sebuah peluang usaha.

  E.

  

Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui apakah penggunaan jenis minyak atsiri yang berbeda sebagai fragrance oil akan memberikan sifat fisis yang berbeda, meliputi kekerasan dan kemampuan membentuk busa, pada sabun transparan.

  2. Untuk mengetahui gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun transparan berbahan dasar VCO dengan minyak kayu putih, minyak sereh dan minyak cengkeh sebagai fragrance oil.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Formulasi

  1. Sabun Sabun didefinisikan sebagai garam dari logam alkali, biasanya natrium dan kalium, dari asam lemak rantai panjang. Ketika asam lemak disaponifikasi oleh logam natrium maupun kalium, membentuk garam maka garam itu disebut sabun (Ghaim dan Volz, 2001).

  Sabun secara sederhana dibuat dengan mencampurkan asam lemak dengan alkali seperti NaOH dan KOH. Penambahan alkali ini akan membuat sabun menjadi keras (sabun batangan). Untuk membuat sabun memiliki penampilan yang lebih baik perlu dilakukan penambahan bahan lain seperti gliserol (Allen, 1995).

  Sabun merupakan molekul surfaktan yang memiliki kepala hidrofilik (gugus karboksilat) dan ekor hidrofobik (rantai alifatis). Dualisme karakter inilah yang membuat sabun dapat terlarut dalam fase organik dan fase air, mampu untuk membentuk lapisan antara air-udara (sebagai busa) dan kemampuan untuk membersihkan. Sabun, seperti halnya surfaktan yang lain, pada konsentrasi rendah akan berupa monomer dalam air. Semakin tinggi konsentrasi sabun, sampai saat tertentu, monomer tersebut akan membentuk agregat yang disebut misel. Struktur misel berbentuk bola dengan gugus karboksilat berada di permukaan dan ekor 6   hidrofobik berada di tengahnya. Konsentrasi di mana peristiwa ini terjadi disebut dengan Critical Micelle Concentration (CMC) (Hill & Moaddel, 2004).

  

Gambar 1. Misel (Hill & Moaddel, 2004)

  Sabun konvensional yang dinetralkan dengan larutan natrium hidroksi memiliki pH alkalis dengan range 9-11 (Friedman, 2004). Sabun yang merupakan garam alkali dari asam lemak dikenal sebagai surfaktan anionik (Ertel, 2006).

  2. Sabun Transparan Sabun batangan dikategorikan sebagai transparan apabila memungkinkan seseorang untuk membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan ¼ inchi. (Gordon, 1979; Tokosh & Baig, 1995). Sabun dapat menjadi transparan karena cahaya yang melewati sabun tersebut diteruskan dan tidak dihamburkan. Berbeda dengan sabun opaque, dimana cahaya yang melewatinya dihamburkan oleh bahan–bahan berbeda yang ada di dalamnya, maka sabun transparan mengurangi cahaya yang dihamburkan dengan menyesuaikan indeks refraktif atau memperkecil ukuran partikel dari fase dispers (Hill & Moaddel, 2004).

  Sabun transparan secara khas dibuat dengan mencampurkan 50% sabun dengan 50% solvent. Biasanya solvent yang sering digunakan dapat mengandung gliserin, etil alkohol, sukrosa dan atau rosin. Larutan sabun yang panas harus terlihat transparan, tidak menampakkan keberadaan solid atau fase solid dari sabun ataupun lainnya. Jika tidak campuran tidak akan memberikan hasil yang transparan ketika didinginkan (Hill & Moaddel, 2004).

  Menurut Dumas dan Helmond (1995), pendinginan secara cepat akan menaikkan tranparansi dari sabun yang telah dituang ke dalam cetakan. Masih menurut penelitian ini, pendiaman selama beberapa minggu akan membuat sabun menjadi tetap karena dalam proses pendiaman ini terjadi penguapan alkohol dan atau air dari sediaan sabun yang dibuat.

  3. VCO (Virgin Coconut Oil)

  VCO atau Virgin Coconut Oil merupakan minyak yang dibuat dari daging kelapa segar tanpa mengalami pemanasan. VCO memiliki kenampakan yang bening dan banyak mengandung asam laurat. VCO mengandung MFA ( Medium Cahin Fatty Acid / Asam Lemak Rantai Menengah) (Timoti, 2005).

  VCO memiliki manfaat untuk mengurangi resiko penyakit kanker dan penyakit degeneratif, mencegah infeksi virus dan mengontrol penyakit diabetes.

  Sedangkan dalam bidang kosmetik, VCO biasa digunakan dalam krim perawatan wajah (Surtiningsih, 2006).

  4. Fragrance Fragrance atau pewangi merupakan bahan tambahan yang paling penting

  dalam produk pembersih terutama sabun. Fragrance dipergunakan untuk menutupi bau yang tidak enak dari sediaan. Fragrance akan mempengaruhi proses pembuatan secara keseluruhan. Hal ini akan lebih nampak pada sabun transparan di mana kejernihan dan bentuk yang tetap merupakan titik kritis (George, 2004).

  Jumlah fragrance pada sabun batangan berkisar 0,3% (pada kulit sensitif) dan 1,5% (untuk menutupi bau) (Ghaim dan Volz, 2001).

  Fragrance merupakan aditif yang memiliki efek pada misel. Bentuk misel

  diketahui dipengaruhi oleh 3 hal yaitu volume yang ditempati oleh gugus hidrofob pada inti misel, panjang gugus hidrofob di dekat inti misel dan area yang ditempati oleh gugus hidrofil pada permukaan misel. Senyawa organik dapat mempengaruhi misel dengan dua cara yaitu senyawa berada di dalam misel dan senyawa mengubah interaksi antara solvent dan misel. Fragrance dapat melakukan kedua hal tersebut karena memiliki range polaritas. Polaritas fragrance dapat digambarkan dengan parameter solubilitas. Parameter solubilitas ini dinyatakan dengan sebuah bilangan, di mana semakin tinggi nilai bilangan tersebut maka senyawa tersebut lebih cenderung bersifat polar. Konstituen penyusun fragrance akan berpartisi pada daerah yang berbeda pada misel. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pada misel sehingga memiliki kemungkinan mengubah sifat fisis dari sistem surfaktan seperti viskositas dan kemampuan pembusaan (Herman, 2005).

  

Gambar 2. Partisi fragrance dalam sistem surfaktan (Herman, 2005)

  5. Minyak Atsiri Minyak atsiri atau yang biasa disebut minyak esensial adalah campuran kompleks konstituen mudah menguap yang merupakan hasil biosintesis dari organisme hidup. Minyak atsiri sebagian besar ditemukan dalam tumbuhan, karenanya minyak atsiri sering dihubungkan dengan tanaman. Minyak atsiri bisa diperoleh dengan destilasi baik destilasi air, uap maupun dengan ekspresi. Minyak atsiri sering digunakan sebagai fragrance pada makanan, kosmetik dan toiletries

  (personal care) (Ertel, 2006).

  Minyak atsiri memiliki banyak manfaat. Manfaat minyak atsiri di bidang kesehatan sebagai aroma terapi. Aroma yang muncul dari minyak atsiri dapat memunculkan efek menenangkan yang akhirnya dapat digunakan sebagai terapi psikis. Dalam hal perawatan kecantikan minyak atsiri digunakan untuk memberikan aroma khas pada produk. Produk yang membutuhkan peran minyak atsiri untuk memperkuat efek antara lain parfum, sabun, pasta gigi, shampo, lotion dan deodoran (Armando, 2009).

  6. Minyak Kayu Putih Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri yang didapatkan dari hasil destilasi daun tanaman Eucalyptus globulus. Minyak kayu putih berbau khas hangat dengan warna hijau. Konstituen utama dari minyak kayu putih adalah 1,8 cineole (eucalyptol) dengan konsentrasi 70-80 % (Bruneton, 1993).

  Penelitian oleh Saify, Ahsan dan Dayo (2000) menunjukkan bahwa cineole dapat berfungsi sebagai pembantu penetrasi senyawa aktif pada sediaan topikal.

  Minyak kayu putih memiliki tampilan dengan warna tak bewarna sampai

  O

  hijau muda dengan bobot jenis pada suhu 25 C sebesar 0,905–0,925 dan indek

  O bias pada suhu 25 C sebesar 1,460–1,470 (Armando, 2009).

  H C CH 3 3 O H C 3 Gambar 3. Struktur 1,8 cineole (Southwell, Russel, Maddox, Wheeller, 2003)

  7. Minyak Sereh Minyak sereh atau yang biasa disebut minyak sereh wangi merupakan minyak atsiri yang dihasilkan dari destilasi daun tanaman sereh (Cymbopogon

  

nardus) . Kandungan utama minyak sereh adalah sitronelal dan geraniol. Bau

harum dari minyak sereh disebabkan oleh kandungan sitronelal dalam minyaknya.

  Minyak standar yang beredar di pasaran mengandung tidak kurang dari 35% sitronelal (Gaunther, 1990).

  Minyak sereh memiliki warna kuning sampai kuning kecoklatan dengan

  O O

  indek bias pada suhu 25 C sebesar 1,488–1,495 dan bobot jenis pada suhu 25 C sebesar 0,876–0,919 (Armando, 2009).

  CH 3 HC O H C CH 3 3 Gambar 4. Struktur Sitronelal (O’ Neil, 2001)

  8. Minyak Cengkeh Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri (volatile oil) yang dihasilkan dari destilasi bagian tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum). Bagian tanaman cengkeh yang biasa didestilasi menjadi minyak cengkeh adalah daun, bunga atau tangkai cengkeh (Nurdjanah, 2004).

  Konstituen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh adalah eugenol. Eugenol memiliki flavour yang kuat dengan rasa pedas dan panas (Mawarti dan Hernani, 2006).

  Minyak cengkeh adalah cairan tidak berwarna sampai berwarna kuning

  O

  pucat, dengan berat jenis pada suhu 25 C sebesar 1,0355–1,0455 dan indek bias

  O pada suhu 25 C sebesar 1,526–1,533 (Armando, 2009).

  OH OCH 3 CH 2  

  Gambar 5. Struktur Eugenol (O’ Neil, 2001)

B. Uji Sifat Fisis

  1. Sifat Fisis Sifat fisis dipengaruhi oleh jumlah dan jenis aditif yang ditambahkan pada formula produk jadi. Beberapa sifat fisis yang penting diperhatikan untuk sabun mandi adalah warna, bau, kemampuan pembusaan, kekerasan, ketahanan pecah (crack resitance) (George, 2004).

  2. Kekerasan Sabun Kekerasan sabun merupakan ukuran mekanis yang menggambarkan seberapa tahan atau kuat sabun batangan terhadap tekanan fisik. Sabun yang terlalu lunak akan sukar untuk ditekan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti (Ghaim dan Volz, 2001).

  Gliserin merupakan humektan yang umum dipakai pada formulasi sabun batangan. Gliserin sendiri telah dihasilkan dalam proses saponifikasi. Terlalu banyak gliserin dalam formula dapat mengakibatkan sabun yang dihasilkan menjadi lebih lunak (Ghaim dan Volz, 2001).

  Uji kekerasan dapat dilakukan dengan memotong sabun dalam ukuran tertentu dan ditekan dengan jari selama 10 detik. Respon terhadap tekanan jari diukur dan dicatat (Edoga, 2009).

  Menurut Jehn-Dellaport (2006) kekerasan sabun dapat diukur dengan menggunakan penetrometer. Penetrometer akan menembus sabun dengan ujungnya yang lancip. Kemampuan penetrometer untuk menembus sabun batangan dinyatakan dalam ton per inci kuadrat.

  3. Kemampuan Membentuk Busa Busa dihasilkan ketika udara atau gas lain berada di bawah permukaan cairan yang memungkinkan gas atau udara tersebut dilingkupi oleh lapisan (film) cairan. Surfaktan dapat membantu menurunkan tegangan antar muka udara atau gas lain dengan cairan sehingga busa lebih mudah terbentuk (Rosen, 1987).

  Sabun yang banyak diminati saat ini adalah sabun yang bisa menghasilkan busa dalam jumlah banyak dan tahan lama. Untuk menghasilkan busa yang lebih banyak dalam formulasi sabun batangan sering ditambahkan surfaktan sintetik disamping basis sabun sendiri (Ghaim dan Volz, 2001).

  Uji untuk kemampuan membentuk busa dapat dilakukan dengan menimbang 2,95 g sabun kemudian diserbuk dan dilarutkan dalam 800 ml air destilasi. 500 ml dari larutan ini diaduk dengan stirrer magnetic selama 2 menit dan diukur berat busanya (Edoga, 2009).

  Menurut Nelson (2009) uji ini dapat dilakukan dengan mengambil sejumlah kecil sabun (seukuran kacang polong) dan ditambah 3 ml air destilasi kemudian digojog selama 15 detik. Setelah penggojogan tinggi busa yang dihasilkan diukur. Sumber lain menuliskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan membuat larutan sabun 1%. Untuk melarutkan sabun bisa dibantu dengan pemanasan. Larutan ini kemudian diambil 2 ml dan ditambah air destilasi dengan jumlah yang sama dan digojog selama beberapa waktu. Kemudian tinggi busa yang terbentuk diukur (Anonim, 2009).

C. Landasan Teori

  Minyak atsiri secara luas telah digunakan sebagai aroma terapi dan untuk memperkuat efek aroma (fragrance) dari beberapa produk kecantikan dan

  

personal care seperti sabun. Sabun transparan merupakan sabun dengan

  penampakan jernih yang menyenangkan. Untuk membuat sabun transparan diperlukan proses yang menjamin semua bahan terlarut. Sabun transparan perlu didiamkan selama beberapa saat untuk mencapai kondisi tetap sesuai dengan yang diinginkan.

  Fragrance merupakan salah satu aditif yang penting untuk ditambahkan

  dalam sediaan farmasi tidak terkecuali sabun mandi. Penggunaan fragrance dalam sediaan emulsi dan sistem surfaktan telah diketahui dapat menyebabkan perbedaan yang berarti pada salah satu sifat fisis sediaan tersebut yaitu viskositas sediaan. Hal ini disebabkan karena konstituen fragrance akan berpartisi ke daerah yang berbeda pada sistem surfaktan. Ada yang bermigrasi ke inti hidrofobik misel, di sepanjang rantai lipofilik, di dekat permukaan surfaktan atau berada di fase eksternal. Viskositas sistem surfaktan ditentukan oleh misel yang ada pada sistem surfaktan. Sedangkan fragrance dapat mempengaruhi misel pada sistem surfaktan sehingga dapat membuat viskositas sistem surfaktan berubah.

  Karena sabun merupakan sistem surfaktan ada kemungkinan penggunaan

  

fragrance yang berbeda akan mempengaruhi sifat fisis sediaan sabun yang

  dihasilkan. Dengan adanya perbedaan viskositas sistem surfaktan dimungkinkan pula ada perbedaan kekerasan jika suatu sistem surfaktan dipadatkan. Semakin kental suatu sediaan maka sediaan tersebut akan semakin keras jika dipadatkan.

  Telah diketahui bahwa fragrance dapat menempati tempat yang berbeda pada sistem surfaktan. Hal ini memungkinkan fragrance untuk mempengaruhi kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan dua zat yang memiliki polaritas berbeda. Sementara busa dibentuk oleh surfaktan dengan menurunkan tegangan permukaan antara cairan dan gas (udara). Jika kemampuan surfaktan dipengaruhi oleh fragrance maka dimungkinkan kemampuan surfaktan untuk membentuk busa juga akan terpengaruh.

  Karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah penambahan

  

fragrance yang berbeda akan memberikan sifat fisis yang berbeda, meliputi

kekerasan dan kemampuan membentuk busa, dari sabun transparan yang dibuat.

  Untuk mengevaluasi apakah ada perbedaan yang signifikan pada sifat fisis sabun mandi dengan penggunaan minyak atsiri yang berbeda sebagai fragrance ini maka digunakan One Way Anova untuk data berdistribusi normal dan uji Kruskal Wallis untuk data berdistribusi tidak normal.

  Selain itu, sifat fisis sabun yang transparan ini juga akan dibandingkan dengan sifat fisis sabun transparan yang telah beredar di pasaran. Apabila hasil sifat fisis sabun transparan secara statistik tidak berbeda dengan sifat fisis salah satu sabun yang beredar di pasaran maka dapat diasumsikan sabun transparan yang dibuat dapat diterima oleh pasar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sabun yang diformulasikan ini memiliki potensi untuk diterima oleh konsumen jika produk dilemparkan ke pasar.

D. Hipotesis

  Perbedaan jenis minyak atsiri sebagai fragrance dalam formula sabun transparan akan menyebabkan perbedaan sifat fisis sabun transparan yang meliputi kekerasan dan kemampuan membentuk busa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Formulasi dan Perbandingan Sifat Fisis Sabun Transparan Berbahan Dasar VCO Dengan Minyak Atsiri (Minyak Kayu Putih, Sereh dan Cengkeh) Sebagai Fragrance Oil ini merupakan jenis penelitian eksperimental. B. Variabel dan Definisi Operasional

  1. Variabel penelitian :

  a. Variabel bebas dalam penelitian adalah jenis minyak atsiri yaitu minyak cengkeh, minyak sereh dan minyak kayu putih.

  b. Variabel tergantung dalam penelitian adalah sifat fisis sabun transparan yang meliputi kekerasan sabun dan kemampuan membentuk busa.

  c. Variabel pengacau terkendali yaitu suhu waterbath, suhu pendinginan dalam lemari es

  2. Definisi Operasional

  a. Sabun transparan adalah sabun batangan yang berwarna jernih dan memungkinkan seseorang membaca font tipe 14 dengan ketebalan sabun ¼ inci.

  18 b. Sifat fisis sabun yang diuji meliputi kekerasan sabun dan kemampuan sabun untuk membentuk busa.

  C.

  

Bahan

  Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian adalah minyak sereh, minyak kayu putih, minyak cengkeh, asam stearat, NaOH padat, Etanol, Gliserin, Cocoamidopropil betain/CAB (diperoleh dari “Bratachem”), VCO (diperoleh dari produsen VCO di daerah Bambanglipuro, Bantul), Asam Sitrat (Asia Lab), Aquadest dan Sukrosa (“Gulaku”).

  D.

  

Alat

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer (modifikasi Fakultas Farmasi USD), waterbath (Gerhardt), thermometer, tablet hardness tester (Kiya Seisakusho, LTD), vortex (Fakultas Farmasi USD), cetakan sabun (Livina, Lion Star) dan beker gelas Duran 250 ml untuk pencampuran serta alat–alat gelas pada umumnya.

E. Tata Cara Penelitian

  1. Formulasi sabun Formula Sabun Transparan Asam sterat 7g Minyak kelapa 10g Minyak jarak 10g NaOH 30% 18g Etanol 15g

  Gliserin 13g Gula 7,5g Asam sitrat 3g Betain 5g Air 4,5g (Hambali, et al, 2006)

  Dalam penelitian dilakukan modifikasi formula sehingga diperoleh formula: Asam sterat 7g

  Virgin Coconut Oil (VCO) 10g

  NaOH 30% 18g Etanol 15g Gliserin 13g Gula 7,5g Asam sitrat 3g Betain 5g Air 6,5g

  Butylated Hydroxy Toluen (BHT) 0,085g