ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

  

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN GO

PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

  Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2011 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  Program Studi Akuntansi Oleh :

  Teodora Uthari Dadara Tarigas NIM : 092114071

  

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN GO

PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

  Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2011 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  Program Studi Akuntansi Oleh :

  Teodora Uthari Dadara Tarigas NIM : 092114071

  

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

  • - Thomas Alva Edison-

  Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi.

  • - Martin Luther King-

  Kupersembahkan untuk : Ayahandaku Marselus Uthan dan Ibundaku Rita

  Saudara-saudaraku tersayang Vera, Gagah, dan Dayang Sahabat-sahabatku tersayang

  KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulisan mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

  2. Dr. H. Herry Maridjo, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  3. Drs. YP. Supardiyono, M. Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

  4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M. Acc selaku dosen pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si.,Akt.,QIA dan Dr. Fr. Reni Anggraini, M. Si selaku dosen penguji yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi.

  6. Bapa, Mama, kakak dan adik-adik yang sangat peduli dan banyak mendukung serta mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

  7. Sahabat-sahabatku Tia, Ketrin, Ika, Eka, Risa, Reza, Sam dan Petric serta teman – teman angkatan 2009 dan pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan terbaiknya kepada penulis.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 2 Juli 2013 Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................ v HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... vi HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. viii HALAMAN DAFTAR TABEL ...................................................................... x HALAMAN DAFTAR GAMBAR.................................................................. xi HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii ABSTRAK ...................................................................................................... xiii ABSTRACT .................................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8 E. Sistematika Penulisan ............................................................ 9 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 11 A. Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) 11 B. Underpricing .......................................................................... 14 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing ... 15

  1. Reputasi Underwriter

  15

  2. Financial Leverage

  17

  3. Book Value to Earning

  18 D. Perumusan Hipotesis Penelitian

  18

  1. Reputasi Underwriter...................................................... 19

  2. Financial Leverage ......................................................... 20

  3. Book Value to Earning .................................................... 20

  BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 22 A. Jenis Penelitian ...................................................................... 22 B. Populasi Dan Sampel

  22 C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

  23

  1. Variabel Independen

  23

  a. Reputasi Underwriter

  23

  b. Financial Leverage

  24

  c. Book Value to Earning

  25

  2. Variabel Dependen (Underpricing)

  25 D. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 26

  E. Metode Pengumpulan Data

  27 F. Statistik Deskriptif

  27 G. Metode Analisis Data

  28

  1. Pengujian Normalitas

  28

  2. Pengujian Asumsi Klasik

  28

  a) Autokorelasi

  28

  b) Multikolinearitas

  29

  c) Heteroskedastisitas

  29

  3. Pengujian Hipotesis (Uji t)

  30 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.................................. 33

  A. Deskripsi Data

  33 B. Kriteria Pengambilan Sampel

  33 C. Perhitungan Data yang Diteliti

  34 D. Statistik Deskriptif ................................................................ 35

  E. Analisis Data

  36

  1. Pengujian Normalitas

  36

  2. Pengujian Asumsi Klasik

  37

  a) Autokorelasi

  37

  b) Multikolinearitas

  38

  c) Heteroskedastisitas

  40

  3. Pengujian Hipotesis (Uji t)

  41 F. Pembahasan Hasil Analisis ................................................... 43

  BAB VI PENUTUP .................................................................................... 48 A. Kesimpulan ............................................................................ 49 B. Keterbatasan ........................................................................... 49 C. Saran....................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51 LAMPIRAN ................................................................................................ 53

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 4.1. Kriteria Pengambilan Sampel........................................................ 33Tabel 4.2. Statistik Deskriptif......................................................................... 35Tabel 4.3. Uji Normalitas

  37 Tabel 4.4. Uji Autokorelasi

  38 Tabel 4.5. Uji Multikolinieritas

  39 Tabel 4.6. Hasil Output uji t

  42

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 40 Lampiran 1. Tabel Perhitungan Tingkat Underpricing

  54 Lampiran 2. Tabel Perhitungan Reputasi Underwriter

  57 Lampiran 3. Tabel Big Ten Underwriter Berdasarkan Total Transaction Value

  60 Lampiran 4. Tabel Financial Leverage (FL) dan Book Value to Earning

  62 Lampiran 5. Data Olahan menggunakan SPSS 20.0

  65 ABSTRAK

  INDONESIA

  Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2011

  Teodora Uthari Dadara Tarigas NIM: 092114071

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2013 Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing yaitu reputasi underwriter, financial leverage, dan book

  

value to earning pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun

  2007-2011. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena underpricing pada saat perusahaan go public dan masih adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu.

  Jenis penelitian adalah studi empiris. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian adalah pengujian normalitas, pengujian asumsi klasik, dan pengujian hipotesis (Uji t). Dari hasil uji t, variabel reputasi underwriter, dan book value to earning tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan variabel

  

financial leverage tidak berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat

underpricing.

  Kata kunci: underpricing, reputasi underwriter,financial leverage, book value to

  earning

  ABSTRACT

  

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE LEVEL OF GO PUBLIC

COMPANIES UNDERPRICING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

  Empirical Study on Companies that Engaging IPO in the Indonesia Stock Exchange in The Year of 2007-2011 Teodora Uthari Dadara Tarigas

  NIM: 092114071 Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2013

  This study aims to examine the factors that affect the level of underpricing which includes underwriter reputation, financial leverage, and book value to earning on companies that listed in the Indonesian Stock Exchange in the year 2007-2011. This research is motivated by the underpricing phenomenon when companies go public and the inconsistent this results from previous studies.

  This type of research is an empirical study. Documentation as data collection technique. The data analysis technique that were used in this study is normality test, the classical assumption test, and hypothesis testing (t-test). Results of the t-test, showed that underwriter reputation and book value to earning variables are not significantly had negative effect on the level of underpricing. While the financial leverage variable had not significantly positive effect on the level of underpricing.

  Keywords: underpricing, underwriter reputation, financial leverage, book value to earning memperluas dan mengembangkan usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan ekspansi usaha. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan memerlukan tambahan modal yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan modal yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang diambil dari dalam perusahaan tidak cukup. Salah satu alternatif untuk pendanaan yang dapat digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan dana yaitu dengan cara penerbitan saham baru pada masyarakat yang disebut dengan go public penawaran umum (IPO).

  Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) atau yang lebih dikenal dengan istilah go public adalah kegiatan penjualan saham perdana oleh suatu perusahaan kepada masyarakat (public) di pasar modal. Pasar modal disini mencakup pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Dalam proses go public sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek), terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public dijual di pasar perdana yang biasa disebut

  IPO (Initial Public Offering).

  Pasar perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya saham baru dijual kepada investor oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, agar emiten mendapatkan dana sebesar nilai saham yang ditawarkan (Handayani, 2008). Handayani (2008) juga menyatakan bahwa pasar perdana tidak akan berfungsi dengan baik tanpa ada pasar sekunder, karena melalui pasar sekunder saham yang dikeluarkan di pasar pedana dapat diperjualbelikan antar investor sehingga aktivitas di pasar sekunder dapat dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan jasa pialang. Tujuan utama dari pasar ini adalah menyelenggarakan perdagangan saham yang sudah ada di tangan investor, sehingga investor yang ingin menjual dan atau membeli sejumlah saham dapat terlaksana. (Handayani, 2008)

  Menurut Widiyanti (2006) seperti dikutip oleh Sari (2011) IPO merupakan salah satu strategi manajemen perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan harapan akan menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, IPO diharapkan akan berakibat pada membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi yang akan dilakukan dan selanjutnya menyebabkan harga saham yang ditawarkan menjadi lebih tinggi (Handayani, 2008). Kinerja perusahaan sebelum IPO merupakan informasi bagi investor untuk memprediksi pertumbuhan kinerja perusahaan sesudah IPO. Investor berharap bahwa kinerja perusahaan sesudah

  IPO dapat dipertahankan atau bahkan dapat lebih ditingkatkan (Handayani, 2008).

  Harga saham pada penawaran perdana didasarkan pada kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (berdasarkan penawaran dan permintaan saham di pasar). Walaupun emiten dan underwriter secara bersama-sama mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga perdana saham, namun sebenarnya mereka masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda.

  Saat perusahaan melakukan IPO terjadi masalah dalam menentukan harga saham. Masalah yang seringkali timbul dari kegiatan IPO adalah terjadinya underpricing yang menunjukkan bahwa sebenarnya harga saham pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar sekunder. Pada saat perusahaan melakukan IPO, harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga yang terjadi di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yang telah ada melalui kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Apabila harga saham pada saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing (Kim, et al. ,1995 seperti dikutip oleh Handayani 2008).

  Menurut Handayani (2008), kondisi underpricing ini dapat merugikan perusahaan yang melakukan IPO, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Sebaliknya jika terjadi overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka tidak menerima initial return (return awal). Initial

  return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan

  harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder (Handayani, 2008). Para pemilik perusahaan menginginkan agar meminimalisasikan situasi underpricing, karena terjadinya

  underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik perusahaan kepada para investor (Beatty, 1989 dalam Handayani 2008).

  Fenomena underpricing terjadi di berbagai pasar modal di seluruh dunia karena adanya asimetri informasi yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan

  stakeholder sebagai pengguna informasi (user). Asimetri informasi bisa

  terjadi antara emiten dan penjamin emisi, maupun investor. Untuk mengurangi adanya asimetri informasi maka perusahaan menerbitkan prospektus, yang berisi informasi dari perusahaan yang ingin menerbitkan saham perdananya. Informasi yang tercantum dalam prospektus terdiri dari informasi yang sifatnya keuangan dan non keuangan. Informasi yang dimuat dalam prospektus akan membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten (Kim, et al. 1995 dalam Handayani 2008).

  Menurut Trisnaningsih (2005), untuk menciptakan harga saham yang ideal, ada beberapa faktor yang mempengaruhi gejala underpricing yang perlu dipelajari yang diharapkan dapat menghindarkan perusahaan yang akan go

  public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya.

  Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gejala underpricing antara lain adalah reputasi underwriter, financial leverage, dan price earning ratio (PER).

  Dalam menentukan harga penawaran untuk saham perusahaan yang baru pertama kali diterbitkan, underwriter berhadapan dengan ketidakpastian pasar (Himawan, 2012). Himawan (2012) juga menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan underwriter yang berkualitas akan mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan menunjukkan bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospek usaha perusahaan tidak memberikan informasi yang salah kepada investor. Dengan adanya reputasi underwriter maka dapat mengurangi resiko terjadinya underpricing dimana reputasi

  underwriter juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya underpricing (Himawan, 2012).

  Financial leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

  memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Financial leverage yang tinggi menunjukkan resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya.

  Penelitian Trisnaningsih (2005) menyatakan bahwa financial leverage mempengaruhi tingkat underpricing. Financial leverage yang tinggi menunjukkan resiko suatu perusahaan tinggi pula, sehingga para investor melakukan keputusan investasi dengan mempertimbangkan informasi

  financial leverage. Tetapi tidak mendukung pernyataan Besley dan Bringham

  (1996) dalam Sari (2011) bahwa leverage yang tinggi dapat mengurangi resiko terjadinya underpricing, karena pemegang saham lebih menyukai

  leverage yang tinggi karena diharapkan dapat meningkatkan laba.

  Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan bahwa price earning ratio (PER) berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang. Dengan price earning yang tinggi diharapkan dapat menurunkan tingkat underpricing pasar perdana sehingga PER berpengaruh positif dengan tingkat underpricing. Menurut Walsh (2003) dalam Hamka (2012) menyatakan bahwa antar harga saham dan PER memiliki hubungan yang kuat, karena dapat menunjukkan pertumbuhan laba, dan investor akan tertarik pada pertumbuhan laba tersebut sehingga pada akhirnya akan memberikan efek terhadap pergerakan harga saham.

  Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing telah banyak dilakukan. Rosyati dan Sabeni (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa reputasi underwriter mempengaruhi tingkat terjadinya underpricing. Perusahaan yang menggunakan underwriter yang berkualitas dapat mengurangi terjadinya tingkat underpricing. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Trisnaningsih (2005) dan Ghozali dan Mansur (2002) yang menyatakan reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat

  underpricing. Penelitian Trisnaningsih (2005) menyatakan bahwa financial

  leverage mempengaruhi tingkat underpricing. Tetapi tidak mendukung

  penelitian Sari (2011) yang menyatakan bahwa financial leverage tidak berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Amalia dan Devi (2007) menyatakan PER berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Dengan PER yang tinggi maka di mata investor perusahaan memiliki prospek yang baik dalam menghasilkan laba di masa datang. Temuan ini berbeda dengan Setyoningsih (2006) dalam Amalia dan Devi (2007) yang menyimpulkan bahwa PER tidak memiliki pengaruh terhadap return saham (underpricing).

  Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, berdasarkan latar belakang dan dari berbagai penelitian yang sudah ada, ada beberapa hasil penelitian yang tidak selalu konsisten. Berdasarkan hal ini maka masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing seperti reputasi underwriter, financial leverage, dan

  price earning ratio (PER). Dikarenakan PER sebelum perusahaan IPO tidak

  ada maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan perhitungan book value to earning sebagai penggantinya.

  B. Rumusan Masalah

  1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat

  underpricing pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

  2. Apakah financial leverage berpengaruh positif terhadap tingkat

  underpricing pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

  3. Apakah book value to earning berpengaruh negatif terhadap tingkat

  underpricing pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

  C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas adalah:

  1. Untuk mengetahui apakah reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

  2. Untuk mengetahui apakah financial leverage berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.

  3. Untuk mengetahui apakah book value to earning berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

  D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan seperti:

  Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan referensi untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi.

  2. Bagi emiten.

  Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan khususnya berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi dalam melakukan penawaran perdana (IPO) untuk memperoleh harga yang baik.

  3. Bagi mahasiswa.

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pasar modal.

  E. Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian dan pengolahan data. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi mengenai populasi dan sampel yang digunakan, jenis dan sumber data, metode penelitian data, dan metode analisis data.

  BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi mengenai analisis deskripsi data, analisa data serta hasil penelitan dan interpretasi.

  BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dalam melakukan penelitian, serta saran-saran yang diberikan. lebih dikenal dengan istilah go public adalah kegiatan penjualan saham perdana oleh suatu perusahaan kepada masyarakat (public) di pasar modal.

  Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan bahwa : “ Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh

  Emitan untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.” Penawaran Umum Perdana (IPO) merupakan suatu persyaratan yang harus dilakukan bagi emiten yang baru pertama kali menjual sahamnya di Bursa

  Efek. Keputusan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public merupakan keputusan yang tidak tanpa perhitungan karena perusahaan dihadapkan pada beberapa risiko yang menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan (cost). Alasan dilakukan go public adalah karena dorongan atas kebutuhan modal (capital need). Perusahaan yang go public adalah perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat. Karena pertumbuhan yang pesat, perusahaan dituntut untuk mampu menyediakan dana untuk keperluan ekspansi dan untuk keperluan investasi baru.

  Dengan melakukan go public, perusahaan dapat menikmati berbagai manfaat, baik finansial maupun nonfinansial. Menurut Sitompul (2000), hal menguntungkan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan penawaran umum antara lain bahwa melalui go public, perusahaan akan mendapatkan dana segar yang dapat digunakan sebagai modal untuk jangka panjang dan juga sangat berguna untuk mengembangkan perusahaan, membayar hutang dan tujuan-tujuan lainnya. Dengan melakukan

  go public, dapat pula meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena

  umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik, likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahaan yang masih tertutup.

  IPO yang dilakukan oleh perusahaan juga akan meningkatkan kekayaan bersih perusahaan, tanpa perlu membayar kembali atau meminta tambahan pinjaman. Disamping itu citra dan perkembangan perusahaan akan meningkat karena suatu perusahaan yang semula lingkup usahanya hanya bersifat nasional akan lebih mudah untuk dapat melakukan ekspansi ke tingkat internasional seiring dengan penjualan sahamnya. Dan apabila penawaran ini sukses, maka peningkatan citra perusahaan itu dengan sendirinya akan menyertai pula (Handayani, 2008).

  Di samping keuntungan-keuntungan di atas dapat pula disebutkan satu keuntungan lain yaitu setelah perusahaan memasuki pasar modal dan menunjukkan kinerja yang baik, maka selanjutnya tambahan modal akan mudah didapat baik dari investor-investor individual maupun dari investor institusional lainnya. Terlepas dari berbagai manfaat yang dapat dinikmati, terdapat pula hal-hal yang kurang menguntungkan dari IPO ini. Diantaranya adalah biaya proses, pelaksanaan, mencakup biaya untuk membayar auditor, penjamin emisi (underwriter), percetakan, promosi, penasehat hukum, dan biaya sesudah IPO. Biaya ini harus dipertimbangkan sebagai suatu hal yang penting, karena biaya penawaran umum dan biaya setelah beroperasi sebagai perusahaan publik merupakan pengeluaran yang cukup besar. Kerugian lain adalah adanya kewajiban perusahaan untuk menyajikan informasi secara lengkap (full disclosure) tentang segala hal yang sekiranya memiliki nilai atau dapat mempengaruhi penilaian calon investor. Hal ini di sisi lain akan dapat menguntungkan pesaing perusahaan (Handayani, 2008).

  Selain itu, terdapat pula berbagai tanggung jawab dan beban yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut setelah menjadi perusahaan publik, yaitu tugas manajemen menjadi semakin berat, karena manajemen tidak lagi semata-mata bertanggung jawab terhadap beberapa pemegang saham tetapi juga tarhadap pemegang saham publik. Fleksibilitas ruang gerak manajemen menjadi berkurang, berbagai langkah yang akan dilakukan seringkali membutuhkan persetujuan pemegang saham publik, khususnya apabila keputusan yang akan diambil dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut. Perusahaan juga harus patuh kepada berbagai peraturan yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek (Handayani, 2008). B. Underpricing

  Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat

  penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder (Prastiwi, 2001). Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, apabila terjadi underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal. Sebaliknya bila terjadi overpricing perusahaan akan berhasil menghimpun dana lebih murah, sehingga akan mendapatkan dana yang maksimal.

  Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak perusahaan. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut adanya asymetry informasy. Di Indonesia, fungsi penjamin hanya ada satu yaitu full commitment, sehingga pihak underwriter berusaha untuk mengurangi risiko dengan jalan menekan harga di pasar perdana agar terhindar dari kerugian (Rosyati dan Sabeni, 2002).

  Studi tentang IPO secara internasional menyatakan bahwa 9 dari 10 penelitian menyimpulkan telah terjadi underpricing (Aggarwal et al., 1994 dalam Umbara 2008). Underpricing juga terjadi karena ex–ante uncertainty harga saham pada saat penawaran perdana. Kondisi ini mendorong permintaan terhadap auditor yang berkualitas. Untuk mengurangi ex–ante uncertainty,

  underwriter meminta laporan keuangan perusahaan emiten agar diaudit oleh auditor yang berreputasi tinggi.

  Fenomena underpricing terjadi di berbagai negara dan tingkat

  underpricing yang terjadi juga berbeda-beda antara satu negara dengan negara

  lainnya. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk meneliti mengenai fenomena underpricing dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

  C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi tingkat Underpricing Telah dijelaskan bahwa ketika suatu perusahaan melakukan IPO maka secara rata-rata biasanya harga saham pertama yang diperdagangkan di pasar sekunder cenderung mengalami underpricing (Handayani, 2008). Handayani (2008) juga menambahkan fenomena terjadinya underpricing dijumpai hampir pada semua pasar modal yang ada di dunia. Setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi underpricing, yaitu :

  1. Reputasi Underwriter Menurut Hartono (2000), underwriter adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten, dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual. Peran dari underwriter adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Dalam melakukan penawaran saham perdana, untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi, maka emiten akan meminta

  underwriter untuk menjamin penjualan saham tersebut. Underwriter

  melakukan tugas yang cukup berisiko, kesepakatan emiten dengan penjamin emisi akan diikat dalam suatu perjanjian yang dibuat bersama antara emiten dengan penjamin emisi.

  Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006), pada dasarnya perusahaan dapat saja menerbitkan efeknya kepada beberapa investor tertentu tanpa menggunakan jasa penjamin emisi (private placement). Namun karena prosesnya begitu rumit dan memerlukan pengetahuan yang sangat spesifik, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak mungkin memasuki pasar modal tanpa bantuan penjamin emisi (underwriter). Pengetahuan dan kemampuan dari underwriter merupakan jaminan bagi perusahaan bahwa proses penawaran umum akan ditangani dengan baik. Selain itu, manajemen perusahaan juga mendapatkan kesempatan dengan belajar dari pengalaman dan pengetahuan underwriter.

  Menurut Hartono (2000), dalam menentukan harga saham perdana

  underwriter cenderung mengambil risiko kecil, yaitu dengan menetapkan

  harga saham perdana lebih rendah dibanding dengan harga pasar sekunder pada saham yang sama. Kurangnya pengalaman emiten dalam menerbitkan saham merupakan salah satu faktor yang dapat menjelaskan mengapa saham yang dijualnya terjadi underpricing. Ketika underwriter tidak memiliki reputasi yang tinggi atau berpengalaman, maka saat penentuan harga saham perdana harga yang ditetapkan dapat menjadi lebih rendah bahkan lebih tinggi. Sehingga reputasi underwiter ini sangat mempengaruhi tingkat underpricing.

  2. Financial Leverage

  Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam

  arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang terlihat dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang (liabilities). Kedua sumber dana ini terlihat dalam neraca pada sisi kewajiban.

  Menurut Weston Besley dan Bringham (1996) seperti dikutip oleh Susanto (2006), financial leverage adalah pembiayaan perusahaan dengan menggunakan hutang. Untuk mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditor (rasio hutang) dapat dilakukan dengan membagi antara total hutang dengan total aktiva.

  Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

  membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya (Tambunan, 2007 dalam Kristiantari 2012). Menurut Kim et al. (1993) seperti dikutip oleh Handayani (2008), secara teoritis, financial leverage menunjukkan risiko suatu perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Apabila financial leverage tinggi, berarti risiko suatu perusahaan tinggi sehingga para investor akan mempertimbangkan hal ini dalam melakukan keputusan investasi

  (Trisnawati, 1998). Semakin besar financial leverage suatu perusahaan, akan menimbulkan ketidakpastian harga saham perdana yang besar pula, yang pada akhirnya akan mempengaruhi underpricing.

  3. Book Value To Earning

  Book value to earning dijadikan tolok ukur untuk menilai tinggi

  rendah atau mahal murahnya saham perusahaan. Book value to earning adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai intrinsik saham. Jika nilai instrinsik saham lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasarnya maka saham tersebut undervalued sehingga sebaiknya dibeli. Bila nilai intrinsik saham lebih rendah dibandingkan dengan harga pasarnya, maka saham tergolong overvalued sehingga saham tersebut sebaiknya tidak dibeli dan investor yang memiliki saham akan menjual saham tersebut (Tandelilin, 2001).

  Book value to earning yang tinggi menunjukkan ekspektasi

  investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang. Dengan

  book value to earning yang tinggi diharapkan dapat menurunkan tingkat underpricing pada pasar perdana (Nugraheni,2006).

  D. Perumusan Hipotesis Penelitian Dengan mengacu pada teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Reputasi underwriter Dalam menentukan harga penawaran untuk saham perusahaan yang baru pertama kali diterbitkan, underwriter berhadapan dengan ketidakpastian pasar. Perusahaan yang menggunakan underwriter yang berkualitas akan mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan menunjukkan bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospek usaha perusahaan tidak memberikan informasi yang salah kepada investor.

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Ghozali dan Mansur (2002) membuktikan bahwa reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat

  underpricing. Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas

  terjualnya saham. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi akan memberikan harga saham yang tinggi pada saham yang dijaminnya sebagai konsekuensi dari kualitas, sehingga dapat mengurangi tingkat

  underpricing. Sebaliknya, underwriter yang belum mempunyai reputasi

  akan menetapkan harga yang rendah untuk menghindari resiko membeli saham yang tidak laku terjual.

  Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian merumuskan sebagai berikut: H1 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

  2. Financial leverage Trisnaningsih (2005) menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan dari Ghozali dan Mansur (2002). Apabila financial leverage tinggi maka menunjukkan risiko suatu perusahaan tinggi pula. Para investor dalam melakukan keputusan investasi mempertimbangkan informasi financial leverage. Jika terjadi ketidakpastian informasi mengenai financial leverage, maka akan mempengaruhi para investor dalam mengambil keputusan. Oleh sebab itu tingkat ketidakpastian yang semakin tinggi menyebabkan semakin tingginya tingkat underpricing sehingga terdapat pengaruh pada financial leverage terhadap tingkat

  underpricing.

  H2 : Financial leverage berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.

  Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan bahwa book value to

  earning berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing. Hal tersebut

  menandakan bahwa tingkat book value to earning perusahaan yang tinggi mengakibatkan tingkat underpricing menjadi tinggi. Book value to earning yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang. Dengan book value to earning yang tinggi diharapkan dapat menurunkan tingkat underpricing pasar perdana karena jika ekspektasi investor terhadap satu jenis saham tinggi, maka permintaan terhadap saham tersebut juga akan tinggi sehingga harga saham di pasar juga relatif tinggi. Hal ini menyatakan book value to earning berpengaruh negatif dengan tingkat underpricing. H3 : Book value to earning berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

dilakukan berdasarkan data eksperimental hasil pengamatan, pengalaman, trial dan error (uji coba) dan bukan secara teoritis maupun spekulasi, lebih untuk ilmu pengetahuan dan penelitian. Studi empiris dilakukan pada perusahaan- perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 hingga tahun 2011.

  B. Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana pada tahun 2007-2011.

  2. Harga penawaran saham perusahaan pada saat IPO lebih rendah bila dibandingkan dengan harga saat penutupan di pasar sekunder di hari pertama.

  3. Kelengkapan data yang diperlukan yaitu harga penawaran saham perusahaan pada saat IPO. Harga pada saat penutupan di pasar sekunder hari pertama serta reputasi underwriter, financial leverage, dan book value to earning.

  C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

  1. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reputasi Underwriter, Financial Leverage, dan Book Value to Earning.

  Pengukuran variabel independen, sebagai berikut :

  a. Reputasi Underwriter Reputasi underwriter adalah skala kualitas underwriter dalam menawarkan saham emiten. Penggunaan underwriter yang mempunyai reputasi yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian harga saham perusahaan. Dalam penelitian ini, variabel reputasi underwriter merupakan variabel yang berskala kategori (dummy).

  Reputasi underwriter diukur berdasarkan peringkat dari total

  transaction value. Underwriter mempunyai reputasi tinggi jika berada pada 10 besar dari total transaction value setiap tahunnya dan bereputasi rendah jika berada di luar 10 besar total transaction value.

  Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam Sipayung (2009), untuk perusahaan yang dijamin oleh underwriter bereputasi tinggi diberi angka 1, sedangkan untuk perusahaan yang dijamin oleh underwriter bereputasi rendah diberi angka 0.

  b. Financial Leverage (FL)

  Financial Leverage (leverage ratio) menunjukkan kemampuan

  perusahaan dalam membayar utangnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Apabila financial leverage ini tinggi menunjukkan resiko suatu perusahaan tinggi pula karena perusahaan dianggap memiliki utang yang besar, seperti resiko tidak terbayarnya pinjaman.

  Berdasarkan pada penelitian Ghozali dan Mansur (2002) yaitu apabila tingkat hutang emiten semakin besar, maka tingkat underpriced semakin kecil sehingga financial leverage berhubungan negatif dengan tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa investor pasar modal Indonesia, khususnya yang membeli saham di pasar perdana adalah investor jangka pendek bukan investor jangka panjang.

  Financial Leverage merupakan perbandingan antara total hutang

  dengan total asset, dapat dirumuskan: c. Book Value To Earning Menurut Sari (2011), book value to earning menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per dollar laba yang dilaporkan.

  Untuk perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat, nilai book value to earning -nya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang lebih beresiko, book value to earning dihitung dengan membagi antara harga saham dengan laba per saham.

  Menurut Halim (2005) dalam Susanto (2006) dalam Sipayung (2009), PER merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh para investor dalam menentukan apakah investasi yang telah dilakukan menguntungkan atau tidak. Tetapi dalam penelitian ini menggunakan book value to earning.

  Book value to earning yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor

  tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi, dirumuskan:

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2012

0 15 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (TAHUN 2007-2009).

0 1 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 1 74

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (TAHUN 2007-2011) - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (TAHUN 2007-2011) - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 109