AKTIVITAS ANTIJAMUR EUSIDERIN A (Eusideroxylon zwagery) TERHADAP Rhizoctonia solani DAN Gliocladium fimbriatum

1. PENDAHULUAN

  famili Lauraceae, adalah tanaman spesies langka yang hanya terdapat di Indonesia. Bagian kayu tanaman ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Jambi sebagai sumber kayu berkualitas tinggi yang tahan dari serangan rayap dan cendawan. Buahnya secara tradisional banyak digunakan sebagai obat anti inflamasi. Khasiat yang dimiliki oleh kayu bulian ini pada dasarnya sangat berkaitan dengan senyawa bioaktif atau metabolit sekunder yang ada di dalamnya. Dewasa ini telah diyakini bahwa pembentukan metabolit sekunder dalam tumbuhan berkaitan dengan fungsi ekologis sebagai perwujudan interaksi tumbuhan tersebut dengan lingkungannya. Keawetan tanaman bulian (Eusideroxylon zwagery T et B) merupakan perwujudan dari adanya interaksi tersebut [4,6,7].

  Rhizoctonia solani dan Gliocladium

  Antijamur Eusiderin A (Eusideroxylon zwagery ) Terhadap

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam tulisan ini dilaporkan tentang perlunya dilakukan suatu penelitian tentang “Aktivitas

  Diperkirakan golongan senyawa ini mampu melindungi tanaman bulian terhadap serangan rayap dan cendawan pelapuk kayu [1,2,9]. Dari penelitian terdahulu, pada tanaman ini berhasil ditemukan lima senyawa murni, masing-masing tiga senyawa turunan neolignan dan dua senyawa turunan alkaloid jenis aporfin dan fenantren. Satu dari senyawa neolignan tersebut telah diidentifikasi sebagai Eusiderin A [3,7]. Akan tetapi bagaimana peranan biologis senyawa tersebut di dalam kayu bulian terhadap serangan rayap dan cendawan belum pernah diteliti. Demikian juga bioaktifitasnya terhadap mikroorganisme lain.

  kelompok senyawa alkaloid, steroid, terpenoid dan fenolik [5]. Di antara keempat kelompok senyawa tersebut, seperti lazimnya pada jenis kayu lain, senyawa-senyawa fenolik turunan stilben dan lignan mempunyai sifat fungisida dan insektisida [8].

  Eusideroxylon zwagery T et B yaitu

  Ada empat kelompok besar metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman

  1 AKTIVITAS ANTIJAMUR EUSIDERIN A (Eusideroxylon zwagery) TERHADAP

Rhizoctonia solani DAN Gliocladium fimbriatum

  Muhaimin 1* , Meity Suradji Sinaga

2

, Harizon 1 , Syamsurizal 1 , Afrida 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi *

Email

2 Departemen Proteksi Tanaman, FAPERTA IPB, Darmaga, Bogor

  Tanaman bulian (Eusideroxylon

  Keywords: Eusiderin A, Eusideroxylon zwagery, Rhizoctonia solani, Gliocladium fimbriatum

  

agent against various pathogenic plants and it is very well known as a biological control. It can be

concluded that Eusiderin A was a candidate compound for a potent antifungal agent since it could

exhibit Rhizoctonia solani colony growth.

  Rhizoctonia solani. Whilst it had no inhibitory activity against the growth of Gliocladium fimbriatum colony. The result was in line with Gliocladium fimbriatum’s nature as antagonist

  

of Eusiderin A (3, 4, 5 ppm) was studied against pathogenic plant fungus using PDA (Potato

Dextrose Agar) as testing culture media at room temperature, and were monitored for 5 days. The

invitro antifungal activity was performed by agar well diffusion method. Eusiderin A, a rare

benzodioxane-type neolignan was isolated as major component from E. zwagery which showed

potent antifungal activity against Rhizoctonia solani and Gliocladium fimbriatum. Eusiderin A was

at a concentration of 5 ppm to give most effective inhibition, 21.95% on the colony growth of

  Eusideroxylon zwagery against Rhizoctonia solani and Gliocladium fimbriatum. Antifungal activity

  

Abstract

The purpose of this research was to investigate antifungal activity of Eusiderin A from

  zwagery ) dikenal sebagai kayu besi, termasuk

  fimbriatum

  Media biakan pada petri dibuat dengan menuangkan 10 ml media steril yang telah dicairkan (suhu 45

  Spektrum UV (Gambar 1a) dalam CHCl 3 menunjukkan serapan pada panjang gelombang λ maks (log ε) 241 (4,99) dan 273 (4,83). Serapan di daerah λ maks 241 lazimnya adalah khromofor tidak jenuh dari alkena yang tersubstitusi sedangkan pada λ maks 273 biasanya khromofor dari sistem aromatik teroksigenasi. Perlakuan dengan pereaksi geser (NaOH 0,4 M) tidak menunjukkan

  C, dan uji KLT yang menghasilkan satu noda telah menunjukkan kemurnian.

  Senyawa ini dipisahkan dari kelompok fraksi nonpolar dari ekstrak benzen. Yang berwujud kristal putih dengan titik leleh 99-100 o

  3.1. Isolasi Eusiderin A dari Eusideroxylon zwagery

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Untuk menguji pengaruh pelarut, dilakukan pengujian blanko yaitu uji aktivitas pelarut yang dimasukkan dalam sumur yang telah dibuat pada media biakan dalam cawan petri steril. Lalu dilakukan uji dengan cara yang sama dengan uji aktivitas isolat terhadap jamur.

  sebanyak 20 µL ke dalam sumur yang telah dibuat pada media biakan dalam cawan petri steril, dengan menggunakan tiga jenis variasi konsentrasi 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm yang ditetapkan melalui pengujian orientasi. Setiap pengujian dilakukan lima kali pengulangan. Adanya hambatan terhadap pertumbuhan jamur terlihat sebagai daerah atau zona kosong di sekeliling sumur. Peubah yang diamati ialah pertumbuhan jari-jari koloni jamur yang diamati sampai hari kelima inkubasi [10,11].

  fimbriatum ) dengan memasukkannya

  C) pada cawan petri steril. Senyawa Eusiderin A diuji aktivitas anti jamurnya terhadap jamur patogen tanaman (Rhizoctonia solani dan Gliocladium

  2.4. Uji Aktivitas Antijamur Rhizoctonia solani dan Gliocladium fimbriatum dengan Metode Sumur

  ” karena berpeluang besar dalam mendapatkan senyawa bioaktif yang mempunyai aktivitas kuat sebagai antijamur tanaman padi. Tahap-tahap yang dilakukan meliputi tahap isolasi Eusiderin A, pembuatan media pertumbuhan jamur, pembiakan jamur uji, pengujian aktivitas senyawa Eusiderin A terhadap jamur uji dan identifikasi aktivitas Eusiderin A terhadap jamur uji.

2. METODE PENELITIAN

  PDA pada cawan petri dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Biakan jamur yang telah berumur 7 x 24 jam di simpan, lalu dibiakkan pada media dalam tabung reaksi dengan media agar miring. Media yang digunakan diupayakan sedemikian rupa agar jamur yang dibiakkan tidak menurun virulensinya atau kemampuan penginfeksiannya.

  Gliocladium fimbriatum dibiakan pada media

  Jamur Rhizoctonia solani dan

  2.3. Pembuatan Stok dan Inokulum Jamur Rhizoctonia solani dan Gliocladium fimbriatum

  Sebanyak 10 kg serbuk kering kayu bulian dimaserasi dengan pelarut n-heksan dan ampasnya dimaserasi dengan metanol sebanyak 15 L selama 3 x 24 jam. Kemudian terhadap ekstrak metanol awal tersebut dilakukan pemisahan untuk senyawa-senyawa golongan alkaloid menggunakan asam sitrat 3% dan dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan etil asetat. Bagian residunya dipartisi dengan pelarut benzen, metilen klorida, dan etil asetat. Eusiderin A dipisahkan dari kelompok fraksi nonpolar dari ekstrak benzen. Isolasi Eusiderin A ini dimulai dari ekstrak melalui teknik-teknik kromatografi, yaitu kromatografi vakum cair, kromatografi grafitasi, kromatotron, KLT dan kromatografi tekan. Karakterisasi terhadap isolat murni menggunakan spektroskopi, meliputi spektroskopi UV dan IR.

  2.2. Isolasi Eusiderin A dari Eusideroxylon zwagery

  media Potato Dekstrosa Agar, zat-zat kimia yang digunakan untuk isolasi Eusiderin A, dan zat-zat kimia yang digunakan untuk pengujian aktivitas senyawa Eusiderin A terhadap jamur uji. Zat-zat kimia yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kapasitas p.a (pro analysis).

  Rhizoctonia solani , Gliocladium fimbriatum,

  Bahan-bahan yang digunakan adalah Eusiderin A dari Eusideroxylon zwagery,

  2.1. Bahan perubahan serapan mengindikasikan tidak adanya OH bebas pada sistem aromatik yang didukung oleh spektrum IR dimana tidak terlihat vibrasi ulur OH aromatik di daerah 3100-3400 cm -1 .

  Spektrum infra merah (IR) senyawa isolat ini memperlihatkan adanya vibrasi ulur C-H aromatik yang cukup tajam pada daerah 3079 cm

  • -1 , vibrasi ulur C-H alifatik pada daerah 2975 dan 2933 cm -1

  , vibrasi tekuk C-H aromatik terlihat pula di daerah finger print 998, 829 dan 637 cm -1 , daerah-daerah vibrasi ini sekaligus juga mengindikasikan adanya sistem aromatik yang tersubstitusi. Selain itu vibrasi ulur C=C aromatik cukup tajam terlihat pula di daerah 1597 dan 1508 cm -1 .

  Spektrum IR dari Eusiderin A dapat dilihat pada Gambar 1b dan struktur molekul Eusiderin A pada Gambar 1c.

  (a) (b)

  O O OMe OMe OMe Me OMe

  (c) Gambar 1. (a) Spektrum UV Eusiderin A, (b) Spektrum IR Eusiderin A dan (c) Struktur Molekul

  Eusiderin A Dari data titik leleh, data spektrum

  UV dan IR yang dibandingkan dengan data standar Eusiderin A menunjukkan kesamaan, maka dinyatakan penelitian ini telah berhasil mengisolasi Eusiderin A dari Eusideroxylon

  zwagery .

3.2. Uji Aktivitas Anti Jamur Patogen Tanaman

  Pada penelitian ini, uji aktivitas dilakukan terhadap jamur Rhizoctonia solani (penyebab penyakit busuk pelepah daun padi) dan Gliocladium fimbriatum (agens antagonis berbagai patogen tumbuhan sangat berguna sebagai pengendali hayati) [10]. Sebelum dilakukan pengujian aktivitas senyawa Eusiderin A terhadap jamur tersebut, pertama- tama dilakukan pengujian aktivitas pelarut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelarut mempunyai aktivitas atau tidak. Ternyata setelah dilakukan pengujian pelarut kloroform tidak mempunyai aktivitas antijamur Rhizoctonia solani dan Gliocladium

  fimbriatum . Pengujian aktivitas eusiderin A

  terhadap Rhizoctonia solani dan Gliocladium

  fimbriatum dilakukan dengan mengukur jari-

  jari pertumbuhan koloni jamur setiap hari sampai hari kelima inkubasi. Selanjutnya data yang didapat dikonversikan menjadi persentase penghambatan pertumbuhan jari- jari koloni jamur. Hasil uji aktivitas tersebut bisa dilihat pada Gambar 2 berikut,

  (a) (b)

  Gambar 2. Hasil pengujian aktivitas antijamur, kloroform terhadap (a) Rhizoctonia solani dan (b)

  Gliocladium fimbriatum

  Dari tiga macam variasi konsentrasi (3, 4, dan 5 ppm) yang diujikan terhadap jamur patogen tanaman, ternyata eusiderin A berpotensi sebagai fungisida hayati karena mempunyai aktivitas dalam menghambat pertumbuhan jamur. Hasil uji aktivitas untuk 5 hari inkubasi menunjukkan Rhizoctonia

  solani dihambat pertumbuhannya oleh eusiderin A dengan konsentrasi 5 ppm.

  Senyawa eusiderin A 5 ppm persentase penghambatannya terhadap pertumbuhan jari- jari koloni jamur Rhizoctonia solani (=

  21,95%). Sedangkan penghambatan terhadap Gliocladium fimbriatum sangat lemah.

  Gliocladium fimbriatum sebagai agens

  antagonis berbagai patogen tumbuhan sangat berguna sebagai pengendali hayati. Pada penelitian ini senyawa yang berpotensi sebagai fungisida (eusiderin

  A) tidak mempunyai aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan koloni jamur Gliocladium

  fimbriatum , maka dengan adanya penelitian

  ini berarti kompatibel. Hasil uji aktivitasnya bisa dilihat pada Gambar 3.

  (a) (b)

  Gambar 3. Hasil pengujian aktivitas antijamur, Eusiderin A terhadap (a) Rhizoctonia solani dan (b) Gliocladium fimbriatum

  3 ppm 4 ppm CHCl 3 CHCl 3 3 ppm

  

4 ppm

5 ppm 5 ppm

  5 Selanjutnya data lengkap tentang persentase

  [3]. Harizon, Syamsurizal, Afrida, 2001, Eksplorasi Potensi Kimia Tanaman Bulian (Eusideroxylon

  4. KESIMPULAN

  Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa Eusiderin A dari kayu bulian (Eusideroxylon zwagery ). Pada pengujian aktivitas antijamur senyawa Eusiderin A dari kayu bulian (Eusideroxylon

  zwagery ) terhadap jamur patogen tanaman Rhizoctonia solani terlihat bahwa eusiderin A

  5 ppm paling efektif persentase penghambatannya, karena dapat menghambat pertumbuhan jari-jari koloni Rhizoctonia

  solani (= 21,95%). Pada penelitian ini

  senyawa yang berpotensi sebagai fungisida (eusiderin A) tidak mempunyai aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan koloni jamur Gliocladium fimbriatum, maka dengan adanya penelitian ini berarti kompatibel.

  5. REFERENSI

  [1]. Blanchette, R.A., 1991, Delignification by Wood-decay Fungi, Ann. Rev.

  Phytopathol ., 29:381-398.

  [2]. Boddy, L., 1991, Importance of Wood Decay Fungi in Forest Ecosystem, Marcel Dekker, Inc., New York.

  zwagery

  5 4,5 5,5

  ), Laporan Penelitian, DIKTI, Departemen Pendidikan Nasional.

  [4]. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

  [5]. Hobbs, J.J., King, F.E., 1960, The Chemistry of Extractives from Hardwoods. Eusiderin, a possible by- product of Lignin Synthesis in

  Eusideroxylon zwagery , J. Chem. Soc., 4732-4738.

  [6]. Martawijaya,

  A., Kartasujana, I., Mandang, Y.I., dan Kadir, K., 1989, Atlas Kayu Indonesia, Departemen Kehutanan, Bogor.

  [7]. Merlini, L., Zanarotti, A., 1975, a Biogenetically Patterned Synthesis of (±) Eusiderin, Tetrahedron Lett ., 42:3621-3622.

  [8]. Miles H.D., Maria, Barbara, A.R., Shirley, 1985, Insect Antifeedant from The Peruvian Plant Alchornea

  triplinervia, J. Am. Chem. Soc ., 276, 470.

  [9]. Moore, E., 1996, Fundamentals of The Fungi, Fourth Edition, Prentice Hall International, Inc., New Jersey.

  [10]. Pegg, G.F., 1987, Fungal Infection of Plants, Cambridge University Press, Cambridge.

  Rata-rata 0,76 2,3 21,95 0,36 2,2 4,9

  5

  penghambatan pertumbuhan jari-jari koloni jamur Rhizoctonia solani dan Gliocladium oleh senyawa eusiderin A untuk 5 kali pengujian (n = 5) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Dari tabel terlihat jelas bahwa senyawa eusiderin A 5 ppm paling efektif persentase penghambatannya.

  4

  .

  Tabel 1. Persentase penghambatan pertumbuhan jari-jari koloni Rhizoctonia solani dan

  Gliocladium

  fimbriatum oleh senyawa Eusiderin A (n = 5) Senyawa

  Rataan Persentase Penghambatan Pertumbuhan Jari-jari Koloni Jamur ( r (%), n = 5)

  Rhizoctonia solani Gliocladium fimbriatum

  Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)

  3

  4

  5

  3

  5 Eusiderin A

  4,5

  1

  1 0,6 0,6 0,6

  2,5 2,5

  2

  2 2,5

  22,5 21,75

  22 21,5

  22 0,6 0,6 0,6

  2 2,5

  2

  2 2,5

  [11]. Priyono, D., Adnan, A.M., 2004, Pengujian Pestisida Berbahan Aktif Majemuk (Bahan Pelatihan), Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu - Departemen HPT IPB.

Dokumen yang terkait

Isolasi dan Uji Antifungi Bakteri Endofit Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Rhizoctonia solani

8 155 55

ENGARUH APLIKASI Trichoderma spp TERHADAP PENYAKIT REBAH BATANG Rhizoctonia solani PADA PERSEMAIAN BIBIT KOPI ROBUSTA

0 12 15

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EMULGEL MINYAK SEREH (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) TERHADAP Candida albicans DENGAN METODE SUMURAN

0 5 21

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EMULGEL MINYAK SEREH (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) TERHADAP Candida albicans DENGAN METODE SUMURAN

0 4 21

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EMULGEL MINYAK SEREH (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) TERHADAP Candida albicans DENGAN METODE SUMURAN

0 18 21

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EMULGEL MINYAK SEREH (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) TERHADAP Candida albicans DENGAN METODE SUMURAN

0 4 21

Respon Beberapa Galur Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn)

0 1 5

Isolasi dan Uji Antifungi Bakteri Endofit Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Rhizoctonia solani

0 1 6

ISOLASI DAN UJI ANTIFUNGI BAKTERI ENDOFIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP Rhizoctonia solani

0 1 12

EFIKASI FORMULA FUNGISIDA EUSIDERIN A DARI KAYU BULIAN (Eusideroxylon zwagery) TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT (EFFICACY OF FUNGICIDE FORMULA OF EUSIDERIN A FROM BULIAN WOOD (Eusideroxylon zwagery) AGAINST WILT DISEASE OF TOMATO PLANT)

0 0 10