Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak

  

Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak

(Tinjauan Bentuk, Makna dan Fungsi)

  

Noor Malihah, M.Hum,.P.hD

Editor: Ari Setiawan, S.Pd., M.M. Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak (Tinjauan Bentuk, Makna dan Fungsi) Noor Malihah, M.Hum., P.hD Editor: Ari Setiawan, S.Pd., M.M.

  Cetakan Pertama: Oktober 2016 14,5 x 20,5 cm; vi+258 hlm. Penerbit: LP2M-Press, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, Salatiga Email: lp2miainsalatiga@gmail.com

  ISBN 978-602-73757-x-x All Rights reserved. Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam

bentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

  Bismillahirrohmanirrohim

  Syukur alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan inayahNYA-lah penulis dapat menye- lesaikan buku ini yang berjudul ‘Khasanah Bahasa pada Lirik Lagu Anak-anak (Kajian Bentuk, Tema dan Fungsi)’. Adapun tujuan penulisan buku ini adalah untuk menuang- kan ilmu dan pengalaman penulis dalam bidang linguistik terutama kajian bentuk, makna dan fungsi lirik lagu anak- anak sebagai salah satu karya seni anak bangsa. Tulisan ini juga bermaksud menunjukkan bahwa lagu anak-anak yang pernah sukses pada tahun 1990an, perlu dimunculkan lagi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak pada masa sekarang ini. Selain itu, penulis berharap juga agar buku ini dapat memberikan masukan bagi para pencipta (lirik) lagu ketika mereka menentukan tema apa yang akan diangkat, agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak.

  Pada kesempatan ini pula, penulis tidak lupa meng- haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mem- bantu baik moril maupun materiil untuk terbitnya buku ini, terutama kepada Bapak Rektor dan Wakil Rektor IAIN Salatiga, Ketua LP2M IAIN Salatiga beserta stafnya. Tidak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, suami dan anak tercinta yang selalu mendukung pe- nulis dalam menyelesaikan buku ini. Tentunya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sem- purna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk mene- rima saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari buku ini.

  Demikian, dengan harapan semoga buku ini dapat mem - berikan manfaat.

  Salatiga, Nopember 2016 Penulis Noor Malihah

  

Kata Pengantar iii

Daftar Isi v

BAB I PENDAHULUAN 1

  1.1. Lagu Anak-Anak – Dulu Dan Sekarang . . 1

  1.2. Garis Besar Isi Buku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

  BAB II PENGERTIAN, KARAKTERISTIK UMUM DAN PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK 7

  2.1. Puisi Dan Lirik Lagu . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

  2.2. Tujuan Penciptaan Lagu . . . . . . . . . . . . . . . 14

  2.3. Lagu Populer. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

  2.4. Karakteristik Umum Lagu Anak-Anak. . . 16

  2.5. Perkembangan Lagu Anak-Anak Pada Tahun 1980An . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

  2.6. Perkembangan Lagu Anak-Anak Di Er 1990An . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

  (Tinjauan Sosiolinguistik) . . . . . . . . . . . . . . 30

  3.1. Pemendekan Kata. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

  3.2. Asonansi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

  3.3. Aliterasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39

  3.5. Pengulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

  3.6. Alih Kode. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44

  3.7. Onomatope Atau Peniru Bunyi . . . . . . . . . 47

  3.7.1. Onomatope Suara Binatang . . . . . . . 48

  3.7.2. Onomatope Selain Suara Binatang . 50

  3.8. Pilihan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

  3.8.1. Penggunaan Kosa-Kata Sehari-Hari 54

  3.9. Gaya Kalimat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

  3.10. Rekapitulasi Bentuk Kebahasaan Lirik Lagu Anak-Anak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71

  BAB IV VARIASI TEMA DAN TUJUAN LIRIK LAGU DAN ANAK-ANAK 73

  4.1. Variasi Tema Lirik Lagu Anak – Anak . . . 74

  4.2. Variasi Tujuan Lirik Lagu Anak – Anak. . 93

  4.3. Tema Dan Tujuan Lirik Lagu Anak – Anak Diban ding kan Dengan Lirik Lagu

  Dewasa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106

  4.4. Rekapitulasi Kajian Tentang Variasi Tema Dan Tujuan Lirik Lagu Anak-Anak . . . . . . 112

  

BAB V FUNGSI LIRIK LAGU ANAK – ANAK 115

  5.1. Media Informasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115

  5.2. Sarana Politik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120

  5.3. Sarana Komersial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 125

  5.4. Mempengaruhi Sikap Atau Perilaku. . . . . 130

  5.5. Mengekspresikan Perasaan. . . . . . . . . . . . . 134

  5.6. Rekapitulasi Fungsi Lirik Lagu Anak . . . . 137

  6.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 139

  

Daftar Pustaka 143

Lampiran 1 147

Lampiran 2 181

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. bu Kasur

  19 Gambar 2: Ibu Sud.

  20 Gambar 3: Penyanyi Anak-anak yang populer tahun 1990an.

  22 Gambar 4: Cover Album Lagu Trio Kwek-Kwek.

  24 Gambar 5: Cover Lagu Libur Tlah Tiba, Tasya.

  25 Gambar 6: Cover Lagu Aku Cinta Rupiah, Cindy Cenora.

  27 Gambar 7: Banyak Nyamuuk di Rumahku.

  56 Gambar 8: Cover album Semut-semut Kecil.

  59 Gambar 9: Cover Album Belinda

  60 Gambar 10. Sheila on 7.

  64 Gambar 11. Kue Donat.

  77 Gambar 12. Cover album lagu Cit-cit Cuit.

  82 Gambar 13. Cover album lagu Lit Lit Tulalit.

  86 Gambar 14. Cover album lagu Lihatlah Lebih Dekat, Sherina.

  90 Gambar 15. Cover album lagu Bolo-Bolo, Tina Toon.

  92 Gambar 16. Cover album lagu Tukang Bakso, Melisa. 104

  Gambar 17. Chrisye, Merpati Putih. 108 Gambar 18. Uang Rupiah dan Dolar Amerika

  Serikat. 121 Gambar 19. Si Komo dan Kak Seto. 129

  1 1 LAGU ANAK-ANAK – DULU DAN SEKARANG

  Musik dan lagu adalah bagian yang terpisahkan dari kehi- dupan manusia sekarang ini. Hampir setiap saat kita dapat mendengarkan lagu diputar dan didengarkan me lalui ber- bagai media seperti radio, telepon genggam, tele visi, dan lain-lain. Lagu yang dapat dinikmati tersebut pun me- miliki genre yang berbeda-beda sesuai dengan ke butuhan para penikmatnya, misalnya lagu pop(uler), dangdut, langgam campur sari, rock, slow, keroncong dan lain-lain. Dari berbagai genre lagu tersebut, penyanyinya hampir bisa dikatakan semuanya adalah orang dewasa. Dengan pe- nyanyi orang dewasa, maka implikasinya, lagu tersebut pun lebih ditujukan untuk dinikmati orang dewasa pula. Dan ironisnya, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh orang de wasa tersebut banyak digemari dan dinyanyikan oleh anak-anak. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai per- masalahan. Permasalahan utama adalah tema lagu dewasa yang tentunya tidak akan cocok dengan kondisi anak. Tema yang sering dibawakan oleh orang dewasa adalah jatuh cinta, putus cinta, keputusasaan, kesedihan dan lain-lain. Selain itu, lagu yang dinyanyikan oleh orang dewasa pun akan dibawakan dengan gaya dan penampilan ala orang dewasa. Misalnya, membawakan lagu dengan dandanan yang berlebihan dan pakaian yang terbuka, terlebih jika di - sertai dengan gaya yang seronok. Dengan kondisi ini, maka anak-anak ‘diharuskan’ mengkonsumsi sesuatu yang bukan pada bukan pada tempatnya dan tentu saja ber kem bang- nya lagu-lagu tersebut lama kelamaan akan mem pe ngaruhi pembentukan karakter anak jika tidak ada pen dampingan dari orang tua.

  Pada era 1980an dan 1990an, lagu anak-anak berkem- bang dengan pesat yang dibuktikan dengan banyaknya lagu anak-anak yang diciptakan dan bermunculannya pe- nyanyi-penyanyi cilik yang luar biasa. Perkembangan lagu anak-anak pada dua masa ini akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.

  Di abad 21 ini, ternyata perkembangan lagu anak-anak tidak lagi menjadi perhatian penting. Tidak banyak pencipta lagu yang menciptakan lagu anak dan tidak banyak pula penyanyi cilik yang berkembang dengan baik. Padahal, ber bagai ajang lomba bakat menyanyi anak digelar baik di lingkungan masyarakat yang paling bawah, kelurahan, hingga di lingkup yang bersifat nasional di berbagai stasiun televisi. Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa para peserta lomba yang notabene adalah anak-anak ter sebut tidak banyak yang menyanyikan lagu anak-anak. Mereka lebih tertarik untuk menyanyikan lagu dewasa dengan gaya yang dimirip-miripkan dengan penyanyi aslinya. Dan yang perlu dipertanyakan diantaranya adalah seringkali penyelanggara kegiatan tersebut yang tidak membatasi anak (peserta) untuk menyanyikan lagu anak-anak yang me mang menjadi konsumsi mereka. Dipertanyakan pula, peran orang tua yang membiarkan anak-anak mereka tampil menyanyikan lagu dewasa bak orang dewasa.

  Hal yang paling dimaklumi dari kondisi di atas adalah bahwa memang di tahun setelah 1990an tidak lagi banyak lagu anak-anak yang baru,. Jika pun ada, hanya segelintir kecil seperti lagu Kucing Meong-meong yang dinyanyikan oleh Romario, yang tidak bertahan lama juga kepopulerannya pada tahun 2016. Untuk itu perlu dipertanyakan, mengapa para pencipta lagu tidak tertarik untuk menciptakan lagu anak-anak dan mengapa para pengorbit penyanyi tidak ter- tarik untuk mengorbitkan penyanyi-penyanyi cilik yang berbakat seperti kesuksesan pada dua dekade lalu. Apa- kah tema lagu anak-anak tidak lagi menjadi tema yang di- gemari anak? lalu tema apakah yang diangkat pada lagu anak-anak tahun 1990-an sehingga banyak diciptakan dan digemari. Untuk itu, sangatlah menarik untuk mengkaji dan meninjau kondisi lagu anak-anak di era 1990an, yang dapat dikatakan sebagai masa kejayaan lagu anak-anak. Bagai mana bentuk bahasa lagu anak-anak pada masa tersebut dan tema apakah yang digemari, dan apa fungsi diciptakannya lagu tersebut, sehingga menjadikan lagu-lagu tersebut sangat populer? Apakah semua lagu yang populer pada tahun 1990- an memiliki tema yang sudah sesuai dengan jiwa anak-anak ataukah sebenarnya terdapat tema yang tidak sesuai dengan perkembangan anak. Pertanyaan-pertanyaan ini akan di- bahas dalam buku ini di bab-bab selanjutnya melalui kajian bentuk, makna dan fungsi bahasa lirik lagu anak-anak.

  1 2 GARIS BESAR ISI BUKU

  Buku ini mendiskusikan tentang aspek kebahasaan lagu anak-anak yang populer pada tahun 1990an melalui analisis bentuk, makna dan fungsinya. Dalam pendahuluan, pe- nulis mendeskripsikan perkembangan lagu anak-anak se- cara umum pada tahun 1980a, 1990an hingga sekarang. Suatu kondisi dimana lagu anak-anak tidak lagi populer dan digemari.

  Pada bab 2 penulis mendiskusikan tentang pengerti- an, karakteristik dan perkembangan lagu anak-anak. Tujuan dari bab ini adalah menjelaskan posisi lirik lagu sebagai bagian karya seni yang bermusikal yang disandingkan dengan puisi. Penulis juga sekilas membahas tentang tujuan penciptaan lagu, definisi dari lagu populer dan karakteristik lagu anak-anak berdasarkan teori dari beberapa ahli. Untuk menunjukkan bahwa lagu anak-anak pernah berjaya di Indo- nesia, penulis menunjukkan beberapa pencipta lagu anak- anak yang berperan dalam perkembangan lagu anak-anak di tahun a1980an dan 1990an. Penulis juga menyebutkan be berapa lagu anak-anak yang populer beserta dengan pe- nyanyi anak-anak yang terkenal pada dua masa tersebut. Untuk menganalisis fungsi kebahasaan lirik lagu anak-anak, penulis menggunakan kerangka etnografi Hymes yang pe­ nulis sajikan di bab 2 akhir.

  Pada bab 3 penulis mendeskripsikan bentuk keba ha- saan lirik lagu anak-anak yang populer di tahun 1990an, dengan menyajikan karakteristik kebahasaan lagu anak- anak yang mengacu pada bab 2. Bentuk kebahasaan ter- sebut meliputi pemendekan kata, asonansi, aliterasi, peng- hilangan prefiks, pengulangan, alih kode, onomtope, pilih­ an kata, dan gaya kalimat. Pada pembahasan pilihan kata, penulis menyajikan pembanding lagu dewasa atau dewasa yang populer di tahun yang sama.

  Selanjutnya di bab 4 penulis mendiskusikan tema dan tujuan penciptaan lirik lagu anak-anak yang populer di tahun 1990an. Tema umum lagu anak-anak yang dikaji di- antara nya adalah bahwa anak mengenal macam-macam makanan, anak harus memiliki cita-cita yang tinggi, me- nge nalkan kehidupan binatang sebagai mahluk ciptaan Tuhan, belajar ilmu pengetahuan, hobi dan aktifitas sehari­ hari yang menyenangkan, dan menyayangi mahluk ciptaan Tuhan. Adapun tujuan dari penciptaan lirik lagu tersebut di antaranya adalah ajakan untuk melakukan tindakan dan sikap positif serta menggambarkan suatu objek.

  Pada bab 5 penulis mendiskusikan fungsi pencipta- an lirik lagu anak-anak yang populer pada tahun 1990an dengan menggunakan analisis entnografi Hymes. Penulis menunjukkan bahwa lirik lagu tersebut tidak semuanya ber- fungsi sebagi media informasi melainkan memiliki fungsi sebagai sarana politik, sarana komersial, mempengaruhi sikap dan perilaku pendengar, dan mengekpresikan pera- saan. Dengan menunjukkan fungsi lagu ini, penulis ber- maksud menunjukan bahwa tidak semua lagu anak-anak yang populer pada tahun 1990an sebenarnya tepat disaji- kan untuk anak-anak. Namun sekali lagi, kenyataan bahwa lagu anak-anak pada masa tersebut populer adalah hal yang penting menjadi perhatian. Penulis juga akan melihat be- berapa lagu dewasa sebagai pembanding.

  Harapan dari penyusunan buku ini adalah me mun- culkan semangat dan motivasi bagi para pencipta lagu anak- anak untuk dapat mengulang kesuksesan yang sama. Dengan begitu, anak-anak tidak akan kehausan lagi akan ada nya lagu anak-anak sehingga mereka dapat menikmati dan menyanyikan lagu yang memang sesuai dengan ke- butuhan usia perkembangan mereka.

BAB II PENGERTIAN, KARAKTERISTIK UMUM DAN PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK 2 1 PUISI DAN LIRIK LAGU Kesenian sebagai hasil karya dan pikiran manusia yang berbudaya tidak dapat lepas dari kehidupan masya rakat. Berbagai bentuk kesenian terdapat di Indonesia, diantara-

  nya seni tari, seni rupa, seni gambar, drama, opera, puisi, seni musik. Untuk mengungkapkan makna yang ter dapat dalam suatu karya seni, diperlukan suatu alat yaitu bahasa. Bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa verbal dan atau bahasa non verbal.

  Bahasa yang digunakan oleh masyarakat memiliki be- berapa fungsi, Leech (1977: 47) menyebutkan ada lima fungsi bahasa, yaitu fungsi informative, fungsi ekspresif, fungsi direktif fungsi estetis, dan fungsi fatis. Meskipun fungsi- fungsi tersebut nampaknya terpisah, tetapi pada hakikat- nya kelima fungsi tersebut tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ketika seseorang menginformasi- kan sesuatu, pada saat itu juga ia bermaksud mempengaruhi pendengarnya. Demikian pula, ketika penutur bermaksud mengungkapkan perasaannya, sebenarnya dia ingin agar pendengar berempati kepadanya dan bahkan memberikan respon. Untuk mencapai maksud yang diinginkan penutur ketika dia bertutur maka yang perlu disampaikan tidak hanya apa yang ingin dituturkan, tetapi juga bagaimana maksud itu disampaikan. Hal ini senada dengan yang di- ungkapkan oleh Wardaugh (1990:251) bahwa bagaimana menyampaikan sama pentingnya dengan apa yang akan di- sampaikan.

  Penyampaian maksud melalui bahasa dapat dilaku- kan melalui karya-karya seni. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga memiliki fungsi sebagai bahasa Ke- senian (Halim, 1976). Salah satu bentuk karya seni adalah puisi. Sebagai hasil karya manusia yang berbudaya, puisi memiliki kekhasan bentuk yang berbeda dengan karya seni lain, yakni batasan­batasan, baik pada struktur fisik mau­ pun struktur batin. Waluyo (1987:25) memahami puisi se ba- gai bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imaginative dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa, baik struktur fisik maupun batin. Richards (1972, dalam Waluyo, 1987: 24) merinci bentuk batin puisi meliputi perasaan, tema, nada,

  

amanat , sedangkan bentuk fisiknya terdiri atas diksi, kata

konkret, bahasa figurative, dan bunyi yang menghasilkan rima

atau ritme . Slametmulyana (1951, dalam Waluyo, 1987: 23)

  menambahkan batasan struktur fisik puisi bahwa puisi me­ rupakan bentuk kesusatraan yang menggunakan pe ng- ulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan ter sebut akan menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas. Kedua unsur pokok dalam puisi tersebut membentuk suatu jalinan yang saling berkaitan membentuk totalitas makna yang utuh. Carlyle (Kennedy, 1971, dalam Waluyo, 1987:23) me- nyatakan bahwa dilihat dari struktur batinnya, puisi meru- pakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal.

  Dibandingkan bentuk karya sastra lain, puisi lebih bersifat imaginatif karena bahasanya meiliki lebih banyak kemungkinan makna. Menganalisis puisi bertujuan mema- hami makna puisi, yang berarti usaha untuk menangkap dan member makna yang menggunakan medium bahasa. Kata-kata (bahasa) sebelum digunakan dalam karya sastra sudah mrupakan lambang yang mempunyai arti yang di- tentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentu- kan oleh konvensi masyarakat (Pradopo, 2002:121). Pradopo juga menjelaskan makna puisi sebagai berikut.

  Apa yang dimaksud makna puisi (karya sastra) bukan- lah semata-mata arti bahasanya, melainkan arti bahasa dan situasi, perasaan, intensitas arti, arti tambahan (konotasi), daya liris, pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda ke bahasaan atau tanda-tanda lain yang ditimbulkan oleh kon vensi sastra …

  Dari kutipan di atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa mamahami puisi tidak hanya dari struktur fisik saja, te tapi juga struktur batinnya. Meskipun terdapat struktur batin dan fisik, untuk memperoleh makna puisi, kedua struktur tersebut padu membentuk totalitas yang utuh. Apa yang dilihat melalui bahasanya yang Nampak, disebut struktur fisik, dan ungkapan batin penulis itu yang disebut struktur batin.

  Reeves (1978 dalam Waluyo, 1987) memberikan batasan yang berhubungan dengan struktur fisik dengan menyata­ kan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Coleridge (1960: 5, 1978, dalam Waluyo, 1987) memberikan pengertian bahwa bahasa puisi adalah bahasa pilihan, yakni bahasa yang benar-benar diseleksi pe- nentuannya secara ketat oleh penyair. Dengan demikian, gagasan yang dimunculkan harus diseleksi dan dipilih yang terbagus pula.

  Pengertian puisi jika dilihat dari struktur batin di- nyata kan oleh Spencer (dalm Clive, 1960:5 dalam Waluyo, 1987), bahwa puisi merupakan bentuk pengucap an gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Oleh Tarigan (1987:7, dalam Waluyo, 1987) di- tambahkan bahwa puisi sebagai ekspresi imaginasi penyair baru bernilai sastra jika penyair mampu mengungkap kan- nya dalam bentuk bahasa yang cermat dan tepat. Hal ini berarti bahwa pilihan kata-kata, ungkapan, bunyi dan irama harus benar-benar mendapat perhatian penyair.

  Carlyle (dalam Kennedy, 1971: 331, dalam Waluyo, 1987) menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan pikir- an yang bersifat musikal. Musikalitas puisi tersebut dapat di tuangkan dalan bentuk lain yang harmonis ketika puisi ditampilkan denggan iringan musik menjadi lirik lagu yang indah dan bermakna sebagaimana puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Emenau (dalam Hymes, 1964:334) yang me nyebutkanbahwa lagu merupakan salah satu contoh baru puisi sebagai karya sastra.

  Karya seni berupa puisi dapat diperkuat oleh melodi dan irama sehingga membentuk suatu lirik lagu. Lirik lagu me miliki bentuk struktur fisik dan batin sebagiamana puisi. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari alam batinnya tentang suatu hal baik yang dilihat, didengar, dialami, atau bahkan diimajinasikannya. Namun, lirik lagu memiliki ciri tersendiri dibanding puisi karena penuangan idenya di- perkuat dengan melodi dan irama yang disesuaikan dengan lirik lagu. Pasaribu (1986:11) mengatakan bahwa unsur musik dapat dikatakan sebagai penguat lirik lagu dan me- ru pakan sarana untuk memberikan nuansa tersendiri ter- hadap kata-kata yang ada sehingga dapat dikatakan bahwa lirik lagu berkaitan dengan unsur musiknya. Lirik lagu me rupakan symbol yang melambangkan nilai jiwa dan ucapan nya yang diciptakan dengan bentuk nada, tanda, dan irama tersendiri sebagaimana puisi. Kenyataan ini tidak menutup kemungkinan dijadikannya puisi sebagai lirik lagu atau sebaliknya, misalnya puisi karya Emha yang berjudul “Kubakar Cintaku” yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade. Menurut Fell dan Sporleder (2014: 620), pencipta lagu memiliki keunikan gaya bahasa dalam menuliskan lirik lagunya. Keunikan tersebut menjadi pembeda atau iden titas berbagai macam lagu, misalnya genrenya, kualitas lagu- nya, dan tahun peluncurannya. Selain itu, dalam suatu lagu, hal yang penting tidak hanya lirik lagunya maupun musiknya atau iramanya. Tetapi perlu juga diperhatikan konteks penciptaan lagu, seperti makna apa yang ada di dalam nya, bagaimana proses produksinya dan untuk siapa lagu tersebut ditujukan. Untuk itu perlu dipahami beberapa faktor dimana lagu tersebut akan ditampilkan, oleh siapa, siapa penikmatnya, dan hal apa yang akan disampaikan.

  Hal senada juga diutarakan oleh Alkalay-Gut (2000: 34 dalam Karos, 54) yang membandingkan antara lirik lagu dengan puisi. Penyamaannya karena keduanya memiliki ritme dan irama. Namun pendapat tersebut tidak disepakati ileh Frith (2009: 87) yang menyatakan bahwa lirik lagu dan puisi tidak dapat dibandingkan. Frith berpendapat bahwa lirik lagu itu lebih hidup ketimbang puisi. Alasannya adalah karena lirik lagu dinyanyikan sehingga cara penyanyi mem- bawakan lagu dan lirik lagu tersebut mampu dapat me- nyampaikan maksud yang ingin disampikan. Sementara puisi hanyalah kata-kata yang dibacakan.

  Musik merupakan salah satu cabang yang sangat di- gemari oleh masyarakat dan telah merasuk ke dalam ke - hidupan sosial masyarakat. Dalam Ensiklopedia Nasional (1991: 413), disebutkan bahwa musik dapat didefinisikan sebagai sebuah letupan ekspresif perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bunyi- bunyi tersebut diorganisasikan sedemikian rupa sehingga men jadi bunyi yang tidak asal-asalan, melainkan melodi yang berirama dan harmonis. Musik telah menjadi sesuatu yang populer di berbagai kalangan. Perkembangan musik yang sangat pesat dapat diikuti melalui internet yang dapat di akses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

  Seiring dengan perkembangan zaman, musik juga mengalami perkembangan dalam jenisnya seperti adanya musik pop, keroncong, dangdut, rok, campur sari, dan lain- lain. Ini membawa orang untuk memilih salah satu jenis musik yang disukainya. Untuk hal itu, diperlukan kata-kata atau bahasa sebagai lirik lagu yang akan membawa orang lebih mudah memahami musik. Dengan demikian, jelaslah bahwa orang mendengarkan lagu tidak hanya karena ingin mendengarkan irama musiknya, melainkan juga menikmati lirik lagu yang dibawakan. Lirik lagu merepresentasikan pikiran penciptanya dan membantu pendengar mema hami pikiran pencipta lagu tersebut. Dengan demikian, lirik juga menjadi penentu apakah seseorang menyukai suatu lagu atau tidak.

  Melalui lirik lagu yang dikuatkan oleh melodi menjadi suatu irama yang harmoni, pencipta dapat menyampaikan beragam pesan sehingga terelisasi berbagai fungsi bahasa pula. Sama halnya dengan proses bertutur pada umumnya, proses pengekspresian penciptaan lagu juga ditentukan oleh berbagai faktor, seperti siapa yang kaan membawakan lagu, siapa yang mennjadi sasaran penikmat lagu, apa tujuan pen - ciptaan lagu, situasi yang menjadi ide penciptaan lagu, norma yang berlaku dalam masyarakat pembawa dan pe- nikmat lagu, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan Holmes (1992:1) yang menyebutkan bahwa cara seseorang bertutur dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial tempat bertutur seperti siapa yang diajak bertutur, siapa pendengarnya, di- mana kita bertutur, dan bagaimana perasaan penutur. Jadi, proses penciptaan lagu sama dengan proses bertutur hanya saja lirik lagu tertuang dalam bentuk tulis yang tervisualisasi secara lisan yang dinyanyikan dengan diiringi musik yang harmonis.

  Dengan berkembangnya musik yang sangat variatif, ter masuk di dalamnya adalah lirik lagu, maka terbukalah pe luang untuk melakukan analisis terhadap lirik lagu dalam berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan, seperti tinjauan sosiolinguistik, sosiomusikologi, pragmatik dan lain-lain (Frith, 1988 dalam Fell dan Sporleder, 2014: 620).

  Analisis lirik lagu dapat diklasifikasikan menjadi dua. Yang pertama yaitu analisis berdasarkan klasifikasi genre dan penciptaan, yang meliputi jumlah rata-rata kata, pan- jang pendek kalimat, distribusi kelas kata dan fungsinya. Yang kedua adalah analisis distribusi isi seperti mengana- lisis topik lirik lagu. Beberapa studi yang menganalisis tentang lirik lagu, telah mengidentifikasi tentang klasifikasi genre lirik lagu (Lustrek, 2007) dan tentang bentuk dan struktur semiotika lirik lagu (Simonton, 1990). Dalam tulisan ini, penulis memperluas kajian tidak hanya pada klasifi kasi genre (bentuk kalimat) tetapi juga menganalisis bentuk, makna dan fungsi lirik lagu.

  2 2 TUJUAN PENCIPTAAN LAGU

  Dalam memahami tujuan penciptaan lirik lagu, maka di- perlukan pemahaman terhadap makna dari lirik lagu ter- sebut. Karena lirik lagu, terutama lagu anak-anak meng - gunakan kalimat yang sangat ringkas dan seder hana, maka beberapa hal yang harus diperhatikan ketika sese- orang, baik itu pendengar, maupun peneliti makna lagu memaknai suatu lirik lagu. Hal pertama yang harus di per- hatikan adalah bahwa seringkali terjadi kesalah pa haman pemaknaan kata dalam lirik lagu. Yang kedua adalah kesalah- pahaman memaknai kalimat dalam suatu lirik lagu. Yang ketiha adalah adanya makna tersirat dalam lirik lagu yang terjadang tidak jelas untuk dipahami. Dan yang keempat adalah adanya perbedaan interpretasi pemahaman isi lirik lagu yang bisa jadi malah menghasilkan pemaknaan yang berlawanan.

  Lagu, apapun genrenya, dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan budaya dan nilai sosial suatu ma syarakat tertentu (Azzam dan Al-Qur’an, 2012). Mereka menambahkan bahwa lagu dapat digunakan untuk ke- pen tingan sejarah, keagamaan, tradisi, keluarga, mito- logi, dan lain-lain. Lagu bisa berupa penggalan dari suatu konsep, namun bisa juga berupa suatu cerita yang lengkap tentang suatu cerita atau kejadian. Dan dengan tema yang demikian, lagu dapat memuat teks yang puitis serta narasi tentang sesuatu kejadian yang bisa dipahami oleh masya- rakat sebagai penikmatnya.

  2 3 LAGU POPULER

  Lagu digunakan salah satunya adalah untuk menyatukan sekelompok orang dan juga membantu mereka berekspresi. Hal ini tercermin baik dalam irama yang dihasilkannya maupun dalam penyusunan lirik lagunya. Lirik lagu dapat digunakan untuk menyatakan suatu pendapat, untuk me- nunjukkan ketidak setujuan, menceritakan tentang gaya hidup, dan juga nilai-nilai kehidupan.

  Studi terhadap lagu populer disebut studi budaya po- puler (Shuker, 1994 dalam Kaross, 2013). Namun demikin, tidaklah mudah untuk mendefinisikan suatu lagu dikata­ kan populer atau tidak. Kaross (2013: 30) mengatakan bahwa kata ‘populer’ mengacu pada sesuatu yang meng- undang banyak perhatian orang. Namun adapula ahli lain yang mengatakan bahwa ‘populer’ berarti sesuatu tersebut dihasilkan oleh seseorang yang bukan orang terkenal se- hingga menjadi terkenal. Terkait dengan sebutan ‘populer’ pada lagu, Middleton (1990) mengatakan bahwa sebuah lagu dapat dikatakan populer bergantung dari kepopuleran pe- nyanyinya. Selanjutnya oleh Morin (1965: 1 dalam Kaross, 2013: 33), suatu lagu dikatakan populer ketika lagu tersebut menjadi sebuah produk yang digemari oleh masyarakat dan memberikan keuntungan. Namun, hal ini masih saja tidak bisa menjadi patokan pasti tentang penyebutan suatu lagu dikatakn sebagai lagu populer.

  2 4 KARAKTERISTIK UMUM LAGU ANAK-ANAK

  Lagu anak-anak adalalah lagu yang diciptakan untuk di- nyanyikan dan dikonsumsi secara khusus oleh anak-anak. pada era sebelum tahun 1990an dan sudah sesudah tahun 1990an mengalami perkembangan, baik dari segi pen- cipta, penyanyi, tema, jenis musik, maupun diksi. Eka- ningrum (2015: 9) mengatakan bahwa lagu anak-anak pada hakekatnya adalah puisi modern sebagai hasil karya orang dewasa. Para tahun 1999an, penyanyi anak-anak ber mun- culan dengan pesatnya dan mereka menjjadi terkenak karena lagu-lagu yang mereka nyanyikan. Pada saat yang sama, bahkan para penyanyi cilik tersebut dapat me - ngem bangkan bakatnya tidak hanya sekedar sebagai pe- nyanyi, melainkan mereka diantaranya menjadi bintang iklan, pemain sinetron, presenter, dan lain-lain. Beberapa penyanyi berhasil menjadi idola anak Indonesia, dengan parameter penyanyi tersebut banyak dikenal melalui lagu- lagunya yang sukses dan banyak mendapatkan job lain selain sebagai penyanyi sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

  Lirik lagu anak-anak termasuk dalam ragam infor- mal sehingga dalam mengkaji, penulis mengacu pada teori Poedjosoedarmo tentang ciri-ciri tuturan informal (1982:31), yang menyebutkan bahwa ragam informal memiliki salah satu atau lebih dari beberapa ciri-ciri berikut: 1. banyaknya pengguguran, penanggalan dan peng hi- langan; 2. penggunaan interjeksi; 3. penggunaan kata sapaan; 4. adanya pengulangan; 5. adanya alih kode; 6. penggunaan kutipan langsung; 7. penggunaan pola inversi; 8. penggunaan kata atau frasa yang tingkat kekerapan penggunaanya kurang tinggi; 9. penggunaan kata-kata yang secara khusus bermakna informal; 10. penggunaan dialek.

  Namu demikian, tidak semua ciri tersebut dapat di- temu kan dalam lirik lagu anak, melainkan hanya sebagian besar saja.

  Menurut Neubarth dan Conklin (2016: 414-415), lagu anak-anak memiliki irama pengulangan dengan tema yang berhubungan dengan permainan seperti melompat, ber- tepuk tangan dan berhitung Menurut Millington (135), lagu anak-anak memiliki ciri diantaranya banyak digunakan suku kata tunggal, dan seringkali diulang-ulang. Pengulangan ini memberikan man faat yang besar bagi anak untuk menambah kosa kata. Selain itu, lagu anak-anak biasanya disusun menggunakan pola kalimat tunggal yang sederhana sehingga mudah di- ingat dan menggunakna frasa yang sederhana juga.. Hal yang sama juga diutarakan oleh Ekaningrum (2015: 9) bahwa lirik lagu anak-anak itu pendek teksnya dan meng- gunakan kata yang sederhana, sehingga lagu tersebut mudah dipahami oleh mereka. Oleh Nurgiyantro (2005: 6 dalam Ekaningrum 2015: 9) ditegaskan bahwa lagu anak- anak haruslah memiliki tema sesuatu yang nyata dan mudah untuk dibayangkan. Ditambahkan pula bahwa lagu anak-anak ini diharapkan dapat membantu anak me raih kecerdasan mental, kecerdasan intelektual dan juga me- ngem bangkan kreatifitas anak.

  

2 5 PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK PADA

TAHUN 1980AN

  Pada pendahuluan, penulis telah sedikit menyinggung tentang perkembangan lagu anak-anak di tahuun 1980an. Pada bab ini, penulis akan mendiskusikan lebih lanjut per- kembangan lagu anak-anak pada tahun tersebut.

  Pada tahun 1980-an, jumlah lagu anak-anak cukup banyak diciptkan. Beberapa pencipta lagu yang memiliki peran penting dalam perkembangan lagu anak di era ter- sebut diantaranya adalah Ibu Sud, Ibu Kasur dan Pak Kasur. Lagu-lagu yang populer pada saat itu adalah Kupu-

  

Kupu, Kasih Ibu, Tanah Airku, Sayang Semuanya, Balonku, Topi

Saya Bundar, Lihat Kebunku, Kring-kring Ada Sepeda, Naik

Delman, dan lain-lain. Dari deretan lagu-lagu tersebut

  hampir dipastikan anak-anak sampai di abad 21 masih banyak diajarkan, dikenal dan dinyanyikan.

  

Gambar 1. Ibu Kasur.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ibu_Kasur

  Dari judul lagu tersebut, sangat jelas kalau lagu tersebut me mang ditujukan untuk anak-anak dan dinyanyikan oleh anak-anak. Karena minimnya teknologi dan informasi pada tahun 1980an, maka acara yang menampilkan lagu anak- anak tersebut baru dapat ditayangkan oleh TVRI stasiun pusat Jakarta dalam acara Taman Indria yang dipandu oleh Ibu Kasur dan Pak Kasur. Hanya saja pada era tersebut, penyanyi cilik belum banyak bermunculan. Pada saat ter- sebut penyanyi cilik yang dapat dikenang sampai sekarang diantaranya adalah Adi Bing Slamet dan Cicha Koeswoyo. Dan masih banyak lagi penyanyi cilik yang tidak dikenal masyarakat di era tersebut. Hal ini karena perkembang- an informasi dan alat komunikasi belum semaju seperti sekarang.

  

Gambar 2: Ibu Sud.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Saridjah_Niung

  Meskipun lebih dari dua dekade, lagu-lagu anak-anak yang populer pada tahun 1980an ini masih terkenal dan banyak dinyanyikan oleh anak-anak, serta diajarkan baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Dapat kita tarik sebuah simpulan dari kondisi ini bahwa tema, sebagai salah satu daya tarik, yang disajikan memang penuh dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang positif seperti mengajarkan untuk menyayangi orang tua dan saudara, mengajarkan ke- cintaan akan tanah air, mengajarkan kebiasaan bangun pagi dan menggosok gigi. Dan juga lagu-lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud maupun Ibu Kasur dan Pak Kasur sangat mudah dihafalkan karena menggunakan kata-kata yang se- derhana. Dengan demikian, lagu-lagu pada masa ini benar- benar menjadi lagu kenangan sepanjang masa dan dapat dikatakan menjadi titik sejarah berkembangnya lagu anak- anak di Indonesia.

  

2 6 PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK DI ERA

1990an

  Hingga bergulirnya waktu pada era 1990an, lagu anak-anak masih berkembang melanjutkan kesuksesannya di era 1980 an. Bahkan pada era ini, lagu anak-anak berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan bermunculan banyaknya penyanyi cilik baru yang membawakan lagu dengan ber- bagai gaya yang lucu dan menyenangkan. Pada tahun 1990- an, banyak penyanyi anak-anak yang terorbit secara per- seorangan ataupun kelompok. Beberapa diantaranya adalah Melisa, Leonny, Enno Lerian, Agnes Monica, Cindy Cenora, Sonia, Trio Kwek Kwek, Tasya, Belinda, Tina Toon, Joshua, Sherina, Bondan Prakosa dan lain-lain. Banyaknya penyanyi anak-anak secara otomatis memunculkan banyak pencipta lagu yang bersaing menjual hasil karyanya seperti Papa T. Bob, Kak Seto dan Kak Ria Enes. Tema yang disajikan pun sangat bervariasi namun secara umum masih berkaitan dengan kegiatan anak-anak sehari-hari seperti bermain, ber hitung, membaca dan lain-lain. Beberapa judul lagu anak-anak tersebut diantaranya adalah Semut-semut Kecil,

  

Nyamuk Nakal, Air, Cit-cit Cuit, Bolo-bolo, Libur Tlah Tiba,

Paman Datang, Bala-Bala, Dam Du Bi Du Dam, Lumba-lumba

  dan lain-lain.

  

Gambar 3: Penyanyi Anak-anak yang populer tahun 1990an.

Sumber : http://www.satujam.com/ini-daftar-lagu-anak-yang-

populer-tahun-90-an/4/

  Keragaman penyanyi dan penyair tentu saja menjadi- kan beragamnya lagu, yang diciptakan, baik dari bentuk kalimat, diksi, sudut tema, tujuan penciptaan, irama, mau- pun yang lain. Pencipta lagu harus bersifat kritis dalam men cipta lagu sehingga mereka harus memahami ber bagai faktor social yang ada di sekitarnya, penyanyi dan ling- kungan pasarannya. Penggunaan bahasa seseorang meru- pakan penerapan sistem bahasa yang ada (Culler, 1977:8). Dengan demikian, lirik lagu sebagai salah satu bentuk puisi semestinya juga memiliki suatu sistem bahasa. Namun, pe- nerapan penggunaan bahasa tidaklah selalu sesuai dengan sistem bahasa yang ada karena dipengaruhi oleh situasi. Untuk mendapatkan efek puitis, daya ekspresif, irama yang merdu, dan dapat dinikmati dengan indah, para pe- nulis lirik lagu menciptakan suatu bentuk yang berbeda dengan tata bahasa normative. Hal tersebut antara lain berupa pemendekan kata, asonansi, aliterasi, penghilangan imbuhan, pengulangan, dan lain-lain. Berikut dilihat contoh dalam contoh dalam lirik lagu berikut.

Judul : Katanya Penyanyi : Trio Kwek Kwek

  Australia negri wool Aborigin sukunya Boomerang senjatanya Kangguru binatangnya Amrik negri Paman Sam Super power namanya Challenger pesawatnya Si Rambo jagoannya

  

Gambar 4: Cover Album Lagu Trio Kwek-Kwek.

  

Sumber: http://www.satujam.com/ini-daftar-lagu-anak-yang-

populer-tahun-90-an/6/

  Bait pertama lagu berjudul “Katanya” yang dinyanyikan oleh Trio Kwek-Kwek menggunakan pemendekan kata /e/ dalam kalimat Australia negri wool yang seharusnya negeri. Hal senada dapat kita lihat pada baris pertama bait ke dua dalam kalimat Amrik negri Paman Sam yang seharusnya

  

Amerika negeri Paman Sam . Kondisi kebahasaan yang demi-

  kian dirasakan untuk mendapatkan irama yang liris ketika lagu tersebut dinyanyikan. Kondisi lain yang terjadi adalah alih kode bahasa lain dalam lirik lagu anak-anak karena adanya kontak bahasa dari masyarakat dwibahasa.

  Beragam lirik lagu yang diciptakan tentu saja akan me- munculkan tujuan penciptaan lagu yang bervariasi sejalan dengan selera atau kebutuhan pasar yang bervariasi. Lirik lagu yang tidak tepat bahasa, tema, ataupun tujuannya akan

  

Sumber : http://www.satujam.com/ini-daftar-lagu-anak-yang-

populer-tahun-90-an/6/

  menyebabkan lagu tidak diminati konsumen, misalnya lagu “Libur Tlah Tiba” yang dinyanyikan Tasya berikut ini.

Judul : LIBUR TLAH TIBA Penyanyi : Tasya

  • “Libur tlah tiba hore hore hore hore hore Simpanlah tas dan bukumu, lupakan keluh kesahmu” Back to *** 3x

    Gambar 5: Cover Lagu Libur Tlah Tiba, Tasya.

  Lagu dengan lirik yang sederhana ini lebih tepat dilun cur- kan pada saat anak libur sekolah, dibandingkan dengan ketika masa aktif sekolah, bahkan pada saat ujian. Tujuan pen cipta untuk menggambarkan situasi liburan akan gagal karena anak tidak mengalaminya. Jika hal itu di pak sa- kan, maka norma yang berlaku di masyarakat Indo nesia terhadap pemahaman liburan sekolah pun akan kacau. Bagi masyarakat Indonesia pada khususnya, dan semua anak sekolah pada umumnya, liburan adalah saat yang ditunggu denganpenuh keceriaan. Dalam lirik lagu, diwujud kan dengan kata hore… hore… hore… yang diulang beberapa kali. Anak sekolah bisa menyimpan buku untuk sementara waktu karena kebiasaan orang tua adalah mengajak anak- nya berlibur. Dengan contoh ini, dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa terkait dengan tujuan penciptaan lirik lagu yang beragam. Tema yang beragam akan meng hasil- kan tujuan yang beragam pula seperti media pe ngajaran moral, ketrampilan, penanaman kesehatan, keber sihan, penggambaran sesuatu, sekedar menghibur, mempe nga- ruhi konsumen, atau bahkan kekomersialan pencipta dan produser lagu saja.

  Dari beragam tema yang diciptakan, ternyata ada be- berapa yang tidak sesuai jika dilihat dari dunia anak-anak hanya karena alas an tertentu dari pencipta atau produser lagu tersebut. Misalnya adalah lagu yang dinyanyikan oleh Cindy Cenora dengan judul “Aku Cinta Rupiah” berikut ini.

Judul : Aku Cinta Rupiah Penyanyi : Cindy Cenora

  Aku cinta rupiah, biar dolar di mana-mana Aku cinta rupiah, karna ku anak Indonesia Mau beli baju pakai rupiah Mau beli buku, buku sekolah, pake rupiah bayarnya

  Lihat tabunganku isinya rupiah Karena mamaku kasihnya rupiah Buat beli buku, buku sekolah, pake rupiah ya bayarnya Aku cinta rupiah, biar dolar di mana-mana Aku suka rupiah, karna ku anak Indonesia Aku cinta rupiah, biar dolar merajalela Aku suka rupiah, karna ku tinggal di Indonesia

  • Aku cin cinta rupiah Aku su suka rupiah Aku cinta buatan Indonesia ** Dolar punya Amerika Rupiah punya Indonesia Papa juga juga suka dolar, Mama belanja ya pake rupiah

  

Gambar 6: Cover Lagu Aku Cinta Rupiah, Cindy Cenora.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Aku_Cinta_Rupiah Lagu di atas ditujukan secara khusus untuk anak-anak, meskipun pesan yang ada secara tidak langsung juga di- tujukan bagi orang dewasa. Lagu di atas bertema kecintaan akan produk dalam negeri, yaitu produk Indonesia. tujuan yang ingin dicapai adalah menanamkan sikap cinta akan produk dalam negeri. Produk yang dijadikan objek lirik lagu ini adalah uang. Sikap kecintaan tersebut dilakukan dengan pengenalan terhadap mata uang Indonesia, yaitu rupiah. Sebenarnya, hal ini memunculkan manfaat lain, yaitu anak menjadi tahu bahwa mata uang tidak hanya rupiah, tetapi di Negara lain digunakan mata uang lain pula seperti misalnya dolar. Namun, lirik lagu pada bait per tama Aku Cinta rupiah/biar doolar dimana-mana/aku cinta

  

Rupiah/ karna ku anak Indonesia dan lirik lagu apada bait

  ter akhir Dolar punya Amerika/ Rupiah punya Indonesia/ Papa

  

juga suka dolar/ Mama belanja ya pake Rupiah tidaklah sesuai

  dengan lingkungan tutur anak-anak. Anak-anak tidak tahu mengapa mereka membeli sesuatu dengan rupiah bukan dolar. Selain itu dikatakan kalau papa juga suka dolar, anak tidak tahu mengapa papa suka dolar tetapi mama belanja dengan rupiah. Jika dilihat dari lirik tersebut, sebe- narnya ada tujuan lain dari pencipta lagu yang tersirat di- tujukan bagi orang dewasa agar orang dewasa juga lebih mencintai produk Indonesia. keadaan ini dikemukakan ka- rena situasi Indonesia pada saat itu terjadi krisis ekonomi yang menghebat sehingga nilai rupiah menurun tajam. Hal tersebut mengakibatkan kekacauan ekonomi dan politik karena keadaan yang tidak stabil. Tujuan tersirat inilah yang sebenarnya tidak sesuai. Anak hanya bisa menyanyikan lagu tersebut, dan tahu kalau mereka adalah anak Indonesia yang harus cinta pada produk Indonesia. akan tetapi, mereka tidak dapat menangkap mengapa rupiah yang di guna kan dan bukan dolar, selain pemahaman karena dolar adalah milik Amerika.

  Adanya berbagai bentuk lirik lagu dari yang sederhana seperti lagu ”Libur Tlah Tiba: yang dinaynyikan Tasya hingga lagu yang liriknya panjang dengan pemilihan kata yang cukup kompleks seperti “Aku Cinta Rupiah” yang di- nyanyikan oleh Belinda, maka perlu dideskripsikan bentuk kebahasaan yang terdapat dalam lirik lagu anak-anak. Demikian pula, ketika terdapat variasi tema lirik lagu dan tujun penciptaan lirik lagu, maka hal ini akan me muncul- kan pertanyaan bagaimanakah bentuk variasi tema yang digunakan dalam lirik lagu anak-anak. Hal terrsebut tentu saja akan dilanjutkan dengan pertanyaan tujuan apakah yang tersirat ataupun tersurat dalam lirik lagu anak tersebut dan alas an apakah yang menjadikan adanya variasi ter- sebut. Kajian ini akan menarik ditinjau dari kerangka sosio- linguistik dengan menganalisis melalui faktor-faktor social yang berlaku di sekitar, baik penyanyi, pencipta lirik lagu, produser, maupun konsumen. Fishman (1972:4) me lihat so siolinguistik dari sudut adanya hubungan antara variasi bahasa, fungsi bahasa, pemakaian bahasa, serta ada nya per- ubahan sebagai akibat adanya interaksi antara ke tiganya dan memberikan batasan sosiolinguistik sebagai studi yang mengkaji sifat-sifat khusus variasi bahasa, fungsi bahasa, dan pemakaian bahasa dalam jalinan interaksi serta perubah an anatara ketiganya di dalam masyarakat tuturnya.

  

2 7 KERANGKA ETNOGRAFI HYMES (TINJAUAN

SOSIOLINGUISTIK)

  Berbagai tema dan tujuan muncul ketika lirik lagu di - ciptakan. Penciptaan lirik lagu yang tepat tema dan tujuan- nya akan menjadikan lagu dapat diteruima dengan baik oleh penyanyi dan pendengar. Berbagai fungsi bahasa akan terwujud dengan penciptaan lirik lagu tersebut. Fungsi bahasa yang diajukan oleh Leech (1977:47) ada lima, yaitu fungsi informative, ekspresif, direktif, estesis, dan fatis. Fungsi tersebut akan terjabar lebih detail dalam bentuk apa kah hanya sebagai hiburan saja, ataukah untuk mem- bujuk, mempengaruhi, mengajari esutau, mengenal kan alam, mengenalkan bunyi, dan lain-lain. Jadi, pencipta lirik lagu harus dapat menentukan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya melalui lagu tersebut. Hal ini se- perti yang dikatakan Wardaugh (1990:251) bahwa bagai- mana menyampaikan sama pentingnya apa yang akan di- sampaikan. Untuk keberhasilan penyampaian pesan perlu diperhatikan berbagai faktor sosial yang mempe nga ruhi pertuturan sebagaimana disebutkan Holmes (1992:1) Bahwa seseorang berbicara dipengaruhi oleh siapa yang di ajak bertutur, siapa pendengarnya, dimana kita ber tutur dan bagaimana perasaan penutur. Hal senada juga di ung- kapkan oleh Suwito (1981:34) bahwa pemi lih an tindak tutur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahasa yang digunakan ketika ia bertutur, dan struktur yang bagaimana tuturan diungkapkan. Jika pen cipta lagu dapat memenuhi semua itu, maka apa yang ingin disam paikannya akan terwujud dengan baik dalam bentuk lirik lagu yang diiringi musik.