Efektivitas bermain aktif [Cooperative play] dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah - USD Repository
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF PADA ANAK USIA SEKOLAH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF
DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF
PADA ANAK USIA SEKOLAH
Oleh: Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto
NIM: 02 9114 079 Telah disetujui oleh:
Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF PADA ANAK USIA SEKOLAH
Dipersiapkan dan ditulis oleh Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto
NIM: 02 9114 079 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 19 Januari 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua
V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi Sekretaris Dr.
A. Supratiknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi ini aku persembahkan untuk … Mama dan Papa yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, dan cinta yang tidak terbatas
Emak yang selalu mendoakan cucu-cucunya dengan
sepenuh hatiPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan s esungguhnya bahwa skrips i yang saya tulis ini tidak m emua t karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Desember 2006 Penulis Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Efektivitas Bermain Aktif (Cooperative Play) dan Pasif dalam Menumbuhkan S ikap Sosial yang Positif pada Anak Usia Sekolah
O leh: Euriska S. Wiyanto Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kategori bermain manakah di antara bermain aktif dan pasif yang lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial tersebut. Bermain mengajarkan banyak hal pada anak, termasuk bagaimana anak harus bersikap dalam situasi sosial tertentu. Sikap sosial, khususnya pada anak usia sekolah, terdiri dari tiga komponen objek sikap, yaitu keluarga, teman sebaya, dan orang asing lainnya.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi dengan bermain aktif dan pasif sebagai variabel bebas, sikap sosial sebagai variabel tergantung, dan
pre-test serta frekuensi bermain anak di luar jam eksperimen sebagai variabel
ekstra di SD Tarakanita Bumijo dengan sampel subjek kelas IIA2 sebagai kelompok eksperimen bermain pasif, IIA3 sebagai kelompok eksperimen bermain aktif, dan IIB3 sebagai kelompok kontrol. Tiap kelompok diberi pre-test dan post-
test dengan skala sikap sosial, sedangkan kedua kelompok eksperimen masing-
masing diberi empat perlakuan. Skala sikap sosial yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala model Thurstone dan terdiri dari 20 item. Angka reliabilitas skala ini adalah 0,7159. Namun, setelah penelitian, skala ini diketahui memiliki cacat dalam pemilihan item sehingga mengalami ralat. Setelah ralat, skala ini terdiri dari 9 item. An alisis data penelitian dilakukan dengan anakova.
Uji hipotesis baik pada skala dengan 20 item maupun 9 item, menunjukkan bahwa bermain aktif dan pasif tidak efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah (20 item: Sig. = 0,71; 9 item: Sig. = 0,228). Hal ini antara lain mungkin dipengaruhi oleh skala yang kurang baik, resistensi sikap sosial terhadap perubahan, dan kejadian-kejadian khusus selama penelitian yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Kata kunci: anak usia sekolah, sikap sosial, bermain aktif, bermain pasif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The Effectiveness of Active (Cooperative Play) and Passive Play in Fostering Positive Social Attitude in School-ag ed Children
By: Euriska S. Wiyanto The goal of this research is to know the effectiveness of active and passive play in fostering positive social attitude in school-aged children. This research is also meant to know which of the two category of play is more effective in fostering social attitude as mentioned above. Play can teach children many things, including how to behave in certain social situations. Social attitude, especially in school-aged children, has three object comp onents, namely family, peers, and other strangers.
This research uses the quasi experiment design with active and passive play as independent variable, social attitude as dependent variable, and play frequency outside the experiment hours as extraneous variable in Tarakanita Bumijo elementary school with class IIA2, IIA3, and IIB3 as the subject samples. Class IIA2 is u sed as the passive play experiment group, class IIA3 as the active play experimen t group, and class IIB3 as the control group. Each group is given a pre-test and post-test, while the two experiment groups each receive four trea tments. The social attitude scale used in this research uses the Thurstone mo del and consists of 20 items. The reliability score of this scale is 0,7159. But afte r the research has been done, this scale is known to have a mistake in the process of selecting the items so that this scale has to be corrected. After the correction, this scale only has 9 items left. The data in this research are analyzed usin g analysis of covariance.
Results using both the 20 items scale and 9 items scale show that neit her acti ve nor passive play is effective in fostering positive social attitude in scho ol- aged children (20 items scale: Sig. = 0,71; 9 items scale: Sig. = 0,228). This result is p erhaps influenced by a number of things, for example the scale that is not good eno ugh, the resistance of social attitude to change, and certain incidents during the exp eriment that could not be controlled by the experimenter. Key words: school-aged children, social attitude, active play, passive play
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata Pengantar
Puji syukur pada Tuhan karena akhirnya pe nulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk me mperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma. Dalam segala ket erbatasan skripsi ini, penulis berharap bahwa skripsi ini dapa t menyumbangkan pengetahuan yang berguna bagi pembacanya.
Dalam menyusun skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pih ak berikut.
1. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi, M. Si, yang telah membimbing penulis selama dua semeste r pertama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua masukan dan pertimbangan yang telah Ibu berikan.
2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, yang telah membimbing penulis selama semester ketiga penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pertimbangan serta kesabaran yang telah Bapak berikan pada penulis selama bimbingan.
3. Bapak Y. Agung Santoso, S. Psi, selaku (mantan) dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji, yang telah bersedia me luangkan banyak waktu untuk menjawab berbagai pertanyaan penulis. Terima kasih atas semua pertimbangan dan jawaban atas kebingungan penulis yang telah Bapak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lestari selaku wali kelas IIA3, Ib u Lusia Wiratni selaku wali kelas IIB3, serta karyawan TU SD Tarakanita Bumijo. Terim a kasih atas segala bantuan, kemudahan, dan izin yang telah diberika n sehingga penulis bisa m elaksanakan uji coba serta penelitian di SD Tarakanita Bumijo.
7. Bapak Purwantana, S. Pd selaku kepala sekolah SD BOPKRI Gondolayu .
Terima kasih karena telah memberikan izin dan kemudahan sehingga penuli s bisa melakukan uji coba skala di SD BOPKRI Gondolayu.
8. Ibu Milka Then dan guru-guru Sekolah Minggu GKI Ngupasan. Terima kasi h atas izin yang telah diberikan sehingga penulis bisa melakukan uji coba d i GKI Ngupasan.
9. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan fakultas psikologi yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam berbagai hal selama penulis berkuliah, khsususnya selama penulis menyusun skripsi ini.
10. Mama, Papa, Emak, dan seluruh keluarga penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua dukungan, doa, dan bantuan dalam berbagai hal yang kalian berikan selama ini.
11. C hacha, Tina, Sisil, Cahya, Laora, Iput, Ohaq, Ina, Mita, Fika, Mei, dan Elvin , y ang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. Terima kasih, ya , k arena telah meluangkan waktu kalian yang berharga itu ☺.
12. T eman-teman lain (termasuk Meme, yang minta namanya ditulis di sini ☺ ) yang dengan sabar bertanya “Gimana skripsinya?” atau “Kapan lulus?” setia p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI
HALAM AN JUDUL........................................................................................... i HALAM AN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii HALAM AN PENGESAHAN.............................................................................iii HALAM AN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv HAL AMAN MOTTO.......................................................................................... v PERNYA TAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi ABSTRA K. ......................................................................................................... vii .
ABSTRA CT......................................................................................................... viii KAT A PENGANTAR......................................................................................... ix DAFTAR ISI........................................................................................................ xi DAF TAR BAGAN.............................................................................................. xiv DAF TAR TABEL................................................................................................ xv DAF TAR LAMPIRAN........................................................................................ xvi BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 7
C. Tujuan................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
1. Manfaat Praktis............................................................................... 7
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial pada Anak......... 21
1. Bermain dan Sikap Sosial............................................................... 34 2.
E. Alat Ukur.............................................................................................. 48
Subjek Penelitian.................................................................................. 47
C. Definisi Operasional............................................................................. 45 D.
B. Identifikasi Variabel.............................................................................. 44
Jenis Penelitian...................................................................................... 42
III METODE PENELITIAN...................................................................... 42 A.
E. Hipotesis............................................................................................... 41
Permainan....................................................................................... 37 3. Membaca Buku dan Menonton Film.............................................. 38
4. Uji Coba II...................................................................................... 54 Hubungan Antara Sikap Sosial dengan Bermain Aktif dan Pasif......... 34
C. Bermain................................................................................................. 24
3. Uji Coba I........................................................................................ 53
Penyekoran Item............................................................................. 49
1. Isi Skala........................................................................................... 48 2.
BAB
Jenis Bermain yang Sesuai untuk Anak Usia Sekolah.................... 33 D.
4. Hierarki Pola Bermain.................................................................... 31 5.
3. Kategori Bermain............................................................................ 27
Fungsi Bermain............................................................................... 24
1. Definisi Bermain............................................................................. 24 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 90 A. Hasil Observasi Penelitian.................................................................... 90 B. Analisis Data Statistik I........................................................................ 98 ............................. 98 C.
Analisis Data Statistik II....................................................................... 106
1. Ralat terhadap Skala....................................................................... 106
2. Data Deskriptif................................................................................ 108 3.
Uji Asumsi...................................................................................... 109 4. Uji Hipotesis................................................................................... 112
D. Pembahasan...........................................................................................113
E. Keterbatasan Penelitian......................................................................... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 126 A. Kesimpulan........................................................................................... 126 B. Saran..................................................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 130 LAMPIRAN......................................................................................................... 134 1. Data Deskriptif...................................................
2. Uji Asumsi...................................................................................... 99
3. Uji Hipotesis................................................................................... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Hubungan antara permainan serta membaca buku dan menonton film dengan sikap sosial positif..................................... 40 Bagan 2. Rangkaian kegiatan di ketiga kelompok penelitian.............................. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh dan pengontrolan variabel ekstra........................................... 44 Tabel 2. Blue-print skala sikap sosial.................................................................. 48 Tabel 3. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk panelis.................................. 50 Tabel 4. Nilai S dan Q item-item skala sikap sosial............................................ 52 Tabel 5. Susunan 40 item skala sikap sosial untuk uji coba I.............................. 53 Tabel 6. Susunan 10 item skala sikap sosial untuk uji coba II............................ 55 Tabel 7. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk uji coba III........................... 57 Tabel 8. Susunan 20 item skala sikap sosial untuk penelitian............................. 59 Tabel 9. Susunan 9 item skala sikap sosial setelah ralat...................................... 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Skala sik ap sosial, wawancara, dan angket..................................... 134 L ampiran II. Nilai S dan Q berdasarkan penilaian panelis.................................. 142 Lampir an III. Analisis data untuk seleksi item.................................................... 151 Lampiran IV. Reliabilitas skala sikap sosial........................................................163 Lampiran V. Analisis data I (20 item)................................................................. 167 Lampiran VI. Analisis data II (9 item)................................................................. 176 Lampiran VII. Surat keterangan uji coba dan penelitian..................................... 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus
dipenuhinya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang matang, baik di bidang sosial, kognitif, fisik, dan lain sebagainya. Tugas-tugas perkembangan ini berbeda pada tiap rentang usia, yaitu sesuai dengan tingkat perkembangan yang harus dicapai pada rentang usia tertentu. Bagi anak usia sekolah, khususnya, salah satu tugas perkembangan yang perlu dikuasainya terkait erat dengan perkembangan sosialn ya, yaitu mengembangkan sikap sosial yang positif (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980). Artinya, anak harus mengembangkan pikiran, perasaan, serta perilaku yang positif terhadap orang lain, kelo mpok-kelompok sosial, dan aktivita s-aktivitas sosial yang dijalaninya.
Selain sebagai salah satu tugas perkembangan, menurut Hurlock (1972), pengembangan sikap sosial yang positif merupakan salah satu unsur penting yang sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk berperilaku sesuai norma dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada m asa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi perkembangan perilakunya sampai pada masa dewasa (Social Skills Enhancement). Jadi, sikap sosial yang positif merupakan unsur penting yang harus ditumbuhkan sejak masa kanak- kanak.
Sikap sosial anak dapat tercermin melalui perilaku sosialnya, yaitu perilakunya terhadap orang lain. Perilaku memang merupakan salah satu komponen sikap. Perilaku juga merupakan satu-satunya petunjuk mengenai sikap anak yang dapat dilihat secara nyata. Komponen kognitif dan afektif dari perilaku tidak akan dapat kita lihat secara nyata bila tidak ditampakkan melalui perilaku overt .
Berikut ini terdapat beberapa pendapat dan penelitian mengenai perilaku sosial anak yang negatif dan dapat menjadi petunjuk mengenai pentingnya menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak.
Bali Post (Menghadapi berbagai karakter, 2002) mengingatkan para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya yang sering berperilaku negatif di sekolah dan terhadap teman-temannya. Hal yang serupa diungkapkan oleh Soejanto (dalam
Membangun Karakter , 2006). Ia mengungkapkan bahwa guru-guru Sekolah Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa sekitar 3 dari 10 anak dideteksi sebagai pengganggu (bully), korban, atau keduanya (Flynt dan Morton, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Dill dan kawan-kawan (2004) mengungkapkan akibat negatif dari perilaku mengganggu (bullying) ini. Mereka mengungkapkan bahwa anak-anak yang cenderung selalu menjadi korban agresivitas teman-temannya, baik itu yang tampak secara nyata (dipukul, diejek) maupun yang lebih terkait dengan relasi (tidak diacuhkan oleh teman-teman bermain), akan cenderung ditolak oleh teman sebayanya. Penolakan ini akan menyebabkan anak menarik diri dari pergaulannya, dan pada gilirannya hal ini akan semakin menjadikan anak sebagai target dari agresivitas teman-temannya.
Penelitian Philip Brown (dalam Braverman, 2003) semakin mempertegas akibat negatif dari perilaku mengganggu ini. Brown mengungkapkan bahwa para korban dari perilaku mengganggu ini akan cenderung terganggu dalam perkembangan sosial mereka. Ketika sudah dewasa, lebih banyak dari mereka yang cenderung gagal dalam membangun relasi sosial yang baik. Selain akibat negatif terhadap para korban, perilaku agresif dan mengganggu juga berakibat negatif terhadap para pelaku. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Keane dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perilaku sosial anak dalam sebuah pelatihan perilaku sosial bagi anak-anak yang dianggap berpotensi mengembangkan perilaku agresif. Penelitian ini membuktikan bahwa perilaku teman sekelompok memiliki pengaruh yang signifikan bagi perilaku anak. Anak yang berada dalam kelompok yang lebih mengembangkan perilaku prososial juga akan lebih cenderung mengembangkan perilaku prososial. Sebaliknya, bila teman-teman dalam kelompoknya cenderung lebih agresif dan memberikan penguatan terhadap perilaku agresif dan memberontak, anak juga akan lebih cenderung berperilaku negatif. Karena pengaruh teman sebaya yang cukup besar ini, anak-anak harus dibekali dengan perilaku dan sikap sosial yang positif. Dengan demikian, anak-anak akan saling memberikan pengaruh yang positif, sedangkan pengaruh yang negatif dapat diminimalisasi.
Beberapa hal yang telah diungkapkan di atas mengungkapkan perlunya usaha untuk mengembangkan perilaku sosial yang positif dalam diri anak sedini mungkin. Hal ini secara tidak langsung juga mengungkapkan pentingnya menumbuhkan sikap sosial yang positif pada diri anak, sebab perilaku sosial tersebut merupakan salah satu bagian dari sikap sosial. Selain itu, bagian atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menum buhkan sikap sosial ―bukan sekadar perilaku―yang positif ini perlu dilakukan agar anak mempunyai dasar atau bekal yang kuat dalam perkembangan sosialnya di masa-masa yang akan datang. Bila anak mampu menumbuhkan sikap sosial yang positif sejak dini, berbagai hal yang memiliki efek negatif terhadap perkembangan sosialnya, yang mungkin ditemuinya di kemudian hari, dapat diminimalisasi akibatnya.
Sikap sosial terbentuk dalam diri seseorang melalui interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitarnya (Azwar, 2005). Interaksi sosial ini antara lain memungkinkan seseorang untuk mengalami kontak dan pengalaman langsung dengan orang lain serta meniru atau meneladan sikap orang lain, khususnya yang dianggap penting, misalnya teman sebaya atau orang tua. Pada anak-anak, interak si sosial ini banyak terjadi melalui kegiatan bermain, sebab bermain merupakan kegiatan pokok dan penting yang mendominasi keseluruhan kegiatan anak (Hurlock, 1980). Karena itu, sikap sosial juga dapat ditumbuhkan melalui bermain. Bermain memang bukan sekadar kegiatan yang dilakukan demi kesenangan semata, melainkan juga mengajarkan berbagai hal pada anak (Arnold, 1975; Meyerhoff, 2001). Ketika bermain bersama orang lain, anak belajar untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara luas, ada dua kategori dalam bermain, yaitu bermain aktif dan b ermain pasif (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1997; Tedjasaputra, 2001). Pada dasarnya, bermain aktif adalah jenis bermain yang melibatkan usaha akt if anak untuk menghasilkan su atu kegiatan yang menyenangkan baginya.
Meskipun tidak selalu, bermain aktif umumnya melibatkan relatif banyak gerakan tub uh dan tenaga anak. Contoh dari bermain aktif adalah permainan petak- umpet d an bermain dengan balok. Sebaliknya, pada bermain pasif, yang juga disebut dengan hibur an (amusement), anak lebih cenderung menerima dan menikmati apa y ang telah tersedia, bukan yang dihasilkan dari kegiatannya sendiri. Jenis bermain ini me rupakan jenis bermain yang tidak membutuhkan banyak tenaga untuk bergerak. Contohnya adalah menonton televisi dan membaca komik.
Interaksi sosial d apat terjadi melalui kedua kategori bermain ini. Sebagai contoh, ketika bermain petak umpet, anak berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya dan bela jar mengembangkan perilaku-perilaku yang diharapkan o leh teman-temannya tersebut. Di lain pihak, ketika menonton film, anak berinteraksi dengan t okoh-tokoh yang ada di film tersebut, dan anak dapat mengim itasi atau meniru perilaku tokoh-tokoh tersebut dan menerapkannya ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Rumusan Masalah 1.
Apakah bermain aktif dan pasif efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah?
2. Antara bermain aktif dan pasif, pola bermain manakah yang lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan membandingkan efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah mengetahui pola bermain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pengetahuan tentang efektivitas berm ain aktif dan pasif dalam menumbuhkan s ikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah A.
(Hu sek Dasar. Jadi, 1. usia sekolah ters b. permainan anak yang melibatkan gerakan tubuh,
Anak-anak usia sekolah termasuk dalam periode masa akhir kanak-kanak rlock, 1980; Santrock, 1997). Periode ini berlangsung ketika anak berusia itar tujuh sampai sebelas tahun, yaitu selama masa-masa Sekolah anak usia sekolah adalah anak yang berusia sekitar tujuh sampai sebelas tahun.
Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak-anak dikemukakan oleh Havighurst (Hurlock, 1980). Tugas-tugas perkembangan ebut adalah sebagai berikut. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan umum. Ada berbagai sehingga untuk dapat terlibat di dalamnya, anak harus memiliki keterampilan fisik yang memadai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Anak-anak pada usia ini paling banyak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Karena itu, anak harus mampu menyesuaikan diri dengan teman-temannya tersebut bila ingin diterima oleh mereka.
e. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. Anak harus belajar memahami dan mengembangkan peran-peran sosial yang sesuai dengan jenis kelamin mereka, sesuai dengan harapan masyarakat.
f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. Anak usia sekolah mulai mempelajari berbagai hal dalam dunia pen didikan formal. Membaca, menulis, dan berhitung merupakan beberapa hal pokok yang harus dipelajari anak selama masa sekolah dasar ini.
g. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Agar dapat berperilaku dengan benar di lingkungannya, anak terlebih dulu harus memahami berbagai pengertian yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
h. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai.
Tugas untuk mengembangkan hati nurani ini sudah dimulai sejak usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
j.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga- lembaga. Anak harus memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan kel pada periode ini (Hurlock, 1991). Hurlock juga menyebut ber berbagai aspek, seperti aspek fisik, kognitif, serta aspek sosial. Tugas sos seb den ompok-kelompok sosial di sekitarnya agar dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosialnya tersebut, dan kemampuan untuk bersosialisasi ini adalah salah satu tugas perkembangan paling penting yang perlu dikembangkan anak sikap ini sebagai sikap sosial, yang merupakan bagian dari perkembangan sosial anak (Hurlock, 1972). Hal ini akan dibahas secara lebih khusus pada sub bab berikutnya.
Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah memiliki bagai tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Tugas-tugas ini meliputi perkembangan yang menyangkut aspek sosial, khususnya mengembangkan sikap ial yang positif, merupakan salah satu tugas yang paling penting bagi anak, ab perkembangan sikap sosial ini akan sangat mempengaruhi interaksi anak gan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perkem bangan sosial anak juga dapat dilihat dari perkembangan bermainnya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab tersendiri tentang permainan.
Dalam perkembangan sosial, ada tiga proses yang perlu diperhatikan. Ketiga proses ini memang berbeda satu sama lain, namun tetap saling terkait erat. Semakin ketiga proses ini dipenuhi, maka semakin baik pula perkembangan sosial anak (Hurlock, 1972): a. Mengembangkan perilaku yang disetujui oleh kelompok sosial. Pada proses pertama ini, anak harus mengetahui standar-standar atau norma-norma yang ditetapkan oleh kelompok sosialnya. Anak kemudian harus mampu mengembangkan perilaku-perilaku yang sesuai standar atau norma tersebut.
Misalnya, anak diharapkan untuk tidak berbicara dengan bahasa yang kasar atau mengumpat.
b.
Memainkan peranan sesuai aturan sosial. Pada proses ini, anak harus mengetahui peranannya dalam kelompok sosial kemudian berperilaku sesuai peranannya tersebut. Misalnya, dalam hubungan orang tua-anak, anak diharapkan un tuk menurut pada perkataan orang tuanya. c . Mengembangkan sikap sosial yang positif. Anak harus mengembangkan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial anak terdiri dari tiga proses pokok, yaitu mengembangkan perilaku yang disetujui kelompok sosial, memainkan peranan sesuai aturan sosial, serta mengembangkan sikap sosial yang positif. Ketiga proses itu harus dipenuhi agar anak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Dua proses pertama lebih terfokus pada perilaku tampak (overt) yang harus dilakukan anak, sedangkan proses yang ketiga lebih terfokus pada perilaku tidak tampak (covert) yang dikembangkan anak dalam dirinya, meskipun tetap dapat termanifestasi dalam perilaku nyata anak. Perkembangan sikap sosial yang positif ini menjadi sangat penting karena merupakan sesuatu yang benar-benar tertanam dalam diri anak, dan bukan sekedar perilaku tampak yang bisa saja dibuat-buat oleh anak. Mengembangkan sikap sosial yang positif dan benar-benar berasal dari dalam diri anak sendiri tentu lebih penting dan mendasar dibandingkan dengan sekadar mengembangkan perilaku sebagai suatu rutinitas yang kurang bermakna bagi diri anak sendiri.
B. Sikap Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sikap tertentu. Sikap tersebut sering dipandang sebagai kombinasi antara nilai dan keyakin an yang dimiliki seseorang. Secara lebih khusus, sikap juga dapat didefinisikan sebagai pikiran, perasaan, serta kecenderungan perilaku seseorang terhadap objek sikap tertentu yang diperoleh melalui proses pembelajaran (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997; Pettijohn, 1992). Apa yang dipikirkan dan dirasakan seseorang terhadap suatu objek sikap, serta bagaimana kecenderungan perilakunya terhadap objek sikap tersebut secara keseluruhan mencerminkan sikap seseorang terhadap objek sikap tersebut. Jadi, bila disimpulkan, sikap dapat didefinisika n sebagai kecenderungan pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang terhadap suatu objek sikap, dan kecenderungan tersebut mencerminkan evaluasi orang tersebut terhadap objek sikap tersebut.
Istilah “sosial” menunjuk pada hubungan atau relasi antara dua atau lebih individu (Chaplin, 1995). Sikap sosial berarti sikap seseorang terkait dengan relasinya dengan orang lain. Lebih jelasnya, sikap sosial dapat diartikan sebagai sikap seseorang terhadap lingkungan sosialnya, yaitu orang lain di sekitarnya dan aktivitas bersama orang-orang tersebut (Hurlock, 1991; Chaplin, 1995). Jadi, orang lain dan aktivitas bersama orang lain ini menjadi suatu objek sikap. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Komponen Sikap Sosial dan Komponen Objek Sikap Sosial
Sikap, termasuk sikap sosial, terdiri dari tiga komponen (Aronson, 2005; Az ar, 2005; Huff w man, Vernoy & Vernoy, 1997; Pettijohn, 1992; Zanden, 1984), yaitu kom ponen kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dengan sikap sosial, kom ponen kognitif menunjukkan apa yang dipikirkan atau diyakini seseorang ten tang lingkungan sosialnya. Komponen afektif menunjukkan perasaan atau rea ksi emosi seseorang terhadap lingkungan sosial tersebut. Komponen perilaku men unjukkan bagaimana seseorang cenderung berperilaku terhadap lingkungan sos ialnya.
Meskipun pada umumnya pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang terh adap suatu objek sikap cenderung konsisten, terkadang ketiga hal ini juga ber tentangan. Anak yang tidak menyukai gurunya bisa saja tetap menuruti per kataan gurunya tersebut karena sekadar merasa takut. Dalam hal ini, terjadi pertentangan antara afeksi dan perilaku anak. Namun, meskipun terkadang seseorang t idak konsisten dalam pikiran, perasaan, dan perilakunya terhadap suatu hal , hampir semua orang pasti memiliki suatu kecenderungan sikap, baik itu pos itif maupun negatif. Sangat jarang seseorang memiliki sikap yang benar-benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sik p sosial yang perlu diperhatika a n, yaitu teman sebaya, keluarga, dan orang asing lainn ya. Ketiga komponen objek sikap ini akan dijelaskan di bawah ini.
a. Teman sebaya Masa-masa sekolah sering disebut sebagai usia berkelompok, sebab pada masa-masa sekolah inilah anak mulai membentuk kelompok-kelompok dengan teman-teman sebayanya (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1995). Karena itu, dibanding dengan masa-masa sebelumnya, pada usia sekolah ini peran teman sebaya menjadi makin penting bagi anak (Bee, 1997).
Anak usia sekolah memang mulai mengembangkan relasinya dengan orang lain di luar keluarganya (Kartono, 1982), lebih daripada ketika masa prasekolah dulu, dan relasi sosial ana k ini berkembang terutama dengan tem an-teman sebayanya. Sebagian besar waktunya di luar sekolah akan dihabiskan anak bersama teman-teman sebayanya (Bee, 1997).
b. Keluarga Seiring dengan makin banyaknya waktu yang dihabiskan bersama teman-teman sebayanya, waktu yang dihabiskan anak bersama keluarga dan orang tua makin sedikit. Berk (2006) bahkan mengungkapkan bahwa interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
Orang asing (Friendly stranger) Orang asing yang dimaksud di sini bukanlah orang yang benar-benar asing bagi anak, melainkan orang dewasa di luar keluarga yang masih memiliki relasi tertentu dengan anak, yaitu antara lain guru atau teman dari orang tuanya. Interaksi dengan orang dewasa di luar keluarga ini juga sama pentingnya bagi anak, sebab orang tua dan orang dewasa di luar keluarga mengajarkan hal yang berbeda pada anak. Berbeda dengan interaksi dengan orang tua, interaksi dengan orang dewasa di luar keluarga umumnya menyangkut kemampuan anak dalam bidang yang lebih formal (Santrock, 1995). Guru, misalnya, berbeda dengan orang tua, lebih banyak mengajarkan hal-hal yang terkait pendidikan formal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada usia sekolah, terdapat tiga komponen obj ek sikap yang utama, sesuai dengan perkembangan interaksi sosial anak yang cuk up luas dengan orang-orang di sekitarnya. Interaksi ini terutama terjadi dengan tem an-teman sebayanya, meskipun orang tua dan beberapa orang dewasa lain teta p mempunyai peran dalam perkemb angan interaksi sosial anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. ssical conditioning Cla
Pada classical conditioning, sikap terbentuk melalui asosiasi suatu objek sikap dengan suatu hal yang positif atau negatif. Sebagai contoh, seorang anak yang mendapat es sirup setiap kali bermain dengan teman-temannya mungkin akan mengembangkan sikap yang relatif positif terhadap teman-temannya tersebut, belum tentu karena ia sejak awal suka bermain dengan teman-temannya, tetapi karena adanya asosiasi antara teman-temannya dengan es sirup yang disukainya.
b. Instrumental conditioning
Pada cara ini, sikap terbentuk karena adanya penguatan a tau hukuman terhadap perilaku tertentu. Dalam membentuk perilaku, khususnya, pemberian penguatan lebih disarankan daripada hukuman karena dinilai lebih efektif. Sebagai contoh, seorang anak akan diberi hadiah bila tidak bertengkar dengan adiknya selama kurun waktu tertentu. Anak tersebut akan termotivasi untuk tidak bertengkar dengan adiknya sehingga sikap anak tersebut terhadap adiknya pun menjadi lebih positif.
c. Modeling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara lebih khusus, pembelajaran sikap melalui interaksi sosial dapat terw ujud melalui cara-cara sebagai berikut (Azwar, 2005; Pettijohn, 1992). Cara- car a ini merupakan semacam konteks di mana ketiga cara yang telah disebutkan di atas dapat terwujud.
a. Kontak langsung atau pengalaman pribadi Sikap terhadap suatu hal dapat terbentuk melalui pengalaman langsung dengan hal tersebut. Anak yang selalu merasa senang ketika bermain dengan teman-temannya mungkin akan mengembangkan sikap yang positif terhadap aktivitas bersama teman sebayanya.
b. Belajar dari or ang lain secara langsung maupun tidak langsung Di sini, sikap terbentuk karena adanya pengaruh dari orang lain, biasanya yang dianggap penting. Pembelajaran secara langsung terjadi ketika, misalnya, orang tua secara sengaja mengembangkan sikap tertentu dalam diri anak. Orang tua mungkin mengajarkan pada anak untuk selalu berhati-hati pada orang lain sehingga anak mengembangkan sikap yang cenderung negatif terhadap orang lain. Secara tidak langsung, orang tua mungkin memberikan tugas-tugas tertentu yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. olah, lembaga agama, dan teman sebaya Sek
Sekolah dan teman sebaya berperan dalam pembentukan sikap karena anak banyak belajar melalui observasi serta interaksi dengan guru maupun teman.
Melihat temannya yang cenderung bersikap bersahabat pada semua orang, seorang anak mungkin mengembangkan sikap yang sama dengan temannya tersebut. Selain itu, sekolah pada umumnya memang menanamkan nilai-nilai dan konsep-konsep tertentu dalam diri anak dengan berbagai cara, secara langsung maupun tidak langsung. Hal yang sama juga dilakukan oleh lembaga agama.
d. Media massa Bila anak sering menonton film-film tertentu yang menayangkan kekerasan, misalnya, sangat mungkin anak kemudian mempunyai sikap yang cenderung positif terhadap kekerasan. Sikap ini terbentuk karena identifikasi atau imitasi anak terhadap film-film tersebut.
e.
Pengaruh faktor emosional Terkadang emosi seseorang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap orang lain. Umumnya emosi ini muncul sebagai suatu bentuk penyalura n ketegangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Seperti yang telah kita ketahui, sikap sosial terbentuk melalui pem belajaran sosial yang terjadi ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Bagi ana k usia sekolah, sebagian besar waktu di luar sekolah dihabiskannya dengan ber main bersama orang lain sehingga interaksi sosialnya pun sebagian besar terj adi melalui kegiatan bermain. Karena itu, sangat mungkin sebagian besar sikap sosial anak terbentuk melalui kegiatan bermainnya. Sebagai contoh, ketika sedang bermain d alam kelompok, anak menilai bahwa seorang temannya yang lemah men yebabkan kelompoknya kalah dari kelompok lawan sehingga ia men gembangkan sikap yang cenderung negatif terhadap temannya tersebut. Sikap ini muncul karena adanya pembelajaran sosial, yaitu instrumental conditioning, yan g terjadi melalui kontak atau pengalaman langsung anak dengan temannya. Nam un, tidak hanya instrumental conditioning, classical conditioning dan
modeling juga bisa terjad i ketika anak sedang bermain dengan orang lain. Jadi,
jela s bahwa bermain merupakan salah satu sarana yang bisa digunakan untuk men umbuhkan sikap sosial pada anak.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial pada Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula. Sebagai contoh, pengusaha dan rohaniwan pasti memiliki sikap yang berbeda terhadap orang lain. Pengusaha mungkin memandang orang lain sebagai “sarana” untuk mencapai keuntungan, sedangkan rohaniwan mungkin lebih memandang orang lain sebagai seseorang yang perlu senantiasa diperhatikan dan dibina imannya.
b. Etnis Tiap etnis m emiliki norma atau nilainya sendiri-sendiri yang sering kali ber beda satu sama lain. Karena itu, sikap yang dimiliki tiap etnis juga berbeda.
Etnis yang satu mungkin menganggap hubungan sosial dengan orang lain sebagai sesuatu yang sangat penting, sedangkan etnis lain mungkin lebih bersifat individual sehingga kurang mementingkan hubungan sosial yang baik.
c.
Kelas sosial ekonomi Kelas sosial ekonomi mempengaruhi sikap seseorang dalam hal pendapat, pemikiran, dan kepentingan masing-masing. Lezarsfeld (dalam Ahmadi, dkk, 1991) mengatakan bahwa orang-orang yang berada dalam kelas sosial ekonomi yang sama cenderung memiliki pendapat yang sama pula. Orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d.
Sejarah Sikap terhadap suatu hal, termasuk sikap sosial, cenderung selalu berubah dalam tiap perubah an zaman. Orang-orang yang berasal dari zaman atau era ber beda akan mempunyai sikap sosial yang berbeda pula. Misalnya saja sikap terhadap perempuan. Dulu yang dianggap menarik adalah perempuan yang agak gemuk, kemudian perempuan yang sangat kuruslah yang dianggap menarik, dan sekarang perempuan yang menarik adalah mereka yang bertubuh langsing.
Jadi, tiap orang dapat memiliki sikap sosial yang berbeda-beda, tergantung pada pekerjaan, etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarah atau zaman di mana ia hidup. Pada anak-anak khususnya, yang lebih berpengaruh adalah pekerjaan, etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarah orang tuanya, bukan pekerjaan, etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarahnya sendiri, sebab sikap sosial anak tumbuh terutama berdasarkan apa yang diajarkan oleh orang tuanya di dalam keluarga (Ahma di, dkk, 1991). Meskipun demikian, beberapa di antara faktor-faktor di atas, yaitu etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarah, dapat dikatakan memiliki pengaruh terhadap diri anak, sebab faktor-faktor tersebut melekat pada diri anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Bermain
1. Definisi Bermain
Selama masa sekolah, anak memiliki kegiatan dan minat yang luas dalam bermain (Hurlock, 1980). Bermain didefinisikan sebagai kegiatan menyenangkan yan g dilakukan demi kepentingan kegiatan itu sendiri, tanpa memperhatikan hasil akhirnya (Hurlock, 1991; Santrock, 1997; Tedjasaputra, 2001). Maksudnya adalah bah wa bermain dilakukan dengan tujuan bermain serta memperoleh kesenangan itu sendiri, tanpa memperhatikan adanya tujua n atau maksud lain selain bermain dan memperoleh kesenangan tersebut. Sedangkan Arnold (Arnold, 1975) men yatakan bahwa bermain adalah suatu pekerjaan bagi anak. Pernyataan ini men ekankan betapa pentingnya bermain bagi anak-anak. Menurut Arnold, ber main merupakan dasar bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan pen galaman yang berguna bagi masa depannya.
Jadi, bermain adalah kegiatan menyenangkan yang dilakukan demi kep entingan kegiatan itu sendiri, dan kegiatan tersebut dapat memberikan pen galaman dan pengetahuan tertentu, khususn ya bagi anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
men ingkatkan interaksi sosial anak dengan orang lain serta berguna bagi per kembangan pribadi anak sendiri, misalnya perkembangan kognitifn ya. Secara lebih spesifik, beberapa pengaruh atau fungsi permainan bagi perkembangan anak ada lah sebagai berikut (Hurlock, 1991, Kartono, 1982): a. Perkembangan fisik. Bermain aktif dapat merangsang dan melatih otot-otot serta keseluruhan tubuh anak.
b. Dorongan berkomunikasi. Anak harus dapat berkomunikasi dengan baik ketika ia be rmain bersama orang lain, sehingga mau tidak mau anak pasti akan belajar untuk berkomunikasi dengan baik.
c. Penghayatan terhadap berbagai emosi serta penyaluran energi emosional yang terpendam. Ketika berm ain, anak dapat mengalami serta menghayati berbagai emosi, misalnya senang ketika menang, sedih atau kecewa ketika kalah, dan sebagainya. Selain itu, bermain juga dapat menyalurkan ketegangan anak ketika lingkungan membatasinya untuk mengekspresikan emosinya. Hal ini juga diungkapkan oleh Freud dan Erikson (dalam Santrock, 1995), yaitu bahwa dengan bermain, anak dapat melakukan penyesuaian diri dan mengatasi konflik atau kecemasan ya ng dihadapinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1995) mengatakan bahwa bermain cara yang menyenangkan bagi anak untuk mempelajari serta menerapkan kemampuan serta keterampilannya.
f. Rangsangan bag i kreativitas. Dalam bermain, anak dapat mencoba atau mer ancang berbagai hal baru sehingga ia menjadi kreatif. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Vygotsky (dalam Santrock, 1995), yaitu bahwa bermain, terutama bermain pura-pura atau imajiner, dapat merangsang kreativitas anak.
Selain itu, dalam bermain anak juga dapat mengembangkan fantasi serta bakatnya.
g. Perkembangan wawasan diri. Bila bermain dengan anak lain, anak dapat mengetahui kemampuannya se ndiri dengan membandingkannya dengan kemampuan anak lain.