Hubungan antara perilaku asertif dan kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa - USD Repository
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN KECEMASAN
PRESENTASI PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
PADA MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Fransiska
Nim : 029114048
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
“…, Berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia “(1 Kor. 15;58)
“ Seseorang disegani dan dihormati bukan karena apa yang diperolehnya,
melainkan karena apa yang telah diberikannya “
(Calvil Coolidge)
Dengan penuh kasih aku persembahkan karya sederhanaku ini untuk : Tuhan Yesus dan Bunda Maria di Surga Kedua Orang Tuaku yang selalu setia menjadi sahabatku Adik-adikku Matilda dan Vitalianus pendorong semangatku
Kota kecilku Sintang tempat yang selalu aku rindukan Serta sahabat-sahabatku
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juni 2007
Penulis
Fransiska
ABSTRAK
Fransiska (2007). Hubungan antara Perilaku Asertif dan KecemasanPresentasi Proposal penelitian Skripisi pada Mahasiswa. Yogyakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perilaku asertif
dan kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa. Hipotesis
yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara perilaku asertif dan kecemasan
presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa.Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang sudah mengambil mata kuliah seminar sebanyak 68 orang. Alat
pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua skala, yaitu skala perilaku
asertif dan skala kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi.Data penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari
Pearson . Koefisien korelasi yang diperoleh -0,475 dengan probabilitas 0,000 (p <
0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada
hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dan kecemasan presentasi
proposal penelitian skripsi pada mahasiswa.ABSTRACT Fransiska (2007). Relation between Assertive Behavior and Anxiety of
Presenting Research Plan Minithesis on Students. Yogyakarta : Faculty of
Psychology Sanata Dharma University.
This research aim is to know the relation between assertive behavior and
anxiety of presenting research plan minithesis on students. The hypothesis is there
is negative relation between assertive behavior and anxiety of presenting research
plan minithesis on student.Subject of this research were 68 students of Sanata Dharma University
have taken seminar lesson. Appliance of data collecting use consisted of by two
measuring instrument that are scale of assertive behavior and scale anxiety of
presenting research plan minithesis.This research data is analysed with the technique of Product Moment from Pearson . Obtained correlation coefficient -0,475 with probability 0,000 (p < 0,01).
This research result indicate that the hypothesis accepted. This means there is
significant negativity relation between assertive behavior and anxiety of
presenting research plan minithesis on student.KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapak di Surga yang telah memberikan
kekuatan dan berkat serta kemampuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Banyak hal yang harus dihadapi selama penulisan skripsi ini, namun
karena kasih dari Tuhanlah maka mampu membangkitkan semangat penulis untuk
terus berusaha dan tidak menyerah.Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Psikologi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sehingga penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan dan
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Atas semuanya itu, dengan tulus hati
penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus sebagai Bapa yang baik yang selalu setia melindungi,
menjaga, dan menuntun langkahku. Ucapan Syukur bagi-Mu karena Engkaulah penulis dapat menyelesaikan kuliah sampai memperoleh gelarsarjana. Serta Bunda Maria yang selalu menjaga aku, terima kasih Bunda. Aku
tahu Engkau selalu melindungi dan menuntun jalanku.
2. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen penguji, yang telahmemperlancar segala proses penulisan skripsi ini dan terima kasih atas segala
kritikan dan masukan yang sangat membantu kelancaran skripsi penulis.
3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan serta kritikan kepada penulis,
4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji, terima
kasih atas kritikan dan masukan yang sangat membantu kelancaran skripsi penulis.
5. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi, selaku
dosen pembimbing akademik yeng telah membantu proses studi penulis selama di Universitas Sanata Dharma.
6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih
atas Ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi.
7. Seluruh staf non akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma :
mbak Nanik, Mas Gandung yang selalu ramah memberikan pelayanan di sekretariat, Pak Gie yang selalu ramah tersenyum menyapa setiap mahasiswa, Mas Muji yang selalu setia dititipin koreksian skripsi dan selalu setia menjaga Lab. serta Mas Doni yang selalu setia menunggui ruang baca terutama ketika penulis menitip untuk fotocopy. Terima kasih atas bantuan dan keramahan yang telah diberikan.
8. Bapak dan Mama. Terimakasih untuk kasih sayang, pengorbanan, pengertian
semangat dan doa yang tak pernah kunjung henti yang selalu di berikan kepadaku. Kalian adalah orang tua dan sahabat terbaikku yang selalu memberi semangat kepadaku untuk menyelesaikan skripsiku ini. Semoga skripsiku ini dapat menjadi hadiah kecil yang membanggakan.
9. Adik-adikku, Matilda dan Vitalianus. Kalian berdua adalah semangatku untuk
menyelesaikan skripsiku ini karena aku kangen akan kebersamaan dirumah, bercanda dan bermain bersama.
10. Bang Apollo dan kak Eta. Makasih ya bang udah bayak bantu aku dalam
menyusun skripsi ini. Makasih atas masukan ide dan bantuan untuk mencari bahan buat skripsiku ini, dan makasih kak Eta atas semangatnya. Oh ya makasih ya atas tempat tinggalnya di Madiun, Sorry klo siska ngerepotin bang Ollo sama kak Eta.
11. Marsel, makasih ya Sel udah jadi teman klo pulang ke Sintang dan udah bantu
aku selama di Jogja. Semoga kuliahnya cepat selesai ya…
12. Teman-teman kecilku di SMP yang sampai saat ini setia menjadi sahabatku :
Vera (makasih ya ver selalu setia jadi teman cerita dan curhatku), Kokong (makasih ya kong atas sms-smsnya yang buat aku kadang-kadang ketawa dan ternyata kamu itu sebenarnya lucu), Dodi (makasih dod atas infonya di FKPMKS), serta anak-anak Alumni SMP Panca Setya 1 Sintang yang selalu setia menjadi temanku.
13. Anak-Anak FKPMKS yang ada di Jogja. Makasih ya karena aku jadi banyak
tahu anak-anak Sintang yang ada di Jogja dan makasih atas kegiatan dan kebersamaan kita di FKPMKS. Hidup kota Sintang…!!!
14. Temanku Ivane, makasih ya Van atas kebersamaan kita di semester-semester
awal. Semoga kerjaanmu selalu lancar ya ‘n GBU…15. Teman-teman kosku di “ Palem ”, Melda (makasih dor atas semua ceritanya),
skalaku ini), Retta (makasih ya ting, udah kasi semangat buat skripsiku dan udah jadi teman ngegosip di kos), Aline, Cici, mbak Nia, Rini, Ema (makasih ya ma udah bantu aku nyebarin skala), Aprin (putri palem), Erni, Mita (temet), Tika (makasih ya bong, atas bantuannya termasuk bantu nyebarin skalaku ini), Ana, Jessi dan Tante. Makasih ya semua atas kebersamaan kita selama di kos Palem. Semoga oneday kita masih bisa ketemu lagi.
16. Teman-teman KKN-ku kelompok 10 : Mas Cahyo, Galih, Yosep, Neni, Mbak
Wati, Via, Agnes, Sinta, dan Selly. Makasih ya atas kebersamaan kita, akhirnya aku tahu kebiasaan dan kelucuan-kelucuan kalian. Banyak hal yang ngak bisa aku lupakan tentang kalian. Ok hidup mati gaya…
17. Teman-temanku angkatan 2002. Meliana (makasih li, udah diajarin SPSS)
Ketrin (makasih ya ket atas diskusinya dan udah ngajarin aku SPSS), Irna (makasih atas kebersamaan kita selama kuliah dan ayo na’ semangat kerjainskripsinya), Anna (makasih atas kebersamaan kita selama kuliah), serta teman-
temanku angkatan 2002 lainnya. Terima kasih semua.18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih semua.
Yogyakarta, Juni 2007
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………............ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………....... ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………….... v
ABSTRAK……………………………………………………………………... vi
ABSTRACT……………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………........ xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………….6 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...7 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………....7BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………………...8
A. Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian Skripsi…………………...81. Kecemasan………………………………………………………....8
a. Pengertian Kecemasan…………………………………………..8
b. Komponen Reaksi Kecemasan…………………………………10
c. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan…………………………...14
2. Presentasi Proposal penelitian Skripsi……………………………16
a. Pengertian Presentasi Proposal Penelitian Skripsi……………...16
b. Pembuatan Proposal Penelitian Skripsi…………………….......19
c. Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian Skripsi…………….20
B. Perilaku Asertif………………………………………………………22
1. Pengertian Perilaku Asertif……………………………………….22
3. Manfaat Perilaku Asertif………………………………………….24
C. Hubungan Antar Variabel……………………………………………25
D. Hipotesis…………………………………………………………......30
BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………………31
A. Jenis Penelitian…………………………………………………........31 B. Variabel Penelitian……………………………………………….......31 C. Definisi Operasional Variabel………………………………………..31 D. Subjek Penelitian…………………………………………………......33 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………………........341. Skala Perilaku Asertif…………………………………………......35
2. Skala Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian Skripsi………...37
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas………………………………38
1. Validitas…………………………………………………………...38
2. Seleksi Item…………………………………………………….....38
3. Reliabilitas…………………………………………………….......41
G. Metode Analisis Data…………………………………………….......42
F. Prosedur Penelitian……………………………………………….......42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..44
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian……………………………….44 B. Deskripsi Subjek……………………………………………………..45 C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………….45 D. Analisis Data Penelitian………………………………………….......461. Uji Asumsi………………………………………………………..46
a. Uji Normalitas…………………………………………….........46
b. Uji Linearitas…………………………………………………...47
2. Uji Hipotesis…………………………………………………........48
E. Pembahasan…………………………………………………………..49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..54
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………........56DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Spesifikasi Skala Perilaku Asertif ( Sebelum UJi Coba).
2. Tabel 2. Spesifikasi Skala Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian Skripsi
(Sebelum Uji Coba).3. Tabel 3. Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba.
4. Tabel 4. Distribusi Item Skala Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian Skripsi Setelah Uji Coba.
5. Tabel 5. Identitas Subjek Penelitian.
6. Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif.
7. Tabe 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.
8. Tabel 8. Hasil Uji Linearitas.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Skala Uji Coba Variabel Perilaku Asertif dan Variabel Kecemasan
Presentasi Proposal Penelitian Skripsi. LampiranB : Skor Kasar Data Uji Coba Variabel Perilaku Asertif Lampiran C : Uji Reliabilitas Butir Skala Perilaku Asertif.Lampiran D : Skor Kasar Data Uji Coba Variabel Kecemasan Presentasi
Proposal Penelitian Skripsi.Lampiran E : Uji Reliabilitas Butir Skala Kecemasan Presentasi Proposal
Penelitian Skripsi.Lampiran F : Skala Penelitian Variabel Perilaku Asertif dan Variabel
Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian skripsi .
Lampiran G : Skor Kasar Data Penelitian Variabel Perilaku asertif.Lampiran H : Skor Kasar Data Penelitian Variabel Kecemasan Presentasi
Proposal Penelitian Skripsi Lampiran I : Hasil Uji Normalitas, Linearitas dan KorelasiBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan tempat bagi para mahasiswa untuk
menuntut ilmu, karena dari perguruan tinggi inilah calon-calon pemimpin masa depan yang berkualitas disiapkan demi menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang diikuti oleh seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan intelektual yang diperlukan, sehingga cara belajar yang ada di perguruan tinggi tidaklah sama dengan cara belajar yang ada SMA.
Cara belajar yang ada di SMA lebih menunjukkan bahwa para murid masih sangat memerlukan bimbingan dan arahan dari para guru-gurunya yang ada di sekolah karena sebagian besar waktu mereka banyak digunakan di sekolah. Begitu pula dengan mahasiswa, mereka juga masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari para dosennya akan tetapi frekuensinya lebih kecil bila dibandingkan dengan pelajar SMA.
Transisi dari sekolah menengah atas menuju ke Universitas melibatkan hal-hal yang positif sekaligus negatif. Di Universitas, mahasiswa merasa dewasa, dapat menghabiskan waktu dengan teman sebayanya, memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dan menikmati kebebasan yang lebih besar dari pengawasan orang tua. Meski
tidak bersifat pribadi dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaian
(Santrock, 2002).Ketika seorang pelajar mulai memasuki bangku kuliah dan menjadi
mahasiswa, ia lebih dituntut untuk dapat belajar sendiri. Ia harus bisa
mengatur waktunya untuk belajar, mengerjakan tugas-tugas kuliah seperti
membuat laporan praktikum, mengerjakan proposal penelitian serta membaca
buku-buku yang berkaitan dengan kuliahnya, sehingga untuk menjadi seorang
mahasiswa dibutuhkan ketekunan, kesabaran dan keuletan.
Salah satu tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa adalah
mahasiswa harus mempresentasikan tugas-tugas kuliahnya, baik secara
kelompok maupun individual. Ketika mempresentasikan tugasnya secara
kelompok, mahasiswa tersebut tidak sendirian karena ada anggota
kelompoknya yang akan membantunya dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari peserta kuliah. Akan tetapi, ketika tugas itu bersifat individual
dan menuntut presentasi maka mahasiswa tersebut harus mempresentasikan
tugasnya sendiri di depan umum. Pada saat mempresentasikan tugasnya secara
individual mungkin tingkat kecemasan mahasiswa tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan ketika ia harus mempresentasikan tugasnya secara kelompok
karena ia harus dapat menguasai materi presentasinya dan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari peserta kuliah tanpa adanya bantuan dari orang
lain.
Kecemasan berbicara di depan umum dapat timbul karena mahasiswa
kesempatan untuk dilihat banyak orang, baik itu mengenai penampilan
maupun pembicaraannya (Rahayu dkk, 2004). Adapun gejala-gejala umum
yang dihadapi oleh orang yang mengalami kecemasan berbicara di depan
umum ini adalah gemetaran, berkeringat, gugup, kehilangan kata-kata, dan
tidak dapat menyampaikan ide atau pendapatnya dengan lancar (Rahayu dkk,
2004).Kecemasan berbicara di muka umum sering kali bukan disebabkan oleh
ketidakmampuan individu tersebut, akan tetapi disebabkan oleh pikiran-
pikiran yang negatif dan tidak rasional. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu
dkk (2004) pada mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara berpikir positif dengan
kecemasan berbicara di depan umum, hal ini berarti bahwa semakin subjek
berpikir positif maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum
dan sebaliknya, semakin subjek berpikir negatif maka semakin tinggi
kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini senada dengan pendapat yang
dikemukakan oleh MC Croskey (dalam Rahayu dkk, 2004) yang menyatakan
bahwa kecemasan berbicara di depan umum dapat timbul karena individu
membangun pesan-pesan yang negatif dan memperkirakan hal-hal yang
negatif sebagai hasil dari keterlibatannya dalam interaksi komunikasi.Seseorang yang mempunyai pikiran irasional ketika berbicara di depan
umum dapat membuat orang tersebut mengalami fobia sosial. Orang yang
mengalami fobia sosial (disebut gangguan kecemasan sosial) biasanya
mungkin sama sekali menghindarinya atau menghadapinya tetapi dengan
distress yang sangat besar (Nevid & Rathus, 2005). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Turner (dalam Rahayu dkk, 2004) orang yang menderita fobia
sosial mengalami ketakutan sebab mereka berpikir bahwa apa yang mereka
lakukan akan mempermalukan diri mereka di hadapan orang lain, sehingga
orang-orang yang seperti ini akan mempunyai ketakutan ketika berbicara di
depan umum dan berinteraksi dengan orang lain seperti di pesta-pesta atau
pertemuan-pertemuan umum.Tidak semua mahasiswa mengalami kecemasan pada saat harus
berbicara di depan umum, sebab pada kenyataannya ada juga mahasiswa yang
berani dan terlihat santai ketika harus mempresentasikan tugas-tugasnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami (1991) pada mahasiswa UGM semester
1 yang mengikuti kuliah Psikologi Kepribadian, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa UGM tersebut tidak mengalami kecemasan ketika harus
berbicara di muka umum. Kemungkinan hal ini dikarenakan para mahasiswa
tersebut sudah sering mendapat tugas-tugas diskusi di kelas pada waktu
kuliah, sehingga mereka menjadi terlatih dan dapat menghilangkan perasaan
takut dan cemasnya pada saat harus berbicara di muka umum.Selain latihan yang dilakukan di kelas, hal yang dapat membuat orang
tidak cemas adalah perilaku asertif. Menurut Andu (1993) perilaku asertif
adalah perilaku yang mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, ide dan
gagasan secara langsung kepada orang lain. Seseorang yang berperilaku asertif
memberikan pujian, maupun memberi dan menerima kritikan dari orang lain,
menerima atau menolak permintaan, mempunyai kemampuan untuk
mendiskusikan masalah, dan dapat berargumentasi serta bernegosiasi (Setiono
& Pramadi, 2005).Mahasiswa yang mendapat tugas presentasi di kelas harus berani
mengungkapkan ide dan pendapatnya demi keberhasilan presentasi yang ia
lakukan. Bagi mahasiswa yang mempunyai perilaku asertif, ia dapat
menyampaikan materi presentasinya dengan lebih santai karena ia mau
menerima kritikan dari orang lain, mau berargumentasi dan mendiskusikan
masalah yang berkaitan dengan materi presentasinya. Berkaitan dengan hal
tersebut maka mahasiswa yang asertif kemungkinan tidak akan mengalami
kecemasan pada saat presentasi. Meskipun demikian tidak semua mahasiswa
yang asertif mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya
secara langsung terutama ketika melakukan presentasi di depan umum. Hal ini
mungkin terjadi saat mahasiswa tersebut sampai pada tingkat akhir
perkuliahannya.Mahasiswa yang berada di tingkat akhir perkuliahannya, sudah harus
mempersiapkan diri untuk mengambil skripsi. Salah satu persiapannya adalah
dengan mengambil mata kuliah seminar. Di dalam mata kuliah seminar ini
para mahasiswa harus mempresentasikan proposal penelitian yang ingin ia
ajukan. Di dalam pengajuan proposal ini, peneliti menyampaikan materinya
melalui proses presentasi yang dilakukan secara individual di hadapan peserta
Ketika tiba saatnya untuk mempresentasikan proposal penelitian skripsinya di depan kelas, ada beberapa hal yang membuat situasi presentasi
ini menjadi mencemaskan bagi mahasiswa, yaitu (1) mahasiswa tersebut harus
mempersiapkan materi presentasinya secara mandiri mulai dari mencari materi, menjawab pertanyaan sampai mempersiapkan materi presentasi sehingga menjadi menarik, (2) kemungkinan presentasi proposal penelitian skripsi ini merupakan pengalaman pertama bagi mahasiswa untuk berbicarasecara individual di depan umum karena biasanya presentasi yang dilakukan di
kelas kebanyakan dilakukan secara berkelompok sehingga hal ini akan membuat tingkat kecemasannya menjadi lebih, (3) selain itu kemungkinan penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian ilmiah sehingga kemungkinan tingkat kesukarannya lebih tinggi bila di bandingkan dengan penelitian lainnya.Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik dan ingin mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa. Sebab kemungkianan
mahasiswa yang mempunyai perilaku asertif juga akan mengalami kecemasan
ketika harus mempresentasikan proposal penelitian skripsinya di depan kelas.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa.
C. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara perilaku asertif dengan kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi klinis terkait dengan perilaku asertif dan kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi pada mahasiswa.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa dan pihak fakultas tentang variabel yang dapat membantu mengurangi kecemasan presentasi proposal penelitian skripsi di depan kelas, dalam hal ini adalah perilaku asertif.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kecemasan Presentasi Proposal Penelitian Skripsi 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Pengertian kecemasan secara umum telah banyak dikemukan oleh
para ahli. Menurut Ollendiek (dalam Clerq, 1994) kecemasan dalam arti tradisional menunjukkan kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subjektif dan “ arousal ” atau rangsangan fisiologis (reaksi badan secara fisiologis misalnya bernafas lebih cepat, jantung berdebar-debar, berkeringat).
Hawari (2001) mendefinisikan kecemasan sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan takut atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh serta perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas yang normal.
Nevid dan Rathus (2005) mengatakan bahwa kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segara terjadi. Menurutnya ada beberapa hal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran seperti : kesehatan, relasi
sosial, ujian, karier, relasi interpersonal dan kondisi lingkungan.
Hampir sama dengan pendapat di atas, Rahayu dkk (2004)
mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan atau kondisi
emosi yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman yang
samar-samar yang disertai dengan perasaan tidak berdaya dan tidak
menentu. Kecemasan biasanya bersifat subjektif yang ditandai dengan
perasaan tegang, khawatir, dan takut seperti peningkatan denyut nadi,
pernafasan dan tekanan darah.Kecemasan subjektif terjadi apabila suatu keadaan tertentu dapat
mencemaskan individu sementara individu yang lain tidak demikian. Di
samping itu individu akan merasa cemas pada suatu stimulus tetapi tidak
merasa cemas pada saat yang lain, walaupun dengan stimulus yang sama.
Menurut Clerq (1994) kecemasan itu ada dua yaitu state anxiety
dan trait anxiety. State anxiety adalah reaksi emosi sementara sebagai
suatu ancaman. State anxiety ini beragam dalam hal intensitas dan waktu
(contohnya mengikuti ujian, terbang, kencan pertama). Trait anxiety
menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang
mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan
sebagai ancaman yang disebut dengan ‘anxiety pronenes’
(kecenderungan akan kecemasan).Menurut Nevid & Rathus (2005), ciri-ciri fisik dari kecemasan
adalah kegelisahan dan gugup, tangan dan anggota tubuh gemetar,
banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar keras
atau berdetak kencang, suara yang bergetar, tangan yang dingin dan
lembab, sering buang air kecil dan badan terasa panas dingin.Sebenarnya kecemasan merupakan sesuatu yang sehat apabila
kecemasan tersebut dapat mendorong individu untuk menambah
usahanya supaya dapat melakukan pekerjaan dengan baik (Utami, 1991).
Akan tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menghambat individu
dalam mencapai targetnya. Selain itu dengan adanya kecemasan yang
dialami oleh individu, maka individu tersebut tidak dapat mengembangkan kemampuannya secara efektif.Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang ditandai dengan
adanya perasaan takut dan khawatir atas suatu situasi yang tidak menentu
dan kecemasan ini bersifat subjektif karena dapat berbeda antara individu
yang satu dengan lainnya. Kecemasan ini ditandai dengan ciri-ciri fisik
seperti gelisah dan gugup, tangan dan anggota tubuh gemetar, banyak
berkeringat, telapak tangan berkeringat, jantung berdetak kencang, suara
bergetar, tangan menjadi dingin dan sering buang air kecil.b. Komponen reaksi kecemasan
Bentuk-bentuk reaksi kecemasan secara umum telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, antara lain Daradjad (1985) membagi gejala
kecemasan menjadi dua, yaitu :1) Bersifat fisiologis, antara lain ujung-ujung jari terasa dingin, keringat bercucuran, denyut jantung cepat, pencernaan tidak teratur, kepala pusing, sesak nafas, tidur tidak nyenyak.
2) Bersifat psikologis, antara lain yaitu adanya perasaan yang sangat
takut, rendah diri, tidak dapat konsentrasi, tidak tentram, hilang kepercayaan diri. Hampir sama dengan pendapat tersebut, Supratiknya (1995) juga mengemukakan beberapa gejala dari kecemasan, seperti :
1) Senantiasa diliputi ketegangan, was-was dan keresahan yang bersifat
tidak menentu (diffuse uneasiness).
2) Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, dan sering
merasa tidak mampu, minder, depresi, serba sedih.3) Sulit berkonsentrasi dalam mengambil keputusan, serba takut salah.
4) Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang,
bereaksi secara berlebihan terhadap ransangan yang datang tiba-tiba
atau tidak diharapkan dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti menggerak-gerakkan tangan dan mendehem.5) Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan
sekitar bahu, mengalami diare ringan, sering buang air kecil dan menderita gangguan tidur seperti insomia. 6) Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangan sering basah.
8) Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa
sebab yang jelas.
9) Sering mengalami perasaan cemas tanpa sebab pemicu yang jelas.
Gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa panas dingin, berkunang-kunang dan sakit perut.
Selain itu Nevid & Rathus (2005) juga mengemukakan beberapa ciri-ciri dari kecemasan, yaitu :
1) Ciri-ciri fisik, seperti : kegelisahan dan gugup, tangan dan anggota
tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, jantung berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, tangan dingin dan lembab, sering buang air kecil, dan badan terasa panas dingin.2) Ciri-ciri perilaku seperti : perilaku menghindar dari masalah, dan
perilaku melekat / dependen.
3) Ciri-ciri kognitif, seperti : khawatir tentang sesuatu, ketakutan akan
ketidak mampuan mengatasi masalah, berpikir bahwa semuanya membingungkan tanpa dapat di atasi, pikiran campur aduk atau kebingungan, sulit memfokuskan pikiran atau berkonsentrasi.Roan (1979) mengungkapkan gejala-gejala fisiologis (menurut
ilmu faal) yang muncul saat seseorang mengalami kecemasan yaitu
meningkatnya :
1) Fungsi simpatik, meliputi meningkatnya konsentrasi adrenalin dalam
darah, meningkatnya kadargula darah, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya detak jantung dan nadi, mulut jadi kering, kulit menjadi pucat dan berpeluh serta nafas menjadi cepat.
2) Fungsi parasimpatik, meliputi frekuensi buang air seni lebih banyak,
meningkatnya peristattis, buang air besar, diare, rambut berdiri, meningkatnya tonus otot sehingga otot menjadi tegang, gelisah, menurunnya pencernaan, berkurangnya nafsu makan dan fungsi tidur.Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka gejala-gejala kecemasan itu terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1) Komponen Psikologis, yaitu kecemasan yang berkaitan dengan
perasaan yang dialami oleh individu tersebut, seperti merasa sangat takut, tidak dapat berkonsentarasi, merasa was-was, minder, tertekan, dan bingung.
2) Komponen Fisiologis, yaitu reaksi kecemasan yang berkaitan dengan
reaksi dari tubuh individu tersebut, seperti ujung-ujung jari terasa dingin, keringat bercucuran, pencernaan tidak teratur, kepala pusing, sesak nafas, tidur tidak nyenyak, otot terasa tegang, jantung berdebar-debar, badan terasa panas dingin, suara bergetar dan sering buang air kecil.3) Komponen Perilaku, yaitu kecemasan yang berkaitan dengan
seperti tangan yang bergetar, menggerak-gerakkan tangan, menggerakkan kaki sering mendehem, menghindar / melarikan diri dari masalah.
c. Faktor-faktor penyebab kecemasan
Kecemasan dapat muncul karena berbagai sebab. Kartono (1981)
mengemukakan beberapa sebab orang mengalami kecemasan antara lain :
1) Bila individu merasa bahwa kehidupan ini terancam oleh sesuatu,
walaupun sesuatu itu tidak jelas.2) Kekhawatiran dari kita apabila kita kehilangan orang yang kita cintai.
3) Perasaan bersalah, berdosa, dan bertentangan juga menimbulkan
banyak kecemasan.Greist, Martens & Sherkey (dalam Gunarsa, 1996) mengemukakan beberapa sebab individu mengalami kecemasan, yaitu:
1) Tuntutan sosial yang berlebihan yang belum atau tidak dapat dipenuhi
oleh seseorang dan tuntutan ini dapat merupakan perasaan subjektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain.2) Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan
yang dimiliki individu sehingga menimbulkan perasaan rendah diri.
3) Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan
yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya.
4) Adanya pola pikir dan persepsi yang negatif tarhadap situasi atau diri untuk menilai secara negatif dan subjektif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya.
Berdasarkan dari pendapat Greist, Martens & Sherkey (dalam
Gunarsa, 1996), maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal itu berupa
perasaan subjektif dari individu karena belum dapat memenuhi tuntutan
sosial, individu kurang siap menghadapi situasi yang baru, serta adanya
pola pikir dan persepsi yang negatif tarhadap situasi atau diri sendiri.
Sedangkan untuk faktor eksternalnya berupa standar keberhasilan yang
tinggi terhadap individu tersebut.Selain itu Kretch & Qrutch (dalam Hartanti & Dwijanti, 1997),
juga mengemukakan bahwa kecemasan dapat timbul karena kurangnya
pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat
individu kurang siap menghadapi situasi baru. Sumber-sumber kecemasan
ini terdiri dari dua faktor, yaitu : 1) Faktor internal