PROSES REKONSILIASI DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

  

PROSES REKONSILIASI DALAM NOVEL KUBAH

KARYA AHMAD TOHARI

SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  

Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Agus Purnomo

  024114034

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SATRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

  Motto Jadikanlah hidup ini lebih berarti dengan berbagi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkn dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Tanggal,30 September 2008 Penulis

  AGUS PURNOMO

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Agus Purnomo

  Nomor Mahasiswa : 024114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PROSES REKONSILIASI DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI

SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal :28 Oktober 2008 Yang menyatakan ( Agus Purnomo)  

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, cinta, berkat, dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis sadar skripsi ini tidak akan selesai tanpa kekuatan Tuhan. Skripsi ini berjudul “Proses Rekonsiliasi Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi ini di tulis guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia pada Program Studi Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, dukungan, bantuan, dan dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak.

  Kebaikan, bantuan, dan dukungan tersebut senantiasa hadir dalam kehidupan penulis terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

  Sehubungan dengan tersusunya skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini: 1.

  Dra. F. Tjandrasih, M. Hum, selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, masukan, kesabaran, serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum, Dr. Praptomo Baryadi I, M. Hum, Drs.

  P. Ari Subagyo, M. Hum, Susilowati Endah Peni Adji, S.S,M.Hum, Drs. Hery Antono, M. Hum, Drs. F.X Santosa atas ilmu dan perkuliahan yang telah diberikan pada penulis selama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

  4. Kedua orang tuaku, bapak Juwari dan ibu terima kasih atas segala yang telah memberiku tempat bernaung, serta dorongan semangat yang tiada henti 5. Istriku, Rohma Nur Istiati terima kasih atas hari yang indah serta pengorbanan selama dan dorongan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Putri kecilku, Azzahra Aurelia Akbar Purnama yang telah menjadi motivasi dalam menjalani segala rintanagn hidup.

  7. Adikku, Riyanto terima kasih telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi, serta segala bantuan selama ini.

  8. Teman kerja istriku di Bethesda terima kasih atas segala kebaikan dan rasa kekeluargaan yang terbina selama ini.

  9. Sindo 02, terima kasih atas hari hari yang indah yang telah kita lewati selam memjalani perkuliahan di universitas Sanata Dharna.

  10. Rekan-rekan ALTIS (Alumni SMK Jetis) terima kasih yang masih selalu mengingatkanku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  11. Teman teman kerja di Roemah Mirota terima kasih atas hubungan menyenangkan selama ini

12. Sahabatku Mantri, Anang dan Indru terima kasih atas persahabatan selama ini.

  13. Sahabat baikku Edi, Wanto, Anang K serta teman teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas persahabatan selama ini.

  Penulis sadar, bahwa masih banyak kesalahan serta kekurangan dalam penulisan skripsi ini oleh karena kritik dan saran masih di terima demi hasil tulisan yang lebih baik. Semoga dalam hasil penulisan selanjutnya dapat lebih baik.

  Penulis AGUS PURNOMO

  

ABSTRAK

Purnomo,Agus.2008. ProsesRekonsiliasi dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari

:Suatu Tinjauan Sosiologi. Skripsi Strata I (S-I).Program Studi Sastra Indonesia,

Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  Penelitian ini mengkaji proses rekonsiliasi yang terjadi dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis, yang bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan cerminan kehidupan masyrakat.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripsif, sedangkan data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan metode tersebut, penelitian terdiri atas dua tahap; pertama, analisis novel

  Kubah

  untuk mengetahui unsur instrinsiknya; kedua, mengunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada diluar sastra.

  Analisis struktur dalam skripsi ini meliputi alur, tokoh ,latar, dan tema. Alur

dalam novel kubah merupakan alur yang tidak urut yang mengandung unsur sorot

balik. Tokoh meliputi tokoh utama dan tokoh bawahan. Latar meliputi latar waktu,

latar tempat, dan latar sosial. Tema dalam novel kubah yaitu bertemalakan tragedy

1965.

  Tragedi 1965 dipaparkan dalam skripsi ini untuk memberi gambaran yang

jelas bagi pembaca. Peristiwa yang terjadi dalam novel merupakan tragedi yang

menajadi sejarah bangsa Indonesia. Sejarah tragedi 1965 tidak dipaparkan secara urut

seperti halnya dalam sejarah.

  Dari hasil kajian ditemukan proses rekonsiliasi yang terjadi dalam novel Kubah yaitu proses rekonsiliasi dalam keluarga, proses rekonsiliasi dalam

masyarakat, proses rekonsiliasi umat beragama, proses rekonsiliasi mantan tahanan

politik.

  Proses rekonsiliasi dalam keluarga dialami oleh tokoh Karman yang baru saja

keluar dari pengasingan. Karman kembali dipertemukan dengan keluarganya.

Ketakutan yang menghantui Karman telah sirna, ketakutan bahwa keluarga tidak

menerima kembali bekas tahanan politik yang dianggap hina. Proses rekonsiliasi

dalam masyarakat, dialami oleh tokoh Karman, dia dapat di terima kembali dalam

masyarakat.

  Tokoh Karman yang pada awalnya merupakan seorang yang taat beribaah

kemudian perlahan-lahan mulai jarang beribadah dan enggan untuk datang ke Masjid.

Di luar dugaan Karman setelah keluar dari pengasingan ternyata masyarakat tetap

menerimanya kembali dalam masyarakat. Proses rekonsiliasi umat beragama terjadi

dalam Novel kubah. Proses rekonsiliasi yang terakhir adalah proses rekonsilisi

mantan tahanan politik dengna masyarakat.

  

ABSTRACT

Purnomo,Agus.2008. Process of Reconciliation in Ahmad Tohari’sNovel

Kubah :A Sociological Review. Thesis Strata I. Indonesian Letter Study

Program, Letter Department, Sanata Dharma University

  This research studied about the process of reconciliation which is happened in Ahmad Tohari’s novel Kubah. The approach used in this research was sociological research, which is initiated from the assumption that the letter is a reflection of social life. Method used in this research was method of descriptive analysis, whereas data was analyzed by using qualitative method. By such method, this research comprises of two steps: first, analysis of novel Kubah to know its intrinsic elements; second, used the result of first step analysis to understand furthermore on social phenomena which exists outside the letter scope.

  Fro the result of this recearh it founded that the process of reconciliation which happened in novel Kubah, i.e. process of recontiliation in religious community, process of reconciliation of former poitical prisoners.

  Process of reconlitiation in family was faced by figure of Karman which currently out from isolation. Karman was returned to his family. Karman’s family openly could receive Karman as family member. The afraid which was hunting Karman has had disappeared, the afraid that his family wouldn’t receive him as the former of political prisoner which was perceived as low-esteem. Process of reconciliation in society was faced by figure of Karman, where he could be accepted anymore in society.

  Figure of Karman initially was a person who family in conducting religious acts, slowly seldom to pray and reluctant to go to mosque. It is opposite with Karman expectation, after he set free from the isolation in fact the society still accept him in to them. Process of reconciliation of religious community happened in novel Kubah. This novel is novel which contains religious element, where in there are any a advices reminding the reader for the important meaning of having religious. It nis only by religious thus someone could prevent any worse things which brings sufferings toward themselves. Process of reconciliation between religious community in this matter Islam, become able to reaccept the former political prisoner which used to neglect his obligation as religious community. Process of reconciliation of former political prisoner in novel Kubah happened while a political prisoner had been set free, in fact the could be reaccepted into society.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... .... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ .... ii

MOTTO ………………………………………………….. ........................... .... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ .... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... .... v

ABSTRAK .................................................................................................... ... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... .... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. .... x

  

BAB I.PENDAHULUAN ............................................................................... .... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... .... 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ .... 3

  1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. .... 4

  1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... .... 4

  1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori .............................................. .... 4

  1.5.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................ .... 4

  1.5.2 Landasan Teori ............................................................................ .... 6

  1.5.2.1 Struktur Karya Sastra ......................................................... .... 6

  1.5.2.2 Alur ........................................................................................ .... 7

  1.5.2.3 Tokoh dan Penokohan ......................................................... .... 8

  1.5.2.4 Latar ...................................................................................... .... 9

  1.5.2.4.1 Latar Tempat .............................................................. .... 10

  1.5.2.4.2 Latar Waktu ................................................................ .... 10

  1.5.2.5 Tema .................................................................................................. .... 11

  1.5.2.6 Sosiologi Sastra ................................................................................. .... 12

  1.5.2.7 Rekonsiliasi ....................................................................................... .... 14

  

1.6 Metodologi Penelitian ...................................................................... .... 16

  1.6.1 Pendekatan ................................................................................... .... 16

  1.6.2 Metode .......................................................................................... .... 16

  1.6.3 Teknis Analisis Data ................................................................... .... 17

  1.7 Sumber Data ............................................................................................ .... 18

  1.8 Sistematika Penyajian ............................................................................ .... 18

  

BAB II STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL KUBAH KARYA

AHMAD TOHARI ............................................................................... .... 20

  

2.1 Alur ........................................................................................................... .... 20

  

2.1.1 Bagian Awal ...................................................................................... .... 20

  

2.1.1.2 Paparan ...................................................................................... .... 20

  

2.1.1.3 Rangsangan ............................................................................... .... 21

  

2.1.1.4 Paparan. .................................................................................... .... 22

  

2.1.1.5 Gawatan ..................................................................................... .... 23

  

2.1.2 Bagian Tengah .................................................................................. .... 24

  

2.1.2.1 Tikaian ....................................................................................... .... 24

  

2.1.2.2 Rumitan ..................................................................................... .... 25

  

2.1.2.3 Klimaks ...................................................................................... .... 28

  

2.1.3 Akhir ................................................................................................. .... 29

  

2.1.3.1 Leraian ....................................................................................... .... 29

  

2.1.3.2 Selesaian ..................................................................................... .... 30

  

2.2 Tokoh ....................................................................................................... .... 31

  

2.2.1 Tokoh Utama: Karman .................................................................. .... 31

  

2.2.2 Tokoh Bawahan 1: Marni ............................................................. .... 34

  

2.2.3 Tokoh Bawahan 2: Haji Bakir ...................................................... .... 35

  

2.2.4 Tokoh Bawahan 3: Rifah ................................................................ .... 36

  

2.2.5 Tokoh Bawahan 4: Rudio ............................................................... .... 37

  

2.2.6 Tokoh Bawahan 5: Tini .................................................................. .... 37

  

2.2.7 Tokoh Bawahan 6: Margo .............................................................. .... 38

  

2.3 Latar ......................................................................................................... .... 39

  

2.3.1 Latar Tempat................................................................................... .... 39

  

2.3.2 Latar Waktu .................................................................................... .... 42

  

2.3.3 Latar Sosial ...................................................................................... .... 44

  

2.4 Tema ......................................................................................................... .... 44

  

BAB III TRAGEDI 1965 DAN PROSES REKONSILIASI DALAM NOVEL

KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ................................................ .... 47

  

3.1 Tragedi 1965 dalam Sejarah .................................................................. .... 47

  

3.2 Rekonsiliasi di Luar Novel Kubah ......................................................... .... 50

  

3.3 Tragedi 1965 dalam Novel Kubah ......................................................... ....52

  

3.3.1 Masa Sebelum Tragedi 1965 di Pegaten ........................................ .... 52

  

3.3.2 Masa Setelah Tragedi 1965, Pembuangan Karman ke Pulau B dalam

novel Kubah ........................................................................................... ....56

  

3.3.2.1 Pelarian Karman ........................................................................ .... 56

  

3.3.2.2 Karman Tertangkap .................................................................. .... 57

  

3.3.2.3 Karman Dibuang ke Pulau B .................................................... .... 57

  

3.4 Proses Rekonsiliasi dalam Novel Kubah ............................................... .... 58

  

3.4.1 Proses Rekonsiliasi dalam Keluarga .............................................. .... 58

  

3.4.3 Proses Rekonsiliasi Umat Beragama .............................................. .... 63

  

3.4.4 Proses Rekonsiliasi Mantan Tahanan Politik ................................ .... 65

  

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... .... 67

  

4.1 Rangkuman ............................................................................................. .... 67

  

4.2 Saran ........................................................................................................ .... 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .... 73

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan institusi sosial yang menyajikan kehidupan.

  Kehidupan yang disajikan sangatlah kompleks karena sebagian besar terdiri atas berbagai “dunia” dalam karya sastra antara lain dunia cinta dan perkawinan, dunia bisnis, dunia kerohanian, dan dunia profesi. Pendapat ini erat hubungannya dengan manusia dan permasalahan kehidupannya (Damono,1979:1)

  Oleh karena itu, sastra menampilkan sebuah gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan seseorang, antar manusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat ( Damono, 1979:1 )

  Novel Kubah merupakan karya Ahmad Tohari yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1980 oleh Pustaka Jaya. Melalui novel ini, pengarang mengekspresikan pendapatnya mengenai perjuangan hidup tokoh Karman, seorang anggota PKI yang mencoba kembali ke dalam keluarga maupun masyarakat. Karman mencoba memulihkan kembali hubungan keluarga, persahabatan, dan masyarakat setelah diasingkan selama 12 tahun di pulau B.

  Ahmad Tohari mencoba mengungkap sisi lain dari tragedi yang melanda Indonesia 43 tahun silam. Banyak tulisan yang mengangkat tentang kebiadapan dan kekejaman PKI, akan tetapi Ahmad Tohari mengangkat sisi lain yaitu bagaimana para anggota PKI tertindas oleh rezim Orde Baru.

  Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Pertama kali, kaum PKI berontak tahun 1926. Kemudian tahun 1948, tiga tahun setelah Indonesia merdeka, PKI melancarkan pemberontakan Madiun bulan Desember 1948. Selang tujuh tahun kemudian PKI berhasil tampil sebagai “empat besar” dalam Pemilihan Umum pertama kali tahun 1955. PKI hanya menerima Pancasila dasar negara pada saat-saat terakhir memasuki Pemilu.

  Membangun kekuatan selama sepuluh tahun, PKI merasa cukup tangguh untuk merebut kekuasaan dengan memanfaatkan sakitnya Bung Karno dan situasi konflik yang tajam. Ujungnya tragedi G-30-S yang menelan banyak korban karena balas dendam ( Tabah, 2000:85 ).

  Novel Kubah karya Ahmad Tohari menarik untuk diteliti karena tiga alasan penting. Pertama, novel ini memaparkan sebuah kisah perjuangan anak manusia yang penuh lika-liku mengharukan. Perjuangan Karman melewati masa sulit dalam hidupnya, yang harus meninggalkan isteri dan ketiga anaknya selama 12 tahun di pulau B. Perasaan rindu dan tersingkir dari masyarakat selalu menghantui pikirannya, terlebih isterinya telah menikah lagi dengan orang lain.

  Ahmad Tohari dengan lugas menggambarkan perjuangan hidup Karman, sehingga pembaca seakan terhanyut di dalamnya.

  Kedua, dewasa ini banyak dibicarakan mengenai upaya rekonsiliasi. Novel

  

Kubah karya Ahmad Tohari sesungguhnya mendramatisasikan gagasan pengarang

  mengenai proses rekonsiliasi tersebut. Proses ini sangat menarik untuk dikaji dan diulas. Novel ini, mencoba menggambarkan proses rekonsiliasi yang dialami tokoh Karman, dengan berbagi konflik batin yang harus dialaminya. Kubah merupakan simbolisasi bagaimana Karman telah kembali kepada agama, sahabat, maupun keluarganya.

  Ketiga, novel Kubah karya Ahmad Tohari merupakan karya sastra yang sekaligus menceritakan sejarah. Dengan membaca novel ini, ingatan pembaca akan sejarah tergugah kembali. Novel ini menyinggung sejarah yang terjadi pada tahun 1965, saat PKI melebarkan sayapnya untuk mencari anggota baru. Dalam novelnya Ahmad Tohari menggambarkan tokoh Karman yang termakan oleh rayuan anggota PKI, sehingga Karman masuk ke dalam partai tersebut.

  Kajian terhadap aspek rekonsiliasi semacam ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya rekonsiliasi yang sedang dilaksanakan di Indonesia, paling kurang dari segi rekonsilias kultural.

1.2 Rumusan Masalah

  Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah yang akan diteliti mencakup dua hal, yaitu:

  1.2.1 Bagaimanakah struktur penceritaan novel Kubah karya Ahmad Tohari

  1.2.2 Bagaimanakah proses rekonsiliasi yang digambarkan dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

  1.3.1 Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Kubah karya Ahmad Tohari

  1.3.2 Mendeskripsikan proses rekonsiliasi yang digambarkan dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari

  1. 4 Manfaat Penelitian

  Ada dua manfaat dari penelitian ini yaitu:

  a). Manfaat teoritis, yaitu menambah pengetahuan pembaca tentang struktur penceritaan dan proses rekonsiliasi, sekaligus membantu memahami struktur penceritaan dan proses rekonsiliasi yang terdapat dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. b).Manfaat praktik, yaitu membantu memberikan gambaran upaya rekonsiliasi menyangkut isu-isu kebenaran G30 S/PKI.

  1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

  Ahmad Tohari merupakan salah seorang sastrawan yang cukup terkenal. Ia seorang penulis yang produktif, banyak karya-karya sastra yang ia buat baik yang berupa novel, misalnya: Kubah, Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ( Ronggeng

  

Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala ), Di kaki Bukit

  

Cibadak , maupun cerpen yang terangkum dalam kumpulan cerpen Senyum

Karyamin , yang berjumlah 13 cerpen.

  Utomo (1989:4) dalam artikelnya di Suara Karya tanggal 14 Agustus 1989 mengatakan bahwa ciri khas Ahmad Tohari dalam menciptakan teks satra cenderung berobsesi pada orang yang tersingkir dari kelayakan kehidupan masyarakat, berlatar pedesaan, kental deskripsi alam dengan bahasa yang jernih dan lugas. Lebih lanjut dia nyatakan bahwa dalam kejernihan dan kelugasan bahasa Ahmad Tohari sering kali terkandung ironi yang meledak, menggelitik dan menyadarkan kita pada kegetiran hidup.

  Sedang Aswadi (1989:6) dalam artikelnya pada majalah Editor tanggal 18 November 1989 menyatakan bahwa semua karangan Ahmad Tohari bercerita tentang soal suka duka masyarakat wong cilik. Bercerita tentang beragam problem yang dihadapi masyarakat golongan bawah yang tentunya tidak bisa lepas dari problem yang bersumber dari ketidakberdayaan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari dan keterbatasan wawasan mereka, sehingga pola pikir mereka cenderung sederhana yang benar-benar menggambarkan pola pikir orang pedesaan.

  Menurut Yudiono (2003:54) novel Kubah mengisahkan penderitaan lahir batin tokoh Karman karena kesadarannya sendiri karena berpihak kepada PKI.

  Bedanya lagi, akhir cerita Jantera Bianglala belum memberikan harapan yang menggembirakan bagi Srintil, yang harus dibawa ke rumah sakit jiwa, sedangkan akhir cerita Kubah mengisyaratkan harapan yang menyenangkan bagi Karman. Dalam cerita Kubah tampak perubahan sikap dan pemikiran tokoh Karman dari seorang pemuda yang taat beragama menjadi lelaki yang atheis atau komunis. Setelah pecah tragedi 1965 Karman diasingkan ke pulau B selama 12 tahun, dengan seiring waktu akhirnya Karman menyadari akan kesalahannya.

  Sekeluarnya dari pulau B akhirnya Karman dapat diterima di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun agama.

  Karya tulis yang terkait dengan penelitian ini adalah tulisan Yudiono. Yudiono dalam tulisannya menyatakan bahwa dalam novel Kubah dikisahkan penderitaan lahir batin yang dialami oleh tokoh Karman, yang telah berpihak kepada PKI. Tokoh Karman mengalami akhir yang menyenangkan, karena ia telah diterima kembali dalam masyarakat sekembalinya dari pengasingan.

  Penelelitian ini mempunyai keterkaitan, karena sama-sama mengangkat tokoh Karman untuk dianalisis, akan tetapi penelitian Yudiono hanya sampai pada konflik batin tokoh Karman. Skripsi ini mengkaji lebih dalam lagi, tidak hanya terbatas pada konflik batin tokoh Karman, dalam penelitian ini dikaji lebih dalam mengenai proses rekonsiliasi yang terjadi dalam novel Kubah.

1.5.2 Landasan Teori

1.5.2.1 Struktur Karya Sastra

  Dalam penelitian novel Kubah , unsur intrinsik yang akan dibahas adalah alur, tokoh dan penokohan, latar, dan tema. Peneliti tertarik menganalisis alur, tokoh dan penokohan, latar, dan tema karena keempat unsur tersebut menunjukkan proses rekonsiliasi yang dialami tokoh utama yaitu Karman, yang kesemuanya itu membangun novel Kubah menjadi karya sastra yang menggambarkan kehidupan dengan begitu nyata..

1.5.2.2 Alur

  Dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita yaitu alur. Kiasan ini berasal dari Marjorie Boulton (via Sudjiman, 1988:29). Ia mengibaratkan alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Tanpa rangka, tubuh tidak dapat berdiri. Sudjiman (1988:30) menggambarkan struktural umum alur sebagai berikut:

  1.paparan (exposition)

  1. Awal 2.rangsangan (meiting moment) 3.gawatan (rising actiaon) 4. tikaian (conflict)

  2. Tengah 5. rumitan (complication) 6. klimaks 3 .Akhir 7. leraian (falling action) 8. selesaian (denoument)

1.5.2.3 Tokoh dan Penokohan

  Tokoh adalah orang, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap tokoh, kualitas pribadi tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada pelukisan/penggambaran yang jelas tentang tokoh dan wataknya dalam cerita (Taum, 2002 : 4). Sudjiman (1988:16) mengemukakan bahwa tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Menurut Nurgiyantoro (1995:165) istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita.

  Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan dalam menunjang atau mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan masih dapat dibagi menjadi 2, yakni (a) tokoh andalan dan (b) tokoh tambahan atau lataran. Tokoh andalan adalah tokoh tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya berfungsi untuk memperjelas tokoh utama. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita dan kehadirannya hanya berfungsi untuk menambah suasana, mempertegas setting atau latar cerita. (http//agepe leasson bloogspot.com/2008/memahami cerita rekaan)

  Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, bagaimana penempatan, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:166).

  Jones (Via Nurgiyantoro, 1995:165) mengemukakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dapat juga diartikan penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1988:23).

  1.5.2.4 Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1995:216). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh terjadi. Dengan demikian, pembaca merasa mudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasi dan berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuan tentang latar. Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. Pembaca seolah-olah merasa menemukan dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi bagian dirinya. Hal ini akan terjadi jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakannya ke dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995:217.

  1.5.2.5 Latar Tempat

  Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya Solo , Yogyakarta. Tempat dengan inisial tertentu, biasanya berupa huruf awal (kapital) nama suatu tempat, juga menunjuk pada tempat tertentu, tetapi pembaca harus memperkirakan sendiri, misalnya desa, sungai, jalan, hutan, kota, dan kota kecamatan (Nurgiyantoro, 1995:227).

  Latar tempat berfungsi untuk menjelaskan tempat terjadinya cerita dalam novel Kubah, dengan demikian memudahkan penelitian. Latar tempat memberikan gambaran mengenai keadaan suatu tempat, wilayah dan keadaan masyarakat. Setelah mengetahui dengan jelas latar tempat, maka akan membantu dalam menganalisis proses rekonsiliasi yang terjadi dalam novel Kubah.

  1.5.2.6 Latar Waktu

  Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 1995:230). Menurut Genette (Via Nurgiyantoro, 1995:231) masalah waktu dalam karya naratif dapat bermakna ganda: di satu pihak menunjuk pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunujuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan di kisahkan dalam cerita.

  Latar waktu berfungsi untuk memperjelas kapan terjadinya cerita dalam novel Kubah, sehingga peneliti dapat dengan mudah menganalisis. Dalam menentukan proses rekonsiliasi latar waktu memang sangat dibutuhkan, mengingat rekonsiliasi berhubungan dengan peristiwa yang lampau. Latar waktu dapat membantu memberikan gambaran waktu terjadinya cerita, karena waktu terjadinya peristiwa sangat membantu dalam menentukan proses rekonsiliasi.

  1.5.2.7 Latar Sosial

  Latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

  Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, dan bersikap (Nurgiyantoro, 1995:233-234).

  Latar sosial berfungsi untuk memberikan gambaran sosial yang terjadi dalam novel Kubah. Hal ini sangat dibutuhkan dalam penelitian, dan dengan adanya latar sosial peneliti dapat lebih mudah dalam menemukan proses rekonsiliasi yang terjadi dalam novel Kubah.

  1.5.2.8 Tema

  Brooks (via Aminuddin, 1995:92) mengemukakan bahwa dalam mengapresiasi tema suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang bersifat universal. Dengan demikian , untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian- bagian tertentu cerita. Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, ia bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita. Dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” dibalik cerita yang mendukungnya (Nurgiyantoro, 1995:68).

  Sudjiman (1988:51) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan yang mendasari karya sastra. Tema kadang-kadang didukung oleh pelukisan latar, dalam karya sastra yang lain tersirat dalam lakuan tokoh atau dalam penokohan. Tema, bahkan dapat menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa dalam satu alur. Ada kalanya gagasan itu dominan sehingga menjadi kekuatan yang mempersatukan pelbagai unsur yang bersama-sama membangun karya sastra dan menjadi motif tindakan tokoh. Sumardjo (1984:57) mengemukakan bahwa tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita. Cerita bukan hanya sekedar berisi rentetan kejadian yang disusun dalam sebuah bagan, tetapi susunan bagan itu sendiri harus mempunyai maksud tertentu.

1.6 Sosiologi Sastra

  Pendekatan sosiologi dalam penelitian sastra bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat (Semi, 1989:46). Pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini oleh beberapa ahli disebut sosiologi sastra. Istilah itu pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra (Damono, 1979:2).

  Ritzer (dalam Faruk, 1994:2) menganggap sosiologi sebagai sesuatu ilmu pengetahuan yang multiparadigma. Maksudnya di dalam ilmu tersebut dijumpai beberapa paradigma yang saling bersaing satu sama lain dalam usaha merebut hemegoni dalam lapangan sosiologi secara keseluruhan. Ada tiga paradigma yang Ritzer temukan ialah paradigma fakta-fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.

  Pendekatan sosiologi sastra yang banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sosial, landasannya adalah gagasan bahwa karya sastra merupakan cermin jamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari pelbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas dan lain-lain. Dalam hal ini tugas ahli sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali dan situasi-situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu, harus diubah menjadi hal-hal yang sosial sifatnya (Saraswati, 2003:4).

  Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dalam isi, sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Dengan demikian novel, genre utama sastra dalam jaman industri ini dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial ini. Hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, politik, negara dan sebagainya. Dalam pengartian dokumenter murni, jelas tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi dan politik, yang juga menjadi urusan sosiologi (Damono, 1978:7).

  Menurut Damono, ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra, sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, hanya merupakan

  

ephinomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra

  sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar sastra(Damono, 1979:2- 3) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sosiologi sastra menurut pengertian kedua.

1.6.1 Rekonsiliasi

  Istilah rekonsiliasi lebih luas digunakan dewasa ini daripada pengampunan. Rekonsiliasi bertautan dengan berbagai proses untuk meluruskan situasi yang tidak adil atau situasi yang kacau ( Fahrenholz, 2005 : 4 ). Kekacauan yang terjadi di Indonesia yang terjadi 41 tahun silam yaitu saat tragedi G30S / PKI, menimbulkan asumsi yang kacau pula. Kebenaran akan hal tersebut sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar bagi bangsa Indonesia.

  Lebih lanjut Fahrenholz mengatakan, rekonsiliasi mencakup perdamaian, keselarasan, dan relasi yang baik dengan sesama, namun ia cenderung diucapkan begitu saja perihal proses berlangkah ke suatu tempat tertentu tanpa menunjukan suatu langkah. Langkah-langkah yang semuanya itu dapat diwujudkan. Proses rekonsiliasi berhubungan dengan kejadia yang telah terjadi pada masa lampau sehingga sulit untuk mengusut, berbeda dengan pelanggaran hukum yang terjadi dalam satu masa. Langkah-langkah yang diambil pun harus berdasarkan fakta yang telah terkubur beberapa tahun bahkan beberapa puluh tahun. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) merupakan komisi yang dapat mewujudkan keadilan bagi pelanggaran pada masa lampau.

  Sebenarnya, makna rekonsiliasi yang lebih umum acap bersifat historis, yang memasuki lorong waktu ke belakang. Dalam hal ini tidak bersifat temporer, tetapi lebih permanen karena sumber konfliknya berasal dari perbedaan nilai. Jika perbedaan historis itu dipakai sebagai sarana untuk menganalisis, harus merunut akar persoalannya dalam kurun waktu lama. Mungkin bangsa Indonesia akan mengaduk-aduk kesadaran sejak peristiwa 1965 (Susanto, 2002).

  Kini rekonsiliasi lebih bermakna psikologi sosial, politik. Demi menjamin agar masyarakat terhindar dari kekerasan politik berkelanjutan, bahkan untuk tujuan akhir itu berarti individu, kelompok, dan negara harus menanggung ketidakadilan yang memilukan. Rekonsiliasi dengan demikian adalah kasediaan memaafkan atau melupakan sejarah pahit demi penciptaan tatanan politik yang lebih baik di masa depan. Singkatnya, rekonsiliasi lebih menekankan pencapaian tujuan akhir itu daripada penuntutan pidana (http//www.Tempointeraktif.com).