Analisis Pengaruh Karakteristik Pemda te

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)

Nugrah Leksono Putri Handayani S.E.,M.Si
Politeknik Pratama Purwokerto

ABSTRACT
The research was conducted in order to obtain empirical evidence related
to the influence of the characteristics of the local government to local
government's financial performance. Characteristic views of local government
assets, GDP per capita, Leverage and Balance Funds consisting of Sharing Fund
(DBH), the General Allocation Fund (DAU), and the Special Allocation Fund
(DAK). Financial performance score is calculated by a factor of independence
ratio, the ratio of effectiveness and efficiency ratios. The study was conducted in
the district / town in Central Java which totaled 35, including 29 districts and 6
cities. The data used in the form Realized Budget Report and the Balance Sheet as
well as the GDP per capita of data regencies / municipalities in Central Java in
2006-2011. The analysis used multiple regression to test the assumptions
underlying the classical regression model.
The results of this study indicate that the local government assets, GDP

per capita, Leverage and Special Allocation Fund (DAK) has no effect on the
performance of local government finance. While the Fund (DBH) and the General
Allocation Fund (DAU) as part of the Balanced Fund affect the financial
performance of local governments. Results using a level of independence as a
measure of financial performance showed similar results, namely assets, GDP per
capita, leverage and DAK no effect on the level of local government autonomy.
While using the effectiveness and efficiency of the results showed no effect.
Keywords: Assets, GDP per capita, Leverage Fund (DBH), the General
Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), Financial
Performance

Latar Belakang
Pengelolaan keuangan negara maupun daerah di Indonesia telah banyak
mengalami perubahan seiring dengan semangat reformasi manajemen keuangan
pemerintah untuk mencapai keberhasilan otonomi daerah. Pengelolaan keuangan

1

daerah sebagaimana amanat otonomi daerah dilaksanakan secara jujur dan
transparan dengan memiliki nilai akuntabilitas yang tinggi di dalam pengelolan

dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Pemerintah daerah dituntut agar
menyusun laporan keuangan daerah yang disesuaikan dengan sistem dan prosedur
sesuai dengan standar akuntansi Pemerintah. Sehingga pelaporan keuangan
pemerintah memegang peran penting sebagai wujud pertanggungjawaban kepada
masyarakat. (Mardiasmo,2002)
Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting, salah satunya
adalah pengukuran kinerja keuangan. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan
untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan (Halim, 2008).
keuangan

pemerintah

daerah

telah

Penelitian


dilakukan

mengenai

kinerja

oleh Azhar (2008) pada

kabupaten/kota di NAD dan Sumatera Utara, menunjukkan adanya perbedaan
kinerja keuangan pemerintah daerah dalam bentuk desentralisasi fiskal, upaya
fiskal, kemampuan pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran pada era
sebelum dan setelah otonomi daerah. Tingginya tingkat pembiayaan daerah dari
pemerintah pusat dan adanya tekanan keuangan mengakibatkan kecenderungan
penurunan kinerja.
Penelitian mengenai karakteristik daerah telah dilakukan oleh Patrick
(2007) yang diterapkan pada pemerintah daerah Pennsylvania. Karakteristik
pemerintah daerah sebagai variabel independen terdiri dari : budaya organisasi,
struktur organisasi dan lingkungan eksternal. Hasil menunjukkan bahwa budaya
organisasi dan struktur organisasi secara reliabel dapat menjadi penentu adopsi
inovasi administratif (GASB 34), bahwa size, functional differentiation,

municipality age, dan intergovernmental revenue merupakan karakteristik yang

berpengaruh positif terhadap penerapan inovasi administratif GASB 34. Penelitian
di Indonesia dilakukan oleh Suhardjanto, Rusmin, Mandasari, dan Brown
(2010) tentang

pengaruh

karakteristik

pemerintah

daerah

terhadap

pengungkapan wajib yang sesuai dengan SAP, dimana dalam menjelaskan
karakteristik daerah menggunakan model yang sama dengan Patrick (2007).

2


Penelitian

yang dilakukan Suhardjanto et al. (2010) menggunakan struktur

organisasi dan lingkungan eksternal dalam menjelaskan karakteristik pemerintah
daerah dimana struktur organisasi diproksikan dengan size daerah, wealth,
functional differentiation, age, dan latar belakang pendidikan kepala daerah

sedangkan lingkungan eksternal diproksikan dengan municipality debt financing
dan intergovernmental revenue. Hasil menunjukkan bahwa hanya latar belakang
pendidikan kepala daerah dan intergovermental revenue yang berpengaruh positif
terhadap kesesuaian pengungkapan wajib pemerintah daerah.
Adanya kepatuhan pengungkapan wajib dengan SAP maka kesesuaian
format penyusunan dan penyampaian laporan keuangan dengan standar akuntansi
akan mencerminkan kualitas dan manfaat laporan keuangan itu sendiri
(Suhardjanto et al,2010). Dengan demikian dapat mencerminkan pula kinerja
keuangan yang baik pada pemerintahan daerah tersebut. Menurut Ramasamy et al.
(2005) Pemerintah daerah yang memiliki ukuran lebih besar memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan pemerintah daerah yang kecil ukurannya. Menurut

Parmawati (2010) Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran suatu wilayah atau daerah dengan kinerja pemerintah
daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penelitian
yang dilakukan Perwitasari (2010) pada sektor publik menunjukkan bahwa
semakin besar leverage yang dimiliki oleh suatu entitas maka entitas tersebut
memiliki kinerja yang buruk.
Patrick (2007) mengartikan intergovernmental revenue sebagai
salah satu pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari transfer dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disebut dana perimbangan
untuk membiayai operasi pemerintah daerah. Dari tahun ke tahun besarnya
dana perimbangan mengalami peningkatan. Pemerintah pusat berharap dengan
adanya transfer tersebut maka pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerjanya.
Hal tersebut menimbulkan pemikiran mengenai adanya keterkaitan
antara karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah. Karakteristik pemerintah daerah terdiri dari ukuran pemerintah daerah
(aset), kemakmuran (PDRB), leverage, dan Dana perimbangan (intergovermental

3

revenue) yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),


dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada penelitian ini kinerja keuangan dilihat
dari analisis rasio kemandirian ,efektivitas dan efisiensi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : Apakah aset pemerintah daerah, PDRB Perkapita, leverage dan dana
perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Apakah
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) secara parsial berrpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah karakteristik
pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Kamus Akuntansi Manajemen Pengertian kinerja Keuangan
pemerintah Daerah diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas
selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.
Rasio kemandirian keuangan daerah atau yang sering disebut sebagai otonomi
fiskal menunjukkan kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada
sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan
masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio
efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara output dan input
atau realisasi pengeluaran dengan realisasi penerimaan daerah.
Karakteristik Pemerintah Daerah
Karakteristik pemerintah daerah berarti sifat khas dari otoritas
administratif Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota.

4

Penelitian ini menjelaskan karakteristik pemerintah daerah dengan menggunakan
ukuran

(size)

pemerintah

daerah


yang

diproksikan

dengan

total aset,

kemakmuran (wealth) yang diproksikan dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), leverage yang diproksikan dengan debt to equity dan dana
perimbangan yang terdiri dari Daba Bagi Hasil (DBH),Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai variabel independen.
Pengembangan Hipotesis
H1

: Aset pemerintah
pemerintah daerah.

daerah berpengaruh terhadap


kinerja

keuangan

H2

: PDRB Perkapita berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.

H3

: Leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

H4

: Dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.

H4.1 : Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

pemerintah daerah
H4.2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah
H4.3 : Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah explanatory research yaitu menekankan hubungan
antara variabel-variabel penelitian (variabel dependen dan variabel independen)
dan pengujian hipotesis (hypothesis testing) untuk menguji hipotesis yang
diajukan mengenai pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah.
Karakteristik pemerintah daerah diukur dengan aset pemerintah daerah, PDRB,
leverage, dan Dana Perimbangan.

5

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah kabupaten/kota di
Propinsi Jawa Tengah yang berjumlah 35 terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota.
Seluruh kabupaten/kota dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah
mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 serta data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) perkapita. Metode pengumpulan data adalah suatu cara
yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang kemudian
dikumpulkan sebagai bahan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.

Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dari

hasil

pengujian

Kolmogorov-Smirnov

diperoleh

nilai

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,965 dengan nilai signifikansi atau nilai PvalueAsymp.Sig (2-tailed) berada di atas 0,05 atau 5%, yaitu 0,310.

Dengan hasil demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual
terstandarisasi terdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai DW adalah
sebesar 1,748 yang terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokoerasi.
c. Uji Multikolinieritas
Hasil

perhitungan

nilai

Variance

Inflation

Factor

(VIF)

menunjukkan bahwa nilai VIF variabel aset pemerintah daerah sebesar
1.271, PDRB Perkapita sebesar 2,319, leverage sebesar 1.237, Dana Bagi
Hasil (DBH) sebesar 4,335, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 1,557
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 3,058. Semua variabel memiliki

6

nilai tidak lebih dari 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang diajukan tidak terjadi masalah multikolinieritas.

d. Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan hasil perhitungan heteroskedastisitas terlihat dari
probababilitas tidak signifikansi di atas tingkat kepercayaan 1% atau
0,510 > 0.01 untuk variabel aset pemerintah daerah, 0,120 > 0.01 untuk
variabel PDRB Perkapita, 0,368 > 0.01 untuk variabel leverage, 0,140 >
0.01 untuk variabel Dana Bagi Hasil (DBH), 0,603 > 0.01 untuk variabel
Dana Alokasi Umum (DAU), dan

0,651>0.01 untuk variabel Dana

Alokasi Khusus (DAK). Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model
regresi.
2.

Analisis Regresi
Untuk mengetahui pengaruh aset

pemerintah

daerah, PDRB

Perkapita, leverage, Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil
(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah digunakan analisis regresi
linear berganda dengan hitungan statistik dengan bantuan software SPSS
18.0 for Windows. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan

analisis regresi berganda diperoleh nilai R sebesar 0,750, ini menunjukkan
bahwa hubungan antara aset

pemerintah

daerah, PDRB Perkapita,

leverage, Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH),

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan
kinerja keuangan pemerintah daerah adalah kuat. Dari perhitungan Anova,
didapatkan nilai F hitung sebesar 5,983 lebih besar dari F tabel sebesar
2,42 dengan tingkat signifikansi probabilitas sebesar p=0,000 (p-t tabel (-2,021) dengan signifikansi 0,624> α 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa variabel aset pemerintah daerah tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan
demikian maka hipotesis pertama yang menyatakan aset pemerintah daerah
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, ditolak.
b. Hipotesis kedua
Diketahui bahwa variabel PDRB Perkapita memiliki nilai t hitung
sebesar -0,068>-t tabel (-2,021) dengan signifikansi 0,946> α 0,05, maka
dapat dikatakan bahwa variabel PDRB

Perkapita tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian maka
hipotesis kedua yang menyatakan PDRB Perkapita berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah, ditolak.
c. Hipotesis ketiga
Diketahui bahwa variabel leverage memiliki nilai t hitung sebesar 0,537>-t tabel (-2,021) dengan signifikansi 0,595> α 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian maka hipotesis ketiga yang
menyatakan leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah, ditolak.
d. Hipotesis keempat
Diketahui bahwa variabel Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki nilai t
hitung sebesar 3,286>t tabel (2,021) dengan signifikansi 0,003< α 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa variabel Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian maka
hipotesis keempat yang menyatakan Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, diterima .
11

e. Hipotesis kelima
Diketahui bahwa variabel Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki
nilai t hitung sebesar -2,386 -t tabel (-2,021) dengan signifikansi 0,438 > α
0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus (DAK)
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan
demikian maka hipotesis kelima yang menyatakan Dana Alokasi Khusus
(DAK) berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, ditolak
4. Pembahasan
a. Aset pemerintah daerah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset pemerintah daerah tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Teori yang
dikemukakan oleh Miller (1984), Sugihen (2003), Indahwati (2004) yaitu
jika manajemen perusahaan bisa mengoptimalkan penggunaan aset
perusahaan, maka kinerja keuangan perusahaan akan meningkat. Hal ini
belum dapat dibuktikan untuk kinerja keuangan pemerintah daerah.
Besarnya aset yang dimiliki oleh kabupaten/kota di Jawa Tengah belum
dapat dioptimalkan secara maksimal sehingga belum dapat menghasilkan
kinerja keuangan yang baik. Menurut catatan BPK aset menjadi kendala
utama penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah. Adanya temuan
penyajian nilai aset yang tidak akurat dalam neraca juga mempengaruhi
keandalan informasi yang diperoleh. Sehingga besarnya aset belum
12

mencerminkan potensi daerah yang ada. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramasamy et al. (2005)
yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif antara ukuran (size)
dengan pengukuran kinerja.

b. PDRB Perkapita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB Perkapita tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Menurut
Jhingan (2010), kenaikan pendapatan per kapita dapat tidak menaikkan
standar hidup riil masyarakat apabila pendapatan per kapita meningkat akan
tetapi konsumsi

per kapita turun. Hal ini disebabkan kenaikan

pendapatan tersebut hanya dinikmati oleh beberapa orang kaya dan
tidak oleh banyak orang miskin. Tidak adanya kenaikan standar hidup riil
tersebut menyebabkan tidak adanya peningkatan potensi sumber penerimaan
daerah. Penelitian ini tidak sejalan dengan Thamrin (2001) yaitu semakin
tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber
penerimaan

daerah

tersebut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menganalisis pengaruh kinerja
keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota di Jawa Tengah.
c. Leverage
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan
pendanaan untuk kebutuhan operasional diperoleh dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan lain-lain
pendapatan yang sah. Pembiayaan ekternal pemerintahan daerah tidak hanya
melalui utang tetapi juga berasal dari dana bantuan pemerintah pusat yaitu
Dana Perimbangan. Sehingga kewajiban-kewajiban dalam penyelenggaraan
pemerintahan dapat dibiayai dengan seefisien mungkin, sehingga mencapai
tingkatan kinerja keuangan yang cukup baik. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari (2010) pada sektor publik

13

yang menunjukkan bahwa semakin besar leverage yang dimiliki oleh
suatu entitas maka entitas tersebut memiliki kinerja yang buruk. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Weill
(2003) yang menunjukkan adanya hubungan antara leverage dengan
pengukuran kinerja suatu entitas.

d. Dana Bagi Hasil (DBH)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Bagi Hasil (DBH)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ini dapat terjadi
karena Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat digunakan untuk menyelenggarakan operasional
pemerintahan, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan pemerintah
daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Saragih (2006) yang
menunjukkan bahwa PAD, DBH dan DAU berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun. Hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa alokasi belanja modal
dipengaruhi oleh kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi secara tidak
langsung dipengaruhi oleh kinerja keuangan daerah.

e. Dana Alokasi Umum (DAU)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ini dapat terjadi
karena Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima pemerintah daerah
kabupaten/kota digunakan sebagai belanja modal pemerintah daerah dalam
mendanai jalannya pemerintahan dan untuk pembangunan, sehingga mampu
meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah. Penggunaan Dana
Alokasi Umum ini diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Halim (2003) yang meneliti pengaruh DAU dan PAD terhadap
belanja modal menunjukkan pengaruh DAU lebih kuat dibanding PAD.

14

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
Kurniawan (2011) menunjukkan bahwa dalam hubungan langsung secara
parsial PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

f. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ini dapat
terjadi karena Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang diterima
pemerintah daerah kabupaten/kota dari pemerintah pusat yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus. Pengalokasian DAK per bidang di tiap-tiap daerah berbeda-beda
tergantung dari prioritas pembangunan nasional yang telah ditentukan oleh
pemerintah pusat bersama Pemda. Sehingga DAK tidak sepenuhnya dapat
meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah. Bangun (2009) menguji
bahwa DAK, DAU dan PAD lebih memberi efek terhadap pendapatan
perkapita setelah digunakan dua tahun sebelumnya dengan kata lain
besarnya DAK, DAU dan PAD yang telah dianggarkan dan digunakan
tahun ini akan lebih memberi manfaat kepada kesejahteraan masyarakat dua
tahun berikutya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Kurniawan (2011) yang menunjukkan bahwa secara simultan variabel PAD,
DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja
modal, namun secara parsial hanya PAD dan DAU yang berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
g. Kinerja Keuangan
Hasil analisis regresi yang dilakukan dengan menggunakan ketiga
rasio yaitu kemandirian, efektivitas dan efisiensi sebagai alat ukur kinerja
keuangan pemerintah daerah menunjukkan hasil yang sama ketika kinerja
keuangan diukur hanya dengan menggunakan rasio kemandirian. Hal ini
dapat membuktikan bahwa tingkat kemandirian dapat dijadikan tolak ukur
kinerja keuangan pemerintah daerah. Sedangkan hasil analisis hanya dengan
menggunakan

rasio

efektivitas

menunjukkan

bahwa

karakteristik

15

pemerintah daerah yang diproksikan dengan aset, PDRB perkapita,
leverage, DBH, DAU dan DAK tidak berpengaruh terhadap efektivitas
pemerintah daerah. Sama halnya dengan hanya menggunakan rasio efisiensi
sebagai alat ukur kinerja keuangan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan
bahwa karakteristik pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap efisiensi
pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sesotyaningsih

(2012)

variabel

leverage,

ukuran

legislatif

dan

intergovernmental revenue tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi kinerja.
Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Dengan menggunakan variabel
Dependen kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio
kemandirian, efektivitas dan efisiensi diperoleh hasil sebagai berikut : Aset
pemerintah daerah, PDRB, Leverage, Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah
satu bagian dari Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
sebagai bagian dari Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Dengan menggunakan variabel Dependen kinerja keuangan
pemerintah daerah yang diukur dengan rasio kemandirian diperoleh hasil sebagai
berikut : Aset pemerintah daerah, PDRB, Leverage, Dana Alokasi Khusus (DAK)
sebagai salah satu bagian dari Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) sebagai bagian dari Dana Perimbangan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan analisis regresi dengan
menggunakan rasio efektivitas sebagai variabel dependen, diperoleh hasil yang
tidak signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa aset pemerintah daerah, PDRB,
Leverage, Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh terhadap tingkat efektivitas pemerintah
daerah. Berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan rasio efisiensi sebagai

16

variabel dependen, diperoleh hasil yang tidak signifikan sehingga dapat
dinyatakan bahwa aset pemerintah daerah, PDRB, Leverage, Dana Bagi Hasil
(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak
berpengaruh terhadap tingkat efisiensi pemerintah daerah.

Implikasi
Implikasi yang dapat diberikan berdasar kesimpulan di atas adalah sebagai
berikut: Aparatur pemerintah daerah lebih menggali potensi sumber daya yang
dimiliki untuk meningkatkan aset daerah, hal ini misalnya dapat dilakukan dengan
menggali potensi kekayaan alam maupun sektor pariwisata. Disamping itu juga
diperlukan suatu sistem pengelolaan aset yang rapi dan tertib administrasi serta
memenuhi kaidah peraturan dan harus dilaksanakan secara transparan dan
akuntabel. Aparatur pemerintah daerah lebih berupaya untuk meningkatkan
PDRB Perkapita yang masih terhitung rendah, hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat dengan adanya kebijakan
proproduktif terhadap iklim usaha dan investasi. Aparatur pemerintah daerah
perlu meningkatkan penerimaan pajak, hal ini terutama pajak kendaraan bermotor
dan retribusi seperti dari reklame hingga peningkatan penerimaan dari sektor
usaha Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Saran bagi penelitian selanjutnya
perlu untuk menambah atau mengganti variabel yang relevan dengan kinerja
keuangan pemerintah daerah seperti

Pendapatan Asli Daerah (PAD), opini

auditor dan tingkat investasi. Pengukuran kinerja keuangan dapat ditambahkan
menggunakan pengukuran rasio Desentralisasi Fiskal, rasio Indeks Kemampuan
Rutin dan Rasio Keserasian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sukriy dan Halim, Abdul. 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja
Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali .
Simposium Nasional Akuntansi VI, Yogyakarta, Hal 1140-1159.

17

Akhmad Solikin, 2006,Penggabungan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah: Perkembangan dan Permasalahan, Jurnal Akuntansi
Pemerintah, Vol.2 No.2 Nopember 2006
Azhar, Muhammad Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah . Tesis
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dipublikasikan.
Bangun, Ricky Andra Levi. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Khusus,Dana Alokasi
Umum, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Perkapita .
Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dipublikasikan.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Erlangga
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Cetakan IV Penerbit UNDIP
Halim, Abdul. 2001. Anggaran daerah dan “fiscal stress” (sebuah studi kasus
pada Anggaran daerah provinsi di Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia.
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Daerah).
Salemba Empat. Jakarta.
Hamzah,Ardi. 2008. Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi,Pengangguran, dan Kemiskinan : Pendekatan Analisis Jalur
(Studi pada 29 Kabupaten dan 9 Kota di Propinsi Jawa Timur Periode
2001-2006). Proceding Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita . Proceding
Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Kurniawan, Kindy. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Kinerja Keuangan dengan Belanja
Modal sebagai Variabel Intervening di Kabupaten dan Kota Propinsi
Riau. Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dipublikasikan.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.

18

Mahmudi. 2010. Analisa Laporan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Andi
Naim, A., dan F. Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.15:
70-82.
Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: The
Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Unpublished
Ph.D Dissertation. Pennsylvania: The Pennsylvania State University.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan
Perwitasari, Citra. 2010. The Influence of Financial Performance to the Level of
Accountability Disclosure of Indonesia’s Local Government. Tesis
Universitas Sevbelas Maret Surakarta.
Poerwadarminta. 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ramasamy, Bala, Ong, Darryl, and Yeung, Matthew C H. 2005. Firm Size,
Ownership and Performance in The Malaysian Palm Oil Industry. Asian
Academy of Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 1: 81104.
Sadjiarto, Adjie. 2000. Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintahan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.2 No. 2, Nopember 2000: 138–150.
Saragih, Jan Waner. 2006. Analisis Pengaruh Keuangan Daerah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Simalungun. Tesis Universitas
Sumatera Utara.

19

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business :Metodologi Penelitian
untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Sesotyaningsih, Mirna. 2012. Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif,
intergovermental revenue, Pendapatan Pajak daerah terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah. Accounting Analysis Journal. Unnes
Sudarmadji, Ardi Murdoko and Lana Sularto. 2007.
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
terhadap
Luas
Voluntary
Disclosure
Laporan
Keuangan
Tahunan.Proceeding Psychology, Economy, Art, Architect and Civil.
Gunadarma University.
Suhardjanto, D, Rusmin, Mandasari, Putriesti and Brown, Alistair. 2010.
Mandatory
Disclosure
Compliance
and
Local
Government
Charactheristics: Evidence From Indonesian Municipalities . Journal
Public Policy January 2010
Suhardjanto, D, Hartoko, Sri, Retnoningsih, Hilda,
Rusmin, Mandasari,
Putriesti and
Brown, Alistair. 2010. Influence of Parliament
Characteristics toward Mandatory Accounting Disclosure Compliance in
Indonesia . Hibah Penelitian Publikasi Internasional LP2M UNS.
Sularso, Havid dan Restianto,Yanuar E. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan
terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Media Riset Akuntansi Vol I No 2
Agustus 2011.
Susantih,Heny dan Saftiana.2008 Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan
Pemerintah Propinsi Se-Sumatera bagian Selatan. Pasca Sarjana
Universitas Sriwijaya.
Thesaurianto, Kuncoro. 2007. Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap
Kemandirian Daerah. Tesis Universitas Diponegoro dipublikasikan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat Dan Pemerintah Daerah.

20

Walidi. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Perkapita,
Belanja Modal sebagai Intervening Variabel (Studi Kasus di Propinsi
Sumatera Utara ). Tesis Universitas Sumatera Utara.
Weill, Laurent. 2003. Leverage and Corporate Performance: A Frontier
Efficiency Analysis on European Countries. Working Paper. Working
Paper Series. SSRN May.
Yuliani, Sri. 2007. Mewujudkan Birokrasi yang Pro-Citizen (Review Paradigma
New Public Service). Jurnal Ilmu Administrasi FISIP UNS. Vol.3 No1
Tahun 2007.

21

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63