Analisis Teks Marxis tsk wardana
PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITATIF
BERBASIS ANALISIS TEKS MODEL MARXIS
Hasyim Ali Imran
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI ) Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI,
Kantor : Jln. Pegangsaan Timur No. 19 B Jakarta Pusat. Email : [email protected];
[email protected];
ABSTRAK
Berlatarbelakangkan masih relatif kerapnya dijumpai ketidakjelasan terkait pemahaman di
kalangan akademisi menyangkut typologi sumber data penelitian pendekatan kualitatif,
artikel ini mencoba menelaah posisi analisis teks dalam konteks penelitian komunikasi
dengan pendekatan kualitatif. Penelaahan diorientasikan fokus pada model analisis teks
Marxis. Pemfokusan berorientasi pada upaya formatisasi model, praktik cara kerja model,
praktik cara menemukan tema minor, praktik cara menyajikan hasil analsis teks dan cara
melakukan diskusi hasil penelitian. Dari hasil pembahasan, tulisan ini berhasil
menemukan format model analisis teks Marxis beserta contoh wujud dari praktik cara
kerja model, cara menginterpretasi dan menemukan tema minor dan cara menyajijkan
hasil analisis teks.
Kata-kata kunci : Penelitian komunikasi; Pendekatan kualitatif; Analisis teks
Marxis.
PENDAHULUAN
Secara epistemologis, dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif,
sebenarnya diketahui memiliki banyak perangkat alat analisis, baik itu terhadap yang
berbasiskan ‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”.
Secara terminologis, dari sejumlah metode penelitian kualitatif yang ada kini,
sebenarnya itu telah terkelompokkan mana yang tergolong pada metode penelitian yang
pas berbasiskan pada sumber ‘field’ dan mana metode penelitian yang pas berbasiskan
pada sumber teks. Untuk mengetahui ini, maka pertama dapat dilakukan dengan cara
memahami bagaimana pengelompokan metode penelitian komunikasi kualitatif itu sendiri.
Berdasarkan catatan yang ada, maka pengelompokan dimaksud, wujudnya seperti
sebagaimana tertera pada bagan 1.
Dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif, secara epistemologis,
sebenarnya diketahui memiliki banyak perangkat alat analisis, baik itu terhadap yang
berbasiskan ‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”. Dengan melihat bagan
sebagaimana dimaksudkan tadi, maka kini jelas mana metode penelitian yang relevan
untuk diterapkan. Relevansi itu setidaknya terkait dengan lokus riset, yakni menyangkut
‘field’ dan “teks”. Dengan demikian, kekeliruan dini terkait pelaksanaan riset pendekatan
kualitatif dapat dihindarkan.
Guna memahami lebih jauh menyangkut persoalan dimaksud, maka artikel ini akan
berupaya melihat permasalahan itu tadi secara lebih menyeluruh lagi. Untuk itu, artikel ini
akan memulai pembahasannya dari keterkaitan topik tadi dengan masalah Pendekatan
Kualitatif dan pendekatan Kualitatif Berbasis Teks. Berdasarkan hasil pembahasan topik
dimaksud, artikel ini kemudian diarahkan fokus pada salah satu model analisis teks.
Dengan fokus dimaksud maka tulisan ini sendiri akan berupaya menyajikan materi terkait
dengan salah satu bentuk praktik penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif yang
berbasiskan pada “teks”. Contoh bentuk praktik dimaksud, khususnya difokuskan pada
analisis teks dengan model Marxis. Dengan pemaparan karya tulis tersebut, secara
akademis diharapkan dapat membantu dalam mempermudah pelaksanaan riset-riset
dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan teks, khususnya terkait model analisis teks
Marxis.
1
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Kualitatif
Sebagai lanjutan dari bagian sebelumnya, maka pada bagian ini bahasannya
akan lebih difokuskan pada pembahasan tentang pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
sebagaimana diketahui dari banyak pembahasan sebelumnya, adalah merupakan salah
satu saja dari dua pendekatan penelitian yang ada. Sebagai salah satu pendekatan, maka
penelitian pendekatan kualitatif ini bertolak dari keyakinan pada data yang berbasiskan
pada prinsip a posteriori.1
Selanjutnya, data yang yang berbasiskan pada prinsip a posteriori itupun, jika
ditelusuri lebih jauh lagi, akan diketahui masih dibedakan pula oleh perbedaanperbedaan prinsipil. Perbedaan mana, pada gilirannya tentunya berwujud pada
perbedaan data a posteriori itu sendiri. Karena itu, pemahaman terhadap eksistensi
prinsip-prinsip tadipun menjadi wajar harus diketahui dan dipahami.
Salah satu perbedaan prinsip yang kiranya menjadi sangat vital perannya dalam
proses penelitian, utamanya terkait proses pengumpulan data a posteriori tadi , yakni
terkait dengan masalah paradigma penelitian.
Terkait khusus dengan topik pendekatan penelitian kualitatif ini, maka untuk
memudahkan pemahaman, secara umum menyangkut pendekatan dimaksud, dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu : 1) Penelitian Pendekatan Kualitatif
yang berbasiskan pada paradigma post positivistic; 2) Penelitian Pendekatan Kualitatif
yang berbasiskan pada paradigma non post positivistic.
Penelitian Pendekatan Kualitatif yang berbasiskan pada paradigma post
positivistic, yaitu penelitian yang data apostheriori-nya diperoleh atau terwujud karena
berbasiskan pada paradigma positivistik. Sementara penelitian Pendekatan Kualitatif
yang berbasiskan pada paradigma non post positivistic, data apostheriori-nya itu
diperoleh atau terwujud karena berbasiskan pada paradigma non positivistik.
Secara terminologis, terdapat sejumlah paradigma penelitian yang tergolong
dalam paradigma non positivistik. Varian paradigma itu mencakup : 1) Paradigma
Konstruktivis; 2) Paradigma Interpretif ;3) Paradigma Kritikal dan 4) Paradigma
Partisipatoris. Jadi, dengan uraian barusan, kiranya jelas mengenai penelitian dengan
pendekatan kualitatif itu. Kejelasan dimaksud menunjukkan bahwa ternyata ada
penelitian dengan pendekatan kualitatif yang pemahamannya berbasiskan pada
paradigma positivistik yang lalu lazim dikenal dengan pendekatan kualitatif post
positivistic, dan selain itu ada juga penelitian pendekatan kualitatif yang dasar
pemahamannya berbasiskan pada paradigma non positivistic/post positivistic.
Kemudian, berdasarkan pemahaman barusan, jika dipahami lebih jauh lagi,
maka penelitian dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan pada paradigma non
post positivistic inipun masih dapat dikelompok-kelompokkan kembali.
Pengelompokan itu misalnya menurut kriteria sumber data. Menurut kriteria dimaksud,
maka penelitian dengan pendekatan kualitatif ini ada yang datanya berbasiskan pada
field dan ada yang berbasiskan pada text.
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya berbasiskan pada
field itu berarti cara memperolehnya didasarkan pada sumber –sumber ‘field’. Sumbersumber ‘field’ ini wujudnya berupa personal/individu yang menjadi subyek penelitian.
Mereka itu eksistensinya ada di tengah-tengah masyarakat, bisa sebagai individu yang
independen atau bisa juga sebagai bagian dari komunitas tertentu. Perolehan data dari
subyek inipun beragam caranya, namun ini mengikuti paradigma penelitian yang
1
A posteriori knowledge or justification is dependent on experience or empirical evidence : relating to what can be known by observation
rather than through an understanding of how certain things work; First Known Use: 1588.
2
mendasarinya. Sebagai contoh, misalnya menggunakan paradigma konstruktivis dengan
metode fenomenologi dalam penelitian, maka caranya mengumpulkan data penelitian,
peneliti harus sebisa mungkin mengalami apa yang dialami subyek selama proses
pengumpulan data (lihat, Imran, 2014, 109).
Begitupun misalnya dengan menggunakan paradigma interpretif melalui
penggunaan metode etnografi, caranyapun berbeda dengan contoh sebelumnya. Secara
nyolok terkait cara itu misalnya menyangkut keterlibatan peneliti dengan subyek
peneliti. Dalam kaitan ini, maka kalau menggunakan fenomenologi peneliti memang
harus ikut mengalami langsung mengenai apa yang dialami oleh subyek penelitian.
Sementara pada etnografi, peneliti tadi tidak harus ikut mengalami langsung mengenai
apa yang dialami oleh subyek, melainkan peneliti hanya cukup, misalnya
mengobservasi subyek penelitian.
Sementara itu, pada penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya
berbasiskan pada teks, ini dimaksudkan bahwa dalam hal cara memperoleh data
penelitiannya didasarkan pada sumber-sumber yang bersifat teks. Sumber-sumber yang
bersifat teks itu secara sederhana dapat dimengerti dengan cara memahami bahwa
eksistensi teks itu bisa tertera hampir di mana saja. Dengan sederhana dapat dikatakan
bahwa teks itu sebenarnya merupakan narasi yang dimediasikan. Berdasarkan
pengertian ini maka teks itu bisa bersumberkan dari tubuh manusia, misalnya seperti
tattoo.; dinding-dinding gua, fosil-fosil, atau artefak-artefak. Dalam bentuk lebih
modern, teks bisa bersumberkan dari surat-surat; naskah-naskah; dokumentasidokumentasi dan lain sejenisnya. Begitu pula pada media-media yang sudah lazim
dikenal umum seperti radio, televisi, suratkabar, majalah, bulletin, leaflet, booklet, dan
tentunya internet sebagai bentuk media paling baru, juga bisa menjadi sumber yang
kaya akan teks-teks.
Secara terminologis, dari sejumlah metode penelitian kualitatif yang ada kini,
sebenarnya telah terkelompokkan mana yang tergolong pada metode penelitian yang
pas berbasiskan pada sumber ‘field’ dan mana metode penelitian yang pas berbasiskan
pada sumber teks. Untuk mengetahui ini, pertama dengan cara memahami
pengelompokan metode penelitian komunikasi kualitatif. Berdasarkan catatan yang ada,
maka pengelompokan dimaksud, wujudnya seperti sebagaimana tertera pada bagan 1
berikut ini :
Bagan 1.
1) Field Research : Studi Kasus,Fenomenologi,Grounded
Theory, Etnometodologi. Etnografi
Biografi , Historical Social Science, Clinical
Research. Cultural Studies
MPK
Kualitatif
2) Discourse analysis
Analisis Teks : Semiotika;
Marxis;
Framing;
Semiotika Sosial; dll.
Analisis wacana Kritis (CDA) :
-Norman Fairclough;
-Ruth Wodak
Sumber : Imran, 2014 : 108.
Dari paparan skema di atas menunjukkan bahwa metode penelitian
komunikasi kualitatif itu dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu ada yang termasuk
3
kelompok ‘field research’ dan ada yang tergolong menjadi kelompok ‘Discourse
analysis’. Berdasarkan pengertian ini, maka dalam kaitan topik sumber data
sebelumnya, kiranya metode penelitian komunikasi kualitatif yang pas berbasiskan
pada sumber ‘field’, yakni sejumlah metode penelitian yang masuk dalam
kelompok ‘field research’. Sementara metode penelitian komunikasi kualitatif yang
relevan dengan data yang sumbernya berbasiskan pada sumber ‘teks’, yakni
sejumlah metode penelitian yang masuk dalam kelompok ‘discourse analysis ’.
B. Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks
Penelitian komunikasi dengan Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks, seperti
terlihat dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa pada dasarnya penelitian
dimaksud adalah penelitian yang tergolong pada penelitian menyangkut ‘Discourse
analysis ’. Pada penelitian yang tergolong dalam sub kelompok ‘analisis teks’, itu
sepenuhnya mendasarkan diri pada sumber teks terkait dengan perolehan data
penelitian. Pengambilan sikap yang demikian sendiri, itu berhubungan dengan
paradigma penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni paradigma
konstruktivistik. Secara terminologis, penelitian yang mendasarkan diri pada
paradigma dimaksud, dilakukan secara terbatas, yakni hanya terbatas pada level
teks atau level satu. Namun ketika sang peneliti ingin untuk meningkatkan
penelitian yang lebih jauh, maka ia dengan sendirinya melakukan perubahan
terhadap penelitiannya. Dari yang semula melakukan penelitian komunikasi
kualitatif ‘Discourse analysis’ pada sub kelompok ‘Analisis Teks’, berubah
menjadi penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’ pada sub kelompok
‘Analisis wacana Kritis’ (Critical Discourse Analysis/CDA).
Persamaan diantara kedua tipelogi pendekatan penelitian komunikasi
kualitatif tadi sebenarnya terletak pada teks itu sendiri. Dengan demikian teks
mempersamakan kedua tipe penelitian komunikasi kualitatif. Keduanya masingmasing menjadikan teks itu sebagai sumber data penelitian. Teks sebagai sumber
data penelitian, itu berarti penelitian tersebut orientasinya terbatas dilakukan pada
level satu. Jadi, baik pada penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’
pada sub kelompok ‘Analisis Teks’ maupun pada sub kelompok ‘Analisis wacana
Kritis’, tetap menjadikan teks itu sebagai sumber data penelitiannya. Hanya saja,
pada penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’ pada sub kelompok
‘Analisis wacana Kritis’, memerlukan data lebih dalam untuk memenuhi
kepentingan penelitiannya. Data dimaksud yaitu data menyangkut data level dua
(discourse practice) dan data level tiga (sociocultural practice) (lihat bagan 2).
Data menyangkut kedua level tentunya tidak termasuk lagi pada data berkategori
sumber teks, melainkan tergolong pada data yang bersumberkan pada ‘field’. Jadi
inilah pembeda antara penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’ pada
sub kelompok ‘Analisis wacana Kritis’ dengan penelitian komunikasi kualitatif
‘Discourse analysis’ pada sub kelompok ‘Analisis Teks’.
Bagan 2
4
text production
TEXT
text consumption
DISCOURSE PRACTICE
SOCIOCULTURAL PRACTICE
Sumber : Fairclogh, 1995: 59.
\
Guna efisiensi dan efektifitas pemaparan berikutnya, maka pembahasan
menyangkut pendekatan kualitatif berbasis teks ini, dalam presentasi praktisnya
akan dilakukan pembatasan. Pembatasan-pembatasan dilakukan atas pertimbangan
praktis dan urgen. Urgensitas itu terutama atas dasar masih kurang populer di
kalangan akademisi dan tentunya karena dianggap masih terlalu rumit atau masih
kurang akrab di kalangan akademisi. Atas dasar anggapan-anggapan ini, maka
dalam artikel ini penyajian praktis menyangkut pendekatan kualitatif berbasis teks
akan dibahas setuntas mungkin menurut satu metode analisis teks saja dari sekian
banyak metode analisis teks itu (lihat tabel 1). Metode analisis teks dimaksud yaitu
terkait model analisis teks Marxis.
Tabel 1 :
Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif
Kategori Basis
Discourse analysis
Field Research
-Studi Kasus (menjelaskan suatu
proses menyangkut obyek penelitian terkait unsur what, how and
why),
-Fenomenologi
(menemukan
penggambaran tentang fenomena
tertentu
berbasis
pengalaman
manusia)
-Grounded
Theory, (mengkonstruksi sebuah penjelasan tentang
suatu fenomena yang belum ada
penjelasan
sebelumnya
yang
berbasis pada diskusi terkait
penggambaran fenomena, data
mikro,teori2
dan
elaborasi
triangulatif lainnya, baik data
maupun metode
-Etnometodologi (untuk menggambarkan cara suatu kelompok
melakukan,
menjalani
dan
menghadapi suatu
fenomena
tertentu
-Etnografi (untuk menggambarkan
bagaimana suatu kelompok memaknai kehidupannya)
Analisis Teks
Analisis wacana Kritis
A.Semiotika;
1. Saussure
2. Pierce
3. Barthes
B. Marxis;
asumsi : dunia material
pengaruhi pemikiran manusia, di
mana kondisi eksternal, Konkrit,
dan
material
mempengaruhi
kesadaran manusia Ott dan Mack,
(2014,25;)
C. Framing;
1. Gamson-Modigliani;
2. Gerald Zondang -Pan Kosiky
3 Robert N. Entman
D. Semiotika Sosial:
1. MAK Halliday (1994)
(penggambaran sosial)
2. Theo Van Lewin (2005)
(Kritikal base on
Linguistik)-
Analisis wacana Kritis (CDA)
:
1.Norman Fairclough;
(perubahan sosial-(1995)
2. Foucault (historikal)
(2002)
3.Van Dick
(etnis- minoritas-kognisi
sosial)
4. Sarah Mill (feminis)
E. Psikoanalisis
5
-Biografi (terkait tentang fenomena
yang ada dalam kehidupan seseorang –tokoh, misalnya soekarno ,
So Hok Gie),
-Historical Social Science, (terkait
tentang sejarah tentang fenomenafenomena sosial)
-Clinical
Research
(mencari
rekomendasi
tentang
masalah
tertentu)
C. Teori Media Marxis
Media sebagai alat produksi
Menurut Chandler (2007), dalam pemahaman Marxis klasik media massa itu
merupakan sebuah alat produksi yang dalam masyarakat kapitalis kepemilikannya ada
di pihak penguasa. Berdasarkan posisi dalam teori Marxis klasik, secara sederhana
media massa merupakan cara untuk menyebarkan ide-ide serta pandangan dunia dari
sisi penguasa, dan menolak atau mematikan ide-ide dari pihak lain. Dengan mengutip
Curran et al. (1982: 22), Chandler berpendapat bahwa ini diperkuat oleh pernyataan
Marx sendiri bahwa pihak yang menguasai alat-alat produksi pada saat yang bersamaan
memiliki kendali atas alat-alat produksi tersebut dan dengan begitu pihak yang tidak
menguasai alat produksi akan tunduk pada ide-ide yang berasal dari pihak penguasa
alat-alat produksi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, media massa akhirnya difungsikan untuk
menghasilkan “kesadaran palsu” di kelas pekerja dan karenanya memunculkan sikap
yang ekstrim di mana produk media dianggap sebagai ekspresi monopolitik dari pihak
penguasa yang mengabaikan adanya keberagaman nilai di antara pihak penguasa
dengan media serta mengabaikan adanya kemungkinan pemahaman yang berbeda dari
khalayak media.
Ideologi
Salah satu fitur utama dari teori Marxis adalah sikap “materialis” di mana
makhluk sosial adalah pihak yang menentukan kesadaran. Menurut sikap tersebut posisi
ideologis merupakan fungsi dari adanya posisi kelas, dan ideologi yang dominan dalam
masyarakat adalah ideologi dari kelas yang dominan di dalam masyarakat tersebut. Hal
ini berbeda dengan sikap “idealis” yang memberikan prioritas kepada kesadaran
(seperti dalam filsafat Hegelian). Marxis memiliki pandangan yang berbeda berkaitan
dengan masalah ini, beberapa menafsirkan hubungan antara makhluk sosial dan
kesadaran sebagai salah satu penentu langsung; sedangkan yang lainnya menekankan
pada hubungan dialektis.
Dengan mengutip Curran et al. (1982: 26), Chandler berpendapat bahwa dalam
Marxisme Fundamentalis, ideologi itu merupakan 'kesadaran palsu', yang merupakan
hasil dari persaingan ideologi dominan oleh orang-orang yang kepentingannya
diabaikan. Dari perspektif ini media massa menyebarluaskan ideologi dominan, berupa
nilai-nilai dari pihak yang memiliki dan mengontrol media.
D. Praktik Model Analisis Teks Marxis, Sebuah Contoh Praktis
Konsep analisis wacana Marx sebenarnya sangat sederhana hanya berkisar
antara konsep phrase dan content (Fairclogh 2010, 335, Critical Discours Analysis, The
critical study of language, Longman, England, London) di mana Marx lebih
mengutamakan atau menitik beratkan bahwa konten dari sebuah kalimat atau tanda
adalah sebuah pinjaman dari masa lalu. Atau dari banyak partikel kejadian, actor, dan
pengalaman sosial yang membentuk suatu bentuk sistem wacana–tanda, symbol—
6
tertentu. Secara fisikal model Marxis sendiri tampaknya memang belum ada. Tapi dari
penjelasan Fairclogh (2010, 335) sebelumnya, maka penjelasan itu dapat dijadikan
petunjuk untuk membangun model Marx tadi. Model Marx sendiri kira-kira
bangunannya dapat diwujudkan seperti tampak pada gambar di bawah ini;
1. Model Analisis Teks Marxis
Model Analisis Teks Marxis
Phrase
-symbol
Content
(Petanda/Makna)
-intertextual relation
Relation
-social relation
-production
Tujuan-Menemukan material -Menafsirkan konten berbasis Penemuannya dilakukan
teks/symbol seperti gambar, intertekstual dan konteks dari melalui interpretasi teks.
tulisan, warna yang terkait teks subyek penelitian.
dengan teks dari suatu obyek
analisis
dalam
masalah
penelitian (lihat contoh hasil
analisis dalam tabel)
Catatan :
Relation : -social relation; -production (Tujuan hanya sebatas untuk membongkar skema produksi saja) : Terkait konsep tersebut, maka
pertanyaan-pertanyaannya diantaranya adalah seperti : 1) Bagaimana relasi kekuasaan bermain/terbentuk dalam teks ? 2) Representasi
dominasi kapitalis melalui relasi kekuasaan dalam teksasi Isu Dahlan Iskan Pada Pemberitaan JPNN ? Untuk ini, maka berdasarkan subyek
teks analisis, penemuannya dilakukan melalui interpretasi teks. Tujuan analisis komponen social relation yaitu untuk menemukan relasi
sosial berupa relasi kapitalisme dengan bahasa, misalnya berupa bahwa kapitalis media secara deliberatif/sengaja menggunakan bahasa
dalam media untuk menjaga kekuasaannya, misalnya memunculkan kata-kata “Dahlan menang konvensi” dan lain-lain.
Catatan : Penelitian kualitatif pada dasarnya bukan pada scanning/pemindaian fenomena, tapi lebih kepada interpretasi terhadap fenomena
secara mendalam.
Heteroglosia/intertekstualitas : Kata yang bermakna beda berdasarkan masa-masa lalu , misalnya soal sorban sebagai simbol orang
muslim.
2. Formulasi Rumusan Masalah berbasis Model Analisis Teks Marxis
Guna kepentingan pengaplikasian model sebagaimana dimaksud, maka untuk
efektif dalam pelaksanaannya, langkah pertama yang kiranya harus disadari adalah
menyangkut eksistensi permasalahan yang diformulasikan dalam suatu kegiatan
penelitian yang berkenaan dengan analisis teks Marxis. Dalam hubungan ini maka
langkah pertamanya adalah mengenal rumusan ideal masalah penelitian dalam
konteks studi analisis teks Marxis. Pertanyaan penelitian yang biasa ditemui terkait
Marxist analysis teks ini misalnya adalah seperti :
1) Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dengan (phrase) bahasa
media..? Dalam kaitan phrase (bahasa media) dimaksud, misalnya adalah,
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan
Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?”
2) Ideology apa yang mendominasi pemberitaan tentang Dahlan di JPNN?
3) Bagaimana pertarungan kekuasaan dan ideology dalam pememberitaan ?
4) Bagaimana komodifikasi yang dilakukan media terhadap isu tertentu ?
3. Praktik Analisis Teks Model Analisis Marxis
Baiklah, dalam kaitan kepentingan penjelasan pada bagian ini, maka dalam
hubungan sejumlah contoh formulasi pertanyaan sebelumnya, maka penjelasannya
akan berbasiskan pada contoh rumusan pertanyaan penelitian nomor “1”, yaitu
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan
Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?” Untuk kepentingan analisis
teks dimaksud, maka sebagai contoh kasus teksnya diambil dari teks JPNN dalam
genre berita yang berjudul “Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang
Konvensi”. (terlampir) - (sumber : JPNN.com http://www.jpnn.com/
read/ 2013/ 10/20/ 196613).
7
Dengan mengacu pada model sebelumnya, maka selanjutnya di bawah ini
disajikan contoh penggunaaan analisis wacana ala Marx. Perlu dicatat bahwa
analisis ini sebenarnya adalah analisis sederhana dari Marx untuk menjelaskan
hubungan bahasa dan kapitalisme, di mana jelas bahwa bahasa diungkap untuk
memberikan penjelasan tentang relasi sosial antara kapitalisme dan abstraksi konsep
buruh dan proletarian,
Tabel
Hasil Analisis Teks Berbasis Model Marx
Judul Berita :
Teks
: Berita, Judul “Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang
Konvensi”
Media
: JPNN.com http://www.jpnn.com/read/2013/10/20/196613
Tema Minor : Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres Partai Demokrat
yang didukung rakyat. (perumusannya selalu mengacu pada
rumusan masalah yang diajukan) dalam penelitian.
Phrase
1) Terlihat kalimat tentang
Dahlan sebagai subjek di mana
Dahlan Iskan adalah pemilik dari
jaringan media Jawa Post,
penerbit berita ini. Sebagai
subyek yang dihiperboliskan, itu
terlihat dari penggunaan kata-kata
seperti “diunggulkan”
dan
“terkuat” sebagaimana disajikan
dalam paragraf 1, “Dahlan Iskan
lagi-lagi diunggulkan sebagai
yang
terkuat
memenangkan
Konvensi Calon Presiden dari
Partai
Demokrat
2014.”,
merupakan bentuk hiperbola dari
dukungan seolah-olah dukungan
politik itu mengarah pada dirinya
(Dahlan-pemilik media) . (p. 1)
2) Pengukuhan terhadap Dahlan
Iskan sebagai pemilik Jawa Post
dalam konvensi, juga terlihat
melalui judul berita yang dibuat.
Itu tercermin melalui penggunaan
kata-kata “lagi” dan “Diprediksi”
dalam rentetan kalimat judul
berita “Lagi, Dahlan Iskan
Diprediksi Menang Konvensi”.
Ini tentu mencerminkan sikap
dukungan awak media terhadap
“bos” mereka dalam konvensi.
Temuan
Content
1) Bentuk hiperbola ini
merupakan suatu symbol
bahwa ada dukungan media
terhadap Dahlan ada bentuk
pembuatan makna bahwa
Dahlan didukung oleh banyak
orang.
2) Penggunaan kata-kata
“lagi” dan “Diprediksi” dalam
rentetan kalimat judul berita
juga mencer-minkan sikap
hiperbo-la awak media terhadap Dahlan Iskan se-bagai
subyek pemilik media yang
nota bene menjadi “bos”
mere-ka. Sikap hiperbola ini
dengan sendirinya menyimbolkan
dukungan
media
berupa upaya memaknakan
sekuat
mungkin
bahwa
Relasi
1) Arah positif pemberitaan terkait
dengan relasi Dahlan Iskan sebagai
pemilik Jawa Post di mana Jawa
Post adalah Koran yang dipakai
untuk publikasi ini.
2) Pemilik media ini (JPNN) adalah
Dahlan
Iskan.
Media
yang
digunakan untuk pe-mediasian
“konvensi” adalah JPNN. Jadi, dari
cara pemberitaan melalui temuan
penggunaan phrase “lagi” dan
“Diprediksi” pada kalimat judul
berita,
menyimbolkan
dan
mengesankan
makna
bahwa
memang ada relasi positif antara
media (awak media) dengan
pemilik media (Dahlan Iskan).
8
khalayak
luas
berikan
pendukungannya
terhadap
pemilik media (Dahlan Iskan).
3) “........Dahlan memperoleh 3) Bentuk hiperbola melalui
dukungan paling kuat; Dahlan pemakaian phrase “paling
Iskan
memeroleh
dukungan kuat” dan “terkuat publik”,
terkuat publik," (p.3)
dalam teksasi content berita
pada
paragraf
3,
juga
menyimbolkan pendukungan
awak media terhadap pemilik
media agar khalayak luas
berikan pendukungannya pula
pada pemilik media (Dahlan
Iskan).
4) “...... jika Susilo Bambang
Yudhoyono dan PD konsisten
dengan hasil survei, maka Dahlan
adalah salah satu tokoh kuat yang
dicalonkan sebagai presiden oleh
partai berlambang bintang mercy
ini.” (p.4)
3) Teksasi proposisi terkait
posisi Dahlan Iskan dalam
konvensi pada paragraf 4
dalam pemberitaan, menyimbolkan tendensi
bahwa
Dahlan Iskan sebagai pemilik
media tempat mereka mencari nafkah itu, memang
sebagai orang kuat dalam
konvensi yang harus mereka
dukung.
5) “....capres rill yang memenuhi
syarat Indeks Capres 2014 hanya
Megawati,
Aburizal
dan
pemenang Konvensi Capres PD.”
.(p.8)
5) Teksasi pada paragraf 8 ini
menyimbolkan bahwa Dahlan
Iskan sebagai salah satu dari
tiga capres rill yang memenuhi syarat Indeks Capres 2014.
Ini tersimbolisasikan melalui
penggunaan phrase “pemenang” Konvensi Capres PD
yang nota bene sebelumsebelumnya dalam konten
telah ditendensikan ke arah
itu.
3) Relasi positif antara media
dengan pemiliknya itu tampak dari
atau terasa dari makna yang coba
dibentuk
atau dibangun media
dengan cara sekuat mungkin
melalui bentuk hiperbola dengan
pemakaian phrase “paling kuat”
dan “terkuat publik”, dalam teksasi
content berita pada paragraf 3.
Dengan
mana
ini
juga
menyimbolkan pendu-kungan awak
media terhadap pemilik me-dia
agar melalui pemberitaan mereka
khalayak luas juga berikan
dukungannya
terhadap pemilik
me-dia.
4) Relasi positif antara media
(awak media) dengan pemilik
media (Dahlan Iskan), terlihat dari
gaya bahasa hiperbola yang coba
ditampailkan wartawan dalam
teksasi berita pada p. 4. Upaya
wartawan/media membangun gaya
bahasa hiperbola itu tampak dari
teksasi mereka mengenai proposi
yang gunakan phrase “jika” dan
“maka” dalam content terkait posisi
Dahlan Iskan dalam even konvensi
PD.
5) Penekanan Subyek Dahlan Iskan
dalam teks yang melalaui teksasi
paragraf 8 dimetaforakan melalui
phrase “pemenang Konvensi
Capres PD” dalam konten media,
memperlihatkan relasi positip
antara awak media dengan Dahlan
Iskan sebagai pemilik JPNN.
4. Interpretasi dan Tema Minor
Setelah analisis teks selesai dilakukan, maka yang perlu dilakukan selanjutnya
adalah melakukan interpretasi untuk menemukan tema-tema minor yang cenderung
9
menonjol dari setiap teks yang dijadikan subyek penelitian. Untuk kasus teks
sebagaimana dimaksud sebelumnya, maka tema minornya adalah : “Dahlan Iskan
direpresentasikan sebagai Capres kuat Partai Demokrat yang didukung rakyat.“
Penyajian deskripsi tema minor, diantaranya dapat disajikan di atas pojok kanan
tabel analisis teks. Biasanya deskripsi tema minor itu penyajiannya dimulai dengan
kalimat seperti, “Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai ...... “. Itu kalau mengacu
pada contoh kasus teks yang dianalisis tadi dan sekaitan dengan relevansinya pada
rumusan masalah pokok penelitian. Rumusan masalah yang diacu tadi sendiri,
tatanan sentennya berupa “Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam
representasi keunggulan Dahlan Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita
JPNN?” Dengan rumusan masalah dimaksud, maka tema minor yang muncul dari
hasil analisis teks sebelumnya, rumusannya antara lain misalnya seperti, “Dahlan
Iskan direpresentasikan sebagai Capres Partai Demokrat yang didukung rakyat.”
Sebagai sebuah temuan penelitian, maka rumusan tema minor ini diletakkan pada
bagian atas tabel hasil analisis teks. Langkah yang sama ini tetap dilakukan terhadap
teks-teks lain yang menjadi subyek analisis. Jadi, jika misalnya ada 8 teks, maka ada
8 tabel hasil analisis yang sama formatnya terkait aplikasi model analisis teks Marx
dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif berbasis teks.
Menyepakati jumlah 8 tadi sebagai contoh penjelasan dalam bagian ini,
selanjutnya yang harus dilakukan adalah proses pengelompokan atau kategorisasi
dari sejumlah tema minor yang ditemukan. Karena jumlah teks yang dianilis itu
berjumlah 8, maka jumlah tema minornya sudah pasti ada delapan. Sebagai alat
bantu, dalam pengelompokan tema minor tadi sebaiknya itu disajikan ke dalam
sebuah tabel. Tabel itu misalnya seperti disajikan berikut ini,
Subyek Teks Analisis
1) Berita, Judul “Lagi, Dahlan Iskan
Di-prediksi Menang Konvensi” (JPNN.
com http: //www.jpnn.com/ read /2013/
10/20/ 196613
Tema Minor
Hasil Analisis Teks
Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres kuat Partai Demokrat yang didukung
rakyat.
Kategorisasi Representasi
Positip
Negatip
Ada
relasi
positip antara
media (kelas
buruh) dengan
pemilik
media (kapitalis) dalam
mediasi realitas
Dahlan
Iskan terkait
konvensi PD.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
10
5. Interpretasi dan Tema Minor
Langkah berikut setelah selesai kategorisasi yaitu memaparkan hasil
penelitian. Hasil penelitian ini pemaparannya dalam format : Bagian pertama
mendeskripsikan temuan-temuan hasil analisis teks. Pendeskripsian dilakukan tetap
berorientasi pada upaya menjawab masalah penelitian. Masalah penelitian ini yaitu
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan
Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?” Jadi, deskripsi tadi
diorientasikan pada upaya menjawab masalah tersebut berdasarkan temuan-temuan
penelitian yang muncul dalam riset. Karena itu, sub bab paparannya berjudul yang
relevan dengan maslah pokok tadi. Sub Judul itu misalnya, “Representasi Relasi
Dominasi Kapitalis Media dalam mediasi JPNN mengenai Dahlan Iskan Pemenang
Konvensi PD”. Dalam proses paparan dimaksud, itupun harus dilakukan dalam
nuansa Marxis yang memiliki jargon-jargonnya sendiri. Jargon-jargon Marxis
dimaksud,
misalnya
seperti
unconsius;
marginalisasi;
inklusi;eksklusi/mengurangi /menghilangkan; kesadaran palsu; dominasi kelas;
aleniasi; reifikasi=pemberian nilai, negasi=mengurangi. Setelah fase ini selesai,
maka fase berikutnya adalah menyajikan analisis terhadap tema minor2.
Penyajian analisis tema minor juga dilakukan pada sub bab tersendiri. Sub bab
ini titelnya kira-kira jadi seperti berikut ini : Dominasi Kapitalis Dalam Pemediasian
Dahlan Iskan Pemenang Konvensi PD; Alternatifnya : Dominasi Dalam Relasi
Media dan Kapitalis. Sub judul ini tergantung dari apa kira-kira interpretasi yang
dapat ditarik dari kategoriasi yang telah dibuat sebelumnya.
Dalam sub bab ini selanjutnya sajikan data, analisis dan interpetasi kita. Dalam
proses ini, pakai konsep-konsep teoritik yang terutama berasal dari paradiga teori
kritis. Penggunaan konsep teoritik dalam fase ini yaitu sebatas menjelaskan data
menurut konsep teoritik. Fungsi konsep teoritik di sini sebagai penjelas temuan data
penelitian. Singkatnya, apa kata teori terhadap data. Jadi, teori yang digunakan
dalam tahap ini bisa banyak dan itu tergantung pada dinamika analisis dan
interpretasi kita terhadap data penelitian. Hal yang demikian terjadi karena
mengingat penelitiaan dengan pendekatan kualitatif itu sifatnya tidak bebas konteks.
Karena itu sifatnya jadi dinamis 3 dan dengan begitu, penggunaan konsep teoritik
sifatnya jadi bertentakel.
PENUTUP
Dari hasil pemaparan sebelumnya diketahui bahwa dalam penelitian komunikasi
dengan pendekatan kualitatif memiliki variasi dalam hal metode. Namun varian metode
2 Tema minor pada prakteknya idealnya harus dijelaskan dalam paragaraf-paragraph atau sebagai sub judul atau judul
sebeuah bab kalau perlu. Artinya, bagian ini sebisa mungkin jangan disimplifikasi.
3 Analisis teks
sebagai bagian dari metode qualitative membutuhkan” interpretasi” dan interpretasi yang di-’tuntut’ bukan interpretasi
seperrti psotivistik yang tegas-tegas tetapi lebih kepada interpretasi yang “bertentakel” alias melibatkan banyak sisi penjelasan, dan data
atau temuan apapun yang menyebabkan temuan bukan diijelaskan tetapi temuan kemudian men jelaskan sesuatau berbasis teori. Terkait
prinsip penggunaan teori dalam penelitian, maka pada penelitian Kuantitatif , yaitu Apa kata data terhadap teori. Pada penelitian Kualitatif,
maka “Apa kata teori terhadap data”.
11
dimaksud, secara sederhana, setidaknya menurut versi sumber data (subyek penelitian),
varian tadi terkelompokkan pada dua domain, pertama pada metode yang pas berbasiskan
pada “field” dan kedua berbasiskan pada “teks”.
Salah satu metode yang berbasiskan pada teks itu adalah metode analisis teks
Marxis. Dari praktik analisis teks berbasiskan versi Marxis dimaksud diketahui bahwa
analisis teks ini pada dasarnya sebenarnya merupakan analisis sederhana yang berupaya
menjelaskan hubungan bahasa dan kapitalisme, di mana jelas bahwa bahasa diungkap
untuk memberikan penjelasan tentang relasi sosial antara kapitalisme dan abstraksi konsep
buruh dan proletarian. Fenomena ini sendiri tampak dikonseptualisasikan menjadi dua
yaitu konsep phrase dan content.
ooo
Daftar Pustaka
Chandler, Daniel, Marxist Media Theory. (2007). Taken From : http://www.aber.ac.uk/
media/Documents/marxism/marxism.html, on Peb, 16, 07 by hasyim ali imran.
Fairclough, Norman. (1995) Critical Discourse Analysis : The Critical Study of Language,
London and New York, Longman.
Fairclough, N. (1989) Language and Power. New York: Longman.
Foucault, Michel.(2002) Arkeologi Pengetahuan, Yogyakarta, Penerbit Qalam
Halliday, M.A.K., Hasan, Ruqaiya. (1994) Bahasa, Konteks dan Teks, Aspek-Aspek
bahasa dalam Pandangan Semiotika Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
Imran, Hasyim Ali. (2014) Pengantar Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo.
Ott dan Mack. (2014),
Van Leeuwen, Theo. (2005) Introducing Social Semiotics, London and New York,
Routledge Taylor and Francis Group.
LAMPIRAN
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi - JPNN.com
http://www.jpnn.com/read/2013/10/20/196613
JAKARTA - Dahlan Iskan lagi-lagi diunggulkan sebagai yang terkuat memenangkan
Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat 2014. Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
merilis, jika pemilihan presiden di antara peserta konvensi dilakukan hari ini maka Menteri
Badan Usaha Milik Negara itu akan memenangi persaingan dengan raihan 16,1 persen. (p.1)
Di bawah nama Dahlan ada Pramono Edhie Wibowo (5,3 persen) dan Marzuki
Alie (3,2 persen), Gita Wirjawan (2,2 persen). Sedangkan kandidat lainnya seperti Irman
Gusman, Anies Baswedan, Sarundajang, Hayono Isman, Endiartono Sutarto, Dino Patti
Djalal dan Ali Masykur Musa hanya meraih di bawah 2 persen. (p.2)
Dengan begitu, berdasar survey LSI di antara peserta konvensi, Dahlan
memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10 persen. "Maka sesuai hasil survei LSI
Oktober 2013 dari 11 nama yang ikut Konvensi Demokrat Dahlan Iskan memeroleh
dukungan terkuat publik," kata Peneliti LSI Adjie Alfaraby, Minggu (20/10), dalam paparan
hasil survei bertajuk "Indeks Capres Pemilu 2014 : Capres Rill Versus Capres Wacana", di
Jakarta. (p.3)
Ia mengungkapkan jika Susilo Bambang Yudhoyono dan PD konsisten dengan
hasil survei, maka Dahlan adalah salah satu tokoh kuat yang dicalonkan sebagai presiden oleh
partai berlambang bintang mercy ini. (p.4)
Survei LSI ini diadakan pada 12 September hingga 5 Oktober 2013 pada 33
provinsi di Indonesia dengan menggunakan 1200 responden. Metodenya adalah multistage
12
random sampling dengan margin error kurang lebih 2,9 persen. Survei menggunakan
kuisioner dengan wawancara tatap muka. Dalam survei ini, LSI menggunakan indikator baru
yang disebut Indeks Capres. Ada tiga variabel yang mencakup Indeks Capres, yaitu
dicalonkan oleh koalisi atau tiga partai terbesar atau teratas dalam perolehan suara pemilu,
pengurus struktural partai atau pemenang konvensi dan dicalonkan secara resmi oleh partai.
Karenanya, LSI menyatakan dari survei terbaru Oktober 2013, tiga partai yang berpeluang
masuk tiga besar adalah Partai Golkar 20,4 persen, PDI Perjuangan 18,7 persen dan PD 9,8
persen. (p.5)
Menurut Adjie, di luar Golkar, PDIP, PD belum ada satupun partai perserta
pemilu 2014 yang elektabilitasnya di atas 10 persen. Dari sejumlah tracking survei LSI sejak
2011, elektabilitas partai-partai tersebut masih di bawah 10 persen. "Jika terjadi "tsunami
politik" yang maha dahsyat, Golkar, PDIP, Demokrat tetap punya kans yang lebih kuat untuk
menjadi tiga partai perolehan suara terbanyak dengan elektabilitas di atas 10 persen," ujar
Adjie. Menurutnya pula, walau dilanda berbagai kasus korupsi yang melibatkan petingginya,
PD adalah partai penguasa yang masih banyak "amunisi" untuk tetap bertahan di tiga besar.
"Di antaranya adalah jika kinerja pemerintahan dipersepsikan baik dan berbagai program
populis yang dibuat menjelang pemilu 2014," kata Adjie. (p.6)
Nah, ia menambahkan, jika hasil survei partai politik di atas disimulasikan ke
dalam indeks capres 2014 yang dibuat LSI, maka akan hanya ada tiga nama capres riil. Yakni
Aburizal Bakrie (Partai Golkar dan koalisinya), Megawati Soekarnoputri (PDIP dan
koalisinya dan pemenang Konvensi Capres PD). Jika Dahlan Iskan menang konvensi dan
memeroleh tiket Capres PD, maka sesuai hasil survei LSI Oktober 2013 posisi elektabilitas
masing-masing kandidat hanya ada dua yang elektabilitasnya di atas 25 persen. Yakni,
Megawati 29,8 persen dan Aburizal 28,6 persen. Sedangkan Dahlan Iskan memeroleh
dukungan di bawah 10 persen yakni 9,2 persen. "Namun, masih banyak mereka yang belum
menyatakan memilih ketiga tokoh tersebut yaitu 32,4 persen,"ungkap Adjie. (p. 7)
Lebih jauh Adjie mengatakan berdasarkan survei Oktober 2014 capres rill yang
memenuhi syarat Indeks Capres 2014 hanya Megawati, Aburizal dan pemenang Konvensi
Capres PD. Menurut Adjie, nama Joko Widodo, Prabowo Subianto, Wiranto dan lain-lain
hanya menjadi capres wacana karena tidak memenuhi Indeks Capres 2014. Adjie
menambahkan, Capres Rill 2014 dapat berubah jika Megawati menolak mencalonkan diri
sebagai Capres 2014 . "Dan Demokrat tak mendapatkan dukungan partai lain untuk
memenuhi syarat tiket Capres 2014 (yaitu) : 20 persen kursi atau 25 persen suara dalam
pemilu legislatif 2014," ungkap Adjie. (boy/gil/jpnn) (p. 8)
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi -JPNN. comhttp:// www.jpnn.com/
read/2013/ 10/20/196613/Lagi,-Dahlan-Iskan-Dipre...
13
BERBASIS ANALISIS TEKS MODEL MARXIS
Hasyim Ali Imran
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI ) Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI,
Kantor : Jln. Pegangsaan Timur No. 19 B Jakarta Pusat. Email : [email protected];
[email protected];
ABSTRAK
Berlatarbelakangkan masih relatif kerapnya dijumpai ketidakjelasan terkait pemahaman di
kalangan akademisi menyangkut typologi sumber data penelitian pendekatan kualitatif,
artikel ini mencoba menelaah posisi analisis teks dalam konteks penelitian komunikasi
dengan pendekatan kualitatif. Penelaahan diorientasikan fokus pada model analisis teks
Marxis. Pemfokusan berorientasi pada upaya formatisasi model, praktik cara kerja model,
praktik cara menemukan tema minor, praktik cara menyajikan hasil analsis teks dan cara
melakukan diskusi hasil penelitian. Dari hasil pembahasan, tulisan ini berhasil
menemukan format model analisis teks Marxis beserta contoh wujud dari praktik cara
kerja model, cara menginterpretasi dan menemukan tema minor dan cara menyajijkan
hasil analisis teks.
Kata-kata kunci : Penelitian komunikasi; Pendekatan kualitatif; Analisis teks
Marxis.
PENDAHULUAN
Secara epistemologis, dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif,
sebenarnya diketahui memiliki banyak perangkat alat analisis, baik itu terhadap yang
berbasiskan ‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”.
Secara terminologis, dari sejumlah metode penelitian kualitatif yang ada kini,
sebenarnya itu telah terkelompokkan mana yang tergolong pada metode penelitian yang
pas berbasiskan pada sumber ‘field’ dan mana metode penelitian yang pas berbasiskan
pada sumber teks. Untuk mengetahui ini, maka pertama dapat dilakukan dengan cara
memahami bagaimana pengelompokan metode penelitian komunikasi kualitatif itu sendiri.
Berdasarkan catatan yang ada, maka pengelompokan dimaksud, wujudnya seperti
sebagaimana tertera pada bagan 1.
Dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif, secara epistemologis,
sebenarnya diketahui memiliki banyak perangkat alat analisis, baik itu terhadap yang
berbasiskan ‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”. Dengan melihat bagan
sebagaimana dimaksudkan tadi, maka kini jelas mana metode penelitian yang relevan
untuk diterapkan. Relevansi itu setidaknya terkait dengan lokus riset, yakni menyangkut
‘field’ dan “teks”. Dengan demikian, kekeliruan dini terkait pelaksanaan riset pendekatan
kualitatif dapat dihindarkan.
Guna memahami lebih jauh menyangkut persoalan dimaksud, maka artikel ini akan
berupaya melihat permasalahan itu tadi secara lebih menyeluruh lagi. Untuk itu, artikel ini
akan memulai pembahasannya dari keterkaitan topik tadi dengan masalah Pendekatan
Kualitatif dan pendekatan Kualitatif Berbasis Teks. Berdasarkan hasil pembahasan topik
dimaksud, artikel ini kemudian diarahkan fokus pada salah satu model analisis teks.
Dengan fokus dimaksud maka tulisan ini sendiri akan berupaya menyajikan materi terkait
dengan salah satu bentuk praktik penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif yang
berbasiskan pada “teks”. Contoh bentuk praktik dimaksud, khususnya difokuskan pada
analisis teks dengan model Marxis. Dengan pemaparan karya tulis tersebut, secara
akademis diharapkan dapat membantu dalam mempermudah pelaksanaan riset-riset
dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan teks, khususnya terkait model analisis teks
Marxis.
1
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Kualitatif
Sebagai lanjutan dari bagian sebelumnya, maka pada bagian ini bahasannya
akan lebih difokuskan pada pembahasan tentang pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
sebagaimana diketahui dari banyak pembahasan sebelumnya, adalah merupakan salah
satu saja dari dua pendekatan penelitian yang ada. Sebagai salah satu pendekatan, maka
penelitian pendekatan kualitatif ini bertolak dari keyakinan pada data yang berbasiskan
pada prinsip a posteriori.1
Selanjutnya, data yang yang berbasiskan pada prinsip a posteriori itupun, jika
ditelusuri lebih jauh lagi, akan diketahui masih dibedakan pula oleh perbedaanperbedaan prinsipil. Perbedaan mana, pada gilirannya tentunya berwujud pada
perbedaan data a posteriori itu sendiri. Karena itu, pemahaman terhadap eksistensi
prinsip-prinsip tadipun menjadi wajar harus diketahui dan dipahami.
Salah satu perbedaan prinsip yang kiranya menjadi sangat vital perannya dalam
proses penelitian, utamanya terkait proses pengumpulan data a posteriori tadi , yakni
terkait dengan masalah paradigma penelitian.
Terkait khusus dengan topik pendekatan penelitian kualitatif ini, maka untuk
memudahkan pemahaman, secara umum menyangkut pendekatan dimaksud, dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu : 1) Penelitian Pendekatan Kualitatif
yang berbasiskan pada paradigma post positivistic; 2) Penelitian Pendekatan Kualitatif
yang berbasiskan pada paradigma non post positivistic.
Penelitian Pendekatan Kualitatif yang berbasiskan pada paradigma post
positivistic, yaitu penelitian yang data apostheriori-nya diperoleh atau terwujud karena
berbasiskan pada paradigma positivistik. Sementara penelitian Pendekatan Kualitatif
yang berbasiskan pada paradigma non post positivistic, data apostheriori-nya itu
diperoleh atau terwujud karena berbasiskan pada paradigma non positivistik.
Secara terminologis, terdapat sejumlah paradigma penelitian yang tergolong
dalam paradigma non positivistik. Varian paradigma itu mencakup : 1) Paradigma
Konstruktivis; 2) Paradigma Interpretif ;3) Paradigma Kritikal dan 4) Paradigma
Partisipatoris. Jadi, dengan uraian barusan, kiranya jelas mengenai penelitian dengan
pendekatan kualitatif itu. Kejelasan dimaksud menunjukkan bahwa ternyata ada
penelitian dengan pendekatan kualitatif yang pemahamannya berbasiskan pada
paradigma positivistik yang lalu lazim dikenal dengan pendekatan kualitatif post
positivistic, dan selain itu ada juga penelitian pendekatan kualitatif yang dasar
pemahamannya berbasiskan pada paradigma non positivistic/post positivistic.
Kemudian, berdasarkan pemahaman barusan, jika dipahami lebih jauh lagi,
maka penelitian dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan pada paradigma non
post positivistic inipun masih dapat dikelompok-kelompokkan kembali.
Pengelompokan itu misalnya menurut kriteria sumber data. Menurut kriteria dimaksud,
maka penelitian dengan pendekatan kualitatif ini ada yang datanya berbasiskan pada
field dan ada yang berbasiskan pada text.
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya berbasiskan pada
field itu berarti cara memperolehnya didasarkan pada sumber –sumber ‘field’. Sumbersumber ‘field’ ini wujudnya berupa personal/individu yang menjadi subyek penelitian.
Mereka itu eksistensinya ada di tengah-tengah masyarakat, bisa sebagai individu yang
independen atau bisa juga sebagai bagian dari komunitas tertentu. Perolehan data dari
subyek inipun beragam caranya, namun ini mengikuti paradigma penelitian yang
1
A posteriori knowledge or justification is dependent on experience or empirical evidence : relating to what can be known by observation
rather than through an understanding of how certain things work; First Known Use: 1588.
2
mendasarinya. Sebagai contoh, misalnya menggunakan paradigma konstruktivis dengan
metode fenomenologi dalam penelitian, maka caranya mengumpulkan data penelitian,
peneliti harus sebisa mungkin mengalami apa yang dialami subyek selama proses
pengumpulan data (lihat, Imran, 2014, 109).
Begitupun misalnya dengan menggunakan paradigma interpretif melalui
penggunaan metode etnografi, caranyapun berbeda dengan contoh sebelumnya. Secara
nyolok terkait cara itu misalnya menyangkut keterlibatan peneliti dengan subyek
peneliti. Dalam kaitan ini, maka kalau menggunakan fenomenologi peneliti memang
harus ikut mengalami langsung mengenai apa yang dialami oleh subyek penelitian.
Sementara pada etnografi, peneliti tadi tidak harus ikut mengalami langsung mengenai
apa yang dialami oleh subyek, melainkan peneliti hanya cukup, misalnya
mengobservasi subyek penelitian.
Sementara itu, pada penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya
berbasiskan pada teks, ini dimaksudkan bahwa dalam hal cara memperoleh data
penelitiannya didasarkan pada sumber-sumber yang bersifat teks. Sumber-sumber yang
bersifat teks itu secara sederhana dapat dimengerti dengan cara memahami bahwa
eksistensi teks itu bisa tertera hampir di mana saja. Dengan sederhana dapat dikatakan
bahwa teks itu sebenarnya merupakan narasi yang dimediasikan. Berdasarkan
pengertian ini maka teks itu bisa bersumberkan dari tubuh manusia, misalnya seperti
tattoo.; dinding-dinding gua, fosil-fosil, atau artefak-artefak. Dalam bentuk lebih
modern, teks bisa bersumberkan dari surat-surat; naskah-naskah; dokumentasidokumentasi dan lain sejenisnya. Begitu pula pada media-media yang sudah lazim
dikenal umum seperti radio, televisi, suratkabar, majalah, bulletin, leaflet, booklet, dan
tentunya internet sebagai bentuk media paling baru, juga bisa menjadi sumber yang
kaya akan teks-teks.
Secara terminologis, dari sejumlah metode penelitian kualitatif yang ada kini,
sebenarnya telah terkelompokkan mana yang tergolong pada metode penelitian yang
pas berbasiskan pada sumber ‘field’ dan mana metode penelitian yang pas berbasiskan
pada sumber teks. Untuk mengetahui ini, pertama dengan cara memahami
pengelompokan metode penelitian komunikasi kualitatif. Berdasarkan catatan yang ada,
maka pengelompokan dimaksud, wujudnya seperti sebagaimana tertera pada bagan 1
berikut ini :
Bagan 1.
1) Field Research : Studi Kasus,Fenomenologi,Grounded
Theory, Etnometodologi. Etnografi
Biografi , Historical Social Science, Clinical
Research. Cultural Studies
MPK
Kualitatif
2) Discourse analysis
Analisis Teks : Semiotika;
Marxis;
Framing;
Semiotika Sosial; dll.
Analisis wacana Kritis (CDA) :
-Norman Fairclough;
-Ruth Wodak
Sumber : Imran, 2014 : 108.
Dari paparan skema di atas menunjukkan bahwa metode penelitian
komunikasi kualitatif itu dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu ada yang termasuk
3
kelompok ‘field research’ dan ada yang tergolong menjadi kelompok ‘Discourse
analysis’. Berdasarkan pengertian ini, maka dalam kaitan topik sumber data
sebelumnya, kiranya metode penelitian komunikasi kualitatif yang pas berbasiskan
pada sumber ‘field’, yakni sejumlah metode penelitian yang masuk dalam
kelompok ‘field research’. Sementara metode penelitian komunikasi kualitatif yang
relevan dengan data yang sumbernya berbasiskan pada sumber ‘teks’, yakni
sejumlah metode penelitian yang masuk dalam kelompok ‘discourse analysis ’.
B. Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks
Penelitian komunikasi dengan Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks, seperti
terlihat dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa pada dasarnya penelitian
dimaksud adalah penelitian yang tergolong pada penelitian menyangkut ‘Discourse
analysis ’. Pada penelitian yang tergolong dalam sub kelompok ‘analisis teks’, itu
sepenuhnya mendasarkan diri pada sumber teks terkait dengan perolehan data
penelitian. Pengambilan sikap yang demikian sendiri, itu berhubungan dengan
paradigma penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni paradigma
konstruktivistik. Secara terminologis, penelitian yang mendasarkan diri pada
paradigma dimaksud, dilakukan secara terbatas, yakni hanya terbatas pada level
teks atau level satu. Namun ketika sang peneliti ingin untuk meningkatkan
penelitian yang lebih jauh, maka ia dengan sendirinya melakukan perubahan
terhadap penelitiannya. Dari yang semula melakukan penelitian komunikasi
kualitatif ‘Discourse analysis’ pada sub kelompok ‘Analisis Teks’, berubah
menjadi penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’ pada sub kelompok
‘Analisis wacana Kritis’ (Critical Discourse Analysis/CDA).
Persamaan diantara kedua tipelogi pendekatan penelitian komunikasi
kualitatif tadi sebenarnya terletak pada teks itu sendiri. Dengan demikian teks
mempersamakan kedua tipe penelitian komunikasi kualitatif. Keduanya masingmasing menjadikan teks itu sebagai sumber data penelitian. Teks sebagai sumber
data penelitian, itu berarti penelitian tersebut orientasinya terbatas dilakukan pada
level satu. Jadi, baik pada penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’
pada sub kelompok ‘Analisis Teks’ maupun pada sub kelompok ‘Analisis wacana
Kritis’, tetap menjadikan teks itu sebagai sumber data penelitiannya. Hanya saja,
pada penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’ pada sub kelompok
‘Analisis wacana Kritis’, memerlukan data lebih dalam untuk memenuhi
kepentingan penelitiannya. Data dimaksud yaitu data menyangkut data level dua
(discourse practice) dan data level tiga (sociocultural practice) (lihat bagan 2).
Data menyangkut kedua level tentunya tidak termasuk lagi pada data berkategori
sumber teks, melainkan tergolong pada data yang bersumberkan pada ‘field’. Jadi
inilah pembeda antara penelitian komunikasi kualitatif ‘Discourse analysis’ pada
sub kelompok ‘Analisis wacana Kritis’ dengan penelitian komunikasi kualitatif
‘Discourse analysis’ pada sub kelompok ‘Analisis Teks’.
Bagan 2
4
text production
TEXT
text consumption
DISCOURSE PRACTICE
SOCIOCULTURAL PRACTICE
Sumber : Fairclogh, 1995: 59.
\
Guna efisiensi dan efektifitas pemaparan berikutnya, maka pembahasan
menyangkut pendekatan kualitatif berbasis teks ini, dalam presentasi praktisnya
akan dilakukan pembatasan. Pembatasan-pembatasan dilakukan atas pertimbangan
praktis dan urgen. Urgensitas itu terutama atas dasar masih kurang populer di
kalangan akademisi dan tentunya karena dianggap masih terlalu rumit atau masih
kurang akrab di kalangan akademisi. Atas dasar anggapan-anggapan ini, maka
dalam artikel ini penyajian praktis menyangkut pendekatan kualitatif berbasis teks
akan dibahas setuntas mungkin menurut satu metode analisis teks saja dari sekian
banyak metode analisis teks itu (lihat tabel 1). Metode analisis teks dimaksud yaitu
terkait model analisis teks Marxis.
Tabel 1 :
Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif
Kategori Basis
Discourse analysis
Field Research
-Studi Kasus (menjelaskan suatu
proses menyangkut obyek penelitian terkait unsur what, how and
why),
-Fenomenologi
(menemukan
penggambaran tentang fenomena
tertentu
berbasis
pengalaman
manusia)
-Grounded
Theory, (mengkonstruksi sebuah penjelasan tentang
suatu fenomena yang belum ada
penjelasan
sebelumnya
yang
berbasis pada diskusi terkait
penggambaran fenomena, data
mikro,teori2
dan
elaborasi
triangulatif lainnya, baik data
maupun metode
-Etnometodologi (untuk menggambarkan cara suatu kelompok
melakukan,
menjalani
dan
menghadapi suatu
fenomena
tertentu
-Etnografi (untuk menggambarkan
bagaimana suatu kelompok memaknai kehidupannya)
Analisis Teks
Analisis wacana Kritis
A.Semiotika;
1. Saussure
2. Pierce
3. Barthes
B. Marxis;
asumsi : dunia material
pengaruhi pemikiran manusia, di
mana kondisi eksternal, Konkrit,
dan
material
mempengaruhi
kesadaran manusia Ott dan Mack,
(2014,25;)
C. Framing;
1. Gamson-Modigliani;
2. Gerald Zondang -Pan Kosiky
3 Robert N. Entman
D. Semiotika Sosial:
1. MAK Halliday (1994)
(penggambaran sosial)
2. Theo Van Lewin (2005)
(Kritikal base on
Linguistik)-
Analisis wacana Kritis (CDA)
:
1.Norman Fairclough;
(perubahan sosial-(1995)
2. Foucault (historikal)
(2002)
3.Van Dick
(etnis- minoritas-kognisi
sosial)
4. Sarah Mill (feminis)
E. Psikoanalisis
5
-Biografi (terkait tentang fenomena
yang ada dalam kehidupan seseorang –tokoh, misalnya soekarno ,
So Hok Gie),
-Historical Social Science, (terkait
tentang sejarah tentang fenomenafenomena sosial)
-Clinical
Research
(mencari
rekomendasi
tentang
masalah
tertentu)
C. Teori Media Marxis
Media sebagai alat produksi
Menurut Chandler (2007), dalam pemahaman Marxis klasik media massa itu
merupakan sebuah alat produksi yang dalam masyarakat kapitalis kepemilikannya ada
di pihak penguasa. Berdasarkan posisi dalam teori Marxis klasik, secara sederhana
media massa merupakan cara untuk menyebarkan ide-ide serta pandangan dunia dari
sisi penguasa, dan menolak atau mematikan ide-ide dari pihak lain. Dengan mengutip
Curran et al. (1982: 22), Chandler berpendapat bahwa ini diperkuat oleh pernyataan
Marx sendiri bahwa pihak yang menguasai alat-alat produksi pada saat yang bersamaan
memiliki kendali atas alat-alat produksi tersebut dan dengan begitu pihak yang tidak
menguasai alat produksi akan tunduk pada ide-ide yang berasal dari pihak penguasa
alat-alat produksi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, media massa akhirnya difungsikan untuk
menghasilkan “kesadaran palsu” di kelas pekerja dan karenanya memunculkan sikap
yang ekstrim di mana produk media dianggap sebagai ekspresi monopolitik dari pihak
penguasa yang mengabaikan adanya keberagaman nilai di antara pihak penguasa
dengan media serta mengabaikan adanya kemungkinan pemahaman yang berbeda dari
khalayak media.
Ideologi
Salah satu fitur utama dari teori Marxis adalah sikap “materialis” di mana
makhluk sosial adalah pihak yang menentukan kesadaran. Menurut sikap tersebut posisi
ideologis merupakan fungsi dari adanya posisi kelas, dan ideologi yang dominan dalam
masyarakat adalah ideologi dari kelas yang dominan di dalam masyarakat tersebut. Hal
ini berbeda dengan sikap “idealis” yang memberikan prioritas kepada kesadaran
(seperti dalam filsafat Hegelian). Marxis memiliki pandangan yang berbeda berkaitan
dengan masalah ini, beberapa menafsirkan hubungan antara makhluk sosial dan
kesadaran sebagai salah satu penentu langsung; sedangkan yang lainnya menekankan
pada hubungan dialektis.
Dengan mengutip Curran et al. (1982: 26), Chandler berpendapat bahwa dalam
Marxisme Fundamentalis, ideologi itu merupakan 'kesadaran palsu', yang merupakan
hasil dari persaingan ideologi dominan oleh orang-orang yang kepentingannya
diabaikan. Dari perspektif ini media massa menyebarluaskan ideologi dominan, berupa
nilai-nilai dari pihak yang memiliki dan mengontrol media.
D. Praktik Model Analisis Teks Marxis, Sebuah Contoh Praktis
Konsep analisis wacana Marx sebenarnya sangat sederhana hanya berkisar
antara konsep phrase dan content (Fairclogh 2010, 335, Critical Discours Analysis, The
critical study of language, Longman, England, London) di mana Marx lebih
mengutamakan atau menitik beratkan bahwa konten dari sebuah kalimat atau tanda
adalah sebuah pinjaman dari masa lalu. Atau dari banyak partikel kejadian, actor, dan
pengalaman sosial yang membentuk suatu bentuk sistem wacana–tanda, symbol—
6
tertentu. Secara fisikal model Marxis sendiri tampaknya memang belum ada. Tapi dari
penjelasan Fairclogh (2010, 335) sebelumnya, maka penjelasan itu dapat dijadikan
petunjuk untuk membangun model Marx tadi. Model Marx sendiri kira-kira
bangunannya dapat diwujudkan seperti tampak pada gambar di bawah ini;
1. Model Analisis Teks Marxis
Model Analisis Teks Marxis
Phrase
-symbol
Content
(Petanda/Makna)
-intertextual relation
Relation
-social relation
-production
Tujuan-Menemukan material -Menafsirkan konten berbasis Penemuannya dilakukan
teks/symbol seperti gambar, intertekstual dan konteks dari melalui interpretasi teks.
tulisan, warna yang terkait teks subyek penelitian.
dengan teks dari suatu obyek
analisis
dalam
masalah
penelitian (lihat contoh hasil
analisis dalam tabel)
Catatan :
Relation : -social relation; -production (Tujuan hanya sebatas untuk membongkar skema produksi saja) : Terkait konsep tersebut, maka
pertanyaan-pertanyaannya diantaranya adalah seperti : 1) Bagaimana relasi kekuasaan bermain/terbentuk dalam teks ? 2) Representasi
dominasi kapitalis melalui relasi kekuasaan dalam teksasi Isu Dahlan Iskan Pada Pemberitaan JPNN ? Untuk ini, maka berdasarkan subyek
teks analisis, penemuannya dilakukan melalui interpretasi teks. Tujuan analisis komponen social relation yaitu untuk menemukan relasi
sosial berupa relasi kapitalisme dengan bahasa, misalnya berupa bahwa kapitalis media secara deliberatif/sengaja menggunakan bahasa
dalam media untuk menjaga kekuasaannya, misalnya memunculkan kata-kata “Dahlan menang konvensi” dan lain-lain.
Catatan : Penelitian kualitatif pada dasarnya bukan pada scanning/pemindaian fenomena, tapi lebih kepada interpretasi terhadap fenomena
secara mendalam.
Heteroglosia/intertekstualitas : Kata yang bermakna beda berdasarkan masa-masa lalu , misalnya soal sorban sebagai simbol orang
muslim.
2. Formulasi Rumusan Masalah berbasis Model Analisis Teks Marxis
Guna kepentingan pengaplikasian model sebagaimana dimaksud, maka untuk
efektif dalam pelaksanaannya, langkah pertama yang kiranya harus disadari adalah
menyangkut eksistensi permasalahan yang diformulasikan dalam suatu kegiatan
penelitian yang berkenaan dengan analisis teks Marxis. Dalam hubungan ini maka
langkah pertamanya adalah mengenal rumusan ideal masalah penelitian dalam
konteks studi analisis teks Marxis. Pertanyaan penelitian yang biasa ditemui terkait
Marxist analysis teks ini misalnya adalah seperti :
1) Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dengan (phrase) bahasa
media..? Dalam kaitan phrase (bahasa media) dimaksud, misalnya adalah,
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan
Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?”
2) Ideology apa yang mendominasi pemberitaan tentang Dahlan di JPNN?
3) Bagaimana pertarungan kekuasaan dan ideology dalam pememberitaan ?
4) Bagaimana komodifikasi yang dilakukan media terhadap isu tertentu ?
3. Praktik Analisis Teks Model Analisis Marxis
Baiklah, dalam kaitan kepentingan penjelasan pada bagian ini, maka dalam
hubungan sejumlah contoh formulasi pertanyaan sebelumnya, maka penjelasannya
akan berbasiskan pada contoh rumusan pertanyaan penelitian nomor “1”, yaitu
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan
Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?” Untuk kepentingan analisis
teks dimaksud, maka sebagai contoh kasus teksnya diambil dari teks JPNN dalam
genre berita yang berjudul “Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang
Konvensi”. (terlampir) - (sumber : JPNN.com http://www.jpnn.com/
read/ 2013/ 10/20/ 196613).
7
Dengan mengacu pada model sebelumnya, maka selanjutnya di bawah ini
disajikan contoh penggunaaan analisis wacana ala Marx. Perlu dicatat bahwa
analisis ini sebenarnya adalah analisis sederhana dari Marx untuk menjelaskan
hubungan bahasa dan kapitalisme, di mana jelas bahwa bahasa diungkap untuk
memberikan penjelasan tentang relasi sosial antara kapitalisme dan abstraksi konsep
buruh dan proletarian,
Tabel
Hasil Analisis Teks Berbasis Model Marx
Judul Berita :
Teks
: Berita, Judul “Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang
Konvensi”
Media
: JPNN.com http://www.jpnn.com/read/2013/10/20/196613
Tema Minor : Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres Partai Demokrat
yang didukung rakyat. (perumusannya selalu mengacu pada
rumusan masalah yang diajukan) dalam penelitian.
Phrase
1) Terlihat kalimat tentang
Dahlan sebagai subjek di mana
Dahlan Iskan adalah pemilik dari
jaringan media Jawa Post,
penerbit berita ini. Sebagai
subyek yang dihiperboliskan, itu
terlihat dari penggunaan kata-kata
seperti “diunggulkan”
dan
“terkuat” sebagaimana disajikan
dalam paragraf 1, “Dahlan Iskan
lagi-lagi diunggulkan sebagai
yang
terkuat
memenangkan
Konvensi Calon Presiden dari
Partai
Demokrat
2014.”,
merupakan bentuk hiperbola dari
dukungan seolah-olah dukungan
politik itu mengarah pada dirinya
(Dahlan-pemilik media) . (p. 1)
2) Pengukuhan terhadap Dahlan
Iskan sebagai pemilik Jawa Post
dalam konvensi, juga terlihat
melalui judul berita yang dibuat.
Itu tercermin melalui penggunaan
kata-kata “lagi” dan “Diprediksi”
dalam rentetan kalimat judul
berita “Lagi, Dahlan Iskan
Diprediksi Menang Konvensi”.
Ini tentu mencerminkan sikap
dukungan awak media terhadap
“bos” mereka dalam konvensi.
Temuan
Content
1) Bentuk hiperbola ini
merupakan suatu symbol
bahwa ada dukungan media
terhadap Dahlan ada bentuk
pembuatan makna bahwa
Dahlan didukung oleh banyak
orang.
2) Penggunaan kata-kata
“lagi” dan “Diprediksi” dalam
rentetan kalimat judul berita
juga mencer-minkan sikap
hiperbo-la awak media terhadap Dahlan Iskan se-bagai
subyek pemilik media yang
nota bene menjadi “bos”
mere-ka. Sikap hiperbola ini
dengan sendirinya menyimbolkan
dukungan
media
berupa upaya memaknakan
sekuat
mungkin
bahwa
Relasi
1) Arah positif pemberitaan terkait
dengan relasi Dahlan Iskan sebagai
pemilik Jawa Post di mana Jawa
Post adalah Koran yang dipakai
untuk publikasi ini.
2) Pemilik media ini (JPNN) adalah
Dahlan
Iskan.
Media
yang
digunakan untuk pe-mediasian
“konvensi” adalah JPNN. Jadi, dari
cara pemberitaan melalui temuan
penggunaan phrase “lagi” dan
“Diprediksi” pada kalimat judul
berita,
menyimbolkan
dan
mengesankan
makna
bahwa
memang ada relasi positif antara
media (awak media) dengan
pemilik media (Dahlan Iskan).
8
khalayak
luas
berikan
pendukungannya
terhadap
pemilik media (Dahlan Iskan).
3) “........Dahlan memperoleh 3) Bentuk hiperbola melalui
dukungan paling kuat; Dahlan pemakaian phrase “paling
Iskan
memeroleh
dukungan kuat” dan “terkuat publik”,
terkuat publik," (p.3)
dalam teksasi content berita
pada
paragraf
3,
juga
menyimbolkan pendukungan
awak media terhadap pemilik
media agar khalayak luas
berikan pendukungannya pula
pada pemilik media (Dahlan
Iskan).
4) “...... jika Susilo Bambang
Yudhoyono dan PD konsisten
dengan hasil survei, maka Dahlan
adalah salah satu tokoh kuat yang
dicalonkan sebagai presiden oleh
partai berlambang bintang mercy
ini.” (p.4)
3) Teksasi proposisi terkait
posisi Dahlan Iskan dalam
konvensi pada paragraf 4
dalam pemberitaan, menyimbolkan tendensi
bahwa
Dahlan Iskan sebagai pemilik
media tempat mereka mencari nafkah itu, memang
sebagai orang kuat dalam
konvensi yang harus mereka
dukung.
5) “....capres rill yang memenuhi
syarat Indeks Capres 2014 hanya
Megawati,
Aburizal
dan
pemenang Konvensi Capres PD.”
.(p.8)
5) Teksasi pada paragraf 8 ini
menyimbolkan bahwa Dahlan
Iskan sebagai salah satu dari
tiga capres rill yang memenuhi syarat Indeks Capres 2014.
Ini tersimbolisasikan melalui
penggunaan phrase “pemenang” Konvensi Capres PD
yang nota bene sebelumsebelumnya dalam konten
telah ditendensikan ke arah
itu.
3) Relasi positif antara media
dengan pemiliknya itu tampak dari
atau terasa dari makna yang coba
dibentuk
atau dibangun media
dengan cara sekuat mungkin
melalui bentuk hiperbola dengan
pemakaian phrase “paling kuat”
dan “terkuat publik”, dalam teksasi
content berita pada paragraf 3.
Dengan
mana
ini
juga
menyimbolkan pendu-kungan awak
media terhadap pemilik me-dia
agar melalui pemberitaan mereka
khalayak luas juga berikan
dukungannya
terhadap pemilik
me-dia.
4) Relasi positif antara media
(awak media) dengan pemilik
media (Dahlan Iskan), terlihat dari
gaya bahasa hiperbola yang coba
ditampailkan wartawan dalam
teksasi berita pada p. 4. Upaya
wartawan/media membangun gaya
bahasa hiperbola itu tampak dari
teksasi mereka mengenai proposi
yang gunakan phrase “jika” dan
“maka” dalam content terkait posisi
Dahlan Iskan dalam even konvensi
PD.
5) Penekanan Subyek Dahlan Iskan
dalam teks yang melalaui teksasi
paragraf 8 dimetaforakan melalui
phrase “pemenang Konvensi
Capres PD” dalam konten media,
memperlihatkan relasi positip
antara awak media dengan Dahlan
Iskan sebagai pemilik JPNN.
4. Interpretasi dan Tema Minor
Setelah analisis teks selesai dilakukan, maka yang perlu dilakukan selanjutnya
adalah melakukan interpretasi untuk menemukan tema-tema minor yang cenderung
9
menonjol dari setiap teks yang dijadikan subyek penelitian. Untuk kasus teks
sebagaimana dimaksud sebelumnya, maka tema minornya adalah : “Dahlan Iskan
direpresentasikan sebagai Capres kuat Partai Demokrat yang didukung rakyat.“
Penyajian deskripsi tema minor, diantaranya dapat disajikan di atas pojok kanan
tabel analisis teks. Biasanya deskripsi tema minor itu penyajiannya dimulai dengan
kalimat seperti, “Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai ...... “. Itu kalau mengacu
pada contoh kasus teks yang dianalisis tadi dan sekaitan dengan relevansinya pada
rumusan masalah pokok penelitian. Rumusan masalah yang diacu tadi sendiri,
tatanan sentennya berupa “Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam
representasi keunggulan Dahlan Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita
JPNN?” Dengan rumusan masalah dimaksud, maka tema minor yang muncul dari
hasil analisis teks sebelumnya, rumusannya antara lain misalnya seperti, “Dahlan
Iskan direpresentasikan sebagai Capres Partai Demokrat yang didukung rakyat.”
Sebagai sebuah temuan penelitian, maka rumusan tema minor ini diletakkan pada
bagian atas tabel hasil analisis teks. Langkah yang sama ini tetap dilakukan terhadap
teks-teks lain yang menjadi subyek analisis. Jadi, jika misalnya ada 8 teks, maka ada
8 tabel hasil analisis yang sama formatnya terkait aplikasi model analisis teks Marx
dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif berbasis teks.
Menyepakati jumlah 8 tadi sebagai contoh penjelasan dalam bagian ini,
selanjutnya yang harus dilakukan adalah proses pengelompokan atau kategorisasi
dari sejumlah tema minor yang ditemukan. Karena jumlah teks yang dianilis itu
berjumlah 8, maka jumlah tema minornya sudah pasti ada delapan. Sebagai alat
bantu, dalam pengelompokan tema minor tadi sebaiknya itu disajikan ke dalam
sebuah tabel. Tabel itu misalnya seperti disajikan berikut ini,
Subyek Teks Analisis
1) Berita, Judul “Lagi, Dahlan Iskan
Di-prediksi Menang Konvensi” (JPNN.
com http: //www.jpnn.com/ read /2013/
10/20/ 196613
Tema Minor
Hasil Analisis Teks
Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres kuat Partai Demokrat yang didukung
rakyat.
Kategorisasi Representasi
Positip
Negatip
Ada
relasi
positip antara
media (kelas
buruh) dengan
pemilik
media (kapitalis) dalam
mediasi realitas
Dahlan
Iskan terkait
konvensi PD.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
10
5. Interpretasi dan Tema Minor
Langkah berikut setelah selesai kategorisasi yaitu memaparkan hasil
penelitian. Hasil penelitian ini pemaparannya dalam format : Bagian pertama
mendeskripsikan temuan-temuan hasil analisis teks. Pendeskripsian dilakukan tetap
berorientasi pada upaya menjawab masalah penelitian. Masalah penelitian ini yaitu
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan
Iskan sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?” Jadi, deskripsi tadi
diorientasikan pada upaya menjawab masalah tersebut berdasarkan temuan-temuan
penelitian yang muncul dalam riset. Karena itu, sub bab paparannya berjudul yang
relevan dengan maslah pokok tadi. Sub Judul itu misalnya, “Representasi Relasi
Dominasi Kapitalis Media dalam mediasi JPNN mengenai Dahlan Iskan Pemenang
Konvensi PD”. Dalam proses paparan dimaksud, itupun harus dilakukan dalam
nuansa Marxis yang memiliki jargon-jargonnya sendiri. Jargon-jargon Marxis
dimaksud,
misalnya
seperti
unconsius;
marginalisasi;
inklusi;eksklusi/mengurangi /menghilangkan; kesadaran palsu; dominasi kelas;
aleniasi; reifikasi=pemberian nilai, negasi=mengurangi. Setelah fase ini selesai,
maka fase berikutnya adalah menyajikan analisis terhadap tema minor2.
Penyajian analisis tema minor juga dilakukan pada sub bab tersendiri. Sub bab
ini titelnya kira-kira jadi seperti berikut ini : Dominasi Kapitalis Dalam Pemediasian
Dahlan Iskan Pemenang Konvensi PD; Alternatifnya : Dominasi Dalam Relasi
Media dan Kapitalis. Sub judul ini tergantung dari apa kira-kira interpretasi yang
dapat ditarik dari kategoriasi yang telah dibuat sebelumnya.
Dalam sub bab ini selanjutnya sajikan data, analisis dan interpetasi kita. Dalam
proses ini, pakai konsep-konsep teoritik yang terutama berasal dari paradiga teori
kritis. Penggunaan konsep teoritik dalam fase ini yaitu sebatas menjelaskan data
menurut konsep teoritik. Fungsi konsep teoritik di sini sebagai penjelas temuan data
penelitian. Singkatnya, apa kata teori terhadap data. Jadi, teori yang digunakan
dalam tahap ini bisa banyak dan itu tergantung pada dinamika analisis dan
interpretasi kita terhadap data penelitian. Hal yang demikian terjadi karena
mengingat penelitiaan dengan pendekatan kualitatif itu sifatnya tidak bebas konteks.
Karena itu sifatnya jadi dinamis 3 dan dengan begitu, penggunaan konsep teoritik
sifatnya jadi bertentakel.
PENUTUP
Dari hasil pemaparan sebelumnya diketahui bahwa dalam penelitian komunikasi
dengan pendekatan kualitatif memiliki variasi dalam hal metode. Namun varian metode
2 Tema minor pada prakteknya idealnya harus dijelaskan dalam paragaraf-paragraph atau sebagai sub judul atau judul
sebeuah bab kalau perlu. Artinya, bagian ini sebisa mungkin jangan disimplifikasi.
3 Analisis teks
sebagai bagian dari metode qualitative membutuhkan” interpretasi” dan interpretasi yang di-’tuntut’ bukan interpretasi
seperrti psotivistik yang tegas-tegas tetapi lebih kepada interpretasi yang “bertentakel” alias melibatkan banyak sisi penjelasan, dan data
atau temuan apapun yang menyebabkan temuan bukan diijelaskan tetapi temuan kemudian men jelaskan sesuatau berbasis teori. Terkait
prinsip penggunaan teori dalam penelitian, maka pada penelitian Kuantitatif , yaitu Apa kata data terhadap teori. Pada penelitian Kualitatif,
maka “Apa kata teori terhadap data”.
11
dimaksud, secara sederhana, setidaknya menurut versi sumber data (subyek penelitian),
varian tadi terkelompokkan pada dua domain, pertama pada metode yang pas berbasiskan
pada “field” dan kedua berbasiskan pada “teks”.
Salah satu metode yang berbasiskan pada teks itu adalah metode analisis teks
Marxis. Dari praktik analisis teks berbasiskan versi Marxis dimaksud diketahui bahwa
analisis teks ini pada dasarnya sebenarnya merupakan analisis sederhana yang berupaya
menjelaskan hubungan bahasa dan kapitalisme, di mana jelas bahwa bahasa diungkap
untuk memberikan penjelasan tentang relasi sosial antara kapitalisme dan abstraksi konsep
buruh dan proletarian. Fenomena ini sendiri tampak dikonseptualisasikan menjadi dua
yaitu konsep phrase dan content.
ooo
Daftar Pustaka
Chandler, Daniel, Marxist Media Theory. (2007). Taken From : http://www.aber.ac.uk/
media/Documents/marxism/marxism.html, on Peb, 16, 07 by hasyim ali imran.
Fairclough, Norman. (1995) Critical Discourse Analysis : The Critical Study of Language,
London and New York, Longman.
Fairclough, N. (1989) Language and Power. New York: Longman.
Foucault, Michel.(2002) Arkeologi Pengetahuan, Yogyakarta, Penerbit Qalam
Halliday, M.A.K., Hasan, Ruqaiya. (1994) Bahasa, Konteks dan Teks, Aspek-Aspek
bahasa dalam Pandangan Semiotika Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
Imran, Hasyim Ali. (2014) Pengantar Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo.
Ott dan Mack. (2014),
Van Leeuwen, Theo. (2005) Introducing Social Semiotics, London and New York,
Routledge Taylor and Francis Group.
LAMPIRAN
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi - JPNN.com
http://www.jpnn.com/read/2013/10/20/196613
JAKARTA - Dahlan Iskan lagi-lagi diunggulkan sebagai yang terkuat memenangkan
Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat 2014. Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
merilis, jika pemilihan presiden di antara peserta konvensi dilakukan hari ini maka Menteri
Badan Usaha Milik Negara itu akan memenangi persaingan dengan raihan 16,1 persen. (p.1)
Di bawah nama Dahlan ada Pramono Edhie Wibowo (5,3 persen) dan Marzuki
Alie (3,2 persen), Gita Wirjawan (2,2 persen). Sedangkan kandidat lainnya seperti Irman
Gusman, Anies Baswedan, Sarundajang, Hayono Isman, Endiartono Sutarto, Dino Patti
Djalal dan Ali Masykur Musa hanya meraih di bawah 2 persen. (p.2)
Dengan begitu, berdasar survey LSI di antara peserta konvensi, Dahlan
memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10 persen. "Maka sesuai hasil survei LSI
Oktober 2013 dari 11 nama yang ikut Konvensi Demokrat Dahlan Iskan memeroleh
dukungan terkuat publik," kata Peneliti LSI Adjie Alfaraby, Minggu (20/10), dalam paparan
hasil survei bertajuk "Indeks Capres Pemilu 2014 : Capres Rill Versus Capres Wacana", di
Jakarta. (p.3)
Ia mengungkapkan jika Susilo Bambang Yudhoyono dan PD konsisten dengan
hasil survei, maka Dahlan adalah salah satu tokoh kuat yang dicalonkan sebagai presiden oleh
partai berlambang bintang mercy ini. (p.4)
Survei LSI ini diadakan pada 12 September hingga 5 Oktober 2013 pada 33
provinsi di Indonesia dengan menggunakan 1200 responden. Metodenya adalah multistage
12
random sampling dengan margin error kurang lebih 2,9 persen. Survei menggunakan
kuisioner dengan wawancara tatap muka. Dalam survei ini, LSI menggunakan indikator baru
yang disebut Indeks Capres. Ada tiga variabel yang mencakup Indeks Capres, yaitu
dicalonkan oleh koalisi atau tiga partai terbesar atau teratas dalam perolehan suara pemilu,
pengurus struktural partai atau pemenang konvensi dan dicalonkan secara resmi oleh partai.
Karenanya, LSI menyatakan dari survei terbaru Oktober 2013, tiga partai yang berpeluang
masuk tiga besar adalah Partai Golkar 20,4 persen, PDI Perjuangan 18,7 persen dan PD 9,8
persen. (p.5)
Menurut Adjie, di luar Golkar, PDIP, PD belum ada satupun partai perserta
pemilu 2014 yang elektabilitasnya di atas 10 persen. Dari sejumlah tracking survei LSI sejak
2011, elektabilitas partai-partai tersebut masih di bawah 10 persen. "Jika terjadi "tsunami
politik" yang maha dahsyat, Golkar, PDIP, Demokrat tetap punya kans yang lebih kuat untuk
menjadi tiga partai perolehan suara terbanyak dengan elektabilitas di atas 10 persen," ujar
Adjie. Menurutnya pula, walau dilanda berbagai kasus korupsi yang melibatkan petingginya,
PD adalah partai penguasa yang masih banyak "amunisi" untuk tetap bertahan di tiga besar.
"Di antaranya adalah jika kinerja pemerintahan dipersepsikan baik dan berbagai program
populis yang dibuat menjelang pemilu 2014," kata Adjie. (p.6)
Nah, ia menambahkan, jika hasil survei partai politik di atas disimulasikan ke
dalam indeks capres 2014 yang dibuat LSI, maka akan hanya ada tiga nama capres riil. Yakni
Aburizal Bakrie (Partai Golkar dan koalisinya), Megawati Soekarnoputri (PDIP dan
koalisinya dan pemenang Konvensi Capres PD). Jika Dahlan Iskan menang konvensi dan
memeroleh tiket Capres PD, maka sesuai hasil survei LSI Oktober 2013 posisi elektabilitas
masing-masing kandidat hanya ada dua yang elektabilitasnya di atas 25 persen. Yakni,
Megawati 29,8 persen dan Aburizal 28,6 persen. Sedangkan Dahlan Iskan memeroleh
dukungan di bawah 10 persen yakni 9,2 persen. "Namun, masih banyak mereka yang belum
menyatakan memilih ketiga tokoh tersebut yaitu 32,4 persen,"ungkap Adjie. (p. 7)
Lebih jauh Adjie mengatakan berdasarkan survei Oktober 2014 capres rill yang
memenuhi syarat Indeks Capres 2014 hanya Megawati, Aburizal dan pemenang Konvensi
Capres PD. Menurut Adjie, nama Joko Widodo, Prabowo Subianto, Wiranto dan lain-lain
hanya menjadi capres wacana karena tidak memenuhi Indeks Capres 2014. Adjie
menambahkan, Capres Rill 2014 dapat berubah jika Megawati menolak mencalonkan diri
sebagai Capres 2014 . "Dan Demokrat tak mendapatkan dukungan partai lain untuk
memenuhi syarat tiket Capres 2014 (yaitu) : 20 persen kursi atau 25 persen suara dalam
pemilu legislatif 2014," ungkap Adjie. (boy/gil/jpnn) (p. 8)
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi -JPNN. comhttp:// www.jpnn.com/
read/2013/ 10/20/196613/Lagi,-Dahlan-Iskan-Dipre...
13