Analisis sastra Ali sastra Ali sastraAli sastra

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia yang
tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua
yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, saya
berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis Jenis Karya Sastra
Puisi Indonesia” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai saran
belajar agar siswa lebih aktif dan kreatif.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak sekali mengalami bayak kesulitan
karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak
kekurangan.
Saya menyadari sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum
seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk
kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amin.

Sragen,
Penulis


Juni 2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................2
BAB

BAB

I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah………………………………3

1.2

Tujuan Penulisan……………………………………3 - 4

1.3


Fokus Penelitian………………………………………. 4

1.4

Sistematika Penulisan…………………………………. 4

II

MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA

2.1 Pengertian Puisi.................................................................5- 6
2.2 Unsur-unsur Puisi..............................................................6- 7
2.3 Jenis-jenis Puisi.................................................................19

BAB

III

PENUTUP


3.1 Simpulan...........................................................................20
3.1 Saran.................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…….20

BAB I
MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI
INDONESIA
1.1

Latar Belakang Masalah
Puisi (dari bahasaYunanikuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)= Icreate)
adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga

merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam
keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lainlain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang
terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut
menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala
'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam
menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi
baru
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk
syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian
Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama
itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi

baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh
keindahan untuk dikerjakan.
1.2

Tujuan Penulisan

Tujuan-tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari puisi
2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia

1.3

Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan puisi?
2. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3. Apa sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?

1.4

Sistematika Penulisan
Makalah ini saya susun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri atas :
BAB

I PENDAHULUAN


·

Latar Belakang Masalah

·

Tujuan Penulisan

·

Fokus Penelitian

·

Sistematika Penulisan

BAB II
MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA
2.1 Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
Poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini
adalah poetry yang

erat

dengan poet dan poem.

Mengenai

kata poet, Coluter ( dalam Tarigan,1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal
dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta.
Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia
adalah orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan
filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993: 7) menyimpulkan bahwa
pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata
kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan
bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980: 9), Mengatakan bahwa puisi adalah
ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa
emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat
musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian
bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata
yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi
mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Putu Arya Tirtawirja (1980: 9), menyatakan bahwa puisi merupakan
ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana katakatanya condong pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra
yang

mengungkapkan


pikiran

secara

imajinasi

dan

disusun

dengan

mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik
dan struktur batinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam
wujud dan bahasa yang paling berkesan.
2.2 Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi

Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya,
karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.

4. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan

atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
5. Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan
banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun macam-macam majas antara
lain
:Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anaf
ora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem
pro parte, hingga paradoks.
6. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi.
Rima mencakup:
1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis
pada puisi Sutadji C.B.),
2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan
sebagainya
3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang
pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
ü Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris,
bait, maupun makna keseluruhan.

ü Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
ü Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
ü Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca.
2.3 Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
Ciri-Ciri puisi lama:
1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.

2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama :
« Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
« Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, mudamudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
« Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
« Seloka adalah pantun berkait.

Lurus jalan ke Payakumbuh,

Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
« Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat.

Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
« Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
« Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Puisi Baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
& Bentuknya rapi, simetris;
& Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
& Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
& Sebagian besar puisi empat seuntai;
& Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
& Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
: Balada adalah puisi berisi kisah atau cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 bait,
masing-masing dengan 8 larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian
skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama
digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya
Seorang Pemberontak”.
: Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini,
pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang
dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan,
dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu

Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
: Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat
resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
: Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal
dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat
membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
: Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa
Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang,
rindu dendam, serta kasih mesra.
: Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.

Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)

: Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dan lain-lain.
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
: Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).

:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
: Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).

Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana

Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
: Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
: Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)

nza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris.

:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)
: Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua,
dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing
tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari
kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia,
soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan olehMuhammad
Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap
sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi
tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai
kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah
barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

Puisi Kontemporer

Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan
perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar,
ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya
bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai
berikut:
§

Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O

Amuk Kapak
§

Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti

§

Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita

Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
8

Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum
Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi
kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
1.

Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu
yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.

3.

Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran

itu terletak pada perintah.
8

Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang
dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini
muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus
untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar
tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu
dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Ciri-ciri puisi mbeling adalah:

1.

Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek
kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)

2.

Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan
pemerintahan.

3.

Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguhsungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismailmenyebut puisi mbeling
dengan puisi yang mengkritik puisi.

8

Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis
berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak
sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada
umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau
gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga
perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:


Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-

tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau
pengulangan-pengulangannya.

Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang
disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju
baris berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap
penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63