250836882 Makalah Ns Sani Paling Fixxxx

PERAWATAN DAN PERAN PERAWAT PADA INDIVIDU, KELUARGA
DAN KOMUNITAS DENGAN PENYAKIT TROPIS DAN INFEKSI

Oleh :SGD 7
Ida Ayu Shri Adhnya Shwari
Ni Putu Rina Puspitasari
Ni Putu Eka Sintia Dewi A
I Gede Subagia
I Gst. Ayu Ngr. Selly Tri Utami
Ni Kadek Dwi Lestari
I Wayan Wahyu Pratama
Kadek Elda Widnyana
Ni Putu Intan Mertaningsih

(1202105011)
(1202105015)
(1202105023)
(1202105039)
(1202105047)
(1202105052)
(1202105065)

(1202105071)
(1202105080)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
Learning Task
penyakit tropis dan infeksi
Putu Ayu Sani Utami
1. Sebutkan penyakit tropis dan infeksi yang dapat anda temukan dalam tatanan
komunitas. Jelaskan faktor risikonya!

2. Bagaimana pencegahan yang anda sarankan kepada masyarakat agar tidak terkena
penyakit tropis dan infeksi?
3. Jelaskan strategi untuk mengendalikan penyakit tropis?
4. Pendidikan kesehatan apa yang dapat anda berikan pada masyarakat terkait penyakit
tropis dan infeksi dan jelaskan alasannya?
5. Bagaimanakan peran perawat komunitas terhadap penyakit tropis dan infeksi baik
dalam tatanan keluarga maupun komunitas?


PEMBAHASAN
1. Penyakit tropis dan infeksi yang dapat ditemukan dalam tatanan komunitas,
serta faktor risikonya.
Jawab:
Penyakit tropis merupakan penyakit yang menjangkit pada area tropis (wilayah panas
berkondisi lembab). Penyakit ini meliputi penyakit menular maupun tidak menular
dan penyakit infeksi dan non infeksi. Indonesia adalah salah satu negara tropis, multi
ethnik, genetik, dan beragam sosial budaya yang menyebabkan banyaknya timbul
penyakit-penyakit tropis.
Penyakit Infeksi oleh Bakteri (TBC, diare, demam tifoid)
a. TBC
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).
Beberapa faktor risiko untuk menderita TB adalah:
1. Jenis kelamin.

Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak ada
perbedaan di antara anak laki dan perempuan sampai pada umur pubertas .

2. Status gizi.
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga
akan menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB. Faktor
ini sangat berperan pada negara-negara miskin dan tidak mengira usia.
3. Sosioekonomi.
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari kalangan
sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman yang
terlampau padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB.
4. Pendidikan.
Rendahnya pendidikan seseorang penderita TB dapat mempengaruhi
seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa penelitian
yang menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan rendah
akan berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5 kali lebih besar
berbanding dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
5. Faktor-faktor Toksis.
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting dapat
menurunkan daya tahan tubuh.
Selain itu menurut Suarni,H, 2009 dijelaskan factor risiko TB yaitu :
a. Faktor Umur

Beberapa factor risiko penularan penyakit tuberkolosis di Amerika yaitu umur,
jenis kelamin, ras asal Negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian
yang dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang
gelandangan, menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberculosis
aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur.
Insiden tertinggi tuberculosis paru-paru biasanya mengenai usis dewasa muda.
Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB paru adalah kelompok usis
produktif, yaitu 15-50 tahun.
b. Faktor Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak tuberculosis, terutama menyerang laki-laki. Pada 1996
jumlah penderita TB paru laki-laki hamper dua kali lipat dibandingkan jumlah
penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada
wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung
meningkat sebanayk 2,5% sedangkan penderita TB paru pada wanita menurun
0,7%.

TB paru lebih cenderung terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB paru.
c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang, dianatranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan penyakit TB paru sehingga dengan pengetahuan yang cukup,
maka seseorang akan mencoba untuk mempermudah perilaku hidup bersih dan
sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis
pekerjaannya.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu, paparan partikel
debu di daerah terpapar akan memengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernapasan.

Paparan

kronisudara

yang

tercemar


dapat

meningkatkan

morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan
umumnya TB paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga memengaruhi pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di antara konsumsi
makanan,pemeliharaan kesehatan. Selain itu, akan memengaruhi kepemilikan
rumah (konstruksi rumah).
Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR akan
mengonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
bagi setiapanggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan
akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi, dianatarnya TB paru. Dalam
hal jenis konstruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang, maka
konstruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB
paru.
e. Kebiasaan merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan risiko untuk

mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronkitis kronis, dan
kanker kandung kemih. Kebisaan merokok meningkatkan risiko untuk terkena
TB paru sebanyak 2,2 kali.
Pada 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang,
relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480
batang/orang/tahundi Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi,

2005). Prevalensi merokok pada hamper semua Negara berkembang lebih dari
50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanitaperokok kurang dari 5%.
Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya
infeksi TB paru.
Mereka yang paling berisiko terpajan dengan basil adalah mereka yang tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif. Kelompok inianatara lain
tunawisma yang tinggal di tempat penampungan yang terdapat kasus tuberculosis,
serta anggota keluarga pasien. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat
rentan. Imigram ke Amerika Serikat yang berasal dari Negara berkembang sering
mengidap infeksi aktif atau laten.
Tenaga kesehatan yang merawat pasien tuberculosis, dan mereka yang
menggunakan fasilitas klinik perawatan atau rumah sakit yang juga digunakan
oleh penderita tuberculosis juga berisiko terpajan dan terjangkit penyakit TB. Di

anatara mereka yangtterpajan basil, individu yang system imunnya tidak adekuat,
seperti mereka yang kekurangan gizi, individu lanjut usiaatau bayi dan anak-anak,
individu yang mendapat obat imunosupresan, dan mereka yang mengidap virus
imunodefisiensi manusia (HIV) kemungkinan besar akan terinfeksi. Virulensi
galur kuman juga memengaruhi penularan, jenis galur tertentu teridentifikasi
sangan virulen. Pengendalian TB terhambat oleh munculnya resisten multi-obat
dan efek sinergis pada HIV/AIDS. Jumlah kasus TB yang bermakna di Afrika
telah dikaitkan dengan infeksi HIV( Suarni,H.2009).

b. Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah dan lendir
dalam tinja.9 Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga
kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama, dengan temperatur rectal di atas
38°C, kolik, dan muntah-muntah (Sitorus, 2008).
Faktor risiko terjadinya diare adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan
1. Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak
terhadap kuman


b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit
diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan
BAB anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
2. Faktor lingkungan antara lain:
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
a. Ketersediaan Jamban
Penelitian Dewi Ratnawati dkk ( tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa
penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko 2,550 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare
akut dibandingkan dengan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan
secara statistik bermakna.

b. Penyediaan Air Bersih
Penelitian Dewi Ratnawati dkk (tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa
penggunaan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko 1,310 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare
akut dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih yang memenuhi
syarat namun secara statistik tidak bermakna.
c. Sanitasi Lingkungan
Rendahnya mutu sanitasi lingkungan merupakan keadaan yang potensial
untuk menjadi sumber penularan penyakit diare. Hasil penelitian Efrida
Yanthi (tahun 2001) yang melakukan analisis hubungan sanitasi
lingkungan dengan kejadian diare yang menggunakan desain penelitian
cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
sanitasi lingkungan dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000(p