Pres IOM Hari Kesadaran Hukum 28062018

KEPASTIAN PERLINDUNGAN HUKUM
BAGI DOKTER SEBAGAI HAK SETELAH
PEMENUHAN STANDAR PROFESI
KEDOKTERAN
Prof.Dr. I. Oetama Marsis, Sp.OG(K)
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Disampaikan pada peringatan Hari Kesadaran Hukum
Kedokteran Tahun 2018
Hotel Aryaduta Jakarta, 28 Juni 2018

1

IKATAN DOKTER INDONESIA

DAFTAR ISI
Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan


2

IKATAN DOKTER INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

3

IKATAN DOKTER INDONESIA

UU No.29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran

Bagaimana bentuk dan mekanisme
perlindungan hukum
di dalam UU ini?
4

IKATAN DOKTER INDONESIA


UU No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan

Bagaimana bentuk dan mekanisme
perlindungan hukum di dalam UU ini?
5

IKATAN DOKTER INDONESIA

UU No.44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit

Apakah telah ditunaikan 6oleh semua rumah sakit?

IKATAN DOKTER INDONESIA

UU No.44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit


Apakah telah ditunaikan oleh semua rumah sakit?
7

IKATAN DOKTER INDONESIA

Permenkes No. 9 tahun 2014
tentang Klinik

Pihak yang mendapat perlindungan hukum di Permenkes ini apakah entitas
Klinik atau Dokter?
8

IKATAN DOKTER INDONESIA

Permenkes No. 75 tahun
2014 tentang Puskesmas
TIDAK MENYEBUTKAN TENTANG
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER
ATAU BAGI TENAGA KESEHATAN LAIN
YANG BERTUGAS DI PUSKESMAS


9

IKATAN DOKTER INDONESIA

Apalagi nasib dokter praktik
mandiri/perorangan

10

IKATAN DOKTER INDONESIA

ANGGARAN DASAR

Ujung-ujungnya kembali ke
tanggung jawab IDI

ANGGARAN RUMAH TANGGA
11


IKATAN DOKTER INDONESIA

DAFTAR ISI

Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan

12

IKATAN DOKTER INDONESIA

Kasus Malpraktik
Dr.Setyaningrum
Pati - Jawa Tengah
Tahun 1979
Putusan Pengadilan Negeri
Pati No.

8/1980/Pid.B/Pn.Pati

Dr. Setyaningrum keluar dari
tahanan pada tanggal 27 Juni
1984 dengan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 600K/Pid/1983
tertanggal 2 Juni 1984
Tonggal sejarah bangkitnya
Hukum Kesehatan

Putusan Pengadilan Tinggi
Semarang No. 203/1981
No. 8/1980/Pid.B/PT.
Semarang

13

Kasus dr Dewa Ayu Sasiary Prawani,
dr Hendry Simanjuntak, & dr Hendy
Siagian tahun 2010. Dinyatakan

BEBAS oleh MA tahun 2014

14

Kasus Dr.Heryani Parewasi,Sp.OG,
dituntut pidana pada Desember 2017,
divonis BEBAS pada 25 Juni 2018
15

Dokter yang menjalani sengketa
medik pada jalur hukum, meski telah
dinyatakan bebas namun
menyisakan trauma mendalam serta
ketidakpercayaan publik terhadap
dokter ybs.

16

IKATAN DOKTER INDONESIA


JUMLAH PENGADUAN KE MKDKI
Medio April 2015
120

111

90
64
57

60
49
36
30

35
23

20


12

9
0
2006

2007

2008

2009

2010

2011

AMAR KEP.MK NO 14/2014: KEP.MKDKI DPT
MENJADI PINTU MASUK TUNTUTAN PIDANA
MAUPUN PERDATA


2012

2013

2014

2015

17

Sumber : MKDI, April 2015

IKATAN DOKTER INDONESIA

Jumlah Kasus Gugatan Hukum Terhadap
Dokter yang diterima oleh PB IDI (Sumber:
40
BHP2A-PB IDI)
38
33


30

30
20

10

10
0
2015

2016

2017

18

(Mid) 2018

IKATAN DOKTER INDONESIA

DAFTAR ISI

Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan

19

IKATAN DOKTER INDONESIA

Defensive Medicine terjadi ketika dokter mengajukan dan
melakukan prosedur medis, pemeriksaan medis, kunjungan
pasien, atau menghindari pasien/prosedur risiko tinggi,
dengan pertimbangan utama untuk menghindarkan
kemungkinan tuntutan malpraktik.
Dokter yang mengajukan dan melakukan
prosedur/pemeriksaan medis berdasarkan pertimbangan
utama menghindarkan kemungkinan tuntutan malpraktik,
digolongkan melakukan defensive medicine positif. Dokter
yang menghindari pasien/prosedur tertentu berdasarkan
pertimbangan utama menghindarkan tuntutan malpraktik,
digolongkan melakukan defensive medicine negatif.
(The Congressional Office of Technology Assessment (OTA),
1994)
20

IKATAN DOKTER INDONESIA

Di daerah dengan tingkat tuntutan malpraktik
berlebihan, sekitar 93% dokter melakukan
defensive medicine, di antaranya dengan
mengajukan lebih banyak pemeriksaan, prosedur
diagnostik, dan merujuk pasien kepada spesialis
lain.
(Studert dkk, 2005)

21

IKATAN DOKTER INDONESIA

Di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa biaya
yang ditimbulkan akibat defensive medicine
menghabiskan 10% total biaya kesehatan yang
dikeluarkan. Data tahun 1992 menunjukkan
terdapat kenaikan biaya kesehatan US$ 25 Milyar
pada tahunn sebelumnya menjadi US$ 50 Milyar,
akibat dokter menerapkan defensive medicine.
(Price Aterhouse Coopers, 2006)

22

IKATAN DOKTER INDONESIA

Implikasi Defensive Medicine


Terjadi pemeriksaan medis berlebihan



Peningkatan prosedur operatif (contoh: peningkatan operasi
sesar)



Kenaikan biaya kesehatan



Lulusan peserta program pendidikan spesialis akan mencari
daerah dengan angka tuntutan malpraktik terendah



Fasilitas pelayanan kesehatan harus menggaji Risk Manager
dan Pengacara untuk menjaga segala kemungkinan tuntutan.
Biaya yang dikelaurkan faskes meningkat
23

IKATAN DOKTER INDONESIA

DAFTAR ISI
Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan

24

IKATAN DOKTER INDONESIA

Restorative Justice is a process whereby all the
parties with a stake in a particular offence come
together to resolve collectively how to deal with
the aftermath of the offence and its implication for
the future
(Tony F Marshall, in his book “Restorative Justice
in Overview”)

25

IKATAN DOKTER INDONESIA

Konsep penyelesaian
sengketa medik melalui jalur
Mediasi sebagai penerapan
nilai-nilai restorative justice

26

IKATAN DOKTER INDONESIA

Di Jepang dikenal istilah Chotei
(Mediasi) dan Wakai
(perdamaian) untuk
penyelesaian sengketa medik
Di Jerman dikenal istilah
Sclichtung sebagai Court
Connected Mediation
27

IKATAN DOKTER INDONESIA

Berdasarkan Pasal 17 Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 1/2016, pada
hari sidang yang telah ditentukan dan
dihadiri oleh Para Pihak, Hakim yang
memeriksa Perkara mewajibkan Para
Pihak untuk menempuh Mediasi

28

IKATAN DOKTER INDONESIA

Beberapa Kegagalan Mediasi
di Pengadilan
(1

) belum semua hakim memperoleh pelatihan mediasi sehingga pemahaman mereka belum seragam,

(2) jumlah hakim di beberapa daerah masih terbatas sehingga mereka lebih fokus untuk menyelesaikan
perkara secara litigasi,
(3) adanya peran pengacara yang menghambat proses mediasi karena akan berimbas pada financial fee
yang mereka dapatkan dari para klien,
(4) kurangnya pengetahuan para pihak yang berperkara tentang keuntungan penyelesaian perkara melalui
mediasi,
(5) sebagian hakim masih memandang mediasi sebagai penambahan beban pekerjaan mereka dalam
memutus perkara, dan
(6) adanya keengganan hakim untuk mengoptimalkan mediasi karena ketiadaan sistem rewards and
punishment dalam pelaksanaan mediasi.
29

IKATAN DOKTER INDONESIA

KESIMPULAN


Masih belum adanya kepastian hukum perlindungan bagi dokter di dalam
peraturan perundang-undangan



Masih perlunya peningkatan perhatian dan tanggung jawab institusi
pelayanan kesehatan terhadap perlindungan hukum bagi dokter



Dampak banyaknya gugatan malpraktik dapat menimbulkan fenomena
Defensive Medicine yang dapat merugikan semua pihak, pasien, dokter,
institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah.



Penyelesaian sengketa medik melalui jalur di luar pengadilan sebagai
penerapan prinsip restorative justice telah dijalankan di beberapa negara.
Telah ada Aturan mengenai penyelesaian dengan mediasi di peradilan
Indonesia.
30

IKATAN DOKTER INDONESIA

REKOMENDASI IDI


Mendorong terbitnya peraturan turunan dari UU No.29/2004, UU
No.36/2009, dan UU No.44/2009 terkait perlindungan hukum
bagi dokter dan tenaga kesehatan lain. Jika dimungkinkan dapat
terbit di tingkat Undang-Undang Perlindungan Dokter/Tenaga
Kesehatan.



Harus tercantum di dalam hospital/clinical by law dan kontrak
kerja bagi Dokter terkait tanggung jawab institusi pelayanan
terhadap perlindungan hukum bagi Dokter



Mengadvokasi institusi legislatif untuk menerapkan prinsip
restorative justice pada setiap kasus sengketa medik dengan
menerapkan mekanisme mediasi (penal di dalam pidana)
31

TERIMAKASIH