ANALISA KASUS BULOGGATE II DITINJAU DARI
ANALISA KASUS BULOGGATE II DITINJAU DARI FUNGSI DAN PERAN
HUKUM BIROKRASI NEGARA
a.Latar Belakang
Permasalahan yang sering timbul dalam birokrasi negara
adalah permasalahan tidak bisa membedakan antara kepentingan
pribadi dan kepentingan negara atau jabatan sehingga banyak
terjadi penyalahgunaan wewenang dari seorang pejabat publik.
Pada
saat
ini,
kita
sekarangpun
sedang
menyaksikan
kontroversi yang cukup hangat, yakni tentang pembentukan
Pansus Buloggate II yang melibatkan Akbar Tandjung dalam
dugaan penyalahgunaan uang negara Rp 40 miliar, di mana
Akbar
Tandjung
sejak
semula
sendiri
bahwa
telah
ujung
menjadi
dari
tersangka.
proses
politik
melihat
di
DPR,
termasuk pembentukan Pansus Buloggate II, apabila mengenai
kasus
hukum,
maka
memang
proses
hukum
yang
transparan
terhadap kasus itulah yang menjadi tujuan utamanya.
Sesungguhnya tidak benar anggapan bahwa kalau jika
Pansus Buloggate II dibentuk, maka kemudian terjadi proses
politisasi dari kasus hukum tersebut.
Untuk mengambil sikap
yang konsisten, maka prinsip dasar yang harus diambil adalah
ujung dari Pansus Buloggate II adalah membawa kasus itu
kepada proses pengadilan yang benar, transparan, dan tidak
tertunda-tunda lantaran berbagai perhitungan nonhukum.
1
Dijadikannya Akbar Tandjung sebagai tersangka oleh
Jaksa
Agung,
maka
cukup
jelas
bahwa
proses
hukum
telah
berjalan dan harus kita beri kesempatan yang cukup fair agar
proses hukum ini bisa melaju seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, desakan masyarakat untuk melihat penyelesaian
kasus Buloggate II ini juga harus kita perhatikan secara
sungguh-sungguh.
Namun dalam kaitan ini, ada juga argumen
yang perlu, Kembali pada masalah Pansus Buloggate II,
yang
penting
buat
adalah
Kejaksaan
kita
Agung
berikan
untuk
kesempatan
memroses
kasus
yang
Akbar
fair
ini
dengan
transparan dan tanpa ragu-ragu, dengan catatan pembentukan
Pansus
Buloggate
II
bisa
diperlambat
sambil
menanti
keberanian Kejagung untuk memroses kasus ini secara benar.1
Perlu juga ditambahkan bahwa ada tugas-tugas DPR yang
cukup
banyak
dan
berat
yang
harus
diselesaikan,
yaitu
menyangkut legislasi berbagai masalah nasional terutama juga
undang-undang
pemilu
yang
baru
nanti,
yang
tentu
akan
memakan waktu, dan juga usaha-usaha para wakil rakyat untuk
melakukan
langkah-langkah
korektif
terhadap
terutama mengenai hal-hal yang lebih besar lagi.
pemerintah
Kita bisa
memahami apabila Pansus Buloggate II pada prinsipnya harus
dibentuk, manakala proses hukum menjadi tersendat-sendat.
1
2
2
Amin Rais, www. Detik.com, tabloid adil
Amin Rais, www. Detik.com, tabloid adil
2
Dalam makalah ini akan di analisa bagaimana kasus bulog
ditinjau dari segi hukum Birokrasi Negara yang melibatkan
beberapa pejabat publik di Negara Republik Indonesia yaitu:
Ir. Akbar Tanjung pada saat itu menjabat sebagai Menteri
Sekretaris Negara dan Kepala Badan Urusan aLogistik yaitu,
Ir.
Rahardi
Ramelan
dan
terjadi
pada
saat
pemerintahan
Presiden Prof.Dr. Habibie.
Dalam kasus ini terjadi banyak kejanggalan-kejanggalan
birokrasi, bagaimana bisa dana anggaran untuk Badan Urusan
Logistik sebesar 40 milyar dengan begitu mudahnya mengalir
dari Badan Urusan Logistik ke Menteri Sekretasi Negara dan
dengan begitu mudah turun ke Yayasan Raudlatul Jannah
yang
sama sekali tidak dikenal dan ada kemungkinan fiktif. Hal
ini sangat tidak jelas dalam hal transparansi dan penggunaan
wewenang dalam pejabat negara.
b. Pokok Permasalahan
Pokok permaslahan yang ada akan dibahas didalam makalah
ini adalah:
“ Bagaiamana kasus Buloggate II ditinjau dari fungsi dan
peran Hukum Birokrasi Negara?”
c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
3
1.
Memberikan
suatu
analisa
ditinjau
dari
segi
Hukum
Birokrasi Negara mengenai Kasus Buloggate II.
2.
Memberikan informasi dan solusi atas kasus Buloggate
II ditinjau dati segi Hukum Birokrasi Negara.
ANALISA KASUS BULOGGATE II DITINJAU DARI FUNGSI DAN PERAN
HUKUM BIROKRASI NEGARA
A.Posisi kasus
4
Pada saat bulan-bulan terakhir ini masyarakat disedot
perhatiannya oleh usaha pemerintah dalam penegakan hukum dan
pemberantasan KKN yang dilakukan pemerintah. Paling tidak di
atas kertas, atau secara lahiriah, sepertinya
pemerintah
sedikit mulai berani menegakkan supremasi hukum dalam rangka
terutama menanggulangi penyakit kronis bangsa yang berupa
korupsi,
kolusi
dan
Sabirin
tersangka
nepotisme.
dalam
kasus
Sebagai
Bank
misal,
Bali
yang
Syahril
kemudian
menjadi terdakwa, akhirnya sudah menjadi terpidana dengan
memperoleh 3,5 hukuman penjara. Mereka yang jadi tersangka
dalam
perkara
Buloggate
II
juga
telah
ditahan,
termasuk
Akbar Tandjung yang kebetulan menjadi Ketua Umum DPP Partai
Golkar dan Ketua DPR RI. Malah secara beruntun masyarakat
juga disuguhi beberapa berita yang menarik, sejak dari Beddu
Amang yang telah menjadi terdakwa sampai Bustanil Arifin,
Tanri
Abeng,
Soebiyakto
Djoyohadikusumo,
di
mana
Tjakrawerdaya,
yang
terakhir
dan
ini
Hasjim
bukan
saja
menjadi tersangka, melainkan telah ditahan di Rutan Salemba.
Sampai
saat
ini
belum
terselesaikannya
kasus
ini
mkungkin disebabkan oleh jabatan para pihak yang bermaslah
sehingga menimbulkan conflict of interest
karena
walau
bagaimanapun
Kejaksaan
dari pemerintah
Agung
dan
pihak
kepolisian adalah berada dibawah pemerintah sehingga sangat
5
sulit untuk membedakan mana kepentingan politik dan mana
kepentingan hukum.3
Sebagaimana
manapun
semuanya
telah
kita
mengakui
ketahui
adanya
bahwa
suatu
dalam
asas
negara
persamaan
didepan hukum atau Equality Before The Law, seperti asas
hukum Rule Of Law yang dipakai dalam negara Anglo Saxon
bahwa Rule Of law melingkupi:
1. Supremacy Of Law
2. Equality before the law
3. Constitrution based on human rights.4
Hal
seperti
penegakan
inilah
supremasi
yang
seharusnya
hukum
di
menjadi
Indonesia.
pedoman
Dan
hal
bagi
ini
sebenarnya telah tercantum dalam Undang Undang Dasar tahun
1945 tepatnya pasal 27. yang berbunyi
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
Sehingga jelas dalam negara republik Indonesia tidak
ada
perbedaan
dalam
perlakuan
hukum
bagi
seluruh
warga
negara.
Dalam kasus ini telah terjadi pengaliran dana untuk
bantuan korban bencana alam di Indonesia yang dialirkan dari
pemerintah melalui rapat kabinet dan diputuskan memakai dana
3
4
www. Republika.co.id
Miriam Budiarjo, Dasar dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1999
6
non budgeter bulog ( badan urusan logistik ) yang dikepalai
oleh Rahardi Ramelan dan disalaurkan ke Menteri Sekretaris
Negara, dan dari menteri Sekretaris Negara disalurkan kepada
Yayasan
Raudlatul
Jannah
yang
hal
ini
melibatkan
Dadang
Sukandar dan Winfried Simatupang, dan Winfried adalah salah
satu kader Golkar.5
Yang menjadi permasalahan adalah pengaliran dana dari
Rapat Kabinet dan penyaluran dana dari Yayasan Raudlatul
Jannah.
b. Tinjauan dari segi Hukum Birokrasi Negara
Birokrasi sebagi suatu sistem kerja dimaksudkan sebagi
sistem kerja yang berdasarkan atas tata hubungan kerjasama
antara
jabatn-jabatan
secara
zakelijk
langsung
mengenai
persoalan atau halnya, formil/tepat menurut prosedur dan
peraturan-peraturan yang berlaku dan jiwa impersonal/tidak
ada sentimen, tanpa emosi atau pilih kasih tanpa pamrih atau
prasangka-prasangka.6
Dalam Hukum Birokrasi Negara khususnya dalam manajemen
terpadu yang kita ketahui bahwa proses ini meliputi
1. Planning
5
www.kompas.com
6
Siti Fatimah,
Tri Hayati, Hukum Birokrasi Negara,
FHUI, Depok, 2000
7
2. Organization
3. coordination
4. Motivating
5. Controlling
Yang didalamnya terdapat
unsur pendanaan dan aliran
dana termasuk kedalam Planning dan organization.
Dalam unsur planning ada unsur budgeting didalamnya dan
dalam organization bagaimana delegasi kewenangan tanggung
jawab
dan
pembakuan
hubungan
kerja
juga
identifikasi
pekerjaan.
Unsur dalam kasus ini adalah terdapat dalam masalah
budgeting
yang
merupakan
biaya
yang
dibutuhkan
untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kasus ini dana
yang seharusnya dialokasikan untuk masalah penanganan pangan
disalurkan melalui Menteri Sekretaris Negara dan dana ini
adalah dana Badan Urusan Logistik. Dana ini memang tidak ada
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sehingga perlu
diteliti dari manakah asal dana ini.
Dan terlepas dari itu hal yang terpenting dari sudut
delegasi dan kewenangan dan tanggungjawab hal ini agaknya
menjadi
titik
tolak
permasalahan,
seharusnya
delegasi
kewenangan dan tanggung jawab merupakan suatu proses yang
mencari
orang-orang
yang
tepat
untuk
diberikan
tanggung
8
jawab dan kewenangan yang disesuaikan dengan bobot unitnya (
setelah dibentuk diatas).
Apakah
penunjukan
Menteri
Sekretaris
Negara
sebagai
penyalur dana ke daerah tempat bencana adalah hal yang tepat
dan
seharusnya
dengan
menteri
Menteri
sosial
Sekretaris
pada
saat
negara
itu
dan
berkonsultasi
harus
melalui
perbendaharaan negara atau melalui menteri keuangan. Jika
hal ini
mendapat perhatian yang baik dalam menentukan alur
pengaliran
uang
sehinggamengikuti
prosedur
yang
biasa
dilaksanakan.
Kemudian yang memberatkan adalah ketika dana disalurkan
ke Yayasan Raudatul Jannah yang sama sekali tidak terkenal,
apakah
hal ini disengaja untuk menghindari transparansi
pengaliran dana, jika dana tersalurkan secara transparan
maka
pertanggungjawaban
akan
dana
tidak
menjadi
suatu
permasalahan.
c. Ditinjau dari patologi birokrasi.
Jika ditinjau dari sudut Hukum biorokrasi negara maka
patologi birokrasi dapat dikategorikan dalam lima kelompok,
sebagi berikut.
1.
patologi
yang
timbul
karena
persepsi
dan
gaya
manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi.
9
2.
Patologi
yang
rendahnya
disebabkan
pengetahuan
karena
dan
kurangnya
keterampilan
atau
para
petugas pelaksana berbagi kegiatan operasional.
3.
Patologi yang timbul karena tindakan para anggota
birokrasi
yang
melanggar
norma-norma
hukum
dan
peraturan perundang-undanagn yang berlaku.
4.
Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para
birokrasi
yang
bersifat
disfungsional
atau
negatif.
5.
Patologi
dalam
yang
merupakan
berbagai
akibat
instansi
situasi
dalam
internal
lingkungan
pemerintahan.
Jika
Mensesneg
dikaitkan
maka
hal
dalam
kasus
ini
dapat
Bulog
yang
melibatkan
dikategorikan
sebagai
penyalahgunaan wewenang dan jabatan dan hal ini dikarenakan
perilaku yang kurang baik dari para pejabat negara.
Hal ini bisa disebabkan karena berbagai hal, seperti
1. Kecendrungan
mempertahankan
status
quo
/ketakutan
pada perubahan
2. Pertentangan kepentingan
3. Menerima suap atau sogok.
Masalah bulog harus ditinjau dari pengaliran dana yang
ada
dalam
kasus
ini.
Sehingga
kasus
ini
dapat
ditinjau
secara jelas, akan tetapi karena masih dalam taraf proses
10
persidangan maka akan semakin tidak jelas jika dibahas dalam
aliran dana.
Akan
tetapi
jika
dana
tersebut
digunakan
untuk
kepentingan partai seperti banyak dilansir media massa maka
hal ini akan menjadi suatu kasus penyalahgunaan kekuasaan
(
abuse
of
power)
dan
bisa
dikategorikan
dalam
kasus
korupsi.
ANALISA
Kasus
bulog
menambah
kelam
sejarah
Birokrasi
Negara
Republik Indonesia yang memang tidak baik. Perlu difikirkan
kembali bagaimana mengatasi hal-hal seperti
ini sehingga
tidak terjadi lagi kesalahan birokrasi negara seperti ini,
dan yang perlu dipikirkan kembali adalah bagaimana menata
kembali Hukum Birokrasi Negara kita.
11
Kasus ini merupakan kasus dalam pengertian administrasi
sebagai suatu proses tata kerja penyelenggaraan atau dengan
perkataan lain sebagai suatu proses teknis.
Didalam
rangka
penegertian
administrasi
sebagai
suatu
proses teknis terdapat tata usaha. Tata usaha adalah esensi
daripada pekerjaan kantor dan sebagai fungsi atau aktivitas,
dan tata usaha berarti pengolahan, perhitungan dan penarikan
sari serta penyusunan ikhtisar tentang pekerjaan-pekerjaan
dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh administrasi. Ini
dalamnya termasuk pengerjaan, pencatatan, penyimpanan secara
sistematis
serta
pertanggungjawaban
surat,dokumen-dokumen,uang-uang,
daripada
bahan-bahan
surat-
material,dan
alat-alat perlengkapan yang dipergunakan sehari-hari.7
Hal-hal yang menyebabkan kasus ini terjadi adalah yang
pasti
karena
alasan
ketidakberdayaan
mengakibatkan
penyaluran
administrasi
ketidakjelasn
dana
diatas
negara,
dan
pencatatan
dan
terjadi
hal
ini
atas
akan
mengakibatkan
ketidakjelasan pertanggungjawaban.
Jika dan ini akan digunakan dalam pendanaan partai maka
bukan tidak mungkin para pejabat negara kita tidak bisa
membedakan apa yang didefinisikan sebagai kepentingan negara
dan apa yang disebut sebagai kepentingan partai. Sehingga
alangkah baiknya adanya pemisahan yang jelas antara jabatan
7
Prof. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981
12
partai dan jabatan negara, hal ini bisa diterapkan jika
tidak bisa dilakukan contoh yang baik dari pejabat negara.
Kasus Bulog terjadi disebabkan ketidakmampuan manajemen
seorang
Menteri
menyampaikan
Sekretaris
amanah
dari
Negara
Sidang
dalam
Kabinet
mengolah
sehingga
dan
perlu
dicari jalan untuk menyelamatkan sang menteri, Kepala Bulog
dan yang mendapat kucuran dana dari dana bulog.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kasus bulog ini perlu diselesaikan secara baik, baik
dari segi politik dan segi hukum. Tetapi akan lebih baik
jika diselesaikan melalui proses hukum. Karena proses hukum
akan menyelesaikan proses yang lain secara keseluruhan. Jika
hal ini ddiselesaikan secara politik maka akan sulit untuk
mencari jalan keluar dari kasus ini, karena secara dasar
hukum hal tersebut tidak kuat dan tidak dapat menyelesaikan
secara baik.
13
Penyelesaian
masalah melalui proses hukum seharusnya
tidak boleh dicampuri oleh proses politik, karena secara
prinsip semua warga negara dihadapan hukum adalah sama, jika
kita melanggar prinsip ini maka kita akan kembali kesejarah
lama dalam pemerintahan yang tiran.
Prinsip
Hukum
administrasi
telah
dilanggar
dalam
masalah ini sehingga jelas akan menimbulkan kesalahan juga
dalam maslah Hukum Birokrasi Negara. Kasus ini telah merusak
tata cara birokrasi tentang pengaliran dana, sehingga dana
yang begitu besar tidak ada pertanggungjawabannya sehingga
mengakibatkan keresahan masyarakat sehingga hal ini perlu
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah yang berkuasa
dengan menghilangkan intervensi politik dalam bentuk apapun.
Kepemimpinan
dipertanyakan
negara
kekuatannya
dalam
dan
masalah
sistemnya,
bulog
kembali
karena
dengan
begitu mudahnya uang 40 milyar keluar dari Badan Urusan
Logistik. Sehingga perlu diperbaiki sitem Kepemimpinan dan
manajerial negarayang baik oleh para pejabat negara.
c.Saran-saran
1.
Adanya perbaikan Sistem Administrasi Negara dengan
adanya
pencatatan
dan
transparansi
dalam
mengolah
14
dana negara khususnya dalam kasus ini adalah dana non
budgeter BULOG.
2.
Adanya
perbaikan
kita
ketahui
manajemen
manajemen
menggerakkan dan
fasilitas
negara,
dalam
karena
adalah
seperti
proses
yang
mengarahkan tindakan aktivitas dan
usaha
kerjasama
agar
tujuan
yang
telah ditentukan benar-benar tercapai.
3.
Adanya
dalam
pelaksanaan
kepentingan
proses
apapun
hukum
dalam
tanpa
kasus
intervensi
BULOG
yang
melibatkan pejabat negara dan mantan pejabat negara.
DAFTAR PUSTAKA
Atmosudirjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1981
Siagian,
Sondang,
Proses
Patologi
Birokrasi
Analisis
Identifikasi, Ghalia Indonesiam, Jakarta, 1994
Indonesia,
Undang
Undang
Dasar
1945,
Sinar
Grafika,
Jakarta, 2000
Fatimah, Siti, Hayati, Tri, Hukum Birokrasi Negara, FHUI,
Depok, 2000
15
Robinson,
Dave,
Garrat,
Chris,
Mengenal
Etika
For
Beginners, Mizan, Jakarta, 1997
Noer, Deliar, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Mizan,
Jakarta, 1996
http://kompas.com/berita-terbaru/0112/06/headline/024.htm
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=73809&kat_id=23
www.detik.com
16
HUKUM BIROKRASI NEGARA
a.Latar Belakang
Permasalahan yang sering timbul dalam birokrasi negara
adalah permasalahan tidak bisa membedakan antara kepentingan
pribadi dan kepentingan negara atau jabatan sehingga banyak
terjadi penyalahgunaan wewenang dari seorang pejabat publik.
Pada
saat
ini,
kita
sekarangpun
sedang
menyaksikan
kontroversi yang cukup hangat, yakni tentang pembentukan
Pansus Buloggate II yang melibatkan Akbar Tandjung dalam
dugaan penyalahgunaan uang negara Rp 40 miliar, di mana
Akbar
Tandjung
sejak
semula
sendiri
bahwa
telah
ujung
menjadi
dari
tersangka.
proses
politik
melihat
di
DPR,
termasuk pembentukan Pansus Buloggate II, apabila mengenai
kasus
hukum,
maka
memang
proses
hukum
yang
transparan
terhadap kasus itulah yang menjadi tujuan utamanya.
Sesungguhnya tidak benar anggapan bahwa kalau jika
Pansus Buloggate II dibentuk, maka kemudian terjadi proses
politisasi dari kasus hukum tersebut.
Untuk mengambil sikap
yang konsisten, maka prinsip dasar yang harus diambil adalah
ujung dari Pansus Buloggate II adalah membawa kasus itu
kepada proses pengadilan yang benar, transparan, dan tidak
tertunda-tunda lantaran berbagai perhitungan nonhukum.
1
Dijadikannya Akbar Tandjung sebagai tersangka oleh
Jaksa
Agung,
maka
cukup
jelas
bahwa
proses
hukum
telah
berjalan dan harus kita beri kesempatan yang cukup fair agar
proses hukum ini bisa melaju seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, desakan masyarakat untuk melihat penyelesaian
kasus Buloggate II ini juga harus kita perhatikan secara
sungguh-sungguh.
Namun dalam kaitan ini, ada juga argumen
yang perlu, Kembali pada masalah Pansus Buloggate II,
yang
penting
buat
adalah
Kejaksaan
kita
Agung
berikan
untuk
kesempatan
memroses
kasus
yang
Akbar
fair
ini
dengan
transparan dan tanpa ragu-ragu, dengan catatan pembentukan
Pansus
Buloggate
II
bisa
diperlambat
sambil
menanti
keberanian Kejagung untuk memroses kasus ini secara benar.1
Perlu juga ditambahkan bahwa ada tugas-tugas DPR yang
cukup
banyak
dan
berat
yang
harus
diselesaikan,
yaitu
menyangkut legislasi berbagai masalah nasional terutama juga
undang-undang
pemilu
yang
baru
nanti,
yang
tentu
akan
memakan waktu, dan juga usaha-usaha para wakil rakyat untuk
melakukan
langkah-langkah
korektif
terhadap
terutama mengenai hal-hal yang lebih besar lagi.
pemerintah
Kita bisa
memahami apabila Pansus Buloggate II pada prinsipnya harus
dibentuk, manakala proses hukum menjadi tersendat-sendat.
1
2
2
Amin Rais, www. Detik.com, tabloid adil
Amin Rais, www. Detik.com, tabloid adil
2
Dalam makalah ini akan di analisa bagaimana kasus bulog
ditinjau dari segi hukum Birokrasi Negara yang melibatkan
beberapa pejabat publik di Negara Republik Indonesia yaitu:
Ir. Akbar Tanjung pada saat itu menjabat sebagai Menteri
Sekretaris Negara dan Kepala Badan Urusan aLogistik yaitu,
Ir.
Rahardi
Ramelan
dan
terjadi
pada
saat
pemerintahan
Presiden Prof.Dr. Habibie.
Dalam kasus ini terjadi banyak kejanggalan-kejanggalan
birokrasi, bagaimana bisa dana anggaran untuk Badan Urusan
Logistik sebesar 40 milyar dengan begitu mudahnya mengalir
dari Badan Urusan Logistik ke Menteri Sekretasi Negara dan
dengan begitu mudah turun ke Yayasan Raudlatul Jannah
yang
sama sekali tidak dikenal dan ada kemungkinan fiktif. Hal
ini sangat tidak jelas dalam hal transparansi dan penggunaan
wewenang dalam pejabat negara.
b. Pokok Permasalahan
Pokok permaslahan yang ada akan dibahas didalam makalah
ini adalah:
“ Bagaiamana kasus Buloggate II ditinjau dari fungsi dan
peran Hukum Birokrasi Negara?”
c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
3
1.
Memberikan
suatu
analisa
ditinjau
dari
segi
Hukum
Birokrasi Negara mengenai Kasus Buloggate II.
2.
Memberikan informasi dan solusi atas kasus Buloggate
II ditinjau dati segi Hukum Birokrasi Negara.
ANALISA KASUS BULOGGATE II DITINJAU DARI FUNGSI DAN PERAN
HUKUM BIROKRASI NEGARA
A.Posisi kasus
4
Pada saat bulan-bulan terakhir ini masyarakat disedot
perhatiannya oleh usaha pemerintah dalam penegakan hukum dan
pemberantasan KKN yang dilakukan pemerintah. Paling tidak di
atas kertas, atau secara lahiriah, sepertinya
pemerintah
sedikit mulai berani menegakkan supremasi hukum dalam rangka
terutama menanggulangi penyakit kronis bangsa yang berupa
korupsi,
kolusi
dan
Sabirin
tersangka
nepotisme.
dalam
kasus
Sebagai
Bank
misal,
Bali
yang
Syahril
kemudian
menjadi terdakwa, akhirnya sudah menjadi terpidana dengan
memperoleh 3,5 hukuman penjara. Mereka yang jadi tersangka
dalam
perkara
Buloggate
II
juga
telah
ditahan,
termasuk
Akbar Tandjung yang kebetulan menjadi Ketua Umum DPP Partai
Golkar dan Ketua DPR RI. Malah secara beruntun masyarakat
juga disuguhi beberapa berita yang menarik, sejak dari Beddu
Amang yang telah menjadi terdakwa sampai Bustanil Arifin,
Tanri
Abeng,
Soebiyakto
Djoyohadikusumo,
di
mana
Tjakrawerdaya,
yang
terakhir
dan
ini
Hasjim
bukan
saja
menjadi tersangka, melainkan telah ditahan di Rutan Salemba.
Sampai
saat
ini
belum
terselesaikannya
kasus
ini
mkungkin disebabkan oleh jabatan para pihak yang bermaslah
sehingga menimbulkan conflict of interest
karena
walau
bagaimanapun
Kejaksaan
dari pemerintah
Agung
dan
pihak
kepolisian adalah berada dibawah pemerintah sehingga sangat
5
sulit untuk membedakan mana kepentingan politik dan mana
kepentingan hukum.3
Sebagaimana
manapun
semuanya
telah
kita
mengakui
ketahui
adanya
bahwa
suatu
dalam
asas
negara
persamaan
didepan hukum atau Equality Before The Law, seperti asas
hukum Rule Of Law yang dipakai dalam negara Anglo Saxon
bahwa Rule Of law melingkupi:
1. Supremacy Of Law
2. Equality before the law
3. Constitrution based on human rights.4
Hal
seperti
penegakan
inilah
supremasi
yang
seharusnya
hukum
di
menjadi
Indonesia.
pedoman
Dan
hal
bagi
ini
sebenarnya telah tercantum dalam Undang Undang Dasar tahun
1945 tepatnya pasal 27. yang berbunyi
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
Sehingga jelas dalam negara republik Indonesia tidak
ada
perbedaan
dalam
perlakuan
hukum
bagi
seluruh
warga
negara.
Dalam kasus ini telah terjadi pengaliran dana untuk
bantuan korban bencana alam di Indonesia yang dialirkan dari
pemerintah melalui rapat kabinet dan diputuskan memakai dana
3
4
www. Republika.co.id
Miriam Budiarjo, Dasar dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1999
6
non budgeter bulog ( badan urusan logistik ) yang dikepalai
oleh Rahardi Ramelan dan disalaurkan ke Menteri Sekretaris
Negara, dan dari menteri Sekretaris Negara disalurkan kepada
Yayasan
Raudlatul
Jannah
yang
hal
ini
melibatkan
Dadang
Sukandar dan Winfried Simatupang, dan Winfried adalah salah
satu kader Golkar.5
Yang menjadi permasalahan adalah pengaliran dana dari
Rapat Kabinet dan penyaluran dana dari Yayasan Raudlatul
Jannah.
b. Tinjauan dari segi Hukum Birokrasi Negara
Birokrasi sebagi suatu sistem kerja dimaksudkan sebagi
sistem kerja yang berdasarkan atas tata hubungan kerjasama
antara
jabatn-jabatan
secara
zakelijk
langsung
mengenai
persoalan atau halnya, formil/tepat menurut prosedur dan
peraturan-peraturan yang berlaku dan jiwa impersonal/tidak
ada sentimen, tanpa emosi atau pilih kasih tanpa pamrih atau
prasangka-prasangka.6
Dalam Hukum Birokrasi Negara khususnya dalam manajemen
terpadu yang kita ketahui bahwa proses ini meliputi
1. Planning
5
www.kompas.com
6
Siti Fatimah,
Tri Hayati, Hukum Birokrasi Negara,
FHUI, Depok, 2000
7
2. Organization
3. coordination
4. Motivating
5. Controlling
Yang didalamnya terdapat
unsur pendanaan dan aliran
dana termasuk kedalam Planning dan organization.
Dalam unsur planning ada unsur budgeting didalamnya dan
dalam organization bagaimana delegasi kewenangan tanggung
jawab
dan
pembakuan
hubungan
kerja
juga
identifikasi
pekerjaan.
Unsur dalam kasus ini adalah terdapat dalam masalah
budgeting
yang
merupakan
biaya
yang
dibutuhkan
untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kasus ini dana
yang seharusnya dialokasikan untuk masalah penanganan pangan
disalurkan melalui Menteri Sekretaris Negara dan dana ini
adalah dana Badan Urusan Logistik. Dana ini memang tidak ada
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sehingga perlu
diteliti dari manakah asal dana ini.
Dan terlepas dari itu hal yang terpenting dari sudut
delegasi dan kewenangan dan tanggungjawab hal ini agaknya
menjadi
titik
tolak
permasalahan,
seharusnya
delegasi
kewenangan dan tanggung jawab merupakan suatu proses yang
mencari
orang-orang
yang
tepat
untuk
diberikan
tanggung
8
jawab dan kewenangan yang disesuaikan dengan bobot unitnya (
setelah dibentuk diatas).
Apakah
penunjukan
Menteri
Sekretaris
Negara
sebagai
penyalur dana ke daerah tempat bencana adalah hal yang tepat
dan
seharusnya
dengan
menteri
Menteri
sosial
Sekretaris
pada
saat
negara
itu
dan
berkonsultasi
harus
melalui
perbendaharaan negara atau melalui menteri keuangan. Jika
hal ini
mendapat perhatian yang baik dalam menentukan alur
pengaliran
uang
sehinggamengikuti
prosedur
yang
biasa
dilaksanakan.
Kemudian yang memberatkan adalah ketika dana disalurkan
ke Yayasan Raudatul Jannah yang sama sekali tidak terkenal,
apakah
hal ini disengaja untuk menghindari transparansi
pengaliran dana, jika dana tersalurkan secara transparan
maka
pertanggungjawaban
akan
dana
tidak
menjadi
suatu
permasalahan.
c. Ditinjau dari patologi birokrasi.
Jika ditinjau dari sudut Hukum biorokrasi negara maka
patologi birokrasi dapat dikategorikan dalam lima kelompok,
sebagi berikut.
1.
patologi
yang
timbul
karena
persepsi
dan
gaya
manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi.
9
2.
Patologi
yang
rendahnya
disebabkan
pengetahuan
karena
dan
kurangnya
keterampilan
atau
para
petugas pelaksana berbagi kegiatan operasional.
3.
Patologi yang timbul karena tindakan para anggota
birokrasi
yang
melanggar
norma-norma
hukum
dan
peraturan perundang-undanagn yang berlaku.
4.
Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para
birokrasi
yang
bersifat
disfungsional
atau
negatif.
5.
Patologi
dalam
yang
merupakan
berbagai
akibat
instansi
situasi
dalam
internal
lingkungan
pemerintahan.
Jika
Mensesneg
dikaitkan
maka
hal
dalam
kasus
ini
dapat
Bulog
yang
melibatkan
dikategorikan
sebagai
penyalahgunaan wewenang dan jabatan dan hal ini dikarenakan
perilaku yang kurang baik dari para pejabat negara.
Hal ini bisa disebabkan karena berbagai hal, seperti
1. Kecendrungan
mempertahankan
status
quo
/ketakutan
pada perubahan
2. Pertentangan kepentingan
3. Menerima suap atau sogok.
Masalah bulog harus ditinjau dari pengaliran dana yang
ada
dalam
kasus
ini.
Sehingga
kasus
ini
dapat
ditinjau
secara jelas, akan tetapi karena masih dalam taraf proses
10
persidangan maka akan semakin tidak jelas jika dibahas dalam
aliran dana.
Akan
tetapi
jika
dana
tersebut
digunakan
untuk
kepentingan partai seperti banyak dilansir media massa maka
hal ini akan menjadi suatu kasus penyalahgunaan kekuasaan
(
abuse
of
power)
dan
bisa
dikategorikan
dalam
kasus
korupsi.
ANALISA
Kasus
bulog
menambah
kelam
sejarah
Birokrasi
Negara
Republik Indonesia yang memang tidak baik. Perlu difikirkan
kembali bagaimana mengatasi hal-hal seperti
ini sehingga
tidak terjadi lagi kesalahan birokrasi negara seperti ini,
dan yang perlu dipikirkan kembali adalah bagaimana menata
kembali Hukum Birokrasi Negara kita.
11
Kasus ini merupakan kasus dalam pengertian administrasi
sebagai suatu proses tata kerja penyelenggaraan atau dengan
perkataan lain sebagai suatu proses teknis.
Didalam
rangka
penegertian
administrasi
sebagai
suatu
proses teknis terdapat tata usaha. Tata usaha adalah esensi
daripada pekerjaan kantor dan sebagai fungsi atau aktivitas,
dan tata usaha berarti pengolahan, perhitungan dan penarikan
sari serta penyusunan ikhtisar tentang pekerjaan-pekerjaan
dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh administrasi. Ini
dalamnya termasuk pengerjaan, pencatatan, penyimpanan secara
sistematis
serta
pertanggungjawaban
surat,dokumen-dokumen,uang-uang,
daripada
bahan-bahan
surat-
material,dan
alat-alat perlengkapan yang dipergunakan sehari-hari.7
Hal-hal yang menyebabkan kasus ini terjadi adalah yang
pasti
karena
alasan
ketidakberdayaan
mengakibatkan
penyaluran
administrasi
ketidakjelasn
dana
diatas
negara,
dan
pencatatan
dan
terjadi
hal
ini
atas
akan
mengakibatkan
ketidakjelasan pertanggungjawaban.
Jika dan ini akan digunakan dalam pendanaan partai maka
bukan tidak mungkin para pejabat negara kita tidak bisa
membedakan apa yang didefinisikan sebagai kepentingan negara
dan apa yang disebut sebagai kepentingan partai. Sehingga
alangkah baiknya adanya pemisahan yang jelas antara jabatan
7
Prof. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981
12
partai dan jabatan negara, hal ini bisa diterapkan jika
tidak bisa dilakukan contoh yang baik dari pejabat negara.
Kasus Bulog terjadi disebabkan ketidakmampuan manajemen
seorang
Menteri
menyampaikan
Sekretaris
amanah
dari
Negara
Sidang
dalam
Kabinet
mengolah
sehingga
dan
perlu
dicari jalan untuk menyelamatkan sang menteri, Kepala Bulog
dan yang mendapat kucuran dana dari dana bulog.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kasus bulog ini perlu diselesaikan secara baik, baik
dari segi politik dan segi hukum. Tetapi akan lebih baik
jika diselesaikan melalui proses hukum. Karena proses hukum
akan menyelesaikan proses yang lain secara keseluruhan. Jika
hal ini ddiselesaikan secara politik maka akan sulit untuk
mencari jalan keluar dari kasus ini, karena secara dasar
hukum hal tersebut tidak kuat dan tidak dapat menyelesaikan
secara baik.
13
Penyelesaian
masalah melalui proses hukum seharusnya
tidak boleh dicampuri oleh proses politik, karena secara
prinsip semua warga negara dihadapan hukum adalah sama, jika
kita melanggar prinsip ini maka kita akan kembali kesejarah
lama dalam pemerintahan yang tiran.
Prinsip
Hukum
administrasi
telah
dilanggar
dalam
masalah ini sehingga jelas akan menimbulkan kesalahan juga
dalam maslah Hukum Birokrasi Negara. Kasus ini telah merusak
tata cara birokrasi tentang pengaliran dana, sehingga dana
yang begitu besar tidak ada pertanggungjawabannya sehingga
mengakibatkan keresahan masyarakat sehingga hal ini perlu
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah yang berkuasa
dengan menghilangkan intervensi politik dalam bentuk apapun.
Kepemimpinan
dipertanyakan
negara
kekuatannya
dalam
dan
masalah
sistemnya,
bulog
kembali
karena
dengan
begitu mudahnya uang 40 milyar keluar dari Badan Urusan
Logistik. Sehingga perlu diperbaiki sitem Kepemimpinan dan
manajerial negarayang baik oleh para pejabat negara.
c.Saran-saran
1.
Adanya perbaikan Sistem Administrasi Negara dengan
adanya
pencatatan
dan
transparansi
dalam
mengolah
14
dana negara khususnya dalam kasus ini adalah dana non
budgeter BULOG.
2.
Adanya
perbaikan
kita
ketahui
manajemen
manajemen
menggerakkan dan
fasilitas
negara,
dalam
karena
adalah
seperti
proses
yang
mengarahkan tindakan aktivitas dan
usaha
kerjasama
agar
tujuan
yang
telah ditentukan benar-benar tercapai.
3.
Adanya
dalam
pelaksanaan
kepentingan
proses
apapun
hukum
dalam
tanpa
kasus
intervensi
BULOG
yang
melibatkan pejabat negara dan mantan pejabat negara.
DAFTAR PUSTAKA
Atmosudirjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1981
Siagian,
Sondang,
Proses
Patologi
Birokrasi
Analisis
Identifikasi, Ghalia Indonesiam, Jakarta, 1994
Indonesia,
Undang
Undang
Dasar
1945,
Sinar
Grafika,
Jakarta, 2000
Fatimah, Siti, Hayati, Tri, Hukum Birokrasi Negara, FHUI,
Depok, 2000
15
Robinson,
Dave,
Garrat,
Chris,
Mengenal
Etika
For
Beginners, Mizan, Jakarta, 1997
Noer, Deliar, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Mizan,
Jakarta, 1996
http://kompas.com/berita-terbaru/0112/06/headline/024.htm
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=73809&kat_id=23
www.detik.com
16