PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP KINERJA BANK UMUM KONVENSIONAL YANG MENYALURKAN KREDIT PADA UMKM: DENGAN KESEMPATAN INVESTASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Sri Ayem

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa *email: sriayemfeust@gmail.com

ABSTRACT

INFO ARTIKEL

There were two aims of the research. The first one was to Diterima: 17 November 2016 test the influence of corporate governance structures: institution Direview: 18 November 2016 ownership, public ownership, and board of director structure-- Disetujui: 12 Desember 2016 toward the corporate performance, and the second aim was to test Terbit: 15 Desember 2016

the possibility of investment opportunity set variable (IOS) play Keyword:

the role as a mediated variable between corporate governance corporate governance structure and corporate performance. Previous researches done structures,

management on the same topic had dominantly focused on direct relationship ownership,

Institutional of corporate governance and corporate performance. So far, the ownership, board of director, results of those researches were not conclusive yet.

investment opportunity set,

The banking corporations used as the sample were taken corporate performances from the Indonesian Stock Exchange (Jakarta Stock Exchange) which were active during the period of 2005-2011. Among 27 corporations, there were only 20 that fulfilled the sample requirements. The data were collecting by using pooling method ( data panel ) within 147 investigations.

The test results substructure one that examines the effect of institutional ownership, public ownership and composition of the board of directors of the investment opportunity set, showing the ownership structure (institutional ownership and public) did not significantly influence the investment opportunity, while the composition of the board of commissioners statistically have an influence on the investment opportunity set , Based on testing substructure 2 which tested the effect of the structure of institutional ownership, structure of public ownership, the board and the investment opportunity set on firm performance indicate ownership variables Institutional has no significant effect on the performance of commercial banks Conventional loan portfolio on SMEs, while public ownership, the composition of the board of commissioners and the investment opportunity set has a significant influence on the company's performance.

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 61 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 61

PENDAHULUAN

kepemilikannya lebih yang disajikan hanya sebesar Rp. 99,56 Miliyar, terkonsentrasi. Sementara, Wahidahwati (2002) atau lebih rendah sebesar Rp. 32,6 Milyar, atau menyatakan

perusahaan yang 24,7% dari laba awal yang dilaporkan (David memisahkan

bahwa

pengelolaan dan Parsaoran, 2009) sedangkan pada kasus serupa kepemilikan akan rentan terhadap konflik yaitu terjadi pada PT. Bank Lippo Tbk yaitu keagenan. Penyebab konflik antara manajer terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Pada dengan pemegang saham antara lain dalam hal tahun tersebut Bapepam menemukan adanya pembuatan keputusan pendanaan. tiga versi laporan keuangan yang berbeda yaitu

fungsi

komisaris independen laporan keuangan yang diiklankan di surat kabar diharapkan mampu meningkatkan peran dewan pada tanggal 28 November 2002, laporan komisaris sehingga tercipta good corporate keuangan yang disampaikan ke BEJ pada governance di dalam perusahaan. Manfaat tanggal 27 Desember 2002 dan laporan corporate governance akan dilihat dari premium keuangan pada tanggal 6 Januari 2003 yang yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas disampaikan oleh Kantor Akuntan Publik perusahaan (harga pasar). Ukuran dewan (Bapepam, 2003).

Adanya

dapat mempengaruhi Krisis ekonomi di Indonesia pada tahun kemampuan memonitor proses pelaporan 1997 yang juga menimbulkan krisis di keuangan seperti penelitian Midiastuty (2003) perbankan nasional selain disebabkan oleh dalam Mudjiyanti (2005) yang menyimpulkan faktor-faktor ekstern yaitu merosotnya nilai bahwa mekanisme kepemilikan manajerial, rupiah dibandingkan dengan mata uang asing kepemilikan institusional dan ukuran atau lainnya juga disebabkan oleh kondisi intern jumlah dewan mampu mengurangi konflik perusahaan itu sendiri yang pada umumnya kepentingan

(komisaris)

juga

stakeholders dan belum dikelola berdasarkan prinsip –prinsip meningkatkan kepercayaan investor. GCG. Berkaitan dengan struktur kepemilikan,

antara

Kepemilikan institusional dinilai dapat terjadi ketidakselarasan kepentingan antara dua mengurangi praktek manajemen laba karena kelompok pemilik perusahaan, yaitu controlling manajemen menganggap institusional sebagai dan

minority shareholders. Seringkali sophisticated investor dapat memonitor controlling

shareholders mengendalikan manajemen yang dampaknya akan mengurangi keputusan manajemen yang merugikan minority motivasi manajer untuk melakukan manajemen shareholders . Selain itu, struktur kepemilikan laba (Siregar dan Utama, 2005). Selain itu yang menyebar (manager-controlled) juga Investor institusional merupakan investor yang memberikan

investor yang cerdas terjadinya masalah keagenen daripada struktur (sophisticated) yang lebih dapat menggunakan kepemilikan yang terkonsentrasi (owner- informasi periode sekarang dalam memprediksi controlled ).

kontribusi

lebih

terhadap canggih

atau

laba masa depan dibandingkan dengan investor Husnan (2001) menyatakan bahwa non institusional (Siregar dan Siddharta, 2006 kepemilikan saham di bursa Indonesia dan dalam Diah dan Syafarudin). Moh’d et al (1998) Korea relatif sama yaitu terbagi dalam dua menyatakan bahwa investor institusional kelompok yakni pemegang saham pengendali merupakan pihak yang dapat memonitor agen dan pemegang saham minoritas. Pemegang dengan kepemilikannya yang besar; dan

62 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 62 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

(Bushee, 1998). Ada banyak definisi yang berkaitan Pertumbuhan pasar menunjukkan kinerja dengan corporate governance . Pengertian perusahaan membaik sehingga investor akan corporate governance menurut sebagian besar merespon positif dan nilai perusahaan akan pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi meningkat.

tinggi internasional seperti OECD atau negara-negara menunjukkan prospek perusahaan yang baik maju dalam tatanan common law system, sehingga investor akan merespon positif sinyal mengacu kepada pembagian kewenangan antara tersebut dan nilai perusahaan meningkat. semua pihak yang menentukan arah dan Singnally

Profitabilitas

yang

(1979) performance suatu perusahaan. Pihak-pihak mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi tersebut adalah pemegang saham, manajemen, menunjukkan prospek perusahaan yang bagus dan board of directors. Karena perbedaan sehingga investor akan merespon positif dan sistem hukum di Indonesia yang menganut civil nilai perusahaan akan meningkat. Investment law , maka ketiga pelaku utama tersebut adalah opportunity set (IOS) sebagai opsi investasi pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris. masa depan yang tidak hanya ditunjukkan Dengan demikian, direksi di Indonesia adalah dengan adanya proyek - proyek perusahaan saja manajemen

theory,

Bhattacarya

terminologi yang tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang digunakan dalam bahasa corporate governance, lebih tinggi dalam mengeksploitasi kesempatan sedangkan dewan komisaris lebih merupakan mengambil keuntungan. Bagi perusahaan yang board of directors. memiliki set kesempatan investasi tinggi

menurut

Finance Committee on Corporate senantiasa melakukan ekspansi dalam strategi Governance Malaysia mendefinisikan corporate bisnisnya, maka akan semakin membutuhkan governance sebagai proses dan struktur yang dana eksternal. Durnev dan Kim menjelaskan digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bahwa dengan adanya set kesempatan investasi bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah yang menguntungkan, maka return dari para peningkatan

pertumbuhan bisnis dan pemegang saham pengendali akan lebih besar akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan dibanding manfaat yang akan mereka peroleh akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran jika melakukan diskresi (kebebasan bertindak pemegang saham dalam jangka panjang, dengan dalam mengambil keputusan) terhadap sumber tetap memperhatikan kepentingan stakeholders daya perusahaan (Durnev dan Kim, 2003: 27 lainnya. Definisi ini menekankan bahwa sebaik dalam Taman, 2011).

apapun suatu struktur corporate governance Keberadaan Komisaris Independen, namun jika

prosesnya tidak berjalan Komite audit, Kepemelikan Publik, dan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir Kepemilikan Institusional diharapkan dapat melindungi kepentingan pemegang saham dan meningkatkan kinerja Perusahaan. Hal ini stakeholders tidak akan pernah tercapai. dikarenakan beberapa elemen tersebut dapat

Pada April 1998, (OECD) telah mengontrol kinerja manajemen sehingga mengeluarkan seperangkat prinsip corporate kinerja suatu perusahaan menjadi lebih baik. governance yang dikembangkan seuniversal Hal inilah yang mendorong atau menjadi mungkin. Hal ini mengingat bahwa prinsip ini motivasi penulis untuk mengetahui apakah disusun untuk digunakan sebagai referensi di keberadaan dewan komisaris, komite audit, berbagai Negara yang mempunyai karakteristik kepemilikan

kepemilikan sistem hukum, budaya, dan lingkungan yang institusional mempunyai pengaruh terhadap berbeda. Dengan demikian, prinsip yang kinerja Bank Konvensional yang menyalurkan universal tersebut akan dapat dijadikan kredit pada UMKM

publik,

dan

pedoman oleh semua Negara atau perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang berlaku dinegara masing- masing bilamana diperlukan. Prinsip-prinsip

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 63 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 63

hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan Berbagai pemikiran mengenai corporate financial dengan dewan komisaris dan direksi governance berkembang dengan bertumpu pada atau menjadi pemegang saham pengendali di agency theory dalam hal ini pengelolaan perusahaan lain. Ketiga, ketentuan bagi direktur dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. publik. Dalam standar penerapan fungsi internal Good corporate governance (GCG) secara audit bank publik, bank diwajibkan untuk definitif merupakan sistem yang mengatur dan menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung mengendalikan perusahaan yang menciptakan jawab atas kepatuhan bank terhadap regulasi nilai tambah (value added) untuk semua yang ada. stakeholder (Monks,2003). Ada dua hal yang

Strategi dan rencana Bank Indonesia ditekankan dalam konsep ini, pertama, mewajibkan bank untuk memikili rencana dan pentingnya hak pemegang saham untuk anggaran jangka panjang dan menengah dalam memperoleh informasi dengan benar dan tepat bentuk keputusan dewan direksi bank Indonesia pada waktunya dan, kedua, kewajiban tahun 1995, yang dimaksudkan bagi bank untuk perusahaan untuk melakukan pengungkapan memiliki strategi korporasi dan yang tertuang (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dengan jelas, termasuk nilai-nilai yang harus transparan terhadap semua informasi kinerja dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan di perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. dalam organisasi dan resikoresiko pengendalian. Konsep good corporate governance baru Mengenai governance outcome, Bank Indonesia popular di Asia. Konsep ini relatif berkembang juga telah mengeluarkan beberapa peraturan, sejak tahun 1990-an. Konsep good corporate antara lain transparansi mengenai kondisi governance baru dikenal di Inggris pada tahun keuangan bank dan peningkatan peran auditor 1992. Negara-negara maju yang tergabung eksternal.

diwajibkan untuk dalam kelompok OECD (kelompok Negara- mengungkapkan non performing loan (NPL), negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara) pemegang saham pengendali dan afiliasinya, mempraktikkan pada tahun 1999. Esensi dari praktik manajemen risiko dalam pelaporan corporate governance adalah peningkatan keuangan. kinerja perusahaan melalui supervisi atau

Bank

pemantauan kinerja manajemen dan adanya Struktur Kepemilikan

akuntabilitas manajemen terhadap pemangku

kepemilikan perusahaan kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka merupakan salah satu mekanisme dalam aturan dan peraturan yang berlaku.

Struktur

corporate governance (Novitasari, 2009 dalam Verawati, 2012). Menurut Keputusan Menteri

GCG di Lingkungan Perbankan

Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M- Dalam undang-undang No. 10 tahun MBU/2002, Corporate Governance adalah 1998 tentang Perbankan, secara umum telah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh diatur ketentuan yang terkait dengan GCG baik organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan yang

structure, usaha dan akuntabilitas perusahaan guna governance process , maupun governance mewujudkan nilai pemegang saham dalam outcome. Governance structure terdiri atas jangka panjang dengan tetap memperhatikan pertama, uji kelayakan dan kepatutan, (fit and kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan proper test), yang mengatur perlunya peraturan perundangan dengan nilai-nilai etika. peningkatan kompetensi

64 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 64 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

Masalah

corporate

sendiri dengan karakteristik kepemilikan dalam perusahaan mengembangkannya menjadi proksi IOS sesuai (Hastuti, 2005 dalam Putri 2011). Secara umum, dengan tujuan dan jenis data yang tersedia struktur kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu dalam penelitiannya (Subekti 2001). Karena kepemilikan menyebar dan kepemilikan IOS perusahaan terdiri dari proyek-proyek yang terkonsentrasi. Kepemilikan saham menyebar memberikan pertumbuhan bagi perusahaan, adalah jika kepemilikan saham secara relative maka IOS dapat menjadi pemikiran sebagai merata ke publik, tidak ada yang memiliki prospek pertumbuhan perusahaan (Prasetyo saham dalam jumlah besar. Sedangkan 2000). kepemilikan saham terkonsentrasi adalah

menghitung

Pertumbuhan perusahaan menurut Smith keadaan dimana sebagian besar saham dimiliki dan Watts (1 992, dalam Subekti dan Kusuma oleh sebagian kecil individu atau kelompok, 2001) dapat diproksikan oleh kombinasi dari sehingga pemegang saham tersebut memiliki berbagai nilai set kesempatan investasi. Nilai set jumlah saham yang relatif dominan (Verawati, kesempatan investasi ini dihitung dengan 2012).

kombinasi berbagai jenis proksi yang Kepemilikan saham publik adalah mengimplikasikan nilai aktiva di tempat berupa kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki nilai buku aktiva maupun ekuitas perusahaan oleh publik. Melalui pasar modal, perusahaan dan nilai kesempatan yang tumbuh suatu yang go public bisa menjual saham kepada perusahaan di masa depan berupa nilai pasar publik, diharapkan dapat mengembangkan perusahaan. Selanjutnya proksi-proksi IOS ini perusahaan dan mendorong terciptanya Good dijadikan sebagai dasar untuk menentukan Corporate Governance . Perusahaan yang go klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa public berarti sebagian sahamnya dimiliki depan apakah suatu perusahaan masuk dalam publik. Publik juga berhak untuk mengawasi klasifikasi yang bertumbuh atau tidak investasi mereka sehingga fungsi pengawasan bertumbuh (Subekti 2001). akan lebih transparan.

Kinerja Perusahaan

Investment Opportunity Set (IOS)

Salah satu tujuan perusahaan adalah Munculnya istilah IOS pertama kali memaksimalkan nilai

perusahaan yang dikemukakan oleh Myers (1977, dalam Subekti tercermin pada harga sahamnya. Apabila harga 2001) yang menguraikan pengertian perusahaan, saham meningkat, pemegang saham akan yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil mendapatkan kemakmuran secara maksimum (assets in place) dan opsi investasi masa depan. dari nilai perusahaan. Semakin tinggi harga Opsi Hubungan antara set kesempatan investasi saham sebuah perusahaan, semakin tinggi dengan kebijakan pendanaan investasi masa kemakmuran pemegang saham (Mahendra depan ini kemudian dikenal sebagai set 2011). Nilai perusahaan

yang tinggi kesempatan

kemakmuran bagi opportunity set (IOS) Menurut Gaver dan Gaver perusahaan dan pemegang saham. (1993, dalam Subekti dan Kusuma 2001), opsi

investasi

atau

investment mempresentasikan

Nilai perusahaan akan tercermin dari investasi masa depan atau set kesempatan harga sahamnya. Harga pasar dari saham investasi tidak semata-mata hanya ditunjukkan perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan dengan adanya proyek-proyek yang didukung penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, pasar perusahaan, karena harga pasar saham tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan lebih tinggi dalam mengeksploitasi kesempatan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk mengambil keuntungan dibandingkan dengan melalui indikator nilai pasar saham sangat perusahaan lain yang setara dalam suatu dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 65

Adanya peluang investasi dapat memberikan pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan masa datang (future earnings) yang lebih besar dimasa yang akan datang, sehingga dapat relatif dari laba sekarang. Dalam Fidyati (2004), meningkatkan nilai perusahaan (Fama, 1978 Shiller dan Pound (1989) menjelaskan bahwa dalam Wahyudi dan Pawestri, 2006). Penilaian investor institusional menghabiskan lebih dari eksternal perusahaan tentang asset banyak waktu untuk melakukan analisis perusahaan serta pertumbuhan pasar saham investasi dan mereka memiliki akses atas mendasari harga saham perusahaan. Harga pasar informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi dari saham perusahaan yang terbentuk antara investor lain. Investor institusional akan pembeli dan penjual di saat terjadi transaksi melakukan monitoring secara efektif dan tidak disebut nilai pasar perusahaan, karena harga akan mudah diperdaya dengan tindakan pasar saham dianggap sebagai cerminan dari manipulasi

dilakukan manajer. asset perusahaan yang sesungguhnya (Kariasih, Berdasarkan hal ini maka hipotesis yang 2011).

yang

diajukan adalah:

Salah satu alternatif yang digunakan H1: Kepemilikan institusional mempunyai dalam menilai perusahaan adalah dengan pengaruh terhadap kesempatan investasi

menggunanakan Tobin’s Q. Tobin’s Q

merupakan harga pengganti dari biaya yang Kepemilikan Publik dan Kesempatan dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang sama investasi

persis dengan asset yang dimiliki perusahaan. Kepemilikan saham publik diteliti oleh Rasio ini merupakan konsep yang berharga Murali dan Welch (1989) menunjukkan bahwa karena menunjukan estimasi pasar keuangan kepemilikan saham oleh publik mempunyai saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari pengaruh yang signifikan positif terhadap ROE. setiap dolar investasi incremental. Jika rasio-q Namun Mehran (2002) dalam penelitiannya di atas satu, ini menunjukan bahwa investasi menunjukkan hasil bahwa Kepemilikan saham dalam aktiva menghasilkan laba yang publik tidak berpengaruh signifikan terhadap memberikan nilai yang lebih tinggi daripada ROE, sehingga ditemukan adanya research gap pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang yang menguji pengaruh public ownership investasi baru. Sebaliknya, jika rasio-q di bawah terhadap ROE. Handayani (2007) Kepemilikan satu, maka investasi dalam aktiva tidaklah Publik tidak berpengaruh terhadap variabel menarik ( kariasih, 2011)

DER, artinya semakin besar proporsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh

Pengembangan Hipotesis

terhadap kebijakan hutang, hal ini dikarenakan Kepemilikan Institusional dan Kesempatan publik tidak memperhatikan kinerja manajemen,

investasi

publik hanya mengharapkan keuntungan saja.

Dalam hubungannya dengan fungsi H2: Kepemilikan Publik mempunyai monitor, investor institusional diyakini memiliki pengaruh positif terhadap kesempatan

kemampuan untuk

memonitor tindakan investasi

manajemen lebih baik dibandingkan investor

individual. Menurut Lee et al., (1992) dalam Ukuran Dewan Komisaris dan Kesempatan Fidyati (2004) menyebutkan dua perbedaan investasi

pendapat mengenai investor institusional. Dewan Komisaris memegang peranan Pendapat pertama didasarkan pada pandangan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama bahwa investor institusional adalah pemilik dalam

Good Corporate sementara (transfer owner) sehingga hanya Governance. Menurut Egon Zehnder, Dewan terfokus pada laba sekarang (current earnings). Komisaris - merupakan inti dari Corporate Perubahan pada laba sekarang dapat Governance - yang ditugaskan untuk menjamin mempengaruhi keputusan investor institusional. pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

pelaksanaan

Pendapat kedua memandang investor manajemen dalam mengelola perusahaan, serta institusional

yang mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada berpengalaman

sebagai

investor

(sophisticated). Menurut intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu

66 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 67

mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan - sedangkan Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen - maka Dewan Komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan. (Egon Zehnder International, 2000 hal.12-13).

Fungsi dewan komisaris untuk kondisi struktur corporate governance di Indonesia meliputi fungsi service dan kontrol. Fungsi service menyatakan bahwa dewan (komisaris) dapat memberikan konsultasi dan nasehat kepada manajemen (dan direksi). Penelitian Lorsch dan MacIver (1989) yang berbasis wawancara menemukan bahwa peranan pemberian saran (advisory) mendominasi aktivitas anggota dewan (Young et al., 2001). Anggota dewan komisaris yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983 dalam kusumawati dan Riyanto, 2005). Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan (komisaris) diambil dari teori agensi.

Fungsi service dan kontrol dewan komisaris sebagai mekanisme corporate governance ini dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Investor diharapkan akan menerima sinyal ini dan bersedia membayar premium yang lebih tinggi untuk perusahaan yang well-governed di Indonesia. Dengan demikian, penerapan good corporate governance berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor (Labelle, 2002 dalam Kusumawati dan Riyanto, 2005). Berdasarkan hal ini maka hipotesis yang diajukan adalah

H 3 : Dewan komisaris mempunyai pengaruh terhadap kesempatan investasi

Kepemilikan Institusional dan Kinerja Perusahaan

menggunakan sampel lebih dari 1000 perusahaan menemukan bahwa Tobin’s Q

berhubungan secara positif dengan proksi kepemilikan saham oleh investor individual. Pengukuran kinerja dengan Tobin’s Q diyakini bisa memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan, karena Tobin’s Q

didapat dari nilai pasar ekuitas ditambah nilai pasar hutang dibagi dengan nilai buku aktiva. Tobin’s Q memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor. Mc Connel dan Servaes (1990) menemukan bahwa Qtobin berhubungan positif dengan proksi kepemilikan saham oleh investor institusional. Berdasarkan hal ini maka hipotesis yang diajukan adalah.

H 4 : Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan

Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Kinerja

Semakin besar kepemilikan saham publik maka akan semakin besar mekanisme pengendalian terhadap perilaku manajemen. Keberadaan komposisi pemegang saham publik akan memudahkan monitoring, intervensi atau beberapa pengaruh kedisiplinan lain pada manajer, yang pada akhirnya akan membuat manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Komposisi pemegang saham publik juga akan mempengaruhi pemilikan anggota dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan. Dengan kata lain meningkatnya pemilik saham publik akan disertai pula dengan semakin besarnya terpilihnya dewan yang berasal dari luar, yang pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan

H5: Kepemilikan publik mempunyai pengaruh positip terhadap kinerja terhadap kinerja perusahaan

Ukuran Dewan Komisaris dan Kinerja

Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner, Drobetz, Schmid dan Zimmermann (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance . Hal ini diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam Beiner et al. (2003) yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme governance Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner, Drobetz, Schmid dan Zimmermann (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance . Hal ini diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam Beiner et al. (2003) yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme governance

efektif daripada dewan yang ukurannya kecil. Populasi penelitian ini adalah seluruh Brown dan Caylor (2004) meneliti perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI mengenai pengaruh corporate governance yang menyalurkan kredit pada UMKM. terhadap kinerja operasional (return on equity, Pemilihan

berdasarkan metode profit margin, and sales growth ), penilaian purposive sampling dengan tujuan mendapatkan (Tobin’s Q) dan shareholder payout (dividend sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yield dan share repurchases). Corporate yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang governance diukur dengan menggunakan Gov- dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 1) Score , yang berdasar pada data yang disediakan termasuk dalam perusahaan perbankan yang

sampel

Institutional Shareholder Services. Hasil menyalurkan kredit pada UMKM selama penelitiannya menyebutkan bahwa perusahaan periode 2005-2011, 2) menerbitkan laporan dengan tata kelola yang lebih baik relatif lebih keuangan untuk periode yang berakhir 31 profitable , memiliki Tobin’s Q yang lebih dan Desember selama periode pengamatan 2005- pembayaran kepada pemegang saham yang 2011, 3) laporan keuangan disajikan dalam lebih baik. Brown dan Caylor (2004) juga rupiah, 4) semua data yang dibutuhkan untuk menemukan bahwa perusahaan

dengan penelitian ini tersedia dengan lengkap. independent boards mempunyai return on

equity , profit margin dan dividend yield yang Variabel dan Pengukurannya lebih tinggi. Berdasarkan hal ini maka hipotesis Variabel Dependen

yang diajukan adalah Variabel dependen dalam penelitian H6: Dewan komisaris berpengaruh positif ini adalah kinerja . Variabel dependen dalam

terhadap kinerja perusahaan.

penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan diukur dengan nilai Tobin Q. Nilai

Kesempatan investasi dan Kinerja

Q yang dihitung dengan menggunakan Tobin-Q Kesempatan

/Investment sebagai ukuran kinerja perusahaan yang Opportunity Se t menunjukkan

investasi

investasi dikembangkan oleh Himmelberg, Hubbard, dan perusahaan atau opsi pertumbuhan. Nilai opsi Palia (1999) dan Iturriaga dan Sanz (2000) pertumbuhan

pada dalam Siallagan (2006). Kinerja perusahaan discretionary expenditure manajer. Manajemen diukur dengan rumus Q-Tobin sebagai berikut: investment

membutuhkan Q-Tobin =

pembuatan keputusan dalam lingkungan yang Nilai pasar ekuitas + Nilai buku utang tidak pasti dan konsekuensinya tindakan

Nilai Buku total Ekuitas manajerial menjadi lebih unobservable (Smith dan Watts, 1992 dalam Wah, 2002).

Variabel Independen

Nilai perusahaan yang dibentuk melalui Variabel independen yang digunakan indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi dalam penelitian ini meliputi: oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran 1. Kepemilikan Institusional = dihitung dengan investasi memberikan sinyal positif tentang

besarnya persentanse saham yang dimiliki pertumbuhan perusahaan di masa yang akan

oleh investor institusional. datang, sehingga meningkatkan harga saham 2. Kepemilikan Publik = dihitung dengan sebagai indikator nilai perusahaan (signaling

besarnya persentase saham yang dimiliki theory ). Berdasarkan hal ini maka hipotesis

oleh publik.

yang diajukan adalah

3. Komposisi Komisaris Independen = dihitung

H 7 : Keputusan Investasi mempunyai

dengan persentase jumlah komisaris

pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

independen terhadap jumlah total komisaris .

yang ada dalam susunan dewan komisaris.

4. Kesempatan investasi atau Investment opportunity set (IOS)

68 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

Proksi IOS yang dipilih dalam penelitian investasi yang dimiliki perusahaan. Hal ini ini adalah proksi IOS yang digunakan oleh dapat dijelaskan melalui hubungan bahwa Smith dan Watts (1992), oleh Gaver & Gaver semakin rendah MKTBKASS maka akan (1992), oleh Sami et al.(1999) dan oleh Hartono semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver and (1999), yang merupakan proksi IOS paling valid Gaver (1993) juga menemukan bahwa semakin sebagai proksi pertumbuhan. Proksi IOS tinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai tersebut adalah Rasio market to book value of buku, maka akan semakin tinggi pula nilai IOS. asset ( MKTBKASS), Rasio MKTBKASS Rasio MKTBKASS diukur dengan dengan diharapkan dapat mencerminkan peluang menggunakan

rumus

sebagai berikut:

Metoda analisa Data

Penentuan Sampel

Penelitian ini menggambarkan pola Populasi dalam penelitian ini adalah hubungan yang mengungkapkan pengaruh semua perusahaan perbankan yang merupakan seperangkat variabel terhadap variabel lainnya, Bank Umum Konvensional yang menyalurkan baik secara langsung maupun melalui variabel Kredit pada UMKM yang terdaftar di BEI. lain sebagai variabel intervening . Pola Sampel perusahaan dipilih dari keseluruhan hubungan yang semacam ini dapat dianalisis populasi perusahaan di BEI dan berdasarkan dengan path analysis, dengan langkah-langkah ketersediaan data untuk menghitung variabel- (Pedhazur, 1982: 580-583) dalam Wahyudi dan variabel yang dijelaskan sebelumnya. Periode Pawestri, 2006. Pengolahan data untuk analisis penelitian dari tahun 2005- 2011. Perusahaan data dan menguji hipotesis dilakukan dengan Perbankan yang terdaftar pada BEI pada tahun bantuan software program e-Views 5. Sesuai 2005-2011 sebanyak 27 perusahaan, dari 27 dengan kerangka pemikiran dan pengajuan perusahaan tersebut terdapat 6 perusahaan yang hipotesis maka dapat dibuat model dalam tidak memenuhi kriteria pemilihan sampel, bentuk persamaan dan diagram jalur . Model sehingga banyaknya sampel yang terpilih adalah dalam bentuk persamaan:

21 bank. Periode pengamatan 7 tahun sehingga jumlah data yang digunakan adalah sebanyak

X 5 = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε 1 147 (21x7)

Y =β 0 +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 + β 4 X 4 +ε 2 ,

Statistik Deskriptif

Keterangan:

Statistik deskriptif menjelaskan atau Y : Kinerja

menggambarkan masing-masing variabel yang

X 1 : Kepemilikan Institusional terkait dalam penelitian ini. Statistik deskriptif

X 2 : Kepemilikan Publik digambarkan pada tabel 4.1 terdiri dari nilai

X 3 : Komposisi Dewan Komisaris mean, median, nilai maksimum, minimum,

X 4 : Kesempatan investasi standar deviasi, skewness, jarque-Bera, ε = error term

Probabilitas, dan, jumlah observasi semua variabel

Statistik deskriptif digambarkan pada tabel 4.1 sebagai berikut:

penelitian.

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 69

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Semua variabel Penelitian

0.220000 Std. Dev.

116984.5 Sum Sq. Dev. 56388.98

2.02E+08 Observations 147

147 Cross sections 21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Purnamawati, 2004 yang dikutip oleh Sillagan, Penelitian ini menggunakan metoda 2006). Generalized least square ( GLS ) untuk

Selain itu metoda GLS dapat menguji dan membuktikan hipotesis yang menghilangkan heteroskedastisitas dengan diajukan. Alasan menggunakan metoda GLS ini mengaktifkan

heterskedasticity dibandingkan Ordinary Least Square (OLS) covariance . Metoda GLS juga dapat adalah

white

bahwa menghilangkan cross section heteroskedasticity menggunakan OLS mensyaratkan berbagai dengan menggunakan cross section weight. asumsi yang harus dipenuhi sebelum mengolah GLS

adanya

pertimbangan

timbangan terhadap data dan menguji hipotesis yang diajukan covariance yang bias dalam persamaan metoda sehingga beta (β) yang akan dihasilkan tidak OLS hingga pengaruh

memberikan

cross section bias dan mengingat bahwa data yang digunakan heteroskedasticity dapat

dihilangkan dalam penelitian ini bersifat pooled data ( Data (Purnamawati,2004 dalam Sillagan, 2006). Panel ). (Koutsoyianas, 1978; Yue Fang, et al, Autokorelasi tidak tampak dalam penelitian ini 2001 dalam Purnamawati, 2004 yang dikutip karena sifat data yang diuji terhadap 84 sampel oleh Sillagan, 2006). Metoda GLS dapat adalah dalam bentuk pooled data (data panel). mentransform beta yang dihasilkan dalam Jumlah sampel 100 lebih besar dibandingkan persamaan OLS, dengan demikian asumsi- dengan jumlah periode pengamatan (5 tahun ) asumsi tersebut dapat dipenuhi. GLS juga sehingga

autokorelasi tidak memungkinkan dilakukannya iterasi sehingga menyebabkan

masalah

dalam estimasi ( akan didapati weight dan koefisien beta yang Gujarati,1995 dalam Sillagan, 2006 ) paling convergence yaitu nilai likelihood

bias

statistic yang paling tepat sehingga model dapat Pengujian Substruktur 1: Menguji Hipotesis mencerminkan kondisi yang sebenarnya ( 1,2,3

quantitative micro

software dalam

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metoda GLS. Hasil pengujian ini

70 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 70 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

Persamaan regresi pertama unmtuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut:

Hasil Regresi ditunjukkan dalam tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Struktur Corporate Governance terhadap Set Kesempatan Investasi

Dependent Variable: Y1? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Sample: 2005 2011 Included observations: 7 Cross-sections included: 21 Total pool (balanced) observations: 147 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Std. Error t-Statistic Prob.

C 224.7351 33.19455 6.770242 0.0000

X1? 0.473812 0.379725 -1.247778 0.2146 -

X2? 0.027041 0.579003 -0.046703 0.9628 -

X3? 1.267989 0.321292 -3.946533 0.0001

Weighted Statistics

R-squared 0.694976 Mean dependent var 182.4152 Adjusted R-squared 0.619372 S.D. dependent var

206.7758 S.E. of regression

1904083. F-statistic

127.5704 Sum squared resid

1.614215 Prob(F-statistic)

9.192299 Durbin-Watson stat

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut nampak lain yang tidak dimasukkan dalam model bahwa model tersebut dapat digunakan untuk penelitian ini. memprediksi set kesempatan investasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari uji F dengan

nilai F-statistik sebesar 9,192 dengan tingkat Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusional signifikansi 0,00. koefisien determinan ( R 2 ) terhadap Set Kesempatan Investasi

0,6193 atau 61,9% dengan tingkat signifikansi Hasil analisis sebagaimana disajikan 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pada Tabel 4.2, menunjukkan pengaruh variabel struktur corporate governance dalam hal ini kepemilikan manajerial (X 1 ) terhadap set kepemilikan

manajemen, kepemilikan kesempatan investasi (Y1) dengan nilai institusional dan komposisi dewan komisaris koefisien beta yang diperoleh sebesar -0,47 dan terhadap set kesempatan investasi secara nilai t = -1,247 dengan tingkat signifikansi bersama-sama sebesar 61,9%, sedangkan 0,214. Secara statistik dapat dinyatakan bahwa sisanya sebesar 38,1% dipengaruhi oleh variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap set kesempatan

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 71 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 71

komposisi dewan signifikan dan koefisien yang diperoleh komisaris terhadap set kesempatan investasi

variabel

menunjukkan tanda negatif sehingga hasil ini Hasil analisis sebagaimana disajikan tidak mendukung hipotesis pertama (H1) yang pada Tabel 4.2, menunjukkan pengaruh variabel menyatakan

kepemilikan institusional komposisi dewan komisaris ( X 3 ) terhadap set mempunyai

terhadap kempatan investasi (Y1) dengan nilai koefisien kesempatan investasi. Hasil ini sesuai dengan beta yang diperoleh sebesar -1,267 dan nilai t = temuan Wahyudi dan Pawestri (2006) yang -0,046 dengan taraf signifikansi yang diperoleh menemukan kepemilikan institusional tidak sebesar 0,00, sehingga secara statistik dapat berpengaruh signifikan terhadap keputusan dinyatakan bahwa komposisi dewan komisaris investasi, dan mendukung pendapat Lee et.al. berpengaruh secara signifikan terhadap set (1992) dalam Fidayati (2004), yang menyatakan kesempatan investasi. Hasil ini mendukung

pengaruh

positif

bahwa investor institusional adalah pemilik hipotesis ketiga ( H 3 ) yang menyatakan sementara ( transfer owner ) sehingga hanya komposisi dewan komisaris mempunyai terfokus pada laba sekarang ( current earning ).

pengaruh signifikan terhadap kesempatan investasi. Hal ini mengindikasikan adanya peran penting anggota dewan komisaris dalam

Pengaruh variabel kepemilikan Publik pengambilan keputusan setiap ada kesempatan

terhadap set kesempatan investasi

investasi (pemberian saran dan konsultasi ). Hasil analisis sebagaimana disajikan Hasil ini mendukung pendapat Egon Zehnder pada Tabel 4.2 menunjukkan pengaruh variabel yang menyatakan dewan komisaris merupakan kepemilikan publik (X2) terhadap set inti dari corporate governance yang ditugaskan kesempatan investasi (Y1) dengan nilai untuk

pelaksanaan strategi koefisien beta yang diperoleh sebesar -0,027 perusahaan, mengawasi manajemen dalam dan nilai t = -0,046 dengan tingkat signifikansi mengelola perusahaan, serta mewajibkan yang diperoleh sebesar 0,96. Dengan akuntabilitas. menggunakan taraf signifikansi 5% ( 0,96 > 0,05 ) secara statistik dapat dinyatakan bahwa

menjamin

kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap Pengujian Substruktur 2: Menguji Hipotesis set kesempatan investasi. Hasil ini tidak 4,5,6,7

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menyatakan: Kepemilikan publik mempunyai menggunakan GLS. Hasil pengujian ini pengaruh terhadap kesempatan investasi.

mendukung hipotesis pertama (H 2 ) yang

menggunakan tingkat signifikansi 0,05 ( 5% ). Persamaan Regresi untuk menguji hipotesis 4,5,6,7 adalah sebagai berikut

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Struktur GCG dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kinerja

Dependent Variable: Y2? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Sample: 2005 2011 Included observations: 7 Cross-sections included: 21 Total pool (balanced) observations: 147 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

72 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

Std. Error t-Statistic

Prob.

C 46.62150 345.8327 -0.134809 0.8930 -

X1? 4.721874 3.328703 -1.418533 0.1587 X2?

Weighted Statistics

R-squared 0.773371 Mean dependent var 935.4175 Adjusted R-squared 0.714760 S.D. dependent var

1326.068 S.E. of regression

58183542 F-statistic

708.2247 Sum squared resid

1.375290 Prob(F-statistic)

13.19498 Durbin-Watson stat

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut dapat 1,414 dengan tingkat signifikansi yang dilihat bahwa model tersebut dapat digunakan diperoleh sebesar 0,15. Dengan menggunakan untuk memprediksi kinerja. Hal ini dapat dilihat taraf signifikansi 5% ( 0,15 > 0,05 ) secara dari uji F dengan nilai F-statistik sebesar 13,19 statistik dapat dinyatakan bahwa kepemilikan dengan signifikansi p = 0,000. Hal ini institusional tidak mempunyai pengaruh menunjukkan bahwa model adalah linier. Hasil terhadap

perusahaan. Variabel regresi menunjukkan

kinerja

pengaruh struktur kepemilikan institusional mempunyai koefisien kepemilikan institusional, struktur kepemilikan beta negatif sehingga hasil ini tidak mendukung manajemen, dan komposisi dewan komisaris, hipotesis kelima ( H 5 ) yang menyatakan serta set kesempatan investasi secara bersama- Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh sama terhadap kinerja perusahaan sesuai dengan positif terhadap kinerja. nilai R Square sebesar 0,715 atau sebesar

Hal ini mengindikasikan peranan para 71,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh investor institusional dalam peningkatan kinerja struktur corporate governance dalam hal ini perusahaan masih relatif kecil. Hasil ini struktur kepemilikan institusional, struktur menunjukkan

semakin tinggi kepemilikan manajemen, dan komposisi dewan kepemilikan saham oleh investor institusional komisaris, serta set kesempatan investasi secara maka kinerja perusahaan akan semakin rendah. bersama-sama terhadap kinerja perusahaan Hal ini mungkin terjadi pada perusahaan sampel adalah sebesar 71,5% sementara sisanya mengingat pemilik saham mayoritasnya adalah sebesar 28,5% dipengaruhi oleh variabel lain para investor institusional yang barangkali yang tidak dimasukkan dalam model penelitian pertimbangan dalam melakukan investasi ini.

bahwa

bukan karena kinerja perusahaan melainkan mungkin untuk memenuhi prinsip GCG yang

Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusional diterapkan

dalam

Peraturan Bank

terhadap Kinerja Perusahaan

Indonesia.Hasil ini juga menunjukkan bahwa Hasil analisis sebagaimana disajikan ada pihak lain yang lebih mempunyai peran pada Tabel 4.3 menunjukkan pengaruh variabel penting dalam mendukung keberhasilan kinerja kepemilikan institusional (X1) terhadap kinerja perusahaan. perusahaan (Y2) dengan nilai koefisien beta yang diperoleh sebesar -4,721 dan nilai t = -

p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646 73

Pengaruh Variabel Kepemilikan Publik kinerja perusahaan. Hasil ini mendukung

terhadap Kinerja Perusahaan

hipotesis keenam (H 6 ) yang menyatakan: Hasil analisis sebagaimana disajikan Dewan komisaris mempunyai pengaruh positif pada Tabel 4.3 menunjukkan pengaruh variabel terhadap kinerja. Hasil ini mengindikasikan kepemilikan institusional ( X 2 ) terhadap kinerja adanya peran dewan komisaris independen perusahaan ( Y ) dengan nilai koefisien beta 1 dalam meningkatkan kinerja perbankan. yang diperoleh sebesar 11,00 dan nilai t = 2,854

dengan tingkat signifikansi yang diperoleh Pengaruh Variabel Set Kesempatan Investasi sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf terhadap Kinerja Perusahaan

signifikansi 5% ( 0,000< 0,05 ) secara statistik Hasil analisis sebagaimana disajikan dapat dinyatakan bahwa kepemilikan publik pada Tabel 4.3 menunjukkan pengaruh variabel berpengaruh

kinerja set kesempatan investasi ( Y1 ) terhadap kinerja perusahaan. Secara statistik hasil kepemilikan perusahaan ( Y2 ) dengan nilai koefisien beta publik mempunyai pengaruh terhadap kinerja yang diperoleh sebesar 4,480 dan nilai t = 4,77 perusahaan

positif

terhadap

regresi dengan tingkat signifikansi yang diperoleh menunjukkan tanda positif sehingga hasil ini sebesar 0,00. Dengan menggunakan taraf mendukung hipotesis keempat (H 6 ) yang signifikansi 5% ( 0,00< 0,05 ) secara statistik menyatakan kepemilikan publik mempunyai dapat dinyatakan bahwa set kesempatan pengaruh positif terhadap kinerja. Hasil ini investasi mempunyai pengaruh positif terhadap mengindikasikan adanya peran monitor to kinerja perusahaan. Hasil ini mendukung monitor oleh publik kepada perbankan

dengan

koefisien

hipotesis ketujuh (H 7 ) yang menyatakan set kesempatan investasi mempunyai pengaruh Pengaruh Variabel Komposisi Dewan positif terhadap kinerja perusahaan.

Komisaris terhadap Kinerja Perusahaan Hasil analisis sebagaimana disajikan Diagram Jalur

pada Tabel 4.3 menunjukkan pengaruh variabel Berdasarkan koefisien jalur Pengaruh kompoisisi dewan komisaris (X 3 ) terhadap variabel kepemilikan institusional, kepemilikan kinerja perusahaan (Y 2 ) dengan nilai koefisien publik, komposisi dewan komisaris, terhadap beta yang diperoleh sebesar 7,22 dan nilai t = kinerja, dengan kesempatan investasi sebagai 2,22 dengan tingkat signifikansi yang diperoleh variabel mediasi maka digambarkan diagram sebesar 0,00. Dengan menggunakan taraf jalur yang menjelaskan pola hubungan antar signifikansi 5% ( 0,00 < 0,05 ) secara statistik variabel tersebut, seperti yang nampak pada dapat dinyatakan bahwa komposisi dewan gambar 4.1 berikut ini: komisaris mempunyai pengaruh positif terhadap

Gambar 4.1 Diagram Jalur menurut koefisien Jalur masing-masing variabel

X 1 -0,0788 Type equation here. -0,0594

X 2 Y 1 Y 0,5951 2

Type equation here. -0,003

Type equation here.

Type equation here.

X 3 Type equation here.

74 p-ISSN: 2088-768X | e-ISSN: 2540-9646

KESIMPULAN

kesempatan investasi karena secara empiris Berdasarkan hasil pengujian substruktur dapat mempengaruhi kinerja. satu yang menguji pengaruh kepemilikan

institusional, kepemilikan publik dan komposisi REFERENSI

dewan komisaris terhadap set kesempatan Agustina M.V Norpratiwi, Analisis Korelasi

Investment opportunity Set terhadap variabel struktur kepemilikan (kepemilikan

investasi, (Pengujian H 1 ,H 2 ,H 3 ) menunjukkan

Saham (Pada Saat institusional dan Publik) tidak berpengaruh

Return

Pelaporan Keuangan Perusahaan), signifikan terhadap kesempatan investasi,

STIE YKPN Yogyakarta sementara komposisi dewan komisaris secara

Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko, statistik mempunyai pengaruh terhadap set

Faktor-Faktor yang kesempatan investasi. Berdasarkan pengujian

Analisis

mempengaruhi Kualitas Laba dan substruktur 2 yang menguji pengaruh struktur

Perusahaan, Simposium kepemilikan institusional, struktur kepemilikan

Nilai

Nasional Akuntansi X, Makassar, publik, dewan komisaris serta set kesempatan

investasi terhadap

kepemilikan Beasley, Mark S. (1996). An Empirical Analysis Institusional tidak mempunyai pengaruh

variabel

of the Relation Between the Board signifikan terhadap kinerja Bank umum

of Director Composition and Konvensional yang menyalurkan kredit pada

Financial Statement Fraud. The UMKM, sedangkan kepemilikan publik,

Accounting Review , Vol.17. No.4, komposisi dewan komisaris, dan set kesempatan

Oktober, hal.443-465. investasi mempunyai pengaruh signifikan Boediono, Gideon.2005. Kualitas Laba: Studi terhadap kinerja perusahaan

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

dan Dampak

Keterbatasan

Laba dengan Penelitian ini hanya menggunakan satu

Manajemen

Analisis Jalur. jenis perusahaan yaitu perusahaan perbankan

Menggunakan

Simposium Nasional Akuntansi yang terdaftar di BEI, sehingga hasil penelitian

(SNA) VIII Solo . ini tidak dapat digeneralisasi. Selain itu perusahaan perbankan mempunyai karakteristik Brown , Lawrence D., dan Marcus L. Caylor.

tersendiri yang membedakan dengan jenis 2004. Corporate Governance and perusahaan lain dan perusahaan perbankan sarat