ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SERTA KONTRIBUSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2009-2014
ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SERTA KONTRIBUSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2009-2014
Ryfal Yoduke* Sri Ayem
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta *mioevettyoduke@gmail.com
ABSTRACT
The study was conducted in Bantul, for research purposesprovides an overview of (1) the effectiveness of the tax year dearah to PAD2009-2014; (2) efficiency at local levies to PAD 2009- 2014; (3)Local Tax contribution to PAD for 2009-2014;(4) contribution levies Area to PAD 2009- 2014.The nature of the research include descriptive, population is the report Bantul year's actual revenue and budget realization report service producer Retribution 2009-2014, also at the same till. Method Data collection is a method of secondary data, as well as techniques to analyze the data using the ratio of effectiveness, efficiency ratio, and the ratio of contribution. The study found that the level of effectiveness of the Local Tax 2009, 2011, 2012, 2013, 2014, very effective, and in 2010 effective. Level Retribution efficiency 2009-2014, entirely exceeded 100% andotherwise very ineffective. Local Tax contribution in 2009 at the level ofless; In 2010, 2011, 2014 moderate; 2012 and 2013 is quite good. Contributions Retribution 2009 at a very good level, 2010-2013 criteria is less,2014 is very less.
Keywords: Effectiveness and Efficiency, Contributions, Local Taxes and Levies, PAD
PENDAHULUAN
adalah dengan mengeluarkan Undang-undang Meningkatnya volume pembangunan Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dari tahun ke tahun dan ditambah dengan dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah naiknya populasi penduduk dan kebutuhan dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 hidup merupakan masalah dan beban dan terakhir diubah dengan Undang-undang pembangunan yang patut dicermati, upaya Nomor 28 Tahun 2009 (Undang-undang pemecahan masalah dan beban pembangunan selanjutnya disebut dengan UU dan Nomor tersebut menuntut peran pemerintah secara disebut dengan No.) berkesinambungan.
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah pusat memiliki kemampuan dari sisi Pemerintahan Daerah pada bab 5 paragraf kedua memobilisasi dana pembangunan melalui pasal 157 menjelaskan tentang Pendapatan, sumber-sumber penerimaan negara, sedangkan Belanja, dan Pembiayaan. Komponen sumber pemerintah daerah dihadapkan pada masalah pendapatan keuangan pemerintah daerah adalah keterbatasan
penerimaan terdiri atas:
sehingga pembiayaan daerah masih bergantung
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya pada pemerintah pusat. Tekad pemerintah untuk disebut PAD, yaitu: mewujudkan otonomi yang nyata dan
1) hasil pajak daerah;
bertanggung jawab
melalui
pemberian
2) hasil retribusi daerah;
kewenangan yang lebih besar terhadap daerah
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang merupakan
dipisahkan; dan
memberdayakan potensi daerah di berbagai
4) lain-lain PAD yang sah; bidang pembangunan, salah satu kebijakan
b. dana perimbangan; dan
pemerintah untuk menunjang ekonomi daerah
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pada UU No. 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan Pemerintah Pusat dan Daerah Bab
I Pasal
1 ayat 18
menyebutkanPendapatan Asli Daerah, adalah pendapatan
yangdipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya pada Bab IV Pasal 5 merinci penjelasan tentang sumber penerimaan daerah sebagai berikut : (1) Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan
Pendapatan Daerah dan Pembiayaan; (2) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: (a). Pendapatan Asli Daerah; (b) Dana Perimbangan; dan (c) Lain- lain Pendapatan. (3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: (a) sisa lebih perhitungan anggaran Daerah; (b) penerimaan Pinjaman Daerah; (c) Dana Cadangan Daerah; dan (d) hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pasal 6 ayat
1 di UU tersebut merinci bagian-bagian yang termasuk dalam PAD bersumber dari: (a) Pajak Daerah; (b) Retribusi Daerah; (c) hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan (d) lain-lain PAD yang sah.
Pemerintah daerah sebagai hasil implikasi sistem otonomi daerah menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui Peraturan Daerah (Perda). Perda tentang APBD selalu memuat ringkasan tentang PAD beserta target yang harus dicapai dalam satu tahun berjalan (tahun kalender). Berdasarkan UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 kemudian di perjelas pada UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bab 1 pasal 10 menjelaskan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat;
kemudian pada pasal 64 menyebutkan bahwa Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasaatau pemberian izin tertentu yang khusus disediakandan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untukkepentingan orang pribadi atau Badan. Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pandapatan asli yang lazim didaerah kabupaten/kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, sedangkan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Yani 2009:63dikutip dari Prameka, 2012).
Penjelasan komponen Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 adalah Retribusi Jasa Umum : Pelayanan kesehatan, Pelayanan kebersihan, Penggantian beban cetak KTP dan beban cetak akta catatan sipil, Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, Pelayanan parkir ditepi jalan, Pelayanan pasar, Pengujian kendaraan bermotor, Pemerikasaan alat pemadam, Penggantian beban cetak peta, Penyediaan dan atau penyedotan kakus, Pengelolaan limbah cair, Pelayanan tera/tera ulang, Pelayanan pendidikan, Pengendalian menara telekomunikasi; Retribusi Jasa Usaha : Pemakaian kekayaan daerah, Jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, Jasa usaha tempat pelelangan, Jasa usaha terminal, Jasa usaha tempat khusus parkir, Jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa, Jasa usaha rumah potong hewan, Jasa usaha pelayanan pelabuhan, Jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga, Penyebrangan di air, Jasa usaha penjualan produksi usaha daerah; Jasa Izin Tertentu : Izin mendirikan bangunan, Izin tempat penjualan minuman beralkohol, Izin gangguan Izin trayek, Izin usaha perikanan.
Penetapan
tarif
retribusi daerah ditentukan sebagai berikut : (1) tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan
jasa
yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan; (2) Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 pasal 153, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan; (2) Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 pasal 153, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif
keuntungan keseluruhan, serta perbandingan Menurut Mikha (2010) Pajak Daerah bersama target. Kontribusi adalah angka yang dan Retribusi Daerah merupakan komponen diberikan oleh Pajak Daerah dan Retribusi PAD, memiliki prospek yang baik untuk Daerah terhadap jumlah keseluruhan pada angka dikembangkan. Oleh karena itu Pajak Daerah PAD yang dicapai maupun angka pada target dan Retribusi Daerah harus dikelola secara yang ditetapkan. profesional dan transparan dan dalam rangka
Analisis efektivitas pajak daerah yaitu optimalisasi
meningkatkan analisis yang menggambarkan kemampuan kontribusinya terhadap PAD. Sidik (2002) pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD melalui penelitian tentang optimalisasi Pajak yang direncanakan dibandingkan dengan target Daerah dan Retribusi Daerah dalam rangka yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah meningkatkan kemampuan keuangan daerah (Halim, 2004: 135 dalam Octovido dkk, 2014). mengemukakan bahwa Pajak Daerah dan Rasio Efektivitas menurut Handoko (2013) Retribusi Daerah merupakan komponen PAD adalah rasio yang menggambarkan kemampuan yang
serta
usaha
komponen pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD penerimaan utama bagi daerah, sehingga yang didapatkan dibandingkan dengan anggaran ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah, (Dana Perimbangan) semakin berkurang dan semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin daerah diharapkan memiliki akuntabilitas yang baik kinerja pemerintah. Analisis kontribusi tinggi kepada masyarakat lokal.
seharusnya
menjadi
merupakan rasio PAD dalam t tahun dengan Dari penguraian beberapa kutipan penerimaan daerah pada tahun yang sama. penelitian sebelumnya, dapat simpulkan bahwa Analisis kontribusi digunakan untuk mengetahui Pajak Daerah adalah komponen PAD yang seberapa besar peranan seluruh penerimaan diperoleh daerah dari masyarakat sebagai suatu daerah (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) kewajiban tanpa adanya janji penerimaan dalam meningkatkan PAD, sehingga dengan (pengembalian) manfaat kembali secara adanya data tersebut dapat memberikan langsung oleh masyarakat dari daerah. Retribusi gambaran yang jelas mengenai tindakan atau Daerah menurut simpulan penulis adalah kebijakan yang harus dilakukan pemerintah kewenangan daerah untuk menarik imbalan dari daerah dalam usaha meingkatkan peran seluruh masyarakat atau orang pribadi atau badan yang penerimaan daerah tersebut (Mikha, 2010). memerlukan palayanan dan memperoleh serta Kabupaten Bantul adalah salah satu pemerintah menerima jasa dan/atau prestasi dan/atau daerah yang menyelenggarakan UU No. 28 manfaat tertentu sebagai hasil timbal-balik dari Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi imbalan yang dibayarkan masyarakat atau orang Daerah sebagai sumber PAD untuk membiayai pribadi atau badan oleh daerah.
proses operasional pemerintahan di daerah, Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimana proses tersebut membutuhkan dukungan tidak lepas dari efektivitas dan efisiensi serta sumber daya finansial yang cukup besar. kontribusi terhadap PAD. Efektivitas adalah Sumber daya finansial tersebut dapat diperoleh tingkat angka pencapaian pemerintah dalam melalui PAD yang tergolong dalam empat memungut atau menarik Pajak Daerah dan komponen besar yaitu (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah yang dibandingkan dengan Retribusi Daerah, (3) Hasil pengelolaan target yang telah ditentukan sebelumnya. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan (4) Lain- Efektivitas adalah keberhasilan atau kegagalan lain PAD yang sah. Kaitannya dengan dari organisasi dalam mencapai tujuannya perumusan dan penerapan komponen PAD (Puspitasari, 2014). Efisiensi adalah biaya yang dalam hal ini Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagai komponen dengan potensi yang di Kabupaten Bantul tahun 2009-2014 cukup besar diharapkan mampu memberikan
sudah efisien?
kontribusi yang optimal.
3. Tingkat kontribusi Pajak Daerah terhadap Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten merupakan hal yang menarik untuk diteliti
Bantul tahun 2009-2014? karena pajak daerah dan retribusi daerah 4. Tingkat kontribusi Retribusi Daerah cenderung menunjukan hasil fluktuatif, selain
terhadap Pendapatan Asli Daerah di itu juga merupakan sumber pendapatan daerah
Kabupaten Bantul tahun 2009-2014? yang penting guna membiayai penyelenggaraan
daerah dan pembangunan daerah untuk METODOLOGI PENELITIAN menjalankan Otonomi Daerah. Sebagai salah Jenis Penelitian
kawasan pembentuk kota “besar” Yogyakarta, Jenis penelitian yang akan digunakan Kabupaten Bantul bersama Kota Yogyakarta dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
bersama-sama deskriptif dengan menerapkan perhitungan rasio membangun serta mengembangkan daerahnya efektivitas dan rasio efisiensi serta rasio masing-masing, namun demikan terlihat secara kontribusi. Metode deskriptif ialah metode bagi jelas bahwa Kabupaten Bantul lamban dalam peneliti
Kabupaten
Sleman
mendeskripsikan, pembangunan dari Kota Yogyakarta dan menggambarkan, setra melukiskan penemuan Kabupaten
untuk
terjadi yang terjadi dari penelitian yang dilakukan ketimpangan dalam hal pembangunan tersebut. (Ardhiansyah dkk, 2014), penemuan tersebut Kelambanan yang mengakibatkan ketimpangan dapat berupa perbandingan dominan antara pembangunan tersebut menjadi satu hal yang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap menarik bagi penulis untuk meneliti kondisi PAD. Secara keseluruhan dari penguraian teori keuangan pemerintah daerah Kabupaten bantul diatas dapat dikatakan bahwa pelitian deskriptif dari segi PAD (Pajak Daerah dan Retribusi adalah penelitian yang bertujuan untuk Daerah), menganalisis efektivitas dan efisiensi memetakan penerapan unsur/sumber untuk penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di memperoleh informasi tentang proses dan hasil Kabupaten Bantul, kemudian seberapa besar dari penerapan tersebut. kontribusinya terhadap PAD Kabupaten Bantul
Sleman
sehingga
itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah Definisi Operasional Variabel yang telah diuraikan tersebut serta merujuk pada Pendapatan Asli Daerah
penelitian oleh Julastiana dan Suartana (2013), Sari (2014) menyatakan bahwa PAD Rosa (2012), Aryani (2015), Tope dan merupakan pendapatan yang diperoleh daerah Darmawan (2014), Safitri (2008), Hakim yang dipungut berdasarkan peratuan daerah (2013),Puspitasari (2014), Bahri F(2011), dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Doru (2014),dengan melakukan penyesuaian PAD merupakan salah satu indikator yang yang dibutuhkan, maka peneliti tertarik untuk menentukan
suatu daerah. mengangkat kedalam penelitian yang berjudul Lalityasari dkk (2013) menyimpulkan semakin “Analisis Efektivitas, Efisiensi Pajak Daerah besar pendapatan suatu daerah maka semakin Dan Retribusi Daerah Serta Kontribusi besar
kemadirian
daerah untuk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di menyelenggarakan usaha-usahanya atau dengan Kabupaten Bantul Tahun 2009-2014 ” dengan kata lain pemerintah mampu memberikan menganalisa hal berikut :
pula
kampuan
pelayanan umum kepada masyarakat. Secara
1. Bagaimana tingkat efektivitasdan efisiensi Keseluruhan PAD bisa disimpulkan sebagai pencapaian pemerolehan Pajak Dearah di salah satu sumber finansial daerah yang Kabupaten Bantul tahun 2009-2014 sudah dibutuhkan
daerah dalam efektif?
pemerintah
melaksanakan pembangunan dan pelayanan
2. Bagaimana tingkat efektivitas dan efisien yang diperoleh dari pemanfaatan potensi atau pencapaian pemerolehan Retribusi Dearah kekayaan dan sumber daya dari daerah itu
sendiri.
Efektivitas Pajak Daerah Efisiensi Retribusi Daerah
Efektivitas adalah keberhasilan atau Kata efisien berasal dari bahasa latin kegagalan dari organisasi dalam mencapai efficere
berarti menghasilkan, tujuannya.
yang
Daerah mengadakan, menjadikan. Efisiensi Retribusi menunjukkan
Efektivitas
Pajak
kemampuan pemerintah Daerah mengukur besarnya biaya pemungutan daerahdalam mengumpulkan pajak daerah yang digunakan terhadap realisasi penerimaan sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah retribusi itu sendiri (Puspitasari, 2014). Efisiensi yang ditargetkan(Puspitasari, 2014). Julastiana Retribusi Daerah digunakan untuk mengukur dan Suartana (2013), mengatakan upaya yang bagian dari hasil Retribusiyang digunakan untuk dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dalam meningkatkan PAD yaitu dengan meningkatkan rangka pengelolaan Retribusi Daerah, apabila efisiensi dan efektivitas sumber-sumber perhitungan angka efisiensi menghasilkan angka pendapatan yang berpotensi meningkatkan yang kecil dari suatu pokok target/pencapaian PAD, seperti Pajak Daerah dan Retribusi maka suatu komponen dari terget/pencapaian Daerah.
(Pajak Daerah/Retribusi Daerah) yang diperoleh memiliki nilai efesiensi yang baik.
Efisiensi Pajak Daerah Efisiensi pajak daerah adalah nilai yang Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
dihitung berdasarkan
presentase
biaya Daerah
pemungutan pajak dibagi realisasi penerimaan Kontribusi menurut Handoko (2013) pajak daerah (Puspitasari, 2014). Analisis bahwa kontribusi adalah analisi yang digunakan pertumbuhan serta efektivitas dan efisiensi untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Daerah oleh Aryani (2015) menyatakan yang dapat disumbangkan dari penerimaan dalam kaitannya dengang pemungutan sumber Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap pendapatan daerah khususnya pajak daerah, PAD, maka dibandingkan dengan realisasi efisiensi biaya pengeluaran dapat diartikan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah efisien yang ukuran masukannya sudah tertentu terhadap PAD. Kontribusi Pajak Daerah dan yaitu biaya atau pengeluaran untuk pemungutan Retribusi Daerah adalah kemampuan dua unsur Pajak Daerah sedangkan keluarannya dapat tersebut yang mampu dipungut dan ditarik dari diukur dengan keberhasilan penerimaan Pajak masyarakat oleh pemerintah daerah sebagai Daerah.
sumberdaya pembiayaan finansial dalam operasional pemerintahan daerah melaui PAD.
Efektivitas Retribusi Daerah
Efektivitas retribusi daerah merupakan Populasi dan Sampel
perbandingan antara realisasi dan target Populasi adalah wilayah generalisasi penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan melakukan pungutan (Puspitasari, 2014). Untuk oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian menganalisis kinerja administrasi Retribusi ditarik
kesimpulannya (Sugiono dalam Daerah, perlu dihitung efektivitas pemungutan Nugroho, 2014). Populasi yang ditetapkan efektivitas Retribusi Daerah, dimana secara dalam penelitian ini adalah Laporan Daftar umum efektivitas memperlihatkan seberapa Target dan Realisasi Pendapatan, Rincian besar pendapatan retribusi dibandingkan dengan Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan potensi Retribusi Daerah sebenarnya. Target Pemerintahan Daerah, Organisasi Pendapatan retribusi yaitu suatu jumlah yang telah dan Belanja Daerah, tahun 2009-2014. ditentukan dan harus dicapai selama setahun
Sampel penelitian adalah sebagian atau anggaran dan potensi penerimaan retribusi yaitu seluruh dari jumlah populasi yang diambil untuk usaha untuk menaikan retribusi untuk mencapai diuji guna menemukan dan menyimpulkan target (Rosa, 2012).
penelitian. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode sensus sampling
(Sampel jenuh) yaitu semua populasi digunakan analisi kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi segabai sampel (Nugroho, 2014). Sampel yang Daerah digunakan untuk mengetahui jumlah digunakan adalah seluruh populasi yang kontribsui yang berikan terhadap PAD. Rumus ditetapkan oleh peneliti yaitu Laporan Daftar yang digunakan untuk mengetahui kontribusi Target dan Realisasi Pendapatan, Rincian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan PAD Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut Pemerintahan Daerah, Organisasi Pendapatan (Hakim, 2013) : dan Belanja Daerah, tahun 2009-2014.
Kontribusi
Realisasi Pajak Daerah
Pajak Daerah =
x 100% Sumber Data dan Metode Pengumpulan Realisasi PAD
Data
Sumber data yang digunakan adalah Kontirbusi Retribusi Daerah sumber data sekunder, pengumpulan data Retribusi Daerah =
x 100% menggunakan metedo runtun waktu (time Realisasi PAD
series ). Metode runtun waktu adalah melihat pengukuran dari waktu ke waktu tertentu,
pengukuran dapat dilihat dari berbagai cara
Tabel 1. Kriteria Kontribusi per Pajak
frekuensi, presentase, atau dengan cara melihat Daerah Dan Retribusi Daerah per PAD pusat kecenderungan dari suatu gejala atau
Kriteria kejadian (Riduansyah, 2003). Pengertian dari
Presentase Kontribusi
Sangat Kurang Mikha (2010) data sekunder adalah data yang
0,00%-10%
diperoleh dalam bentuk sudah dipublikasikan,
Kurang dapat berupa catatan atau laporan keuangan
10,10%-20%
pemerintah daerah serta data terkait dengan
Sedang penelitian. Data yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah yaitu Laporan Realisasi
20,10%-30%
Cukup Baik Anggaran atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bantul atau
30,10%-40%
Baik laporan lain yang dianggap berkaitan dengan
40,10%-50%
Sangat Baik informasi yang dibutuhkan dengan rentang
variabel yang diteliti dan dapat memberikan
Sumber : (Hakim, 2013)
waktu 2009-2014.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan Rasio Efektivitas Pendapatan Daerah
menggambarkan dengan
daerah dalam efektivitas Pajak Daerah untuk menghitung
kemampuan
pemerintah
merealisasikan PAD dalam hal ini Pajak Daerah tingkat efektivitas, rasio efisiensi untuk
dan Retribusi Daerah yang direncanakan menghitung tingkat efisiensi Retribusi Daerah,
dibandingkan dengan target yang ditetapkan dan rasio kontribusi untuk menghitung
berdasarkan potensi rill daerah. Rasio tersebut kontribusi Pajak Pajak Daerah dan Retribusi dituliskan sebagai berikut (Hakim, 2013) : Daerah.
Rasio
Realisasi Pajak Daerah
Rasio Kontribusi
x 100% Menurut Halim dalam Fauziah dkk Target Penerimaan
Efektivitas Pajak =
(2014) mengatakan bahwa kontribusi adalah Pajak Daerah sumbangan atau sesuatu kegiatan yang
diberikan terhadap suatu kegiatan sehingga
memberikan dampak yang bisa dirasakan.
Mulyanto dalam Mikha (2010) mengatakan
Tabel 2. Kriteria Rasio Efektivitas per Pajak Tabel 4. Laporan Realisasi Pajak Daerah Daerah dan Retribusi Daerah
Kabupaten Bantul 2009-2014
Rasio Efektivitas
Kriteria
Terget Pajak
Realisasi >100%
Tahun
Sangat Efektif
Cukup Efektif
Kurang efektif
Tidak Efektif
83.232.017.500 Sumber : Hakim (2013)
Rasio Efisiensi Pendapatan Daerah
Rasio Efisiensi menggambarkan efisiensi Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah pengeluaran biaya dalam merealisasikan PAD
yang direncanakan dibandingkan dengan target HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang ditetapkan berdasarkan potensi rill. Data Penelitian
Perhitungan rasio ini akan diterapkan dalam Data penelitian adalah data yang perhitungan terhadap Pajak Daerah dan diperoleh dari dinas pendapatan, pengelolaan Retribusi Daerah. Rasio efektivitas dan rasio keuangan dan aset daerah Kabupaten Bantul efisiensi dirumuskan sebagai berikut (Hakim, yang kemudian dihitung menggunakan rasio 2013) :
efektivitas dan rasio kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD, rasio efektivitas dan rasio
B. Pen. Retribusi Daerah* kontribusi Retribusi Daerah PAD, serta efisiensi Rasio Efisiensi =
x 100%
terhadap
Retribusi Daerah Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Bantul untuk menjawab rumusan
penerimaan
masalah. Perhitungan efisiensi menggukan data *Biaya Penerimaan Retribusi Daerah
belanja langsung, belanja tidak langsung, dan belanja operasional dinas-dinas penghasil
Tabel 3. Kriteria Rasio Efisiensi per Pajak
Retribusi Daerah Kabupaten Bantul.
Daerah dan Retribusi Daerah
Rasio Efisiensi
Kriteria
Analisis Data Rasio Efektivitas Pajak Daerah
Tidak Efisien
Analisis Efektivitas adalah tingkat angka pencapaian pemerintah dalam memungut atau
>90%-100%
Kurang Efisien
menarik Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dibandingkan dengan target yang telah
>80%-90%
Cukup Efisien
ditentukan sebelumnya. Efektivitas adalah >60%-80%
Efisien
keberhasilan atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai tujuannya(Puspitasari, 2014).
Sangat Efisien
Data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Sumber : (Hakim, 2013) Kabupaten Bantul dengan rentang waktu yang diteliti adalah 2009-2014, dengan menerapkan
perhitungan rumus rasio efektivitas maka
diperoleh gambaran tentang tingkat kefektivan pemungutan pajak daerah, perhitungan rasio
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Target dan Realisasi Pajak Daerah
Kabupaten Bantul(dalam rupiah)
Tahun Target
Reaslisasi
14.036.000.000 14.108.451.478 Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Realisasi Pajak Daerah
Rasio Efektivitas Pajak =
x 100%
Target Penerimaan Pajak Daerah
Tabel 6. Perhitungan Efektivitas Pajak Daerah Kabupaten BantulPeriode 2009-2014 (dalam rupiah)
Sangat Efektif 2010
Sangat Efektif 2012
Sangat Efektif 2014
Sangat Efektif Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Perhitungan rasio atas target dan realisasi memenuhi kriteria sangat efektif; dan pada serta penjelasan tabel 5 dan tabel 6 tahun 2014, tingkat perolehan Pajak Daerah memperlihatkan tren pencapaian pemungutan oleh pemerintah daerah kembali mengalami pajak. Tingkat efektivitas diatas dapat penurunan sebesar 1,25% ke angka 127,81% menjelaskan bahwa pada tahun 2009 tingkat namun tetap berada di kriteria sangat efektif. perolehan Pajak Daerah memenuhi kriteria
Peningkatan perolehan Pajak Daerah oleh sangat efektif dengan angka 100,56%; pada pemerintah daerah dengan rentang waktu 2009- tahun 2010 menjelaskan keadaan yang menurun 2014 menunjukan posisi yang cenderung yakni hanya memenuhi tingkat kriteria efektif fluktuatif dengan pencapaian tingkat efektivitas sebesar 99,17%; tahun 2011 kembali terbesar berada pada tahun 2012 dengan angka menunjukan tren positif dengan meningkatnya 129,67%. Analisis dan perhitungan rasio diatas tingkat efektivitas dari tahun sebelumnya ke mendukung dan membuktikan asumsi tentang angka 113,85% dengan kriteria sangat efektif; konidisi pencapaian Pajak Daerah yang tahun 2012 memberikan informasi pencapaian cenderung fluktuatif (naik dan turun) serta yang naik sebesar 15,82% yakni sebesar ketertarikan peneliti yang ingin mengetahui 129,67% memenuhi kriteria sangat efektif; tingkat
dan memberikan tahun 2013 mengalami penurunan 0,61% dari gambaran kepada masyarakat khususnya angka 129,67% ke angka 129,06% tetapi tetap masyarakat
efektivitasnya
Kabupaten
Bantul untuk Bantul untuk
Analisis Data Efisiensi Pajak Daerah
efisiensi Pajak Daerah adalah pengelolaan pajak Efisiensi pajak daerah adalah nilai yang daerah dikatakan efisien apabila rasio efisiensi dihitung
biaya atau rasio biaya pungut tidak melebihi 5% pemungutan pajak dibagi realisasi penerimaan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 35 Tahun Pajak Daerah.
berdasarkan
presentase
2002 dikutip dalam Puspitasari (2014). Bahri F (2011) mangatakan untuk mengukur tingkat
Rasio Efisiensi Pajak Daerah: efisiensi pemungutan Pajak Daerah adalah dengan
membandingkan biaya untuk memperoleh Pajak Daerah dengan hasil
perolehan
Pajak Daerah.
Tabel 7. Realisasi Pajak Daerah dan Biaya/Belanja DPPKAD Kabupaten Bantul periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun
Realisasi
Biaya/Belanja
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
X 100%
Tabel 8. Perhitungan Efisiensi Pajak Daerah DPPKADKabupaten Bantul periode 2009- 2014(dalam rupiah)
Biaya/Belanja
Persentase
14.108.451.478 43.319.634.903 307,04% Tidak Efisien 2010
Kurang Efisien 2011
Cukup Efisien 2012
Efisien
Sangat Efisien 2014
Sangat Efisien Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
keseluruhan, efisiensi pemerolehan Pajak Daerah dengan tingkat pemerolehan Pajak Daerah Kabupaten Bantul efisiensi tahun 2009 adalah yang teringgi dalam berkinerja baik dengan hasil tren yang terus tahun 2009-2014 yakni dengan tingkat turun di periode 2009-2014, dari besaran angka persentase sebesar 307,04% atau dalam kata lain 300,04% pada tahun 2009 turun ke angka biaya pemerolehan Pajak Daerah tahun ini 58,79% pada tahun 2014 yang mana angka menggunakan anggaran 30,704 kali lipat dari tersebut memenuhi kriteria/kategori sangat Pajak Daerah yang dihasilkan, tidak efisien. efisien. Tahun 2010 tingkat efisiensi di angka 99,92%
Tabel 8 menunjukan tingkat pencapaian
Secara
dengan kategori kurang efisien, turun sebesar Analisis Data Efektivitas Retribusi Daerah
Untuk menganalisis kinerja administrasi pemerolehan Pajak Daerah tahun 2011 masuk Retribusi Daerah, perlu dihitung efektivitas kategori cukup efisien mencapai angka 85,44% pemungutan efektivitas Retribusi Daerah, turun dari persentase sebelumnya sebesar dimana
umum efektivitas 14,48%. Untuk tahun 2012 dinyatakan efisien, memperlihatkan seberapa besar pendapatan angka persentase efisiensi Pajak Daerah sebesar retribusi dibandingkan dengan potensi Retribusi 63,03%, selisih turun dari tahun sebelumnya Daerah sebenarnya. Target retribusi yaitu suatu 22,41%. Efisiensi pencapaian pemerolehan jumlah yang telah ditentukan dan harus dicapai Pajak Daerah tahun 2013 dengan efisiensi selama setahun anggaran dan potensi 50,42%, angka ini adalah yang terendah dalam penerimaan retribusi yaitu usaha untuk periode 2009-2014, dan dinyatakan sangat menaikan retribusi untuk mencapai target (Rosa, efisien, persentasenya turun sebesar 12,61% dari 2012). Efektivitas retribusi daerah merupakan tahun sebelumnya.
secara
Sedangkan efisiensi perbandingan antara realisasi dan target perolehan Pajak Daerah tahun 2014 kembali penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat naik dari tahun sebelumnya sebesar 8,37% di digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam angka 58,79%. namun tetap dalam kategori melakukan pungutan (Puspitasari, 2014). sangat efisien.
Tabel 9. Realisasi Retribusi Daerah dan TargetKabupaten Bantul Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun
Terget Retribusi Daerah
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Tabel 10.Perhitungan Efektivitas Retribusi DaerahKabupaten Bantul Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun Terget
Sangat Efektif 2011
Sangat Efektif 2013
Sangat Efektif 2014
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Pada tabel 9 dan tabel 10, berdasarkan sebesar 3,5% dari tahun 2013. Hasil dinyatakan rasio efektivitas diperoleh hasil efektivitas bedasarkan kriteria pada tabel kriteria pemerolehan Retribusi Daerah tahun 2009- efektivitas. 2014. Tahun 2009 hasil perolehan Retribusi
Daerah dinyatakan sangat efektif dengan angka Analisis Data Efisiensi Retribusi Daerah
persentase sebesar 120,70%, naik 20,70% dari Efisiensi retribusi daerah mengukur target. Tahun 2010 kriteria sanget efektif besarnya biaya perolehan yang digunakan dengan angka persentase 108,86%, namun turun terhadap realisasi penerimaan retribusi itu sebesar 11,84% dari tahun 2009. Tahun 2011 sendiri (Puspitasari, 2014). Rasio Efisiensi dinyatakan efektif karena perolehan hanya pada menggambarkan efisiensi pengeluaran biaya angka 94,71%, selisih 14,15% dari tahun dalam merealisasikan PAD yang direncanakan sebelumnya. Tahun 2012 sangat efektif dengan dibandingkan dengan target yang ditetapkan perolehan kembali naik ke angka 103,90%, berdasarkan potensi rill. Pengujian efisiensi ini selisih naik 9,19% dari tahun 2011. Perolehan bertujuan untuk mengetahui dan memberikan Retribusi Daerah tahun 2013 kembali turun gambaran tentang kondisi pemungutan Retribusi sebesar 2,22% dari tahun 2012 103,90% ke Daerah di Kabupaten Bantul. Perbandingan angka 101,66% namun tetap dinyatakan sangat antara realisasi penerimaan Retribusi Daerah efektif. Tahun 2014 hanya mampu terealisasi di dengan total biaya/belanja langsung dan tidak angka efektivitas 98,16%, pencapaian ini masuk langsung dari dinas, kantor, dan badan kriteria efektif. Perolehan tahun 2014 turun penghasil retribusi di Kabupaten Bantul.
Tabel 11. Realisasi Retribusi Daerah dan Total BelanjaDinas PenghasilKabupaten Bantul Periode 2009-2014(dalam rupiah)
Realisasi Retribusi
Total Belanja Dinas
Tahun
Daerah
Penghasil
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Tabel 12.Perhitungan Efisiensi Retribusi Daerah Kabupaten Bantul Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Total Belanja
Dinas Penghasil
1.696,12% Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Dari tabel 11 dan penerapan rumus angka 1.696,12% untuk tahun 2014. Tahun efisiensi serta tabel 12 menjelaskan tentang 2012 adalah tahun tertinggi tingkat sangat tingkat yang sangat kurang efisiensi, data tahun kurang efisien untuk perolehan Retribusi Daerah 2009-2014 secara keseluruhan melebihi angka dilingkungan Kabupaten Bantul. Secara 100% dimulai dari 200,88% di tahun 2009, keseluruhan pemerolehan Retribusi Daerah 1.316,85% untuk tahun 2010, 1.575,02% di dinyatakan sangat tidak efisien, karena berada tahun 2011, 1.731,08% di tahun 2012, pada angak di atas 100% sesuai dengan tabel 1.584,10% untuk perbandingan biaya/belanja kriteria. pada dinas penghasil untuk tahun 2013, dan
Tabel 13. Selisih Total Anggaran Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Total Belanja Dinas
Tahun
Selisih Anggaran
Penghasil
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Lebih lanjut, tabel 13 menunjukan selisih pribadi atau badan yang mendapatkan suatu anggaran belanja langsung dan tidak langsung keistimewaan yang diberikan pemerintah dari tahun
sebesar daerah, kedua besaran anggaran tersebut adalah 93.484.053.501; tahun 2011 ke 2010 sebesar bentuk investasi pemerintah Kabupaten Bantul 69.918.794.480; 2012 ke 2011 selisih dengan untuk
2010 ke
sumber-sumber jumlah 76.186.441.034; sementara tahun 2013 penerimaan daerah di masa mendatang. ke 2012 meningkat sebesar 73.030.981.059;
meningkatkan
kemudian tahun 2014 ke 2013 sebesar Analisis Data Kontribusi Pajak Daerah 11.524.160.868; dan tahun 2014 ke 2009 terhadap PAD
memiliki selisih angka dengan jumlah besar Analisis kontribusi digunakan untuk yakni 324.144.430.942.
mengetahui seberapa besar peranan seluruh Peningkatan
yang penerimaan daerah (Pajak Daerah dan Retribusi dikeluarkan pemerintah daerah dalam upaya dan Daerah) dalam meningkatkan PAD, sehingga usaha memperoleh Retribusi Daerah. Tingkat dengan adanya data tersebut dapat memberikan persentase efisiensi Retribusi Daerah yang besar gambaran yang jelas mengenai tindakan atau disebabkan
biaya/belanja
penerapan perbandingan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah biaya/belanja yang terintegrasi antara langsung daerah dalam usaha meingkatkan peran seluruh dan tidak langsung. Meningkatnya angka selisih penerimaan daerah tersebut (Mikha, 2010). (naik) anggaran biaya/belanja dapat diartikan Analisis data kontribusi Pajak Daerah dua hal, pertama adalah sebagai bentuk diterapkan dengan tujuan menjawab rumusan ketidakefisienan pemerintah Kabupaten Bantul masalah serta untuk mengetahui besaran dalam melakukan fungsi daerah untuk kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD memungut Retribusi Daerah yang tidak Kabupaten bantul, adapun penerapan tersebut menutup
biaya
pemerintah
untuk sebagai berikut :
menyelenggarakan pemberian jasa kepada orang
Tabel 14. Realisasi Pajak Daerah dan Total PAD Kabupaten Bantul Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun
Reaslisasi
Total PAD
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Tabel 15. Realisasi Pajak Daerah, Total PAD, dan KontribusiKabupaten Bantul Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Total PAD
Cukup Baik 2013
Cukup Baik 2014
Sedang Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah Realisasi pemungutan Pajak Daerah tahun 2014 mengalami penurunan sebesar
tahun 2009 oleh pemerintah daerah Kabupaten 9,26% dari 37,12% ke 27,86%, selaras dengan Bantul
14.108.451.478 penurunan, kriteria kontribusi pajak periode ini berkontribusi sebesar 15,90% terhadap PAD, turun ke predikat sedang. Tahun 2013 adalah periode ini kriteria kurang; tahun 2010, jumlah tahun dengan tingkat kontribusi Pajak Daerah realisasi 16.541.249.955 berkontribusi sebesar yang tertinggi dalam kurun waktu 2009-2014. 20,25% dari 81.646.839.293, mengalami
dengan
jumlah
kenaikan sebesar 4,35%, dan masuk kriteria Analisis Data Kontribusi Retribusi Daerah sedang; tahun 2011, total perolehan Pajak terhadap PAD
Daerah menyumbang
Kontribusi dapat diartikan sebagai 35.068.591.776 atau 27,20% dari angka total sumbangan yang dibeikan oleh retribusi PAD 128.896.456.173, naik 6,95% dari tahun terhadap penerimaan PAD (Supriadi dkk, 2015). sebelumnya, kriteria sedang; 2012 juga Mulyanto dalam Mikha (2010) mengatakan mengalami kenaikan besaran jumlah Pajak analisi kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang terpungut yaitu 51.768.352.231 Daerah digunakan untuk mengetahui jumlah atau 31,07% dari 166.597.778.028, naik 3,87%, kontribsui yang berikan terhadap PAD, Mikha periode tahun ini masuk kriteria cukup baik; sendiri mengatakan kontribusi Retribusi Daerah tahun 2013, angka realisasi Pajak Daerah merupakan rasio antara realisasi penerimaan 83.232.017.500 menyumbang 37,12% dari dari Retribusi Daerah dalam t tahun dengan 224.197.857.443 total PAD, naik 6,05%, angka realisasi penerimaan PAD pada tahun yang sumbangan Pajak Daerah ini masih memenuhi sama, analisis kontribusi Retribusi Daerah kriteria cukup baik; tahun 2014 tetap mengalami digunakan untuk mengetahui seberapa besar kenaikan dalam angka jumlah total perolehan peranan penerimaan Retribusi Daerah dalam Pajak Daerah dengan kontribusi sebesar meningkatkan PAD. Rumus dan pembahasan, 99.558.470.705 dari total angka jumlah total sebagai berikut : PAD 357.271.829.724, dalam hal Persentase,
porsi
sebesar
Tabel 16.Realisasi Retribusi Daerah dan Total PAD Kabupaten Bantul
Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun
Reaslisasi
Total PAD
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Tabel 17.Perhitungan Kontribusi Retribusi DaerahKabupaten Bantul Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Sangat Baik 2010
Sangat Kurang Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
Perolehan Retribusi Daerah tahun 2009 sebelumnya, kriteria kurang; 2012 juga oleh pemerintah daerah Kabupaten Bantul mengalami penurunan, besaran jumlah Retribusi dengan jumlah 58.205.951.445 berkontribusi Daerah yang terpungut yaitu 20.595.098.751 sebesar 65,62% terhadap PAD, sangat baik; atau 12,36% dari 166.597.778.028, turun lagi tahun 2010, jumlah realisasi 15.978.422.097 sebesar 1,44%, masih dengan kriteria kurang. berkontribusi
Tahun 2013, angka realisasi Retribusi 81.646.839.293, mengalami penurunan drastis Daerah 27.116.286.436 menyumbang 12,09% sebesar 46,05%, merupakan penurunan terbesar dari 224.197.857.443 total PAD, kembali turun dari tahun 2009-2014, dengan kriteria kontribusi sebesar 0,27%, kontribusi dengan kriteria kurang; tahun 2011, total perolehan Retribusi kurang; tahun 2014 mengalami penurunan Daerah
sebesar dalam angka jumlah total perolehan Retribusi 17.798.603.458 atau 13,80% dari angka total Daerah
menyumbang
porsi
kontribusi sebesar PAD 128.896.456.173, turun 5,77% dari tahun 26.004.713.221 dari total angka jumlah total
dengan
PAD 357.271.829.724, dengan Persentase tertinggi dan tidak efisien dengan angka 7,27% atau turun sebesar 4,97%,
perolehan307,04% dan terendah serta sangat penurunan kontribusi periode ini masuk kriteria
efisien adahal tahun 2013 dengan angka sangat kurang. Secara keseluruhan, dalam
50,42%. rentang waktu 2009-2014, perolehan Retribusi 2. Berdasarkan pengujian rasio efektivitas,
Daerah oleh pemerintah Kabupaten Bantul tingkat pemerolehan Retribusi Daerah secara mengalami penurunan dengan sifat penurunan
keseluruhan cenderung baik, tahun 2009 pendapatan dari tahun 2009 sebesar 65,62% ke
(108,86%), 2012 tahun 2010 dan terus turun hingga ke 7,27%
(103,90%), dan 2013 (101,66%) dinyatakan pada tahun 2014 yang merupakan kontribusi
sangat efektif dengan angka pemerolehan terendah dalam kurun waktu tersebut.
diatas 100%, sedangkan tahun 2011 Efektivitas dan kontribusi Pajak serta
(94,71%) dan 2014 (98,16%) dinyatakan Retribusi Daerah kiranya dapat ditingkatkan
efektif. Berdasarkan penelitian dengan rasio untuk mendukung kemandirian pemerintah
efisiensi, tingkat efisiensi perolehan Retribusi daerah dalam hal finansial. Khusus efisiensi,
Daerah berbanding biaya/belanja dalam merujuk pada transparansi keuangan instansi
upaya mendapatan Retribusi Daerah oleh pemerintah maka perlu dilakukan pembukuan
dinas penghasil di Kabupaten Bantul dengan yang memisahkan antara kegiatan produktif
mengacu pada besaran belanja langsung dan retribusi dan kegiatan pembangunan oleh
tidak langsung dalam kurun waktu 2009- pemerintah daerah.
2014 dinyatakan sangat tidak efisien, masing masing besarannya diatas 100% yakni 2009
PENUTUP 200,88%, 2010 1.316,85%, 2011 1.575,02%,
Kesimpulan
2012 1.731,08%, 2013 1.584,10%, dan 2014 Berdasarkan hasil penelitian dan
sebesar 1.696,12%. Tahun 2009 adalah yang pembahasan Efektivitas Pajak Daerah, Efisiensi
terendah dan 2012 adalah yang tertinggi. Retribusi Daerah, Kontribusi Pajak Daerah, dan 3. Berdasarkan penelitian dengan rasio
kontribusi, tingkat kontribusi Pajak Daerah Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten
Kontribusi Retribusi
Daerah
terhadap
terhadap PAD Kabupaten Bantul cenderung Bantul 2009-2014 (studi kasus pada DPPKAD
fluktuatif (naik dan turun), pada tahun 2009 Kabupaten Bantul) di bagian sebelumnya yang
dinyatakan kurang dengan berada di posisi disesuaikan dengan Undang-undang dan
15,90%, tahun 2010, 2011, 2011, dan 2014 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul yang
berada pada posisi sedang dengan besaran berlaku serta memperhatikan kebutuhan penulis,
masing-masing 20,25%, 27,20%, dan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
27,86%. Tahun 2012 serta 2013 berada pada
1. Berdasarkan penelitian dengan rasio posisi 31,07% dan 37,12%. Tahun 2013 efektivitas, tingkat perolehan Pajak Daerah
adalah yang terbesar dan 2009 terendah. pada Kabupaten Bantul tahun 2009, 4. Berdasarkan penelitian dengan rasio
2011,2012,2013, dan 2014 dinyatakan sangat kontribusi, tingkat kontribusi Retribusi efektif meskipun cenderung fluktuatif (naik
Daerah Terhadap PAD Kabupaten Bantul dan
relatif mengalami penurunan dari tahun 2009 persentase 100,56%, 113, 85%, 129,67%,
sebesar 65,62% ke tahun 2014 sebesar 129,06%, 127,81%, serta tahun 2010,
7,27%, kedua tahun ini dinyatakan yang ditingkat efektif sebesar 99,17%. Tahun 2012
tertinggi dan terendah. Tahun 2010 adalah yang tertinggi dan 2010 adalah
kontribusi hanya sebesar 19,57%, kembali terendah.Berdasarkan rasio efisiensi, tingkat
penurunan tahun 2011 di posisi 13,80%, pemerolehan Pajak Daerah Kabupaten Bantul
2011 12,36%, tahun 2013 sebesar 12,09%. periode 2009-2014 cenderung naik turun
(fluktuatif) per tahunnya namun keseluruhan Implikasi Penelitian
mengalami penurunan antara biaya dan pajak Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dihasilkan, tahun 2009 adalah yang yang telah dikemukakan tersebut,implikasi dari mengalami penurunan antara biaya dan pajak Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dihasilkan, tahun 2009 adalah yang yang telah dikemukakan tersebut,implikasi dari
hasil pembahasan wajib yang tidak berimbal atas penyerahannya, penelitian dan kesimpulan di atasmaka dapat Pajak Daerah dilaksanakan oleh pemerintah diberikan saran-saran sebagai berikut:
Daerah adalah Pungutan dan/atau sumbangan Berdasarkan
daerah kepada masyarakatnya sebagai sumber 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul keuangan untuk operasional pemerintahan dan
a. Tingkat pecapaian Pajak Daerah atas pembangunan daerah serta untuk kemakmuran
target yang selalu meningkat sudah penduduk diwilayahnya. Retribusi Daerah bisa
sangat baik/efektif, namun tetap disebut juga sebagai imbalan yang ditarik oleh
memperhatikan konsistensi yang selaras pemerintah daerah atas penyediaan, pemberian
dengan tren persentesenya karena layanan jasa kepada orang pribadi atau badan
terlihat naik dan turun (fluktuatif), serta (pembayar/pengguna jasa) yang memberikan
kontribusinya perlu ditingkatkan. Perlu nilai dan manfaat lebih bagi pihak pembayar.
upaya-upaya untuk Bagi pemerintah, adanya penelitian
diadakan
meningkatkan hasil PAD khususnya diharapkan mampu memberikan acuan untuk
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. meningkatkan efektivitas perolehan Pajak
Penurunan perolehan PAD dari sektor Daerah dan Retribusi Daerah dengan tetap
Retribusi Daerah kiranya mendapatkan memperhatikan asas-asas pemungutan Pajak
evaluasi, dan serta tingkat efisiensi untuk upaya permerolehan
perhatian
serius,
semaksimal mungkin Retribusi Daerah.
ditingkatkan
karena tren kontribusi yang terus turun.
b. Dengan
adanya
penelitian ini,
Keterbatasan Penelitian
daerah diharapkan Penyusunan penelitian ini menemui
pemerintah
melakukan pengadministrasian terpisah beberapa kendala yang menyebabkan pengaruh
dan terperinci untuk kegiatan belanja besar pada hasil dan pembahasan. Ada pun
pemerintah daerah dalam upaya untuk kendala-kendala tersebut adalah pertama,
pendapatan dengan penelitian di lakukan bersamaan dengan periode
memperoleh
kegiatan lainnya yang tidak berhubungan pemerintah daerah untuk mempersiapkan
dengan upaya tersebut. Pemisahan laporan keuangan dan keperluan lain untuk
tersebut berujuan untuk memudahkan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, hal
proses evaluasi dan memberikan fungsi ini mengakibatkan peneliti mengalami sedikit
kontrol serta membantu pemerintah kendala dalam usaha mengumpulkan data.
daerah khususnya Dinas Pendapatan, Kedua, tidak adanya pengadministrasian yang
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah secara rinci atau terpisah untuk kegiatan belanja
Kabupaten Bantul untuk mencapai pemerintah daerah baik itu pegawai, peralatan,
huruf (a) Meningkatnya dan perlengkapan kantor yang secara langsung
sasaran
efisiensi, eketifitas dan responsibilitas berhubungan dengan usaha pemerintah daerah
pelayanan publik.
dalam meningkatkan pendapatan asli darah dari kegiatan pemerintah
melakukan 2. Bagi Peneliti Selanjutnya kewajiban lain dalam pelayanan masyrakat dan
dalam
Penelitian ini membahas secara umum kegiatan pembangunan daerah di Kabupaten
gambaran tentang efektivitas Pajak Daerah, Bantul. Karena keadaan tersebut, maka peneliti
Efisiensi Retribusi Daerah, Kontribusi melakukan penelitian dengan menggunakan
Pajak Daerah, dan Kontribusi Retribusi belanja langsung dan tidak langsung dari setiap
Daerah terhadap PAD. Adanya keterbatasan dinas penghasil PAD dalam hal ini Retribusi
dalam penelitian ini, maka diharapkan Daerah. Namun, meskipun sebagai sumber
kepada peneliti selanjutnya untuk dapat keuangan yang sah pada Kabupaten Bantul,
melakukan penelitian secara mendalam dan Retribusi tidak terlalu memberikan kontribusi
berfokus pada upaya dan hasil serta belanja yang lebih baik dari Pajak Daerah dan relatif
dalam usaha menurun.
pemerintah
daerah
memperoleh pendapatan dari Retribusi
Daerah untuk dapat digeneralisasikan pada ____________, 2016. Sumber Data Daftar wilayah lain yang lebih luas.
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2014.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Ardhiansyah, Diaz., Rahayu, Sri Mangesti., dan
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Bantul. Husaini, Achmad. 2014. Analisis http://dppkad.bantulkab.go.id
Aset