Adi Suarman Situmorang (How Many Blocks).doc

  

How Many Blocks?

TANAKA, Hiroshi

Fist Grade, 6 Years Old

1. Deskripsi Berjalannya Proses Pembelajaran

  Metode yang digunakan guru adalah metode diskusi, pemecahan masalah, pembelajaran berbasis kelompok dengan menampilkan media pembelajaran seperti kubus-kubus buatan dan gambar kubus di kertas karton yang ditempel di papan tulis. Langkah-langkah yang dilakukan guru adalah :

  Pertama-tama guru memberikan masalah dengan menunjukkan blok di TV dan meminta siswa menyebutkan berapa banyak blok dari gambar yang ditampilkan TV. siswa ribut memberi jawaban yang berbeda-beda. Guru kemudian menggunakan chart / gambar dari karton dan meminta siswa menghitung berapa banyak bloknya. Seorang siswa maju dan menghitung banyak balok, tetapi ia melakukan kesalahan karena ada satu blok yang dihitung dua kali sehingga blok yang dihitungnya 9 blok.

  Guru meminta siswa menyatakan banyak blok dalam bentuk penjumlahan. Siswa mempunyai jawaban yang berbeda-beda di kertasnya. Ada yang menjawab 4 + 4, ada yang 1 + 3 + 4, 3 + 2 + 3, dan 2 + 2 + 2 + 2. Guru kemudian meminta alasan kenapa banyak blok dapat dinyatakan dengan bentuk penjumlahan 4 + 4. Naoto mempunyai jawaban dan mendemonstrasikannya dengan blok di depannya, yaitu blok dibagi menjadi atas dan bawah, 4 di atas 4 di bawah, sehingga 4 + 4. Lalu guru meminta siswa memberi alasan kenapa banyak blok dapat dihitung dengan cara 2 + 2 + 2 + 2.

  Untuk lebih memperjela, guru menggunakan alat peraga blok yang besar di depan kelas. Pertama guru mendemonstrasikan jawaban Naoto (4 + Kemudian guru mendemonstrasikan jawaban sashi (2 + 2 + 2 + 2), yaitu mula-mula blok dibagi menjadi kiri dan kanan, lalu yang kiri dibagi menjadi 2 atas dan 2 bawah, yang kanan juga di bagi menjadi 2 di atas 2 di bawah, sehingga (2 + 2 + 2 + 2)

  Guru memberi soal kedua yang lebih sulit tapi masih terhubung dengan soal pertama. Dia menunjukkan blok di TV dan bertanya ada berapa blok. Siswa member jawaban yang berbeda-beda. 4, 8, 9, 10, 7, 12. Guru meminta siswa mengungkapkan dengan pernyataan bagaimana cara mereka menghitung banyak blok pada soal kedua ini. Seorang siswa maju. Dengan menggunakan chart di papan, siswa tersebut menunjukkan cara dia menghitung banyak blok, yaitu 8 blok yang sudah dihitung pada soal pertama ditambah 2 blok sehingga banyak blok semuanya ada 10 blok. Guru memuji siswa tersebut karena memiliki pemikiran yang bagus dan mampu mengaitkan dengan soal sebelumnya. Guru menjelaskan maksud siswa yang di depan kelas kepada siswa lainnya, bahwa karena di soal no 1 sudah dihitung ada 8 blok maka langsung saja 8 blok yang ada + 2 blok yang baru ditambahkan. Tidak perlu lagi menghitung satu-persatu dari awal.

  Guru bertanya apakah ada blok yang tersembunyi dan bagaimana caranya agar blok yang di belakang dapat dilihat. Seorang siswa menjawab jika dilihat dari atas maka semua blok akan kelihatan. Untuk membuktikannya guru menyorot blok dengan kamera dari atas dan kelas berteriak gembira karena terlihatlah blok yang di belakang.

  Guru meminta siswa memberi pernyataan lain selain 8 + 2 untuk mewakili banyak blok dan menjelaskan alasannya. Beberapa siswa menjawab 4 + 6 tapi siswa (seperti Shiho dan Saki) mempunyai pandangan yang berbeda walaupun sama-sama 4 + 6. Guru meminta Shiho dan Saki menjelaskan 4 + 6 yang dimaksud masing-masing. Siswa lain diminta dimaksudnya 4 di atas 6 di bawah. Lalu diambil kesepakatan kelas, siapa yang setuju dengan jawaban Shiho, siapa yang setuju dengan jawaban Saki. Terakhir siswa diberi kesempatan mengguanakan alat peraga bloknya masing-masing.

2. Analisis Pembelajaran yang Terjadi

  Proses Pembelajaran yang ditampilkan di video sangat melibatkan keaktifan siswa dan mengutamakan proses belajar selain hasil belajar. Guru tidak menyuap siswa dengan mentransfer informasi tapi berusaha menerapkan konstruktivisme dengan membimbing, mengarahkan dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Guru banyak memberi tantangan dan memberi siswa kesempatan untuk memberikan ide- ide pemikirannya. Disini siswa tidak hanya diminta mampu menjawab soal saperti hal yang rutin, tapi siswa harus mampu bertanggung jawab dan memberi alasannya. Siswa diminta mampu merepresentasikannya.

  Dapat dikatakan guru menggunakan pendekatan belajar Realistik, karena selama pembelajaran, terjadi human activity, yaitu siswa melakukan aktivitas dengan bloknya. Guru juga meminta konstruksi dan kontribusi dari siswa, model-model dan formulasi bentuk penjumlahan dari siswa, terjadi interaksi, jawaban yang berbeda-beda ditampilkan, dibandingkan, kemudian kelas mengambil kesepakatan yang mana yang paling disetujui. Guru tidak serta merta membakukan bahwa banyak blok pada soal kedua adalah 8 + 2 = 10, tapi bisa juga 4 + 6 = 10. Bahkan 4 + 6 yang dimaksud boleh berbeda (seperti pendapat Shasi dan Saki) yaitu 4 atas + 6 bawah, atau 4 kiri + 6 kanan. Pikiran siswa tidak dibatasi dengan satu cara dari guru, tapi diizinkan berbeda sesuai konstruksi siswa, walaupun akhirnya tetap diambil kesepakatan kelas yang mana yang paling disetujui. Sedangkan metode

  Salah satu yang mendukung pembelajaran tersebut yaitu tersedianya fasilitas yang begitu lengkap. Siswa belajar dari banyak sumber. TV, chart / diagram karton, alat peraga blok, baik yang didemonstrasikan guru maupun yang dimanipulasi masing-masing siswa. Lengkapnya fasilitas ini mempermudah dan sangat mendukung proses pembelajaran. Karena siswa (terutama tingkat sekolah dasar) lebih cepat mengerti jika menggunakan benda nyata. Bahkan dengan TV masih banyak siswa yang menjawab salah. Tapi dengan alat peraga blok, siswa mampu selain menjawab benar dan memberi alasan, juga mampu menunjukkan dengan alat peraga bloknya (seperti yang dilakukan Naoto).

  Dengan alat perga siswa memanipulasi benda-benda konkret (enaktif), siswa juga belajar dari chart / diagram karton yang menampilkan gambar bloknya (ikonik) dan akhirnya siswa dapat menyatakan banyak blok dalam bentuk formulasi penjumlahan yang dibentuknya sendiri (simbolik). Ketiga tahap ini mengikuti teori belajar Brunner tentang belajar penemuan.

  Akhirnya tanpa disadari siswa dan guru telah belajar matematika dengan bermakna. Tapi pembelajaran tidak berjalan berat. Yang biasanya siswa hanya menerima rumus, menghapal dan menjawab soal, kali ini membiarkan siswa bermain dengan blok-bloknya, dan mengutk-atiknya. Siswa tidak perlu duduk manis, lipat tangan dan mendengar guru ceramah, tapi siswa melakukan aktivitas menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Glosarium : Konstruktivisme

   oleh Von Glaserfeld dipandang sebagai teori untuk mengetahui dan bukan

   Prinsip utama pembelajaran konstruktivis adalah pembelajar membangun (construct) pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar. Pemahaman itulah yang kemudian membentuk pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sekitar

  Pendekatan Matematika Realistik (PMR)

   suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa

   Ide utama dari pendekatan matematika realistik adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan dunia nyata atau real world

  Lima karakteristik pembelajaran dalam PMR

  • Menggunakan masalah kontekstual
  • Menggunakan model-model
  • Menggunakan produksi, kontribusi dan konstruksi siswa
  • interaktif
  • Keterkaitan (intertwintment)

  Teori belajar Brunner

  Bruner memberikan tiga tahap belajar, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

   Tahap enaktif melalui tindakan, pengetahuan dipelajari secara aktif

  dengan mengunakan benda-benda konkret atau situasi yang nyata, jadi bersifat manipulatif benda-benda konkret.

   Tahap ikonik yaitu pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar- gambar yang mewakili suatu konsep. Pengetahuan diwujudkan dalam bentuk gambar-gambar yang mengambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.

   Tahap simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa (verbal) dan

  sudah dapat menerima dan mengaplikasikan rumus. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek nyata pada tahap sebelumnya

4. Features of The Lesson according to Prof. Stephen Max

  (Keistimewaan pembelajaran menurut Prof. Stephen Max) Isoda, Masami :

  Dr. Max, how do you think of Japanese lesson yesterday? Dr. Max, bagaimana menurutmu pelajaran Jepang semalam?

  Max, Stephen :

  Well, as an outside person sees the lesson is very noisy and wondering what’s the children doing. But it’s clear I think that the children, even in this very young class know exactly what they have to do with him, like they’ve done this many times before. Sebagai orang luar melihat sangat rebut dan bertanya-tanya apa yang dilakukan anak-anak. Tapi jelas saya rasa siswa, walaupun masih di kelas yang sangat muda, mereka tau betul harus melakukan apa dengan gurunya, seperti mereka telah melakukannya beberapa kali sebelumnya.

  The teacher is posing a problem and asks the students to respond. He, in the first place put on the television screen any measures of cubes from one face of blocks which is deliberately encouraging the student to guess. After that different ways of counting the number of cubes. And we see different mathematics formulations. We see 4 + 4, we see 1 + 3 + 4, we see 2 + 2 + 2

  • 2. Never does the teacher say, “That is correct, thank you, you’ve got a good answer.” The teacher always says the students as class, “Can you see the thing behind this particular answer?” So, the teacher is challenging the students all the time to imagine, otherwise of visualizing the cube. Behind they, too, make mathematics formulation. There is a different creep visualization of the number of cubes that shows. Guru memberi masalah dan meminta siswa untuk menanggapi. Dia mula- mula meletakkan di TV berbagai ukuran kubus dari satu sisi yang dengan sengaja meminta siswa untuk menebak. Setelah itu siswa melihat diagram buatan tangan dari karton, dan guru meminta siswa untuk menuliskan cara- cara yang berbeda untuk menghitung banyak kubus. Dan kita lihat formulasi / rumus matematika yang berbeda. Kita lihat 4 + 4, kita lihat 1 + 3 + 4, kita lihat 2 + 2 + 2 + 2. Guru tidak pernah bilang, “Itu benar, terimakasih, kamu punya jawaban yang bagus.” Guru selalu bilang ke kelas, ”Dapatkah kamu melihat hal-hal di balik jawaban tertentu.” Jadi guru menantang siswa setiap saat untuk menghayal visualisasi kubus tersebut, selain mereka juga membuat formulasi mtematikanya. Ada perbedan banyak kubus yang ditunjukkan. Finally, he moved on a more difficult problem. There are materials. He has fame cubes in front of the class but it’s never a case of working with material. It’s a mix of working with materials, writing, explaining, responding to a question and all the time he’s focuses on challenging the student thinking. That I think his study, the strongest of this particular lesson.
kubus. Yang terjadi pencampuran bekerja dengan alat peraga, menulis, menjelskan, menanggapi pertanyaan dan sepanjang waktu dia fokus menantang siswa berfikir. Itulah yang saya pikirkan tentang pelajarannya. Yang paling kuat di pembelajaran itu.

Dokumen yang terkait

Perancangan Papan Nama Studio Musik Di PT Adi Cipta Mediatama

1 23 25

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Cattering Pada CV. Adi Karya Cipta Bandung

0 14 100

Nautika Kapal Penangkap Ikan Jilid 3 Kelas 12 D Bambang Setiono Adi dkk 2008

7 78 190

FORMULASI DAN EVALUASI MASKER GEL PEEL -OFF EKSTRA ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Del.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI HPMC SEBAGAI PENINGKAT VISKOSITAS Bahiyah Romziyah1 , Meisindri Wahyuni2 , Adi Prasetyo3 , Ratnaningsih Dewi Astuti

1 1 10

Manajemen Pemeliharaan Ternak di Adi Farm dan Lembah Hijau Multifarm

0 0 36

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN ACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK MAHASISWA DIII TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL Adi Candra Kusuma DIII Teknik Komputer Politeknik Harapan Bersama Email: candraraden45gma

0 1 9

APLIKASI PENGELASAN DI INDUSTRI UKIR TEMBAGA Sunarso Sugeng1 , Adi Nugroho2 , Seno Darmanto3

0 0 5

PENGARUH MODAL ASING TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi kasus Pada PT. Karya Mandiri Di Bandar Lampung) Habiburrahman Panji Adi Laksana Haninun Abstract - Pengaruh Modal Asing Terhadap Kinerja Keuangan (Studi kasus Pada PT. Karya Mandiri Di Bandar Lampung)

0 0 14

IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS XA DI MA QUR’ANIYAH BATU KUTA NARMADA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR TAHUN PELAJARAN 20152016 Fendi Hidayat1 , Suhirman2 , dan Adi Fadli3

0 0 9

Cita Anugrah Adi Prakosa

0 0 6