PENGARUH PELARUT HEKSANA DAN ETANOL, WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP HASIL EKSTRAKSI MINYAK COKLAT

  

PENGARUH PELARUT HEKSANA DAN ETANOL, WAKTU

EKSTRAKSI TERHADAP HASIL EKSTRAKSI

MINYAK COKLAT

  

Tamzil Aziz ,Victor F Sitorus, Barita Ade Rumapea

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

  

Abstrak

Biji coklat (theobroma cacao) merupakan komoditas pertanian Indonesia yang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi. Minyak coklat adalah salah satu produk olahan biji coklat yang bermanfaat untuk

aromatisasi. Salah satu metode pembuatan minyak coklat ialah metode sokhelet ekstraksi, yaitu suatu metode

pemisahan yang digunakan untuk mengeluarkan satu atau beberapa komponen dari suatu padatan atau

cairan dengan bantuan pelarut. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi bubuk coklat, dimana

dilakukan analisa berat jenis, persen rendemen, dan bilangan penyabunan dari hasil ekstraksi minyak coklat.

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel proses terhadap kandungan

minyak coklat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kuantitas minyak coklat yang terbentuk berbanding

lurus dengan kenaikan variabel volume pelarut (ml), dan waktu ekstraksi (menit) dimana pelarut heksana

menghasilkan minyak coklat lebih banyak dibandingkan pelarut etanol. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa persen rendemen minyak coklat terbesar yaitu 36,54 % dihasilkan dari ekstraksi minyak coklat

menggunakan pelarut heksana 600 ml selama 120 menit.

  Kata kunci : ekstraksi, minyak coklat, variabel proses

Abstract

  

Cacao bean ( theobroma cacao) is Indonesian agriculture commodity that has high economic value. Cacao

oil is one of the cacao bean product that used for aromatization. One of method making of cacao oil is

soxhlet extraction method, that is a dissociation method used to release one or some component from a

dilution or solid with helping of solvent. At this research, there are cacao powder extraction process, where

the density, rendement percent, and saponification number are analyzed from the result of cacao oil

extraction. One of the intention of this research is knowing how the influence of variable process to cacao

oil. Result of the research indicate that amount of cacao oil extracted is equivalent with increase of solvent

volume variable (ml), and extraction time ( minute) where hexane solvent produce more cacao oil than

ethanol solvent. The biggest cacao oil rendement percent is 36,54% that producd from cacao oil extraction

used hexane 600ml as a solvent during 120 minutes.

  Keyword : extraction, cacao oil, process variable

I. PENDAHULUAN

  Minyak yang terdapat di alam ini ada tiga maka Theobroma yang dapat diartikan santapan para golongan yaitu minyak mineral (mineral oil) Dewa. minyak nabati dan hewani yang bisa dimakan Coklat merupakan salah satu jenis tanaman (edible fat) serta minyak atsiri (essential oil). yang telah menjadi komoditas penting dalam

  Coklat (Theobroma cacao), berasal dari industri pertanian. Salah satu sumber minyak nabati bahasa Yunani yaitu, Theos berarti Dewa atau adalah minyak coklat yang berasal dari biji coklat, Thian dalam bahasa Cina. Sedangkan Broma ini dengan kandungan minyaknya 54 – 58 % yang berarti santapan. Hingga dari asal kata tersebut tersusun dari senyawa gliserida jenuh, oleopalmitin,

  Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 16, April 2009

  49 oleopalmitostearin, oleodistearin, palmitodiolein, triolein, dan Stearodiolein.

  Minyak coklat memiliki peranan penting, baik dalam industri coklat itu sendiri maupun dibidang industri lainnya. Salah satu manfaat minyak coklat adalah untuk aromatisasi coklat dengan menyeprotkannya pada coklat bubuk terutama pada coklat instant atau campurannya dengan minuman bubuk lainnya. Selain itu, minyak coklat juga dapat digunakan sebagai bahan dasar kembang gula coklat, bahan kosmetik seperti make up, lipstick, krim pembersih, krim penghalus kulit, minyak rambut dan juga sebagai

  Minyak coklat dapat diperoleh melalui metode ekstraksi maupun metode pengepresan. Adapun metode pengambilan minyak coklat pada penelitian ini ialah metode ekstraksi menggunakan solvent (sokhelet). Keunggulan dari metode ini adalah minyak yang dihasilkan mempunyai bau yang mirip dengan bau alamiah dan komponen kimia yang terkandung tidak mengalami dekomposisi persenyawaannya karena pengaruh pemanasan yang tinggi.

  Seperti pembuatan minyak tumbuhan pada umumnya, ekstraksi minyak biji coklat menggunakan pelarut organik seperti heksana. Pelarut ini bersifat inert, memiliki titik didih yang rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan sempurna. Namun, penggunaan pelarut organik beracun dalam proses pengolahan makanan harus dibatasi. Oleh karena itu,subtitusi pelarut heksana ke etanol sangat dianjurkan. Dalam prosesnya, minyak coklat diekstraksi dari biji coklat yang telah disangrai dan digiling halus menjadi bubuk. Variabel proses yang diteliti meliputi jenis pelarut (heksana dan etanol 96%), volume pelarut, dan waktu ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah : Menentukan kondisi optimun yang dapat digunakan dalam pembuatan minyak biji coklat. Mengetahui pengaruh jenis pelarut dan korelasi volume pelarut terhadap jumlah minyak coklat yang dihasilkan.Mengetahui korelasi waktu ekstraksi terhadap jumlah minyak coklat yang dihasilkan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kondisi optimum proses ektraksi minyak coklat sehingga dihasilkan produk berupa minyak coklat dengan jumlah yang optimum? Bagaimana pengaruh jenis pelarut (heksana dan etanol 96%) dan korelasi volume terhadap jumlah dan kualitas minyak coklat yang dihasilkan?

  Bagaimana korelasi waktu ekstraksi terhadap jumlah minyak coklat yang dihasilkan? Hipotesa pada penelitian ini adalah : Kondisi operasi optimum pada ekstraksi minyak coklat adalah ekstraksi dengan pelarut heksana 600 ml selama 2 jam. Dengan menggunakan pelarut heksana dan semakin banyak volume pelarut yang digunakan maka semakin banyak pula jumlah minyak coklat yang dihasilkan. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak pula jumlah minyak coklat yang dihasilkan. Adapun manfaat penelitian ini adalah : Menambah wawasan mahasiswa khususnya mahasiswa teknik Masyarakat dapat mengetahui proses pembuatan minyak coklat beserta kegunaannya. Memberikan informasi kepada industri coklat tentang kegunaan minyak coklat sehingga dapat diaplikasikan secara nyata. Proses pembuatan minyak coklat yang digunakan adalah proses sokhelet ekstraksi dan evaporasi untuk memisahkan minyak dengan pelarutnya dengan variabel :

  1. Pelarut heksana dan etanol 96% serta sampel coklat bubuk.

  2. Bubuk coklat yang digunakan sebanyak 100 gr dengan jumlah pelarut sebanyak 400 ml, 500 ml, dan 600 ml.

  3. Waktu eksatraksi ialah 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit.

  II. FUNDAMENTAL

  Minyak coklat pada umumnya dinyatakan dalam persen dari berat kering keping biji. Minyak merupakan komponen termahal dari biji coklat sehingga nilai ini dipakai oleh konsumen sebagai salah satu tolak ukur penentuan harga. Kandungan minyak dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan, jenis bahan tanaman dan faktor musim. Biji coklat yang berasal dari pembuahan musim hujan umumya mempunyai kadar minyak lebih tinggi. Sedangkan, karakter fisik biji coklat pasca pengolahan, seperti kadar air, tingkat fermentasi dan kadar kulit, berpengaruh pada randemen minyak biji coklat. Kadar minyak biji coklat berkisar antara 49 - 52 %.

  Minyak coklat merupakan campuran trigliserida, yaitu senyawa gliserol dan tiga asam lemak. Lebih dari 70 % dari gliserida terdiri dari tiga senyawa tidak jenuh tunggal yaitu

  oleodipalmitin (POP), oleodistearin (SOS) dan oleopalmistearin (POS). Minyak coklat

  mengandung juga di-unsaturated trigliserida dalam jumlah yang sangat terbatas. Komposisi asam minyak coklat sangat berpengaruh pada titik leleh dan tingkat kekerasannya. Titik leleh minyak coklat yang baik untuk makanan coklat mendekati suhu badan manusia dengan tingkat kekerasan minimum pada suhu kamar.

  Keberadaan asam lemak bebas di dalam minyak coklat harus dihindari karena hal itu merupakan salah satu indikator kerusakan mutu. Asam lemak bebas umumnya muncul jika biji coklat kering disimpan di gudang yang kurang bersih dan lembab. Kadar asam lemak bebas seharusnya kurang dari 1%. Biji coklat dianggap sudah mulai mengalami kerusakan pada kadar asam lemak bebas di atas 1,3 %. Codex asam lemak bebas di dalam biji coklat dengan batas maksimum 1,75 %.

  22.2

  3 CH 2 - dapat mengikat

  Etanol bersifat miscible terhadap air dan dengan kebanyakan larutan organik, termasuk larutan non-polar seperti aliphatic hydrocarbons. Lebih jauh lagi penggunaan etanol digunakan sebagai solvent untuk melarutkan obat-obatan, penguat rasa, dan zat warna yang tidak mudah larut dalam air. Bila bahan non-polar dilarutkan dalam etanol, dapat ditambahkan air untuk membuat larutan yang kebanyakan air. Gugus -OH dalam etanol membantu melarutkan molekul polar dan ion- ion dan gugus alkilnya CH

  Etanol memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan metanol dan lebih rendah dibandingkan dengan alkohol-alkohol lainnya. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya ikatan hidrogen di dalam molekul alkohol, sehingga alkohol dengan bobot molekul rendah sangat larut dalam air. Tetapi dengan adanya gaya Van Der Waals antara molekul-molekul hidrogen dalam alkohol menjadi lebih efektif menarik molekul satu sama lain sehingga mengalahkan efek pembentukan ikatan hidrogen (Koenan, 1986).

  Pelarut yang digunakan adalah heksana dan etanol. Etanol merupakan senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.

  1) jumlah solvent, 2) suhu ekstraksi, 3) jenis solvent, 4) ukuran partikel solid, 5) waktu ekstraksi, 6) jumlah tahap ( stage ) 7) viskositas pelarut, 8) laju alir pelarut.

  Dalam melakukan proses pemisahan, pada penelitian ini digunakan serangkaian alat ekstraktor, yang terdiri dari sokhelet ekstraktor, labu ekstraksi, dan kondenser. Dalam proses ekstraksi, pelarut pertama-tama dituang dari bagian atas sokhelet kemudian mengalir kebawah melewati bungkusan sampel menuju labu ekstraksi. Pada saat ekstraksi berlangsung pelarut akan menguap, uap tersebut mengalir ke atas dari saluran yang lebih kecil setelah mencapai tabung kondenser terkondensasi kembali. Uap yang telah terkondensasi kemudian menetes pada bungkusan sampel dan mulai mengekstrak. Kemudian hasil ekstrak tersebut dilanjutkan dengan Pelarut di-recover melalui kondenser dan hasil ekstrak yang didapat kemudian didinginkan. Variabel – variabel yang mempengaruhi dalam suatu proses ekstraksi adalah :

  Metode Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen- komponen dalam larutan berdasarkan perbedaan kelarutannya (solubilitas). Metode ini memanfaatkan perbedaan kelarutan antara minyak dan bahan – bahan lain di dalam biji coklat terhadap pelarut. Sifat selektivitas pelarut yang digunakan menentukan tingkat kemurnian minyak coklat yang diperoleh. Oleh karena itu, pemilihan jenis pelarut memegang peranan yang sangat penting.

  1.1 http://mutiakemalafarida.blog.com/2699072/ Metode Memperoleh Minyak Coklat :

  5.8

  7.4

  57.0

Tabel 2.2. Sifat-sifat Fisika-Kimia Minyak Biji

  3.7

  2.6

  Bahan Persentase Gliserida jenuh Oleopalmitin Oleopalmitostearin Oleodistearin Palmitodiolein Stearodiolein Triolein

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Minyak Coklat

  1 0,2-0,5 2-7 1,456-1,458 http://mutiakemalafarida.blog.com/2699072/

  32-35 1-4 190-198 33-44

  C) Bilangan Asam Bilangan penyabunan Bilangan Iod Bilangan Reichert-Meissl Bilangan Polenske Bilangan Hidroksil Indeks bias

  o

  Titik cair (

  Coklat adalah : Karakteristik Nilai

  bahan non-polar. Dengan demikian etanol dapat melarutkan baik polar maupun non-polar. N-heksana adalah hidrokarbon alkana evaporasi vakum. Setelah didapatkan minyak coklat, rantai lurus yang memiliki 6 atom karbon dengan minyak tersebut dimasukkan ke dalam botol sampel. rumus molekul C H Isomer heksana bersifat Kemudian dilakukan analisa-analisa seperti analisa

  6 14.

  reaktif dan digunakan sebagai secara luas sebagai persen rendemen, analisa berat jenis, dan analisa pelarut inert dalam reaksi organik karena heksana bilangan penyabunan. bersifat sangat tidak polar.

  N-heksana dibuat dari hasil penyulingan

  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  minyak mentah dimana untuk produk industrinya Berdasarkan hasil penelitian pada proses ialah fraksi yang mendidih pada suhu 65-70°C. ekstraksi ini diperoleh produk akhir dengan Heksana digunakan di laboratorium untuk karakteristik sebagai berikut : mengekstrak minyak dan lemak. Pemanfaatan n-heksana yang lainnya ialah : Ekstraksi dengan pelarut heksana

  • 1. Berwarna kuning dan kental

  Sebagai cleansing agent pada tekstile, furniture, pembuatan sepatu, dan printing

  3. Tidak ada endapan industri.

  • N-heksana juga merupakan lem khusus yang

  Ekstraksi dengan pelarut etanol 96%

  digunakan pada atap dan sepatu

  1. Berwarna kuning kecoklatan dan agak kental

  2. Bau pekat coklat

III. METODE PENELITIAN

  3. Tidak ada endapan Dalam pelaksanaan penelitian ekstrkasi minyak coklat, beberapa variable proses yang

Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Rendemen diberikan adalah sebagai berikut :

  Minyak coklat

  1. Jenis pelarut

  PELARUT

  VOLU WAKTU RENDEME

  2. Volume pelarut

  M EKSTRAKS N (%)

  3. Waktu ekstraksi

  PELAR I (MENIT) Prosedurnya adalah sebagai berikut :

  UT (ml) Biji coklat yang telah dikeringkan, digiling halus hingga berbentuk bubuk, timbang

  30 12,41 sample sebanyak 100 gram, masukkan sample 60 12,96 400 ml yang telah ditimbang ke dalam kertas saring yang 90 13,75 dibentuk seperti silinder dimana besarnya sesuai

  120 14,92 dengan ukuran soxhelet yang digunakan.

  30 14,29 Pelarut organik yang digunakan adalah 60 16,79 heksana dan etanol 96%. Volume pelarut yang Heksana 500 ml

  90 24,59 digunakan masing – masing adalah 400 ml, 500 120 30,09 ml, 600ml dengan berat sample bubuk coklat 100

  30 14,71 gram. 60 17,77

  Proses ekstraksi dilakukan dengan 600 ml 90 23,90 menggunakan sokhelet. Sampel sebanyak 100 gr

  120 36,54 dimasukkan ke dalam sokhelet yang telah 30 5,219 dirangkai dengan kondenser yang berisi air dingin 60 7,75 dan labu didih. Solvent berupa heksana dan etanol

  400 ml 90 8,746 96% dimasukkan ke dalam labu didih sebanyak 120 12,397 masing – masing 400ml, 500ml, 600ml.

  30 6,569 Kemudian rangkaian sokhelet tersebut diletakkan

  Etanol 96% 60 8,44 diatas pemanas lalu dipanaskan selama 30 menit, 500 ml

  90 10,72 60 menit, 90 menit, dan 120 menit sehingga 120 12,69 didapat hasil ekstraksi berupa campuran minyak coklat dengan pelarut.

  30 6,54 Proses evaporasi merupakan lanjutan dari 60 8,227 600 ml proses ekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan 90 10,496 minyak coklat dari pelarutnya sehingga

  120 14,298 didapatkan ekstrak minyak coklat yang berwarna kuning jernih hingga kecoklatan. Pada proses evaporasi ini digunakan separangkat alat

  Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 16, April 2009

  51

Tabel 4.2. Data Hasil Analisa Minyak Coklat Adapun penggunaan etanol akan menghasilkan warna larutan coklat kekuning-kuningan dan

  PELA

  VOLU WAKT BERAT BILAN RUT ME U JENIS GAN minyak yang dihasilkanpun berwarna coklat PELAR EKSTR (gr/ml) PENYA kekuning-kuningan pekat.

  Penggunaan pelarut etanol pada proses UT AKSI BUNA ekstraksi akan memberikan aroma coklat yang lebih

  (ml) (menit) N menyegarkan pada minyak coklat yang dihasilkan.

  30 0,796 196,35 Sedangkan penggunaan heksana pada ekstraksi 60 0,778 193,545 minyak coklat akan membuat aroma coklat sedikit 400 ml

  90 0,78 194,9475 120 0,788 193,545 yang misicible terhadap air dan dapat melarutkan 30 0,76 196,35 baik larutan polar dan non polar sehingga aroma 60 0,766 192,1425 yang dihasilkan lebih mirip bau alamiah. Heksana 500 ml

  90 0,758 193,545 Hasil ekstraksi berupa minyak coklat 120 0,746 190,74 tersebut dipisahkan dengan proses evaporasi. Dari 30 0,76 192,1425 hasil ekstraksi tersebut, dilakukan analisa persen 60 0,754 193,545 rendemen, berat jenis, dan bilangan penyabunan 600 ml

  90 0,75 192,1425 untuk mengetahui pengaruh variabel proses yang 120 0,734 190,74 ada.

  30 0,776 - 60 0,778 35 40

  • 400 ml 90 0,788 - 120 0,792
  • 30 400 ml n-heksana<
  • 30 0,744
  • 25 600 ml n-heksana 500 ml n-heksana 60 0,752 -
  • 20 400 ml etanol 96% Etanol 500 ml

      90 - 0,786 15 500 ml etanol 96% 96% 120 0,79 - 10 600 ml etanol 96% 30 0,762 - 5

    • 60 0,764 600 ml 90 0,748 -
    • 30 60 90 120 120 0,74 -

      Gambar 4.1. Pengaruh waktu ekstraksi, jenis pelarut, dan volume pelarut terhadap

        Secara umum, teknis pembuatan minyak persen rendemen minyak coklat. coklat dengan metode sokhelet ekstraksi ini adalah memanfaatkan perbedaan kelarutan (solubilitas) antara minyak dan bahan – bahan lain Dari hasil ekstraksi bubuk coklat, diperoleh % rendemen yang berbeda,sesuai didalam coklat. Cara kerja ekstraksi ini cukup dengan variabelnya terutama berdasarkan sederhana yaitu dengan memasukkan pelarut, dan bubuk coklat ke dalam ekstraktor khusus perbedaan jenis pelarut dan volume pelarut.

        (sokhelet) dan kemudian ekstraksi berlangsung Ekstraksi dengan pelarut heksana akan secara sistematik pada suhu tertentu (titik didih memberikan rendemen sebesar 12,41–36,54%.

        Nilai persen rendemen tersebut berbeda jika pelarut). dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan

        Pemilihan pelarut merupakan salah satu pelarut etanol, yaitu sebesar 5,219 – 14,298 %. faktor yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi. Penggunaan pelarut heksana pada Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa heksana ekstraksi ini akan memperlihatkan perubahan bersifat lebih reaktif dibandingkan etanol. Hasil yang diperoleh mendekati data literatur yang warna dimana akan dihasilkan larutan minyak sudah ada. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa yang masih bercampur pelarut berwarna kuning biji coklat mengandung 49 – 52% minyak coklat bening. Setelah dipisahkan dari pelarutnya, heksana, maka akan dihasilkan minyak coklat (mutiakemalafarida.blog.com). berwarna kuning muda sampai kuning pekat.

        Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 16, April 2009

        30

        4.3. Hubungan antara bilangan penyabunan terhadap waktu ekstraksi pada masing-masing volume pelarut

        Gambar

        400 ml 500 ml 600 ml

        60 90 120 waktu ekstraksi (menit) a n g k a p e n y a b u n a n

        30

        187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197

        Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai berat jenis tertinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan volume etanol 400 ml selama 120 menit yaitu sebesar 0,792 gr/ml. Sebaliknya, nilai berat jenis terendah yaitu 0,74 gr/ml dihasilkan dari ekstraksi dengan volume etanol 600 ml selama 120 menit. Dari hasil analisa yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu ekstraksi dan semakin banyak volume pelarut yang digunakan, maka semakin kecil nilai berat jenis minyak yang dihasilkan.

        Dari hasil analisa yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu ekstraksi digunakan, maka semakin kecil nilai berat jenis minyak yang dihasilkan. Nilai berat jenis tertinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan volume heksana 400 ml selama 30 menit yaitu sebesar 0,796 gr/ml. Sebaliknya, nilai berat jenis terendah dihasilkan dari ekstraksi dengan volume heksana 600 ml selama 120 menit yaitu sebesar 0,734 gr/ml.

        Nilai berat jenis yang didapatkan dari ekstraksi dengan pelarut etanol berkisar antara 0,74 – 0,792 gr/ml. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai berat jenis yang didapatkan dari ekstraksi dengan pelarut heksana yaitu berkisar antara 0,734 – 0,796 gr/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi menggunakan pelarut heksana akan memberikan hasil yang lebih baik.

        minyak coklat Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai berat jenis dari ekstraksi menggunakan pelarut etanol lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis dari ekstraksi menggunakan pelarut heksana. Hal ini dikarenakan nilai berat jenis etanol itu sendiri lebih tinggi daripada berat jenis heksana, sehingga mempengaruhi nilai berat jenis minyak yang dihasilkan. Selain itu, etanol bersifat polar sehingga mungkin di dalam minyak masih ada air yang terikat.

      Gambar 4.2. Pengaruh waktu ekstraksi, jenis pelarut, dan volume pelarut terhadap berat jenis

        400 ml n-heksana 500 ml n-heksana 600 ml n-heksana 400 ml etanol 96% 500 ml etanol 96% 600 ml etanol 96%

        60 90 120 waktu ekstraksi (menit) b e ra t je n is

        0.81

        53 Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ekstraksi dengan pelarut heksana akan memberikan hasil yang optimal, terutama ekstraksi dengan volume 600 ml selama 120 menit, yakni sebesar 36,54%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar volume pelarut dan semakin lama waktu ekstraksi maka semakin besar persen rendemen yang dihasilkan.

        0.8

        0.79

        0.78

        0.77

        0.76

        0.75

        0.74

        0.73

        0.72

        0.71

        0.7

        Hal ini disebabkan oleh sifat heksana yang memiliki daya ekstrak yang tinggi dan bersifat non polar. Gambar 4.1 juga menunjukkan bahwa ekstraksi dengan heksana akan memberi hasil (kuantitas) yang lebih baik, sehingga disarankan untuk menggunakan heksana sebagai pelarutnya.

        Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa penggunaan pelarut heksana menghasilkan %rendemen yang besar dibandingkan dengan pelarut etanol dalam setiap variabel proses. Hasil optimum %rendemen ialah pada ekstraksi pelarut 600 ml selama 120 menit yaitu sebesar 36,54%. Sedangkan dengan waktu dan volume pelarut yang sama, ekstraksi dengan etanol hanya menghasilkan rendemen sebesar 14,298%.

        Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing volume pelarut yang digunakan dan lamanya waktu ekstraksi tidak metode sokhelet ekstraksi dengan pelarut memppengaruhi bilangan penyabunan secara sebaiknya dicoba metode lain sehingga dapat signifikan. Hal ini disebabkan bilangan dibandingkan keuntungan dan kerugiannya. Cari penyabunan hanya dipengaruhi oleh berat prosedur analisa bilangan penyabunan untuk molekul. Semakin tinggi berat molekul maka minyak berwarna coklat kekuning-kuningan pekat bilangan penyabunan akan semakin rendah. seperti minyak coklat yang diekstraksi Semakin rendah bilangan penyabunan maka menggunakan pelarut etanol. kualitas minyak akan semakin baik. Bilangan penyabunan tertinggi pada volume pelarut 400ml dengan waktu ekstraksi 30 menit yaitu sebesar DAFTAR PUSTAKA 196,35.angka penyabunan terendah pada volume pelarut 600 ml dengan waktu ekstraksi 120 menit Kemala, Mutia. 2008. Teknologi pengolahan yaitu 190,74 minyak nabati. ( htpp//www.google.com , di minyak coklat yang diekstrak menggunakan etanol tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan Magdalena, Imelda dan Totop Poltak. 2004. karena minyak coklat tersebut berwarna coklat Pengaruh jenis pelarut terhadap kualitas kekuning-kuningan pekat sehingga sulit untuk minyak jahe dari ekstraksi jahe merah, melihat perubahan warna yang terjadi dan terjadi (tidak dipublikasikan). pengendapan pada saat minyak dicampur dengan KOH Alkoholis. Herlina, Netty dan S. Hendra. 2002. Lemak dan Minyak. USU Digital Library. (Online).

      V. PENUTUP ( htpp://www.usudigitallibrary.co.id , diakses 12 September 2008.

        Kesimpulan Dari hasil penelitian ini didapatkan beberapa Wikipedia. 2008. Ethanol. (online).

        kesimpulan antara lain : Pada proses ekstraksi ( http://www.wikipedia.org , diakses

        20 minyak coklat, jenis pelarut, volume pelarut, dan September 2008). lamanya waktu ekstraksi berpengaruh terhadap nilai berat jenis dan persen rendemen. Semakin Wikipedia. 2008. Hexane. (Online). lama waktu ekstraksi dan bertambahnya volume ( htpp://www.wikipedia.org , diakses

        20 pelarut maka semakin kecil berat jenis minyak September 2008). coklat tetapi semakin besar persen rendemen yang didapatkan. Pelarut heksana dapat mengekstrak S, Ketaren. 1996. Pengantar Teknologi Minyak minyak coklat lebih banyak dibandingkan dengan dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press pelarut etanol untuk setiap variabel proses. Akan tetapi, minyak coklat hasil ekstraksi menggunakan Wahyudi, T dan TR, Panggabean.2008. Panduan pelarut etanol memberikan aroma yang lebih baik. Lengkap Kakao, Managemen Agribisnis di Variabel proses yang paling baik untuk ekstraksi Hulu – Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya minyak coklat adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut heksana sebanyak 600 ml selama 120 menit. Masing-masing variabel proses tidak mempengaruhi bilangan penyabunan secara signifikan karena bilangan penyabunan hanya dipengaruhi oleh berat molekul. Semakin rendah bilangan penyabunan maka kualitas minyak akan semakin baik.

        Saran

        Sebaiknya volume pelarut lebih divariasikan lagi, untuk memperoleh informasi yang lebih akurat tentang range volume yang dapat mencapai keadaan optimum. Sebaiknya digunakan pelarut yang lebih alami karena minyak coklat merupakan edible oil. Untuk pembuatan minyak coklat selain