Produk Pangan Luar Negeri yqgarw iry{q_
ipf* ulgma
,POST
MARKET VIGILANCE
Upaya Perlindungan ,,
Terhadap Masyarakat"
W#Wffi5ffi{''
Cemirin Senyawa
Dioksin dalam
s
ff
I
ru
Pangan
snfer.*ftrrf
Tata (ara Pendaftaran
Produk Pangan Luar Negeri
i)
yqgarw iry{q_
Seputar Mie lnstan &
Kedaluwarsa
.4 psr,sgws
Peluncuran & 0perasional
Mobil [aboratorium
Keliling BPOM
$ {ssrlss
Peraturan Kepala BP0M Rl
Tentang Penetapan Batas
(emaran Maksimum
Mikroba & Kimia dalam Makanan
*
fekm+l*g i pangayt
ii:nn,plng Jagung
OOO
tt;;;
DARIREDAKSI
i-1;,
PEMBACA BUDIMAN, tak terasa kita sudah
berada di pertengahan 20'l 0. Waktu begitu
cepat berlalu. Demikian pula kami kembali
menyapa setelah beberapa waktu tidak
terbit. Kami harap para pembaca masih
setia membacq buletin kesayangan kita ini.
Pembaca budiman, salah satu persoalan
yang kita hadapi adalah masalah
keamanan dan kesehatan pangan.
Mengapa disebut masalah? Karena
pangan atau makanan adalah kebutuhan
dasar manusia yang selalu hadir dalam
keh id upan kita sehari-hari. Bahkan World
Health O rg anizatlon (WHO) memasukkan
keamanan dan mutu pangan serta
perlindungan konsumen terhadap
pemalsuan pangan rnerupakan hak dasar
manusia. Sementara itu World Food Summit
memberikan mandat kepada FAO bahwa
semua orang mempunyai"Hak" untuk
mendapatkan pangan yang aman dan
bergizi.
Keamandn pangan merupakan
tanggung jawab bersama antara
pemerintah, konsumen dan industri
pangan. Pemerintah bertanggung jawab
melindungi kesehatan masyarakat
dengan mengurangi risiko penyakit yang
disebabkan oleh pangan (food-borne
disease), melalui pendidikan mengenai
keamanan pangan dan informasi kepada
konsumen dan industri pangan mengenai
keamanan pangan.
Untuk itulah Badan POM (sebagai bagian
dari pemerintah) akan terus melakukan
upaya terbaiknya agar makanan yang
beredar di masyarakat sehat dan aman
dikonsumsi. Salah satunya adalah dengan
melakukan pengawasan sesudah produk
bereda r di pasaran (post-m arket vig i lan ce).
Badan POM juga melakukan pengawasan
produk makanan melalui pengawasan
sebelum produk beredar (p re-market
evaluation).
Buletin Keamanan Pangan kali ini
mengupas permasalahan di sekitar postmorket vigi Ia nce y ang ternyata bu ka n
hal mudah dilakukan. Kami harus
mengambil berbagai jenis sampling,
mulai dari makanan olahan pabrik hingga
jajanan makanan anak-anak yang ada di
lingkungan sekolah. Ulasan tentang postmarket vigilance akan menghiasi Buletin
Keamanan Pangan edisi terbaru ini.
Demikian pula, kami akan mengulas
tentang dioksin yang ada dalam makanan
yang kemungkinan kita konsumsi.
Peringatan ini sejatinya menjadi perhatian
kita bersama mengingat bahaya
yang terkandung dalam dioksin yang
merupakan bahan kimia yang masuk ke
dalam golongan pencemar organik yang
persisten (persistent org an ic pol I uta nts,
POPs). Senyawa ini mengakibatkan
gangguan/kerusakan serius terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.
INFO UTAMA
PERISTIWA
3-5 Post Market Vigilance
Upaya Perlindungan Terhadap
Masyarakat
10-1 1 Pertemuan lmplenientasi 1 6-17 Menjadikan Emping
Program Keamanan Pangan
Jagung Makanan Bernilai Ekonomis
Nasional
WAWASAN
12 Peluncuran & Operasional
TEKNOI.OGI PANGAN
RAGAM INFO
6-7 Cemaran Senyawa Dioksin
Mobil Laboratorium Keliling
dalam Pangan
Badan POM
18 Seputar Kedaluwarsa dan
Mie lnstan
REGULASI
PROFIT
INTERAKTIF
13.15 DATA KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB) Keracunan Pangan
19 Tata Cara Pendaftaran Produk
Pangan Luar Negeri (ML)
8-9 Peraturan
Kepala BPOM Rl
tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba & Kimia
dalam Makanan
EAAPBNG
JAGUNG
BULETIN I(EAMANAN PANGAN
rrlrmnar
,
Dro. KUSTANTINAH, ApL M.AppSc I rurleanan , Dr. M. HAYAIIE AMAL MPH.. Dn. SURATM0N0 .MP, Dro. DEWI PRAWITASARI, Apt. M. Kes,
Dn. R0tAND HUTAPEA. Apf., Msc, lr. TilTY HtLFtRY SlH0^r1BlNG, MP
I
pnur,rnr
nroxsr
Dro. CEN0EKIA SRI MURWANI. Api. M.KM.
S.lKom
ronon,IRt\MlmPU]RI,S.Form.,Apt.,l"lEST|WUtANlNGS|H,STPlumrneonxsr
re.
@
021 -4259 624, ru, 02 1 -428 78i0
I
Jt.PERIETAKANNIGARAN0230D.F.LT.IIJAKARIAPUSATI0560,
I r,unL, surveilon
pongo
n@ pom.go.id
INFoUTAMA
ooo
POSf MarketVigilance
enurul Food and Agriculture
n ization (FAO) dan Wo rl d
Health Orgonization (WHO)
keamanan dan mutu pangan
serta perlindungan konsumen
terhadap pemalsuan pangan
merupakanhak dasar manusia. World Food Summit
memberikan mandat kepada FAO bahwa semua orang
mempunyai "Hak" untuk mendapatkan pangan yang
aman dan bergizi.
Orya
Fitri Kristiana,
STP.
Direktorat lnspeksi don Sertifikosi Pongon
Keamanan pangan merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, konsumen dan industri
Pungun merupakan
kebutuhan dasar bagi
kelangsungan hidup manusia,
sehingga setiap orang perlu
dijamin dalam memperoleh
pangan yang bermutu dan
aman. Bahan pangan dan air
minum yang tidak diproduksi
dengan cara yang baik
dan benar dapat menjadi
sumber mikroorganisme dan
kontaminan kimia yang dapat
berbahaya dan menyebabkan
penyakit kepada manusia.
Kasus-kasus keracunan pangan
seharusnya tidak perlu terjadi
apabila produk pangan
diolah dengan prosedur
pengolahan yang benar.
Mutu dan kqamanan pangan
juga sangat penting dalam
perdagangan. Dengan semakin
ketatnya persaingan di era
perdagangan bebas, produsen
pangan dituntut untuk dapat
memenuhi standar dan
persyaratan keamanan pangan.
pangan. Pemerintah bertanggung jawab melindungi
kesehatan masyarakat dengan mengurangi risiko
penyakit yang disebabkan oleh pangan (food-borne
dlsease), melalui pendidikan mengenai keamanan
pangan dan informasi kepada konsumen dan
industri pangan mengenai keamanan pangan.
Sedangkan konsumen berhak mendapatkan pangan
yang layak dan aman. Di samping itu, konsumen
juga bertanggung jawab terhadap keamanan
pangan, mematuhi cara-cara yang higienis pada
saat menyiapkan pangan, menyimpan pangan yang
sesuai dengan petunjuk yang ada pada label dan
sebagainya.Konsumen sering membuat kesalahan
karena kurangnya pengetahuan mengenai cara
penanganan pangan yang baik di rumah sebelum
pangan dikonsumsi, terbatasnya informasi dan atau
tidak adanya akses informasi mengenai penanganan
pangan yang baik.Tanggung jawab akhir keamanan
pangan tidak hanya pada pemerintah dan konsumen
tetapi juga pada produsen pangan,pengolah,
distributot retailer yang menyiapkan, menyajikan dan
mengedarkan pangan.
.
Food-borne disease sangat berpengaruh terhadap
kondisi sosial ekonomi. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh makanan seperti disentri,dan kolera
dapat menyebabkan kematian. Secara tidak langsung
food-borne disease mempengaruhi perkembangan
ekonomi seperti jam kerja berkurang, biaya
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan meningkat.
Food-borne disease juga menyebabkan kekacauan
ekonomi terutama untuk negara-negara yang
tergantung dengan produk ekpor apabila produkproduknya dilarang masu( ataupun dimusnahkan
karena tidak memenuhi persyaratan negara
pengimpor.
Pemerintah mempunyai tugas menjamin kesehatan
masyarakat dan menyediakan pangan yang aman dan
dalam jumlah yang cukup. Sehubungan hal tersebut
sistem pengawasan pangan memerlukan peraturan
yang efelcif untuk menangani isu keamanan pangan.
Pengawasan dilakukan di semua rantai pangan dari
mulai produksi pangan, penang anan (handli ng),
penyimpanan, pengolahan (processi ng) dan
distribusi (satu pendekotan from form to table).
Peraturan perundang-undangan merupakan
dasar hukum dalam melaksanakan pengawasan
keamanan pangan. lnspeksi pangan tradisional
lebih difokuskan pada kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang
ada baik yang sudah diperbaharui dengan situasi
tetkini (upto date) maupun yang belum. Efektifitas
metode ini tergantung kepada tersedianya waktu
untuk melakukan pemerikaan fisik terhadap
fasilitas pabrik dan produk. Masalah dalam
pengawasan keamanan pangan yaitu rasio antara
sarana yang diperika dan jumlah food inspector
yang ada masih rendah;food inspectortidakada
di sarana setiap saat, banyak;ituasi yang tidak
diketahui oleh food i n spectori laboratorium sering
tidak dilengkapi dengan peralatan, petugas,
dan 50P yang sesuai dan memadai; serta secara
statistik untuk mendapatkan data hasil uji yang
valid diperlukan jumlah sampel yang banyak.
Ketidakpatuhan dan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku
biasanya ditindaklanjuti dengan peringatan, dan
atau hukuman/sanki tergantung kebijakan dari
otoritas suatu negara. Metoda ini lebih ke arah
tindakan koreksi.Tindakan ini dilakukan oleh
produsen sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sistem inspeki seperti
initidak menjamin tidak berulangnya suatu
pelanggaran.
lnspeki pangan modern I'ebih menekankan
pada faktor-faktor penyebab foodborne diseose;
pendekatan berdasarkan analisa risiko, inspeki
berdasarkan proses,dan kemitraan antara food
inspector dan produsen pangan. Apabila sistem
jaminan mutu memadai dan diterapkan secara
utuh maka risiko keamanan pangan dapat
diminimalkan.
Prinsip-prinsip pengawasanlangan modern
mencakup konsep pengawasan pangan secara
terpadu sepanjang rantai pangan mulai dari
lahan pertanian hingga dikonsum si (from farm to
table), analisa risiko, transparansi, kajian dampak
regulotory (peraturan), pendekatan berdasarkan
ilmiah serta sistem kemampuan telusur
(traceability) dan penarikan produk (food recalf).
Penerapan SisIem Hazard Analysis and Criticol
Control Point(HACCP) di seluruh rantai pangan
mempunyai manfaat yang jelas dan potensial
dalam meningkatkan keamanan pangan untuk
bule,tin ke;rnanu,,
".r,u.',
€)
OOO
INFOUTAMA
mencegah terjadinya food-borne disedre.Walaupun
demikian, penerapan sistem ini merupakan
kegiatan jangka panjang (long+erm activity), dan
memerlukan pertimbangan untuk setiap kondisi
(misalnya pre requisite condition).
Sistem manajemen mutu dan keamanan pangan
merupakan sistem manajerial yang aktif dalam
melaksanakan pengawasan terhadap faktor risiko
produsen dan prolesor (pengolah pangan) dalam
menetapkan persyaratan, menekankan pengawasan
di lokasi dan proses terkait dengan keamanan
dan mutu pangan seperti pemeliharaan sarana
produksi, peralatan, kalibrasi alat (termometer, tlmer),
5OP sanitasi, SOP tahap-tahap kritis selama proses,
spesifikasi bahan baku, pemeriksaan kesehatan
karyawan secara periodifr troi ni ng bagi manager,
supervisor dan karyawan, pemeliharaan dokumen
(record keeping) dan pebagainya.
Keuntungan inspeksi berdasarkan risiko adalah
food inspector dapat mengalokasikan waktunya
yang terbatas lebih baik untuk setiap sarana
pengolahan pangan.lnspeksi berdasarkan risiko
merupakan metoda dalam menetapkan kecukupan
sistem jaminan mutu yang dilakanakan oleh
produsen;menjamin sistem pengawasan pangan
dilaksanakan setiap saat sehingga masalah
sampling dapat teratasi (sampel produk yang
dalam pengawasan pangan di lapangan. Untuk
mencapai kompetensi yang dibutuhkan tersebut,
diperlukan program pendidikan dan pelatihan
bagi calonpengawas pangan dan pengawas
pangan yang sudah ada. Mereka harus ditingkatkan
kemampuannya terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan lingkup
tugasnya, sehingga mereka dapat mencapai
kualifi kasi sebagai pengawas pangan.
Program pendidikan dan pelatihan pengawas
pangan selain untuk meningkatkan kompetensi
dari para pengawas panganjuga berkaitan dengan
peningkatan jenjang karir para pengawas pangan.
Dengan peningkatan jenjang karir ini diharapkan
ada pembagian tugas yang jelas antara pengawas
pangan di satu jenjang tertentu dengan pengawas
pangan di jenjang lainnya yang lebih tinggi. Dengan
penjenjangan dan pembagian tugas yang jelas ini,
diharapkan program-program pengawasan pangan
dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan efektif
Pengawasan pangan di lndonesia memiliki aspek
permasalahan berdimensi luas dan kompleks oleh
karena itu diperlukan sistem pengawasan pangan
yang komprehensif dari hulu sampaihilir (from farm
totable) serla melibatkan stakeholder dan instansi
terkait. Pengawasan pangan ini dilakukan melalui
i ntegrated i ntersectoral approach (pendekatan
keterpaduan antar sektor), dengan metoda
dan benar. Metode yang digunakan dalam
pengambilan contoh merupakan salah satu faktor
yang menentukan keabsahan data dan kesimpulan
yang diambil dari suatu analisis. Pengambilan dan
penanganan contoh dapat merupakan salah satu
sumber kesalahan terbesar dari suatu analisis.
Jumlah contoh yang diambil harus
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga cukup
untuk kebutuhan analisis-analisis di laboratorium
yang akan dilakukan, dan jika diperlukan juga
cukup untuk analisis berulang.Jumlah sampel
yang berlebihan dapat menyebabkan pemborosan
biaya, sebaliknya sampel yang terlalu sedikit
dapat menyebabkan kegagalan analisis karena
kekurangan sampel atau menyebabkan kesulitan
dalam mengintepretasikan data hasil analisis.
Keadaan contoh harus dapat menggambarkan
kondisi bahan atau produk pada saat contoh
diambil. Sedangkan waktu untuk pengambilan
contoh, sebaiknya disesuaikan dengan jadwal
analisis laboratorium, sehingga contoh yang baru
saja dikumpulkan dapat segera dianalisis.
Mengingat banyaknyajenis pangan yang beredar
dan keterbatasan anggaran/dana, pengambilan
sampel tidak mungkin dilakukan terhadap seluruh
jenis pangan yang diproduksi atau yang beredar
Di samping itu, perbedaan kemampuan masingmasing Balai Besar/Balai POM dalam melakukan
Pengawasan pangan di suatu sarana pengolahan pangan
dilakukan oleh tenaga pengawas pangan (food inspector), dimana mereka
berwenang untuk menilaiapakah kondisi sarana pengolahan disuatu industri
pangan sudah tefamin higigne dan sanitasinya yang dapat menghasilkan
produk pangan olahan yang bermutu dan aman.
dikumpulkan dan dianalisa untuk tujuan verifikasi
terhadap sistem jaminan mutu yang diterapkan
produsen).
Pengawasan pangan di suatu sarana pengolahan
pangan dilakukan oleh tenaga pengawas pangan
(food inspector), dimana mereka berwenang untuk
menilai apakah kondisi sarana pengolahan di
suatu industri pangan sudah terjamin higiene
dan sanitasinya yang dapat menghasilkan produk
pangan olahan yang bermutu dan aman. Demikian
juga pengawasan dilakukan untuk mengevaluasi
apakah pelabelan pada kemasan pangan telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran
hukum di bidang pangan, pengawas pangan
diberi kewenangan untuk memasuki, memeriksa,
meneliti dan mengambil contoh di setiap tempat
yang diduga digunakan dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan
perdagangan pangan.
Keberhasilan fungsi pengawasan pangan oleh
pemerintah sangat ditentukan oleh kepiawaian
dan pengalaman dari para pengawas pangan.Agar
seorang pengawas pangan dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara baik
dan profesional dalam pengawasan pangan
secara keseluruhan, seorang pengawas pangan
membutuhkan kompetensi khusus di bidang
pengawasan pangan. Kompetensi yang dimaksud
adalah pengetahuan,keterampilan dan perilaku
yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya
@ ;.";.,,':,,
lr,:',lr':'
tlIir I
i
il.ir'rr,
ii j j
pengawasan preventive control (pengawasan
dengan sedapat mungkin mengupayakan tindakan
pencegahan) dan law enforcemenr (tindakan
terakhir melalui upaya penegakan secara hukum).
analisis laboratorium baik untuk tujuan pemenuhan
persyaratan (compliance) maupun untuk tujuan
surveilan keamanan pangan, maka perlu ditetapkan
Badan POM sebagai authority mempunyai
kewenangan dalam melakukan pengawalan
keamanan pangan yang mencakup pre market
evoluation dan post morketvigilance. Pre morket
evaluotion merupakan salah satu tindakan preventif
dalam melindungi konsumen terhadap peredaran
pangan yang tidak memenuhi keamanan (cemaran
kimia,fisiIdan mikroba),mutu dan gizi pangan
sebelum produk beredar.
Pengambilan sampel secara rutin dimaksudkan
untuk menjamin bahwa pangan yang diproduksi
atau yang diedarkan di wilayah lndonesia,
memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi.
Sedangkan post market vigila nce merupakan
kegiatan pengawasan pangan setelah produk
beredar di pasaran. Kegiatan ini mencakup sampling
produk pangan yang dilanjutkan dengan pengujian
laboratorium, pemeriksaan sarana produki dan
distribusi pangan, serta tindak lanjut terhadap
pelakanaan pengawasan pangan dalam rangka
memberikan perlindungan kepada masyarakat.
prioritas sampling.
Pengambilan sampel secara khusus/seri atau
yang disebut dengan sampling seri ditujukan
untuk meningkatkan keamanan pangan khususnya
pangan produksi industri rumah tangga pangan
(IRTP) melalui pembinaan produsen yang
memproduki atau yang mengedarkan pangan.
Sasaran sampling seri adalah pangan yang
sering dan atau diduga mengandung bahan
berbahaya yang dilarang digunakan pada pangan,
menggunakan BTP melebihi batas yang diijinkan
atau sering menimbulkan masalah atau terbukti
Tidak Memenuhi Syarat (TMS) berdasarkan
sampling tahun sebelumnya.Contoh sampel seri
adalah tahu, mie basah, bako, saos/sambal,terasi,
sirup, kerupu[
,POST
MARKET VIGILANCE
Upaya Perlindungan ,,
Terhadap Masyarakat"
W#Wffi5ffi{''
Cemirin Senyawa
Dioksin dalam
s
ff
I
ru
Pangan
snfer.*ftrrf
Tata (ara Pendaftaran
Produk Pangan Luar Negeri
i)
yqgarw iry{q_
Seputar Mie lnstan &
Kedaluwarsa
.4 psr,sgws
Peluncuran & 0perasional
Mobil [aboratorium
Keliling BPOM
$ {ssrlss
Peraturan Kepala BP0M Rl
Tentang Penetapan Batas
(emaran Maksimum
Mikroba & Kimia dalam Makanan
*
fekm+l*g i pangayt
ii:nn,plng Jagung
OOO
tt;;;
DARIREDAKSI
i-1;,
PEMBACA BUDIMAN, tak terasa kita sudah
berada di pertengahan 20'l 0. Waktu begitu
cepat berlalu. Demikian pula kami kembali
menyapa setelah beberapa waktu tidak
terbit. Kami harap para pembaca masih
setia membacq buletin kesayangan kita ini.
Pembaca budiman, salah satu persoalan
yang kita hadapi adalah masalah
keamanan dan kesehatan pangan.
Mengapa disebut masalah? Karena
pangan atau makanan adalah kebutuhan
dasar manusia yang selalu hadir dalam
keh id upan kita sehari-hari. Bahkan World
Health O rg anizatlon (WHO) memasukkan
keamanan dan mutu pangan serta
perlindungan konsumen terhadap
pemalsuan pangan rnerupakan hak dasar
manusia. Sementara itu World Food Summit
memberikan mandat kepada FAO bahwa
semua orang mempunyai"Hak" untuk
mendapatkan pangan yang aman dan
bergizi.
Keamandn pangan merupakan
tanggung jawab bersama antara
pemerintah, konsumen dan industri
pangan. Pemerintah bertanggung jawab
melindungi kesehatan masyarakat
dengan mengurangi risiko penyakit yang
disebabkan oleh pangan (food-borne
disease), melalui pendidikan mengenai
keamanan pangan dan informasi kepada
konsumen dan industri pangan mengenai
keamanan pangan.
Untuk itulah Badan POM (sebagai bagian
dari pemerintah) akan terus melakukan
upaya terbaiknya agar makanan yang
beredar di masyarakat sehat dan aman
dikonsumsi. Salah satunya adalah dengan
melakukan pengawasan sesudah produk
bereda r di pasaran (post-m arket vig i lan ce).
Badan POM juga melakukan pengawasan
produk makanan melalui pengawasan
sebelum produk beredar (p re-market
evaluation).
Buletin Keamanan Pangan kali ini
mengupas permasalahan di sekitar postmorket vigi Ia nce y ang ternyata bu ka n
hal mudah dilakukan. Kami harus
mengambil berbagai jenis sampling,
mulai dari makanan olahan pabrik hingga
jajanan makanan anak-anak yang ada di
lingkungan sekolah. Ulasan tentang postmarket vigilance akan menghiasi Buletin
Keamanan Pangan edisi terbaru ini.
Demikian pula, kami akan mengulas
tentang dioksin yang ada dalam makanan
yang kemungkinan kita konsumsi.
Peringatan ini sejatinya menjadi perhatian
kita bersama mengingat bahaya
yang terkandung dalam dioksin yang
merupakan bahan kimia yang masuk ke
dalam golongan pencemar organik yang
persisten (persistent org an ic pol I uta nts,
POPs). Senyawa ini mengakibatkan
gangguan/kerusakan serius terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.
INFO UTAMA
PERISTIWA
3-5 Post Market Vigilance
Upaya Perlindungan Terhadap
Masyarakat
10-1 1 Pertemuan lmplenientasi 1 6-17 Menjadikan Emping
Program Keamanan Pangan
Jagung Makanan Bernilai Ekonomis
Nasional
WAWASAN
12 Peluncuran & Operasional
TEKNOI.OGI PANGAN
RAGAM INFO
6-7 Cemaran Senyawa Dioksin
Mobil Laboratorium Keliling
dalam Pangan
Badan POM
18 Seputar Kedaluwarsa dan
Mie lnstan
REGULASI
PROFIT
INTERAKTIF
13.15 DATA KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB) Keracunan Pangan
19 Tata Cara Pendaftaran Produk
Pangan Luar Negeri (ML)
8-9 Peraturan
Kepala BPOM Rl
tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba & Kimia
dalam Makanan
EAAPBNG
JAGUNG
BULETIN I(EAMANAN PANGAN
rrlrmnar
,
Dro. KUSTANTINAH, ApL M.AppSc I rurleanan , Dr. M. HAYAIIE AMAL MPH.. Dn. SURATM0N0 .MP, Dro. DEWI PRAWITASARI, Apt. M. Kes,
Dn. R0tAND HUTAPEA. Apf., Msc, lr. TilTY HtLFtRY SlH0^r1BlNG, MP
I
pnur,rnr
nroxsr
Dro. CEN0EKIA SRI MURWANI. Api. M.KM.
S.lKom
ronon,IRt\MlmPU]RI,S.Form.,Apt.,l"lEST|WUtANlNGS|H,STPlumrneonxsr
re.
@
021 -4259 624, ru, 02 1 -428 78i0
I
Jt.PERIETAKANNIGARAN0230D.F.LT.IIJAKARIAPUSATI0560,
I r,unL, surveilon
pongo
n@ pom.go.id
INFoUTAMA
ooo
POSf MarketVigilance
enurul Food and Agriculture
n ization (FAO) dan Wo rl d
Health Orgonization (WHO)
keamanan dan mutu pangan
serta perlindungan konsumen
terhadap pemalsuan pangan
merupakanhak dasar manusia. World Food Summit
memberikan mandat kepada FAO bahwa semua orang
mempunyai "Hak" untuk mendapatkan pangan yang
aman dan bergizi.
Orya
Fitri Kristiana,
STP.
Direktorat lnspeksi don Sertifikosi Pongon
Keamanan pangan merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, konsumen dan industri
Pungun merupakan
kebutuhan dasar bagi
kelangsungan hidup manusia,
sehingga setiap orang perlu
dijamin dalam memperoleh
pangan yang bermutu dan
aman. Bahan pangan dan air
minum yang tidak diproduksi
dengan cara yang baik
dan benar dapat menjadi
sumber mikroorganisme dan
kontaminan kimia yang dapat
berbahaya dan menyebabkan
penyakit kepada manusia.
Kasus-kasus keracunan pangan
seharusnya tidak perlu terjadi
apabila produk pangan
diolah dengan prosedur
pengolahan yang benar.
Mutu dan kqamanan pangan
juga sangat penting dalam
perdagangan. Dengan semakin
ketatnya persaingan di era
perdagangan bebas, produsen
pangan dituntut untuk dapat
memenuhi standar dan
persyaratan keamanan pangan.
pangan. Pemerintah bertanggung jawab melindungi
kesehatan masyarakat dengan mengurangi risiko
penyakit yang disebabkan oleh pangan (food-borne
dlsease), melalui pendidikan mengenai keamanan
pangan dan informasi kepada konsumen dan
industri pangan mengenai keamanan pangan.
Sedangkan konsumen berhak mendapatkan pangan
yang layak dan aman. Di samping itu, konsumen
juga bertanggung jawab terhadap keamanan
pangan, mematuhi cara-cara yang higienis pada
saat menyiapkan pangan, menyimpan pangan yang
sesuai dengan petunjuk yang ada pada label dan
sebagainya.Konsumen sering membuat kesalahan
karena kurangnya pengetahuan mengenai cara
penanganan pangan yang baik di rumah sebelum
pangan dikonsumsi, terbatasnya informasi dan atau
tidak adanya akses informasi mengenai penanganan
pangan yang baik.Tanggung jawab akhir keamanan
pangan tidak hanya pada pemerintah dan konsumen
tetapi juga pada produsen pangan,pengolah,
distributot retailer yang menyiapkan, menyajikan dan
mengedarkan pangan.
.
Food-borne disease sangat berpengaruh terhadap
kondisi sosial ekonomi. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh makanan seperti disentri,dan kolera
dapat menyebabkan kematian. Secara tidak langsung
food-borne disease mempengaruhi perkembangan
ekonomi seperti jam kerja berkurang, biaya
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan meningkat.
Food-borne disease juga menyebabkan kekacauan
ekonomi terutama untuk negara-negara yang
tergantung dengan produk ekpor apabila produkproduknya dilarang masu( ataupun dimusnahkan
karena tidak memenuhi persyaratan negara
pengimpor.
Pemerintah mempunyai tugas menjamin kesehatan
masyarakat dan menyediakan pangan yang aman dan
dalam jumlah yang cukup. Sehubungan hal tersebut
sistem pengawasan pangan memerlukan peraturan
yang efelcif untuk menangani isu keamanan pangan.
Pengawasan dilakukan di semua rantai pangan dari
mulai produksi pangan, penang anan (handli ng),
penyimpanan, pengolahan (processi ng) dan
distribusi (satu pendekotan from form to table).
Peraturan perundang-undangan merupakan
dasar hukum dalam melaksanakan pengawasan
keamanan pangan. lnspeksi pangan tradisional
lebih difokuskan pada kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang
ada baik yang sudah diperbaharui dengan situasi
tetkini (upto date) maupun yang belum. Efektifitas
metode ini tergantung kepada tersedianya waktu
untuk melakukan pemerikaan fisik terhadap
fasilitas pabrik dan produk. Masalah dalam
pengawasan keamanan pangan yaitu rasio antara
sarana yang diperika dan jumlah food inspector
yang ada masih rendah;food inspectortidakada
di sarana setiap saat, banyak;ituasi yang tidak
diketahui oleh food i n spectori laboratorium sering
tidak dilengkapi dengan peralatan, petugas,
dan 50P yang sesuai dan memadai; serta secara
statistik untuk mendapatkan data hasil uji yang
valid diperlukan jumlah sampel yang banyak.
Ketidakpatuhan dan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku
biasanya ditindaklanjuti dengan peringatan, dan
atau hukuman/sanki tergantung kebijakan dari
otoritas suatu negara. Metoda ini lebih ke arah
tindakan koreksi.Tindakan ini dilakukan oleh
produsen sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sistem inspeki seperti
initidak menjamin tidak berulangnya suatu
pelanggaran.
lnspeki pangan modern I'ebih menekankan
pada faktor-faktor penyebab foodborne diseose;
pendekatan berdasarkan analisa risiko, inspeki
berdasarkan proses,dan kemitraan antara food
inspector dan produsen pangan. Apabila sistem
jaminan mutu memadai dan diterapkan secara
utuh maka risiko keamanan pangan dapat
diminimalkan.
Prinsip-prinsip pengawasanlangan modern
mencakup konsep pengawasan pangan secara
terpadu sepanjang rantai pangan mulai dari
lahan pertanian hingga dikonsum si (from farm to
table), analisa risiko, transparansi, kajian dampak
regulotory (peraturan), pendekatan berdasarkan
ilmiah serta sistem kemampuan telusur
(traceability) dan penarikan produk (food recalf).
Penerapan SisIem Hazard Analysis and Criticol
Control Point(HACCP) di seluruh rantai pangan
mempunyai manfaat yang jelas dan potensial
dalam meningkatkan keamanan pangan untuk
bule,tin ke;rnanu,,
".r,u.',
€)
OOO
INFOUTAMA
mencegah terjadinya food-borne disedre.Walaupun
demikian, penerapan sistem ini merupakan
kegiatan jangka panjang (long+erm activity), dan
memerlukan pertimbangan untuk setiap kondisi
(misalnya pre requisite condition).
Sistem manajemen mutu dan keamanan pangan
merupakan sistem manajerial yang aktif dalam
melaksanakan pengawasan terhadap faktor risiko
produsen dan prolesor (pengolah pangan) dalam
menetapkan persyaratan, menekankan pengawasan
di lokasi dan proses terkait dengan keamanan
dan mutu pangan seperti pemeliharaan sarana
produksi, peralatan, kalibrasi alat (termometer, tlmer),
5OP sanitasi, SOP tahap-tahap kritis selama proses,
spesifikasi bahan baku, pemeriksaan kesehatan
karyawan secara periodifr troi ni ng bagi manager,
supervisor dan karyawan, pemeliharaan dokumen
(record keeping) dan pebagainya.
Keuntungan inspeksi berdasarkan risiko adalah
food inspector dapat mengalokasikan waktunya
yang terbatas lebih baik untuk setiap sarana
pengolahan pangan.lnspeksi berdasarkan risiko
merupakan metoda dalam menetapkan kecukupan
sistem jaminan mutu yang dilakanakan oleh
produsen;menjamin sistem pengawasan pangan
dilaksanakan setiap saat sehingga masalah
sampling dapat teratasi (sampel produk yang
dalam pengawasan pangan di lapangan. Untuk
mencapai kompetensi yang dibutuhkan tersebut,
diperlukan program pendidikan dan pelatihan
bagi calonpengawas pangan dan pengawas
pangan yang sudah ada. Mereka harus ditingkatkan
kemampuannya terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan lingkup
tugasnya, sehingga mereka dapat mencapai
kualifi kasi sebagai pengawas pangan.
Program pendidikan dan pelatihan pengawas
pangan selain untuk meningkatkan kompetensi
dari para pengawas panganjuga berkaitan dengan
peningkatan jenjang karir para pengawas pangan.
Dengan peningkatan jenjang karir ini diharapkan
ada pembagian tugas yang jelas antara pengawas
pangan di satu jenjang tertentu dengan pengawas
pangan di jenjang lainnya yang lebih tinggi. Dengan
penjenjangan dan pembagian tugas yang jelas ini,
diharapkan program-program pengawasan pangan
dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan efektif
Pengawasan pangan di lndonesia memiliki aspek
permasalahan berdimensi luas dan kompleks oleh
karena itu diperlukan sistem pengawasan pangan
yang komprehensif dari hulu sampaihilir (from farm
totable) serla melibatkan stakeholder dan instansi
terkait. Pengawasan pangan ini dilakukan melalui
i ntegrated i ntersectoral approach (pendekatan
keterpaduan antar sektor), dengan metoda
dan benar. Metode yang digunakan dalam
pengambilan contoh merupakan salah satu faktor
yang menentukan keabsahan data dan kesimpulan
yang diambil dari suatu analisis. Pengambilan dan
penanganan contoh dapat merupakan salah satu
sumber kesalahan terbesar dari suatu analisis.
Jumlah contoh yang diambil harus
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga cukup
untuk kebutuhan analisis-analisis di laboratorium
yang akan dilakukan, dan jika diperlukan juga
cukup untuk analisis berulang.Jumlah sampel
yang berlebihan dapat menyebabkan pemborosan
biaya, sebaliknya sampel yang terlalu sedikit
dapat menyebabkan kegagalan analisis karena
kekurangan sampel atau menyebabkan kesulitan
dalam mengintepretasikan data hasil analisis.
Keadaan contoh harus dapat menggambarkan
kondisi bahan atau produk pada saat contoh
diambil. Sedangkan waktu untuk pengambilan
contoh, sebaiknya disesuaikan dengan jadwal
analisis laboratorium, sehingga contoh yang baru
saja dikumpulkan dapat segera dianalisis.
Mengingat banyaknyajenis pangan yang beredar
dan keterbatasan anggaran/dana, pengambilan
sampel tidak mungkin dilakukan terhadap seluruh
jenis pangan yang diproduksi atau yang beredar
Di samping itu, perbedaan kemampuan masingmasing Balai Besar/Balai POM dalam melakukan
Pengawasan pangan di suatu sarana pengolahan pangan
dilakukan oleh tenaga pengawas pangan (food inspector), dimana mereka
berwenang untuk menilaiapakah kondisi sarana pengolahan disuatu industri
pangan sudah tefamin higigne dan sanitasinya yang dapat menghasilkan
produk pangan olahan yang bermutu dan aman.
dikumpulkan dan dianalisa untuk tujuan verifikasi
terhadap sistem jaminan mutu yang diterapkan
produsen).
Pengawasan pangan di suatu sarana pengolahan
pangan dilakukan oleh tenaga pengawas pangan
(food inspector), dimana mereka berwenang untuk
menilai apakah kondisi sarana pengolahan di
suatu industri pangan sudah terjamin higiene
dan sanitasinya yang dapat menghasilkan produk
pangan olahan yang bermutu dan aman. Demikian
juga pengawasan dilakukan untuk mengevaluasi
apakah pelabelan pada kemasan pangan telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran
hukum di bidang pangan, pengawas pangan
diberi kewenangan untuk memasuki, memeriksa,
meneliti dan mengambil contoh di setiap tempat
yang diduga digunakan dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan
perdagangan pangan.
Keberhasilan fungsi pengawasan pangan oleh
pemerintah sangat ditentukan oleh kepiawaian
dan pengalaman dari para pengawas pangan.Agar
seorang pengawas pangan dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara baik
dan profesional dalam pengawasan pangan
secara keseluruhan, seorang pengawas pangan
membutuhkan kompetensi khusus di bidang
pengawasan pangan. Kompetensi yang dimaksud
adalah pengetahuan,keterampilan dan perilaku
yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya
@ ;.";.,,':,,
lr,:',lr':'
tlIir I
i
il.ir'rr,
ii j j
pengawasan preventive control (pengawasan
dengan sedapat mungkin mengupayakan tindakan
pencegahan) dan law enforcemenr (tindakan
terakhir melalui upaya penegakan secara hukum).
analisis laboratorium baik untuk tujuan pemenuhan
persyaratan (compliance) maupun untuk tujuan
surveilan keamanan pangan, maka perlu ditetapkan
Badan POM sebagai authority mempunyai
kewenangan dalam melakukan pengawalan
keamanan pangan yang mencakup pre market
evoluation dan post morketvigilance. Pre morket
evaluotion merupakan salah satu tindakan preventif
dalam melindungi konsumen terhadap peredaran
pangan yang tidak memenuhi keamanan (cemaran
kimia,fisiIdan mikroba),mutu dan gizi pangan
sebelum produk beredar.
Pengambilan sampel secara rutin dimaksudkan
untuk menjamin bahwa pangan yang diproduksi
atau yang diedarkan di wilayah lndonesia,
memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi.
Sedangkan post market vigila nce merupakan
kegiatan pengawasan pangan setelah produk
beredar di pasaran. Kegiatan ini mencakup sampling
produk pangan yang dilanjutkan dengan pengujian
laboratorium, pemeriksaan sarana produki dan
distribusi pangan, serta tindak lanjut terhadap
pelakanaan pengawasan pangan dalam rangka
memberikan perlindungan kepada masyarakat.
prioritas sampling.
Pengambilan sampel secara khusus/seri atau
yang disebut dengan sampling seri ditujukan
untuk meningkatkan keamanan pangan khususnya
pangan produksi industri rumah tangga pangan
(IRTP) melalui pembinaan produsen yang
memproduki atau yang mengedarkan pangan.
Sasaran sampling seri adalah pangan yang
sering dan atau diduga mengandung bahan
berbahaya yang dilarang digunakan pada pangan,
menggunakan BTP melebihi batas yang diijinkan
atau sering menimbulkan masalah atau terbukti
Tidak Memenuhi Syarat (TMS) berdasarkan
sampling tahun sebelumnya.Contoh sampel seri
adalah tahu, mie basah, bako, saos/sambal,terasi,
sirup, kerupu[