laporan praktikum anorganik PEMURNIAN BA

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I
PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI
PEMBUATAN KRISTAL TEMBAGA (II) SULFAT

Oleh:
Jainudin Asyura
NPM: 032 912 107
Kelas : A
Semester: III (tiga)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2013

PERCOBAAN I
PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI

I.


TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu
rekristaliasasi garam dapur.

II.

DASAR TEORI
Teknik yang paling sederhana dan efektif untuk pemurnian padatan senyawa organik
adalah kristalisasi. Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi
merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu
padatan yang umum yaitu rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini pada
dasarnya mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan
pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan yang lain
yang hanya melarutkan zat-zat pengotor saja. Pemurnian demikian ini banyak dilakukan pada
industri-industri (kimia) maupun laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang
bersangkutan. Metode kristalisasi didasarkan pada perbedaan daya larut antar zat yang
dimurnikan dengan kotoran lain dalam suatu pelarut tertentu. Beberapa persyaratan suatu
pelarut dapat dipakai dengan proses rekristalisasi antara lain :
 Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan

dengan zat pengotor.
 Tidak meninggalkan zat pengotor pada Kristal
 Mudah dipisahkan dari Kristal.
 Bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan Kristal).
Dalam percobaan ini dipelajari dengan cara memurnikan natrium klorida dari garam
dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Natrium klorida (NaCl) merupakan
komponen utama dalam garam dapur. Komponen lain yang bersifat pengotor biasanya
berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I- dan Br-. Agar daya larut antara NaCl
dengan pengotor cukup besar, maka perlu dilakukan penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat
penambahan tersebut akan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut dalam air.

Selain itu kristalisasi dapat dilakukan dengan cara membuat larutan jenuh dengan
menambahkan ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan dipisahkan.
Rekristalisasi atau pemecahan butiran (grain) hasil fabrikasi menjadi butiran-butiran
halus (subgrain) telah diamati di dalam bahan bakar UO2 berderajat bakar tinggi. Proses
rekristalisasi mulai terjadi apabila energi per inti cukup untuk membentuk permukaanpermukaan batas butir dengan membuat suatu volume yang bebas regangan dengan hasil
akhir berupa penurunan energi bebas material. Restrukturisasi ini menyebabkan terbentuknya suatu jaringan yang rapat menyerupai batas butir baru. Dosis iradiasi yang menyebabkan
rekristalisasi ditentukan oleh kondisi operasi bahan bakar seperti temperatur dan laju fisi.
Dalam kristal ionik, seperti logam halida, oksida, dan sulfida, kation dan anion disusun
bergantian, dan padatannya diikat oleh ikatan elektrostatik. Banyak logam halida melarut

dalam pelarut polar misalnya NaCl melarut dalam air, sementara logam oksida dan sulfifa,
yang mengandung kontribusi ikatan kovalen yang signifikan, biasanya tidak larut bahkan di
pelarut yang paling polar sekalipun. Struktur dasar kristal ion adalah ion yang lebih besar
(biasanya anion) membentuk tetrahedral diantara anion. Struktur garam dapur Natrium
Klorida NaCl adalah senyawa khas dalam strukturnya (Anion) disusun dalam p dan kation
Na+ menempati ruang oktahedral. Setiap kation Na + dikelilingi oleh enam anion Cl-. Struktur
yang sama akan dihasilkan bila proses anion dan kation dipertukarkan.
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan.
Endapan mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi
adalah sama dengan konsentrasimolar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari
berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan
pada komposisi pelarutnya. Kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu,
meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat), terjadi yang sebaliknya.
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada
struktur morfologi endapan, yaitu pada bentuk dan ukuran kristal-kristalnya. Makin besar
Kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka
dapat disaring. Bentuk Kristal juga penting. Struktur yang sederhana, seperti kubus,


octahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring.
Ukuran Kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua factor
penting: yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan Kristal.
Proses rekristalisasi merupakan proses pengintian dan pertumbuhan Kristal-kristal baru
bebas regangan pada logam induk (matriks) yang telah mengalami pengerjaan dingin. Ada
beberapa pandangan tentang mekanisme proses pengintian pada rekristalisasi dan pandangan
yang paling akhir diterima ialah yang diusulkan oleh Hu. Hu menyatakan bahwa proses
pengintian selama rekristalisasi adalah terjadinya penyatuan atau penggabungan sub butir di
daerah micro-band yang terletak diantara pita deformasi utama atau di dekat batas butirbatas
butir induk.
III.

Alat-alat praktikum

satu set timbangan

satu set pemanas listrik/spiritus

gelas beker 250 mL


corong

gelas ukur 50 mL
IV.

Bahan-bahan praktikum

Garam dapur 20 gram

CaO

Aquades

Ba(OH)2

HCl
V. CARA KERJA
Gelas beker

-dimasukkan 62.5 mL aquades

-dipanaskan sampai mendidih

Air panas

-ditimbang 20 gram garam dapur dimasukkan ke dalam
air panas sambil diaduk-aduk
-dipanaskan sampai mendidih kemudian
-disaring
Larutan garam dapur

-Ditambahkan 0,5 gram CaO sambil diadukaduk
-ditambahkan larutan Ba(OH)2 tetes demi
tetes hingga tidak terbentuk kristal lagi

larutan

-disaring

filtrat


-dinetralkan
-ditambahkan larutan HCl encer sebanyak 10 tetes
-Uapkan larutan sampai kering

kristal NaCl
-ditimbang
-dihitung rendemen

%Rendemen=116,48 %

VI. DATA PENGAMATAN
No.

Perlakuan
1.

Hasil Pengamatan

20 gram garam dapur dimasukkan Garam larut dalam air dan terlihat
kedalam air mendidih


jernih

2.

Larutan garam + CaO

Terdapat kapur (endapan)

3.

Larutan garam + CaO + larutan

Endapan hilang

Ba(OH)2
4.

-Larutan disaring


Larutan Bening

-filternya dintralkan + HCL encer
5.

Larutan diuapkan sampai kering

Diperoleh Kristal NaCL yang lebih
putih dari garam dapur semula.

6.

Kristal ditimbang dan dihitung

Diperoleh rendemen 116,48 %

rendemennya
VII.

ANALISIS DATA

 Reaksi lengkap
2 NaCl+CaO →CaCl 2+ Na2O
CaCl 2+ Na 2O+ Ba ( OH )2→ 2 NaOH + BaCl2 +CaO

2 NaOH +BaCl 2+CaO →
 Perhitungan

Rendemen=

-

Berat kertas saring = 1,0742 gram

-

Berat garam dapur=20 gram

-

berat kristal=24,37 gram


berat kristal−berat kertas saring ( berat secara praktikum )
x 100 %
berat garam dapur ( berat secarateori )
24,37 g−1,0742 g
¿
X 100 %
20 g

¿

23,296 g
X 100 %
20 g

¿ 116,48 %
VIII.

PEMBAHASAN
Terdapat beberapa cara dalam proses pemisahan dan pemurnian zat yaitu antara

lain: kristalisasi, destilasi, sublimasi, rekristalisasi, ekstraksi, kromatografi, dan
penukaran ion. Namun pada percobaan kali ini terfokus pada pemurnian bahan melalui
rekristalisasi dengan menggunakan padatan kristal garam dapur dan Pelarut yang
digunakan adalah air.
NaCl merupakan komponen utama penyusun garam dapur. Komponen lainnya
merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, SO42-, I- dan Br. Agar
daya larut antar NaCl dengan zat pengotor cukup besar maka perlu dilakukan
penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat tambahan itu kan membentuk senyawa terutama
garam yang sukar larut dalam air, selain itu rekristalisai dapat dilakukan dengan cara
menambahkan ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan dipisahkan.
Pelarutan sampel sebanyak 20 gram didalam air panas dengan terus mengaduknya
dan kemudian memanaskannya hingga mendidih bertujuan agar pengotor-pengotor
berupa partikel padat bisa terlepas dan menjadi koloid dalam larutan sehingga dapat
terkumpul saat disaring. Pelarutan ini juga mengakibatkan NaCl terionisasi dalam air.
Larutan yang telah disaring tersebut akan digunakan untuk kristalisasi melalui
penguapan.
Pada kristalisasi melalui penguapan, untuk mendapatkan larutan garam yang
murni yang terbebas dari pengotor-pengotornya harus diberikan zat yang dapat menarik
zat pengotor tersebut, dalam hal ini digunakan CaO dan Ba(OH)2. Pelarut CaO berfungsi
untuk dapat mengikat pengotor berupa Ca2+, Mg2+ atau Fe3+ dalam bentuk endapan yang
terdapat dalam garam dapur. Ba(OH)2 berfungsi untuk menghilangkan endapan atau
mencegah terbentuknya endapan lagi karena penambahan CaO.
Setelah larutan tersebut diberi beberapa perlakuan barulah larutan tersebut
disaring sebanyak 2 kali agar zat pengotor benar-benar terpisah atau tersaring. Filtrat
hasil saringan yang bersifat basa kemudian dinetralkan dengan pemberian 10 tetes HCl
encer. Larutan yang telah netral kemudian diuapkan melalui pemanasan hingga betulbetul hanya didapatkan kristal-kristal garam yang bewarna putih.

Berat Kristal yang diperoleh yaitu 24,37 gram, dan rendemennya 116,48 % . Hal
ini menandakan setengah dari percobaan ini telah berhasil. Kecilnya nilai rendemen
yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yakni banyaknya Kristal
garam yang tertempel pada gelas dan kertas saring walaupun telah dikerok.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah diperoleh melalui percobaan ini yaitu
memurnikan garam dapur dengan menggunakan metode rekristalisasi dan penguapan.
dapat disimpulkan bahwa rekristalisasi adalah metode pemurnian bahan dalam hal ini
adalah garam dapur dengan pembentukan kristal kembali guna menghilangkan zat
pengotor, daya larut dari zat yang akan dimurnikan dengan pelarutnya akan
mempengaruhi proses rekristalisasi ketika suhu dinaikkan atau ditambahkan kalor/panas,
garam dapur yang direkristalisasi menghasilkan kristal yang berwarna putih bersih dan
strukturnya lebih halus/lembut dari semula, garam dapur hasil rekristalisasi yang
diperoleh sebesar 24,37 gram dan rendemennya sebesar 116,48 % .
TUGAS
1. Ramalkan pengotor apa saja yang masih ada dalam kristal NaCl hasil rekristalisasi?
2. Jelaskan perbedaan dasar antara metode rekristalisasi dan metode yang lain!
3. Kesimpulan apa yang anda peroleh dari percobaan diatas?
JAWABAN
1. Pengotor yang ada dalam Kristal NaCl hasil rekristalisasi adalah berupa partikel padat
dan menjadi koloid dalam larutan.
2. Dalam metode rekristalisasi memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara
zat yang dimurnikan dengan pengotornya, tidak meninggalkan zat pengotor pada Kristal
dan mudah dipisahkan dari Kristal. Prinsip rekristalisasi yaitu perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya.
3. Kesimpulan dari percobaan diatas antara lain:
-

Rekristalisasi merupakan pemurnian kembali zat berbentuk padat (kristal).

-

Proses pemanasan larutan bertujuan untuk mempercepat kelarutan.

-

Metode rekristalisasi menggunakan zat lain yang dapat menarik zat pengotor.

-

Hasil yang diperoleh dalam metode rekristalisasi adalah berupa kristal yang lebih

murni dari sebelum direkristalisasi.
X. LEMBAR PENGESAHAN

Judul praktikum

: Pemurnian Bahan Melalui Rekristalisasi

Nama

: Jainudin Asyura

Kelas/semester

: A/III

Hari/Tanggal

: senin, 09 September 2013

Prodi

: pendidikan kimia

Tempat praktikum : LABORATORIUM MIPA FKIP UNKHAIR

Ternate, 09 september 2013

Mengetahui

Dosen pengampuh

Nur Asbirayani Limatahu, S.Pd, M.Si
NIP: 197309292003122005

Asisten dosen

Nurbaeti komendong, S.Si
NIP:

PERCOBAAN II
PEMBUATAN KRISTAL TEMBAGA (II) SULFAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari percobaan ini adalah cara membuat kristal tembaga (II) sulfat.
II.

DASAR TEORI

Banyak senyawa bergabung dengan air membentuk hidrat. Dengan senyawa ini, air
bergabung secara kimia meskipun hampir semua hidrat mudah melepaskan air jika dipanaskan.
Fakta yang membuktikan bahwa hidrat itu adalah senyawa dan bukan merupakan campuran
adalah :
1. Air terdapat dalam perbandingan tertentu, misalnya hidrat tembaga sulfat
mengandung 36,07% air.
2. Sifat fisis hidrat berbeda dari sifat anhidrat, misalnya hidrat tembaga sulfat
berbentuk Kristal tiklin berwarna biru, sedangkan tembaga sulfat anhidrat
berbentuk kristal monoklin berwarna putih.
Suatu zat dapat membentuk lebih dari satu macam hidrat yang masing- masing
stabil dalam suasana tertentu. Tembaga sulfat dapat membentuk tiga macam hidrat yaitu
pentahidrat CuSO4.5H2O, trihidrat CuSO4.3H2O, dan monohidrat CuSO4.H2O.
Tembaga sulfat biasanya dibuat secara komersial dengan dua cara :
1.

Tembaga dioksidasi dalam larutan yang mengandung asam sulfat :
2Cu + 2H2SO4 + O2 → 2CuSO4 + 2H2O

2.

Tembaga (II) sulfida dioksidasi dalam udara :
CuS + 2O2 → CuSO4
Senyawa tembaga dalam konsentrasi tinggi merupakan racun bagi kebanyakan makhluk

hidup. Oleh karena itu senyawa tembaga digunakan dalam insektisida dan fungisida. Namun
adalah sangat menarik, bahwa didekat daerah yang tanahnya tidak mengandung tembaga terdapat
penyakit dan kelainan pada tumbuh- tumbuhan dan hewan.

Di beberapa daerah di Australia yang tanahnya tidak mengandung tembaga ditemukan
penyakit pada domba yang mengakibatkan pengaruh pada sistem saraf, anemia, dan kerusakan
pada wol, meskipun untuk mengatasi kelainan hanya diperlukan sangat sedikit tembaga.
Tembaga sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O sering disebut biru vitriol. Senyawa ini biasanya
digunakan sebagai elektrolit dalam pemurnian tembaga secara elektrolisis, dalam pengetikan
listrik (electrotyping) dalam beberapa macam baterai, dalam pencetakan (cap) kain mori atau
belacu dan sebagai bubur Bordeaux untuk memusnahkan jamur pada tanaman.
Tembaga disebut logam mata uang. Tembaga tergolong logam yang sukar bereaksi. Oleh
karena itu, disamping sebagai senyawa juga terdapat dalam keadaan bebas. Tembaga membentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga tidak larut dalam asam keras encer.
Potensial oksidasi tembaga bertanda negatif (−). Itu berarti tembaga lebih sukar teroksidasi
daripada hidrogen.
Cu(s) → Cu2+(aq)

E0 = − 0,337 V

Cu(s) → Cu+(aq)

E0 = − 0,552 V

Tembaga dapat larut dalam asam oksidasi, yaitu asam sulfat pekat, asam nitrat encer dan
pekat, membentuk garam tembaga (II). Dengan asam sulfat pekat membebaskan gas SO2 :
Cu(s) + 2H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + SO2(g) + 2H2O(l)
Dengan asam nitrat encer membebaskan terutama gas NO :
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Sedangkan bila direaksikan dengan asam nitrat pekat maka akan membebaskan terutama
gas NO2 :
Cu(s) + 4HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 2H2O(l)
Larutan garam tembaga (II) dalam air, tepatnya ion Cu(H 2O)42+, berwarna biru terang. Larutan
akan menjadi biru tua dengan larutan amoniak berlebih karena pembentukan kompleks
Cu(NH3)42+, dengan HCl pekat menjadi hijau terang karena pembentukan kompleks CuCl 42−.
Pembentukan ion kompleks Cu(NH3)42+ yang berwarna biru khas itu dapat digunakan untuk
mengenali ion Cu2+.

Hidrat garam tembaga (II), seperti CuSO4.5H2O juga berwarna biru karena adanya ion kompleks
Cu(H2O)42+. Rumus hidrat CuSO4.5H2O tepatnya adalah sebagai Cu(H2O)4 SO4.H2O yang terdiri
dari empat molekul air yang terikat pada ion Cu2+, sedangkan yang satu lagi terikat pada gugus
SO42−.
Larutan tembaga (II) sulfat dalam air bersifat agak asam sebagai akibat terjadinya
hidrolisis. Hal ini dikarenakan tembaga (II) sulfat anhidris tidak larut dalam alcohol dan eter,
serta dengan segera dapat menyerap air berubah warna menjadi biru, sehingga digunakan untuk
mendeteksi adanya air dalam suatu cairan.
III.

Alat-alat praktikum
- Satu set timbangan

- Satu set pemanas listrik/spiritus

- Gelas beker 100 mL

- Batang pengaduk

- Gelas ukur 50 mL

- Corong

- Kertas saring
IV.

V.

Bahan-bahan praktikum
- H2SO4 1M

- CuSO4.5H2O

- Aquades

- spritus

CARA KERJA

Gelas beker

-

Ditimbang dan dimasukkan 5 gram
CuSO4.5H2O
Dilarutkan 25 mL aquades

Campuran CuSO4.5H2O +
aquades

-

Dipanaskan

-

diaduk sampai
melarut

semua

zat

larutan CuSO4.5H2O

-

ditambahkan larutan filtrat dengan 2
tetes H2SO4 1M
didinginkan dengan cara diletakkan
gelas kimia ke dalam air
ditutup gelas kimia tersebut dengan
sehelai tissu
disimpan larutan tersebut
keesokan harinya dituangkan larutan
tersebut ke dalam gelas beker yang
lain
diulangi
langkah
dengan
cara
disimpan kembali larutan tersebut

Kristal

-

ditimbang kristal

-

dihitung rendemen hasil
kristal

%rendemen= 9,998 %

VI. DATA PENGAMATAN
No.
1.
2.

Perlakuan
Hasil pengamatan
5 gram CuSO4.5H2O dilarutkan ke Campuran berwarna biru bening
dalam 25 mL aquades
Campuran dipanaskan
diaduk-aduk

sambil Larutan mendidih, berubah warna
menjadi biru keruh, dan terdapat uap
berwarna putih, tembaga melarut dan
larutan berubah warna menjadi biru

bening terdapat uap putih.
Tidak ada kristal atau zat pengotor

3.

Larutan disaring

4.

dalam larutan
Filtrat Larutan CuSO4.5H2O + 2 larutan menjadi biru keruh(biru tua)

5.

tetes H2SO4 1 M
Larutan didinginkan dan disimpan Tidak mengalami perubahan

6.

sampai esok hari
Larutan disimpan lagi sampai Terbentuk kristal yang berwarna biru

7.

beberapa hari
Kristal ditimbang dan dihitung Diperoleh Berat kristal yaitu 1,893
rendemennya

gram, dengan persen rendemennya
yaitu 9,998 %

VII. ANALISIS DATA
Pertanyaan
1. Hitunglah rendemennya
a. Berat CuSO4.5H2O secara teoritis
massaCu
5 gram
Mol Cu ¿ MrCu = 63,5 g /mol =0,07656 mol
Mol CuSO4.5H2O∞ MolCu
Maka , massa CuSO 4 .5 H 2 O=mol CuSO 4 .5 H 2O × Mr CuSO4.5H2O
= 0,07656 Mol × 247,3 g/mol
=18,933 gram
Berat CuSO4.5H2O dalam percobaan ini adalah 1,893 gram
b. Rendemen hasil
%rendemen Hasil =

berat CuSO 4 .5 H 2 O dalam percobaan
×100 %
berat CuSO 4 .5 H 2O secarateoritis

1,893 gram
= 18,933 gram ×100 %
= 9,998 %
Jadi, presentase remendemen yang diperoleh sebesar 9,998 %

2. Tuliskan persamaan reaksinya?
Persamaan reaksi yang terdapat pada percobaan ini yaitu:
Cu2+(aq) + SO42−(aq) + 5H2O(aq) → CuSO4.5H2O(s)
VIII. PEMBAHASAN
Senyawa-senyawa Cu(I) berwarna putih kecuali oksidanya merah, sedangkan senyawa
Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam
larutan, mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap (biru gelap) yang terbentuk dengan
larutan ammonia berlebihan. Cu digunakan buat kabel/ kawat/ peralatan listrik dalam logamlogam paduan: monel, perunggu kuningan, perak jerma, perak nikel untuk ketel dan lain-lain.
Tembaga adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang diperlukan untuk menghasilkan
energy, anti oksida dan sintesa hormon adrenalin serta untuk pembentukan jaringan ikat.
Tembaga mempunyai beberapa fungsi dalam pembentukan klorofil, walau unsure ini tidak
terkandung dalam klorofil. Tembaga juga diperlukan dalam proses pertumbuhan sel darah merah
yang mashi muda, bila kekurangan sel darah merah yang dihasilkan akan berkurang.
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan Kristal biru, CuSO4.5H2O triklini. Pentahidratnya
kehilangan empat molekul air pada 1100 C dan yang kelima pada 1500C membentuk senyawa
anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga(II) oksida atau
tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer, larutannya dipanaskan hingga jenuh dan
pentahidratnya yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industry, senyawa ini dibuat
dengan memompa udara melalui campuran tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk
pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada setiap sudut segi
empat, kedudukan kelima dan ke enam dari octahedral ditempati oleh atom oksigen dari anion
sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hydrogen.
Dalam praktikum ini, dilakukan percobaan pembuatan tembaga (II) sulfat yang kemudian
pada akhirnya akan terbentuk kristal tembaga (II) sulfat. Pada percobaan ini mula-mula
dilakukan pembuatan tembaga (II) amonium sulfat berhidrat 5 gram CuSO 4.5H2O yang
dilarutkan dalam 25 mL H2O. kemudian dipanaskan agar kelarutan zat bertambah dan larutan
berwarna biru, untuk memisahkan larutan dari pengotornya maka pada saat dipanaskan dan

diaduk-aduk kemudian disaring dengan kertas saring, larutan tersebut tetap berwarna biru,
kemudian ditambahkan dua tetes H2SO4 1M hal ini bertujuan untuk mengurangi energi solvasi
ion-ion sehingga pembentukan kristal dapat terjadi lebih sempurna. Selain itu larutan
didinginkan bertujuan untuk menurunkan suhu sehingga kelarutan berkurang dan terbentuk
endapan. Endapan yang diperoleh dan disaring untuk memisahkan filtrat dari endapan, kemudian
endapan dapat dikeringkan di udara terbuka agar air yang masih ada pada kristal menguap
sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering dan ditimbang massa kristalnya adalah 1,893
gram dan setelah itu dihitung rendemen yang diperoleh adalah 9,63%.
Dari hasil praktikum berat kristal yang didapat begitu kecil dan rendemen hasilnya juga
tidak mendekati bahkan jauh dari angka 100%. Kejadian ini disebabkan karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan kristal yang diperoleh tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan yaitu:
1. Pengadukan yang dilakukan sering terhenti, tidak konstan dan kecepatannya berbedabeda
2. Filtrat sering tergoyang-goyang sehingga mengganggu kestabilan.

IX.

KESIMPULAN
Dari percobaan sampai pembuatan laporan ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat, CuSO 4.5H2O dilarutkan ke dalam air
menghasilkan larutan yang berwarna biru.
2. Reaksi tembaga (II) sulfat pentahidrat, CuSO4.5H2O, yaitu :
Cu2+(aq) + SO42−(aq) + 5H2O(aq) → CuSO4.5H2O(s)
3. Hidrat tembaga (II) sulfat berbentuk kristal triklin yang berwarna biru. Tembaga (II)
sulfat pentahidrat, CuSO4.5H2O sering disebut sebagai biru vitriol, warna biru
disebabkan karena adanya ion kompleks.
4. Pada percobaan, didapatkan berat Kristal CuSO4.5H2O sebanyak 1.893 gram dan
persen rendemennya yaitu 9,998 %.

X.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul praktikum

: Pembuatan Kristal Tembaga (II) Sulfat

Nama

: Jainudin Asyura

Kelas/semester

: A/III

Hari/Tanggal

: Senin, 09 September 2013

Prodi

: Pendidikan Kimia

Tempat praktikum : LABORATORIUM MIPA FKIP UNKHAIR

Ternate, 09 september 2013

Mengetahui

Dosen pengampuh

Nur Asbirayani Limatahu, S.Pd, M.Si
NIP: 197309292003122005

Asisten dosen

Nurbaeti komendong, S.Si
NIP:

DAFTAR PUSTAKA
Saito Taro, 1996, Kimia Anorganik, Reproducerd by permission of Iwanami Shoten Publishers,
Tokyo [http://oke.or.id]
Vogel . 1945 . Analisis Anorganik Kualitatif . PT Kalman Media Pustaka . Jakarta