Laporan Praktikum Kimia Analisis Titrasi
TITRASI ASAM BASA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa
adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup
menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian
dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri
adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk
menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah
HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri
merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan
larutan standar basa untuk menentukan asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode
asidi-alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein (PP) dan
methyl jingga (MO), hal ini dilakukan karena jika meggunakan
indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik
ekuivalen.
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu
perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan
seefisien mungkin.
Berdasarkan
pernyataan-pernyataan
diatas
maka
perlu
dilakukan praktikum mengenai analisis titrasi asam basa, guna
mengetahui metode atau cara menitrasi suatu larutan yang bersifat
basa ataupun asam, selain itu dapat menyelaraskan antara praktikum
dan teori titrasi asam basa.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami penentuan kadar suatu larutan asam dan basa dalam
metode asidimetri dan alkalimetri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
kadar luminal-natrium dalam metode asidimetri dan kadar asam
silasilat dalam metode alkalimetri.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Teori Umum
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu
suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut
titran, dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses
titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan
yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar
yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi yang
didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi dihentikan
(Ika, 2009).
Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus
dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang
disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji
sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini
menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan
warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
kesetaraan. Titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat
mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk
menghimpitkan kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara
keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi
asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit
kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono, 2003).
Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan
indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda
dalam larutan asam, basa dan garam. Untuk mengidentifikasi sifat dari
asam, basa dan garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan
indikator atau indikator alami. Secara sederhana, kertas lakmus dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari larutan asam, basa dan
garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah
larutan indikator fenolftalein, metil merah dan metil jingga (Azizah,
2004)
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila
pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun
basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan
mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan
elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan
pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa)
atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari
tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari
konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat
ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubsh
warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya.
Kisaran penggunaan indicator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya.
Sebagai contoh fenolftalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan
warna antara pH 8,4 – 10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami
penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari
struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan
terjadi perubahan warna (Sudjadi, 2007).
1.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
1. Asidimetri : Penentuan Kadar Luminal-Natrium
Ditimbang saksama 500 mg zat uji, kemudian dilarutkan
dalam Erlenmeyer dengan 30 mL etanol netral, dan tambahkan 15
mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
1 mL HCl 0,1 N setara dengan 25, 40 mg luminal-natrium.
2. Alkalimetri : Penentuan kasar asam salisilat
Ditimbang saksama 400 mg zat uji, kemudian dilarutkan
dalam Erlenmeyer dengan 10 mL etanol netral, tambahkan 3 tetes
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
indicator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai
larutan berwarna merah muda.
Tiap mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bulk,
buret, corong, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, pipet
volume, statif dan klem.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
aluminium foil, asam salisilat, etanol, indicator fenolftalein (PP),
natrium karbonat, larutan baku HCl 0,1 N, dan larutan baku NaOH 0,1
N.
3.3 Cara Kerja
1. Asidimetri : Penentuan Kadar Luminal-Natrium
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan
250 mg natrium karbonat kedalam gelas kimia, kemudian
dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 30 mL etanol netral, dan
tambahkan 15 mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indicator pp
dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
2. Alkalimetri : Penentuan kasar asam salisilat
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan
200 mg asam salisilat kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan
dalam Erlenmeyer dengan 10 mL etanol netral, tambahkan 3 tetes
indicator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai
larutan berwarna merah muda.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel
Kelompok
NO.
1
2
3
4
4.1.2 Reaksi
Percobaan
Asidimetri
Alkalimetri
21 ml
16,5 ml
22,6 ml
18 ml
22,2 ml
15,5 ml
21,5 ml
17 ml
1. Asidimetri
Na2CO3 + HCl
NaCl + CO2 + H2O
2. Alkalimetri
C7H6O3 + 7NaOH
7NaHCO3 + 3H2O
4.1.3 Perhitungan
1. Asidimetri
A. Kelompok 1
BM = 124 – 18 = 106
BM
BE = Valensi
106
= 2 = 53
mg = V ∙ N ∙ BE
= 21,6 ∙ 0,134 ∙ 53
= 153,4032 mg
0,1534032
% =
x 100%
0,25
= 61,36128 %
B. Kelompok 2
BM
BE
AYU MELINDA
15020140081
= 124 – 18 = 106
BM
= Valensi
106
= 2 = 53
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
mg = V ∙N ∙ BE
= 23,4 ∙ 0,134 ∙ 53
= 166,1868 mg
= 0,1661868 g
0,1661868
%=
x 100%
0,25
= 66,47472 %
C. Kelompok 3
BM = 124 – 18 = 106
BM
BE = Valensi
106
= 2 = 53
mg = V ∙N ∙ BE
= 21,7 ∙ 0,134 ∙ 53
= 154,1134 mg
= 0,1541134 g
0,1541134
% =
x 100%
0,25
= 61,64536%
D. Kelompok 4
BM = 124 – 18 = 106
BM
BE = Valensi
106
= 2 = 53
mg = V ∙N ∙ BE
= 22,7 ∙ 0,134 ∙ 53
= 161,215 mg
= 0,161215 g
%=
AYU MELINDA
15020140081
0,1541134
x 100%
0,25
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
= 64,486 %
Maka kadar rata-rata Natrium Bikarbonat
61,36128 %+66,47472 %+ 61,64536 %+64,486 %
% Rata-rata =
4
= 63,49184%
2. Alkalimetri
A. Kelompok 1
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
17,5∙ 0,108 ∙13,81
x 100%
200 ∙ 0,1
= 130,5045%
B. Kelompok 2
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
16,5∙ 0,108 ∙13,81
x 100%
200 ∙ 0,1
= 125,284 %
C. Kelompok 3
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
15∙ 0,108 ∙13,81
x 100%
200 ∙ 0,1
= 111,861 %
D. Kelompok 4
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
16 ∙0,108 ∙ 53
200 ∙ 0,1 x 100%
= 119,318 %
Maka kadar rata-rata Asam Salisilat
130,5045% +125,284 % +111,861% +119,318 %
% Rata-rata =
4
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
= 121,7419 %
4.2 Pembahasan
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat
kimia yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan
karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat, ketelitian dan
kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar
berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-beda. Salah metode yang
sering digunaka dalam analisis volumetri yaitu titrasi asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi
netralisasi. Dalam reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan
larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen
sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk
air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima
proton (basa).
Dalam praktikum ini, pada percobaan metode asidimetri sampel
yang
dititrasi
adalah
Natrium
Karbonat
(Na 2CO3)
dengan
menggunakan larutan baku asam klorida (HCl) 0,134 N. Hal ini
disebabkan karena Natrium karbonat bersifat basa sehingga titran
yang digunakan adalah larutan baku asam. Sedangkan pada
percobaan metode alkalimetri sampel yang dititrasi adalah Asam
salisilat (C7H6O3) dengan menggunakan larutan baku Natrium
Hidroksida (NaOH) 0,108 N. Hal ini disebabkan karena asam salisilat
bersifat asam, sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku
yang bersifat basa.
Pada saat melakukan titrasi metode asidimetri larutan sampel
(Na2CO3) dilarutkan dengan etanol netral dan air. Indikator yang
digunakan adalah indikator PP. Hasil titrasi adalah terjadinya
perubahan warna dari merah muda menjadi bening. Hal ini
disebabkan karena pengaruh dari indikator sebagai larutan penunjuk
dari titrasi. Dalam larutan yang bersifat asam dan pada rentangan PH
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa
adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup
menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian
dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri
adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk
menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah
HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri
merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan
larutan standar basa untuk menentukan asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode
asidi-alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein (PP) dan
methyl jingga (MO), hal ini dilakukan karena jika meggunakan
indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik
ekuivalen.
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu
perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan
seefisien mungkin.
Berdasarkan
pernyataan-pernyataan
diatas
maka
perlu
dilakukan praktikum mengenai analisis titrasi asam basa, guna
mengetahui metode atau cara menitrasi suatu larutan yang bersifat
basa ataupun asam, selain itu dapat menyelaraskan antara praktikum
dan teori titrasi asam basa.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami penentuan kadar suatu larutan asam dan basa dalam
metode asidimetri dan alkalimetri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
kadar luminal-natrium dalam metode asidimetri dan kadar asam
silasilat dalam metode alkalimetri.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Teori Umum
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu
suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut
titran, dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses
titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan
yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar
yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi yang
didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi dihentikan
(Ika, 2009).
Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus
dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang
disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji
sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini
menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan
warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
kesetaraan. Titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat
mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk
menghimpitkan kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara
keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi
asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit
kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono, 2003).
Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan
indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda
dalam larutan asam, basa dan garam. Untuk mengidentifikasi sifat dari
asam, basa dan garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan
indikator atau indikator alami. Secara sederhana, kertas lakmus dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari larutan asam, basa dan
garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah
larutan indikator fenolftalein, metil merah dan metil jingga (Azizah,
2004)
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila
pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun
basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan
mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan
elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan
pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa)
atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari
tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari
konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat
ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubsh
warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya.
Kisaran penggunaan indicator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya.
Sebagai contoh fenolftalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan
warna antara pH 8,4 – 10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami
penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari
struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan
terjadi perubahan warna (Sudjadi, 2007).
1.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
1. Asidimetri : Penentuan Kadar Luminal-Natrium
Ditimbang saksama 500 mg zat uji, kemudian dilarutkan
dalam Erlenmeyer dengan 30 mL etanol netral, dan tambahkan 15
mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
1 mL HCl 0,1 N setara dengan 25, 40 mg luminal-natrium.
2. Alkalimetri : Penentuan kasar asam salisilat
Ditimbang saksama 400 mg zat uji, kemudian dilarutkan
dalam Erlenmeyer dengan 10 mL etanol netral, tambahkan 3 tetes
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
indicator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai
larutan berwarna merah muda.
Tiap mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bulk,
buret, corong, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, pipet
volume, statif dan klem.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
aluminium foil, asam salisilat, etanol, indicator fenolftalein (PP),
natrium karbonat, larutan baku HCl 0,1 N, dan larutan baku NaOH 0,1
N.
3.3 Cara Kerja
1. Asidimetri : Penentuan Kadar Luminal-Natrium
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan
250 mg natrium karbonat kedalam gelas kimia, kemudian
dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 30 mL etanol netral, dan
tambahkan 15 mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indicator pp
dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
2. Alkalimetri : Penentuan kasar asam salisilat
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan
200 mg asam salisilat kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan
dalam Erlenmeyer dengan 10 mL etanol netral, tambahkan 3 tetes
indicator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai
larutan berwarna merah muda.
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel
Kelompok
NO.
1
2
3
4
4.1.2 Reaksi
Percobaan
Asidimetri
Alkalimetri
21 ml
16,5 ml
22,6 ml
18 ml
22,2 ml
15,5 ml
21,5 ml
17 ml
1. Asidimetri
Na2CO3 + HCl
NaCl + CO2 + H2O
2. Alkalimetri
C7H6O3 + 7NaOH
7NaHCO3 + 3H2O
4.1.3 Perhitungan
1. Asidimetri
A. Kelompok 1
BM = 124 – 18 = 106
BM
BE = Valensi
106
= 2 = 53
mg = V ∙ N ∙ BE
= 21,6 ∙ 0,134 ∙ 53
= 153,4032 mg
0,1534032
% =
x 100%
0,25
= 61,36128 %
B. Kelompok 2
BM
BE
AYU MELINDA
15020140081
= 124 – 18 = 106
BM
= Valensi
106
= 2 = 53
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
mg = V ∙N ∙ BE
= 23,4 ∙ 0,134 ∙ 53
= 166,1868 mg
= 0,1661868 g
0,1661868
%=
x 100%
0,25
= 66,47472 %
C. Kelompok 3
BM = 124 – 18 = 106
BM
BE = Valensi
106
= 2 = 53
mg = V ∙N ∙ BE
= 21,7 ∙ 0,134 ∙ 53
= 154,1134 mg
= 0,1541134 g
0,1541134
% =
x 100%
0,25
= 61,64536%
D. Kelompok 4
BM = 124 – 18 = 106
BM
BE = Valensi
106
= 2 = 53
mg = V ∙N ∙ BE
= 22,7 ∙ 0,134 ∙ 53
= 161,215 mg
= 0,161215 g
%=
AYU MELINDA
15020140081
0,1541134
x 100%
0,25
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
= 64,486 %
Maka kadar rata-rata Natrium Bikarbonat
61,36128 %+66,47472 %+ 61,64536 %+64,486 %
% Rata-rata =
4
= 63,49184%
2. Alkalimetri
A. Kelompok 1
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
17,5∙ 0,108 ∙13,81
x 100%
200 ∙ 0,1
= 130,5045%
B. Kelompok 2
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
16,5∙ 0,108 ∙13,81
x 100%
200 ∙ 0,1
= 125,284 %
C. Kelompok 3
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
15∙ 0,108 ∙13,81
x 100%
200 ∙ 0,1
= 111,861 %
D. Kelompok 4
V ∙ N ∙ BSt
% = Bs∙ Fk x 100%
=
16 ∙0,108 ∙ 53
200 ∙ 0,1 x 100%
= 119,318 %
Maka kadar rata-rata Asam Salisilat
130,5045% +125,284 % +111,861% +119,318 %
% Rata-rata =
4
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA
= 121,7419 %
4.2 Pembahasan
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat
kimia yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan
karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat, ketelitian dan
kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar
berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-beda. Salah metode yang
sering digunaka dalam analisis volumetri yaitu titrasi asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi
netralisasi. Dalam reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan
larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen
sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk
air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima
proton (basa).
Dalam praktikum ini, pada percobaan metode asidimetri sampel
yang
dititrasi
adalah
Natrium
Karbonat
(Na 2CO3)
dengan
menggunakan larutan baku asam klorida (HCl) 0,134 N. Hal ini
disebabkan karena Natrium karbonat bersifat basa sehingga titran
yang digunakan adalah larutan baku asam. Sedangkan pada
percobaan metode alkalimetri sampel yang dititrasi adalah Asam
salisilat (C7H6O3) dengan menggunakan larutan baku Natrium
Hidroksida (NaOH) 0,108 N. Hal ini disebabkan karena asam salisilat
bersifat asam, sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku
yang bersifat basa.
Pada saat melakukan titrasi metode asidimetri larutan sampel
(Na2CO3) dilarutkan dengan etanol netral dan air. Indikator yang
digunakan adalah indikator PP. Hasil titrasi adalah terjadinya
perubahan warna dari merah muda menjadi bening. Hal ini
disebabkan karena pengaruh dari indikator sebagai larutan penunjuk
dari titrasi. Dalam larutan yang bersifat asam dan pada rentangan PH
AYU MELINDA
15020140081
ISNUL KHATIMAH, S.Farm
TITRASI ASAM BASA