BAB 2 LANDASAN TEORI - Perancangan Perangkat Lunak Steganografi Audio Mp3 Pada Pengamanan Pesan Dengan Algoritma Least Significant Bit (LSB) Dengan Modifikasi Jarak Sisip

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Steganografi

  Steganografi, berasal dari bahasa Yunani yaitu stegos yang berarti atap atau tertutup dan graphia yang berarti tulisan, adalah ilmu dan seni menyembunyikan keberadaan komunikasi [7]. Steganografi merupakan teknik menyembunyikan atau menyamarkan keberadaan pesan rahasia ke dalam sebuah media yang tidak terlihat mencurigakan, sehingga orang lain tidak mengetahui keberadaan pesan tersebut. Dua bagian yang paling penting dibutuhkan dalam steganografi adalah media penampung dan pesan rahasia yang akan disisipkan.

  Teknik steganografi konvensional berusaha merahasiakan komunikasi dengan cara menyembunyikan pesan ataupun mengkamuflase pesan. Maka sesungguhnya prinsip dasar dalam steganografi lebih dikonsentrasikan pada kerahasiaan dalam hal komunikasinya bukan pada datanya [11]. Steganografi berbeda dengan kriptografi. Kriptografi menyimpan makna sebenarnya dari suatu pesan rahasia, tetapi keberadaan pesan tersebut diketahui. Sedangkan, steganografi menutupi keberadaan pesan rahasia tanpa diketahui oleh orang lain.

  Steganografi sudah dikenal sejak dahulu untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kebutuhan ini senantiasa berevolusi dan disempurnakan terus menerus. Pada awalnya orang hanya berkeinginan untuk menyembunyikan suatu teks dengan dituliskan dalam kertas dan menyimpannya dengan hati-hati. Penyembunyian pesan ini kemudian berkembang menjadi pengiriman pesan rahasia. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan bahwa harus ada pihak lain yang dapat menerima pesan rahasia tersebut dengan tetap menjaga kerahasiaan pesan dan pesan tersebut dapat disampaikan dengan selamat sampai ke pihak yang bersangkutan. Hal-hal tersebut kemudian mengarah pada teknik-teknik steganografi [2].

  Dalam catatan yang berkaitan dengan steganografi yang dituliskan oleh seorang sejarawan Yunani, Herodotus, bahwa ketika Histaeus seorang raja kejam Yunani dipenjarakan oleh Raja Darius di Susa pada abad 5 sebelum masehi. Histaeus harus mengirim pesan rahasia kepada anak laki-lakinya, Aristagoras, di Militus. Histaeus menulis pesan dengan cara menggunakan tato pada kulit kepala seorang budak dan menunggu sampai rambut budak tersebut tumbuh untuk menutupi pesan rahasia. Histaeus kemudian mengirimkan budak tersebut kepada Aristagoras.

  Penggunaan steganografi menjadi daya tarik banyak orang pada peristiwa penyerangan gedung WTC, 11 September 2001. Pada peristiwa tersebut disebutkan oleh “pejabat pemerintah dan para ahli dari pemerintahan AS” yang tidak disebutkan namanya bahwa “para teroris menyembunyikan peta-peta dan foto-foto target demikian juga dengan perintah untuk aktivitas teroris di ruang chat sport, bulletin boards , dan web site lainnya” [6].

2.1.1 Proses Steganografi

  Seiring dengan perkembangan teknologi terutama dalam teknologi komputasi, steganografi juga merambah pada media digital. Terdapat dua proses utama dalam steganografi digital yaitu penyisipan (embedding/encoding) pesan dan penguraian (extraction/decoding) pesan. Gambaran proses steganografi menurut Mohanty (1999) dapat dilihat pada gambar 2.1.

  Pesan yang dimaksud dapat berupa plaintext, chipertext, citra, atau apapun yang dapat ditempelkan ke dalam bit-stream. Embedding merupakan proses menyisipkan pesan rahasia ke dalam suatu media penampung yang disebut dengan

  

media cover (cover object). Kemudian media cover dan pesan rahasia yang

  ditempelkan pada media cover tersebut memberikan hasil berupa media stego (stego

  

object ). Extraction adalah proses menguraikan pesan yang tersembunyi yang terdapat

dalam media stego.

  Suatu kata kunci atau password (stego key) juga dapat digunakan secara tersembunyi pada saat penyisipan maupun penguraian terhadap suatu pesan rahasia dalam media penampung. Proses steganografi merupakan proses yang dimulai dari menanamkan/menyimpan embedded message pada suatu cover object, dimana hasil penyimpanan pada cover object tersebut selanjutnya dinamakan sebagai stego object dan untuk mendapatkan kembali embedded message dilakukan ekstraksi pada stego

  object yang bersangkutan.

Gambar 2.1 Proses Steganografi [5].

  Pihak-pihak yang terkait dalam steganografi adalah embeddor, extractor, dan

  

stegoanalyst . Embeddor adalah orang yang melakukan embedding dengan

  menggunakan aplikasi steganografi, extractor adalah orang yang melakukan extract

  

stego image dengan menggunakan aplikasi steganografi. Sedangkan stegoanalyst

  adalah orang yang melakukan steganalisis. Steganalisis merupakan ilmu dan seni untuk mendeteksi pesan yang tersembunyi dalam steganografi.

  Steganografi merupakan suatu seni / pengetahuan / pembelajaran / cara kerja berkomunikasi dengan menyembunyikan sebuah pesan rahasia dalam suatu informasi utama [8]. Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan steganografi menurut Mohanty (1999) sesuai dengan gambar 2.1 adalah sebagai berikut:

  • Embedded-<datatype> Merupakan pesan yang akan disisipkan ke dalam cover-<datatype>.
  • Stego-<datatype>

  Merupakan hasil keluaran dari proses penyisipan (embedding). Hasil keluaran ini mengandung pesan rahasia yang tersembunyi didalamnya.

  • Cover-<datatype>

  Merupakan sebuah inputan dari proses penyisipan yang mana dijadikan sebagai media tempat penampungan pesan rahasia yang akan disisipkan didalamnya.

  • Stegokey Kata kunci tambahan yang dapat digunakan dalam proses penyisipan dan ekstraksi. Penggunaan kata kunci dimaksudkan untuk dapat melakukan proses verifikasi dalam menguji keaslian dari suatu stego-<datatype>.
  • Embedding Merupakan proses penyisipan embedded-<datatype> ke dalam cover-<datatype> dan menghasilkan stego-<datatype>. Dalam proses embedding, dimasukkan

  stegokey agar pada saat proses extracting dapat dilakukan verifikasi dalam menentukan keaslian sebuah stego-<datatype>.

  • Extracting Merupakan proses ekstraksi embedded-<datatype> dari stego-<datatype> dengan memasukkan stegokey untuk melakukan proses verifikasi dari stego-<datatype> tersebut.
  • Stegoanalyst Merupakan pihak yang ahli dalam melakukan proses steganografi. Seorang

  stegoanalyst mampu mendeteksi adanya pesan tersembunyi dengan mempelajari teknik-teknik / memahami seni dari proses steganografi.

  • Embeddor /Extractor

  Merupakan sebuah entitas atau seseorang yang dapat menyisipkan (embeddor) ataupun mengekstraksi (extractor) sebuah pesan rahasia dalam suatu media penampung. Berikut ini terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam steganografi yaitu [9] : 1. Imperceptibility

  Penambahan pesan rahasia ke dalam media penampung tidak dapat dideteksi. Jika media penampung yang digunakan adalah media audio, maka telinga manusia tidak dapat mendeteksi perubahan yang terjadi pada media penampung tersebut setelah disisipi pesan rahasia.

  2. Fidelity Penambahan pesan rahasia ke dalam media penampung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Artinya, mutu media penampung setelah ditambahkan pesan rahasia tidak jauh berbeda dengan mutu media penampung sebelum ditambahkan pesan.

  3. Recovery Pesan rahasia yang telah disisipkan dalam media penampung harus dapat diekstrak kembali. Hal ini merupakan syarat mutlak dalam sebuah algoritma steganografi, karena ada banyak cara penyisipan pesan yang tidak terdeteksi namun sulit dalam pembacaan kembali pesan yant telah disisip tersebut.

  4. Robustness Pesan yang disembunyikan harus tahan terhadap berbagai operasi manipulasi yang dilakukan pada media penampung. Bila pada media penampung dilakukan operasi- operasi manipulasi, maka pesan yang disembunyikan seharusnya tidak mengalami kerusakan (tetap valid jika diekstraks kembali).

  Karakteristik steganografi dikatakan baik jika memiliki imperceptibility tinggi, fidelity tinggi, recovery maksimum serta robustness tinggi [9].

2.1.2 Taksonomi Steganografi

  Taksonomi dari steganografi dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut: Steganografy

  Technical Linguistic Steganografy Steganografy

  Semagrams Open Codes Visual Text Jargon Cover Semagrams Semagrams Code Ciphers

  Null Grille

  Cipher Cipher Gambar 2.2 Taksonomi Steganografi [8].

  Penjelasan dari taksonomi steganografi yang ada pada gambar 2.2 adalah sebagai berikut:

  1. Technical Steganography

  Teknik ini menggunakan metode sains untuk menyembunyikan pesan. Contohnya adalah penyembunyian pesan dalam chip mikro.

  2. Linguistic Steganography

  Teknik ini menyembunyikan pesan dengan cara yang tidak lazim. Teknik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Semagrams dan Open Codes.

  3. Semagrams Teknik ini menyembunyikan pesan dengan menggunakan simbol atau tanda-tanda.

  Contoh penggunaannya adalah dengan mengganti ukuran teks ataupun mengganti ukuran font. Pergantian dari ukuran atau tipe tersebut digunakan sebagai media penyisipan pesan.

  Teknik semagrams terbagi menjadi dua bagian yaitu Visual Semagrams dan Text

  

Semagrams . Visual semagrams menggunakan suatu benda dalam kehidupan sehari-

  hari yang tidak mencolok untuk menyampaikan pesan. Sebagai contoh penempatan posisi dari dari suatu benda. Sedangkan pada text semagrams menyembunyikan pesan dengan memodifikasi tampilan dari suatu teks (carrier), sebagai contoh melalui perubahan kecil pada ukuran teks, font atau penambahan spasi.

  4. Open Codes

  Teknik ini menyembunyikan pesan dengan cara yang tidak umum namun tetap tidak terlihat mencurigakan. Teknik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Jargon

  Code dan Covered Ciphers.

  5. Covered Ciphers

  Teknik ini menyembunyikan pesan dalam media penampung sehingga pesan kemudian dapat diekstrak dari media penampung tersebut oleh pihak yang mengetahui bagaimana pesan tersembunyi tersebut disembunyikan.

2.2 Media Penampung Pesan

  Media penampung pesan pada steganografi merupakan suatu wadah untuk menyembunyikan pesan rahasia. Beberapa contoh media penampung pesan rahasia yang digunakan dalam teknik steganografi adalah sebagai berikut:

  1. Teks

  Dalam algoritma steganografi yang menggunakan teks sebagai media penampung, teks yang telah disisipi pesan rahasia tidak boleh terlihat mencurigakan oleh orang lain yang melihat teks tersebut.

  2. Audio

  Format ini sering digunakan dikarenakan berkas dengan format tersebut berukuran relatif besar. Sehingga berkas tersebut dapat menampung pesan rahasia dalam jumlah yang besar.

  3. Citra

  Format ini juga sering digunakan dikarenakan format tersebut merupakan salah satu format berkas yang banyak dipertukarkan dalam dunia internet. Alasan lainnya yang berupa citra.

  4. Video

  Format ini merupakan format dengan ukuran berkas yang relatif sangat besar namun jarang digunakan dikarenakan ukurannya yang terlalu besar sehingga terkesan kurang praktis dan juga tidak banyak tersedia algoritma yang mendukung format ini sebagai media penampung.

2.3 File MP3

  MPEG (Moving Picture Expert Group)-1 audio layer III atau yang lebih dikenal dengan MP3, adalah salah satu dari pengkodean dalam digital audio dan juga merupakan format kompresi audio yang memiliki sifat “menghilangkan”. Istilah menghilangkan yang dimaksud adalah kompresi audio ke dalam format MP3 menghilangkan aspek-aspek yang tidak signifikan pada pendengaran manusia untuk mengurangi besarnya file audio.

  Sebagai hasil dari kompresi audio, MP3 dibentuk dengan mengikuti model

  

psycho-acoustic yang mana menyadari bahwa telinga manusia tidak dapat mendengar

  semua frekuensi-frekuensi audio. Jarak pendengaran manusia adalah antara 20 Hz sampai 20 kHz. Ketika suara dikompresi ke dalam format MP3, sebuah usaha dilakukan dengan membuang frekuensi-frekuensi yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, kompresi audio ke dalam format MP3 bersifat destruktif (menghancurkan/menghilangkan).

  Terdapat beberapa variasi dalam melakukan kompresi audio ke dalam format MP3. Berikut spesifikasi dari layer 1 sampai layer 3 berdasarkan tingkat kerumitan dalam melakukan proses kompresi, yaitu:

  1. Layer

  1 Layer ini mempunyai tingkat kerumitan terendah dari ke-3 layer. MP3 pada jenis layer 1 paling baik dibentuk pada kompresi 384 kbit/s.

  Layer

  2 Layer ini mempunyai tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan dengan

  layer

  1. MP3 pada jenis layer 2 paling baik dibentuk pada kompresi 256-384 kbit/s, sangat baik pada 224-256 kbit/s, dan baik pada 192-224 kbit /s.

  3. Layer

  3 Layer ini mempunyai tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan dengan

  layer

  2. MP3 pada jenis layer 3 paling baik dibentuk pada 224-320 kbit/s, sangat baik pada 192-224 kbit/s, dan baik pada 128-192 kbit/s.

  Kompresi MP3 yang dilakukan seperti yang telah disebutkan diatas, tidak mempertahankan bentuk asli dari sinyal input. Yang dilakukan dalam proses kompresi tersebut adalah menghilangkan suara-suara yang keberadaannya kurang/tidak signifikan bagi sistem pendengaran manusia. Proses yang dilakukan adalah menggunakan model dari sistem pendengaran manusia dan menentukan bagian yang terdengar bagi sistem pendengaran manusia. Setelah itu sinyal input yang memiliki domain waktu dibagi menjadi blok-blok dan ditransformasi menjadi domain frekuensi. Kemudian model dari sistem pendengaran manusia dibandingkan dengan sinyal input dan dilakukan proses penyaringan yang menghasilkan sinyal dengan range frekuensi yang signifikan bagi sistem pendengaran manusia. Proses diatas adalah proses konvolusi dua sinyal yaitu sinyal input dan sinyal model sistem pendengaran manusia. Langkah terakhir adalah kuantisasi data, dimana data yang terkumpul setelah penyaringan akan dikumpulkan menjadi satu keluaran dan dilakukan pengkodean dengan hasil akhir file dengan format MP3.

  Proses pengkompresian audio ke dalam format MP3 dapat menghasilkan keluaran yang hampir setara dengan audio aslinya disebabkan oleh kelemahan dari sistem pendengaran manusia yang dapat dieksploitasi. Berikut adalah beberapa kelemahan dari sistem pendengaran manusia yang digunakan dalam pemodelan:

  1. Terdapat beberapa suara yang tidak dapat didengar oleh manusia (diluar jangkauan frekuensi <20 Hz dan gelombang supersonik >20.000 Hz.

  2. Terdapat beberapa suara yang dapat terdengar lebih baik bagi pendengaran manusia dibandingkan suara lainnya.

  3. Bila terdapat dua suara yang dikeluarkan secara simultan, maka pendengaran manusia akan mendengar yang lebih keras sedangkan yang lebih pelan akan tidak terdengar.

  Pada perbandingan kualitas suara dari beberapa format kompresi audio hasil yang dihasilkan bervariasi berdasarkan bitrate yang berbeda-beda dan perbandingan berdasarkan codec yang digunakan. Pada 128 kbit/s, LAME MP3 unggul sedikit dibandingkan dengan Ogg Vorbis, AAC, MPC and WMA Pro. Kemudian pada 64 kbit/s, AAC-HE dan mp3pro menjadi yang teratas diantara codec lainnya. Sedangkan, untuk yang diatas 128 kbit/s tidak terdengar perbedaan yang signifikan. Pada umumnya format MP3 sekarang menggunakan 128 kbit/s dan 192 kbit/s sehingga hasil yang dihasilkan cukup baik [1].

  2.3.1 Struktur Data pada File MP3 Struktur di dalam sebuah file MP3 memiliki struktur seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur di dalam file MP3

  Sebuah file MP3 merupakan kumpulan frame MP3. Masing-masing frame terdiri dari MP3 header dan MP3 data seperti yang terlihat pada gambar 2.4. Urutan dari masing-masing frame tersebut dinamakan dengan elementary stream .

  Dalam MP3 header terdapat sebuah sync word yang mana digunakan untuk mengidentifikasi permulaan dari sebuah frame yang sah. MP3 Header berukuran 4

  

bytes di mana 2 byte awal selalu diawali dengan: FF FB dan 2 bytes lainnya berisi

  nilai sesuai dengan informasi bit rate, frequency, dan lain-lain. Dua bytes pertama (FF dan FB) menunjukkan bahwa file tersebut merupakan file MPEG dengan Audio Layer 3 yang sering disebut dengan MP3. MP3 Header selalu diikuti dengan 32 bytes yang biasanya disebut sebagai side info.

Gambar 2.4 Frame MP3 Detil dari MP3 Header dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini.Gambar 2.5 MP3 Header

  Data file audio MP3 hasil pembacaan terdiri dari pasangan bilangan hexadecimal seperti pada Gambar 2.6.

  FF FB A0 40 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 11 c0 1a 0d 00 7f 11 00 22 07 3d 3d 0 3d 0 2 9a 2a 4f 3e 3d 00 10 10 10 03 3d 10 10 2 f 10 10 12 00 12 10 25 23 13 00 04 11 23 00 00 12 11 32 2a 2a 9f 25 10 -10 02 12 10 53 13 00 a6 11 12 23 00 0f 10 10 10 12 10 5d 23 13 70 11 26 23 00 01 13 9a 2a 2f 10 10 10 12 10 53 90 56 11 23 00 01 13 0e 22 52 9a 2a 10 3d 10 02 2f 10 10 10 12 -10 11 33 13 00 07 3d 10 02 3f 10 10 12 12 53 13

Gambar 2.6 Data File MP3 Dalam Hexa.

  Side information mempunyai total panjang tidak lebih dari 32 bytes dalam

  setiap frame. Adapun informasi yang terdapat pada side information antara lain adalah mengenai main data end, private bits, scale factor selection, panjang main data, big

  

values , global gain, scale factor compress, blocksplit flag, block type, switch point,

table select , subblock gain, region address, preflag, dan scalefactor scale.

2.4 Algoritma Steganografi pada Media Audio

2.4.1 Metode Steganografi pada Media Audio Terdapat beberapa metode dalam menerapkan proses steganografi pada media audio.

  Metode-metode tersebut memanfaatkan kelemahan pada sistem pendengaran manusia. Berikut metode-metode yang sering digunakan dalam steganografi pada media audio, yaitu:

  1. Low bit encoding Metode ini menggantikan bit-bit data yang mempunyai pengaruh paling kecil terhadap sinyal audio dengan bit-bit data yang akan disembunyikan. Ketika bit tersebut diubah, nilai perubahannya hanya berkisar 1 bit dan tidak memberikan perubahan yang berarti terhadap keseluruhan data.

  2. Echo data hiding Metode ini menggunakan echo (gema) pada data audio untuk menyembunyikan data karena pendengaran manusia sampai batas tertentu tidak dapat merasakan

  

echo pada sinyal audio yang didengarkan. Terdapat 3 parameter yang digunakan

dalam metode ini yaitu amplitudo, decay rate, dan offset.

  Pada sinyal audio, gema biasanya muncul beberapa saat setelah bunyi asli keluar. Jika delay waktu antara bunyi asli dengan gema diperkecil, maka suara gema tersebut akan lebih sulit dipersepsikan oleh telinga manusia. Selain itu, gema juga dapat dibuat menjadi inaudible (tak terdengar) dengan memanfaatkan variasi dari parameter-parameter dalam metode tersebut. Pengaturan dari parameter-parameter dalam metode ini sehingga gema menjadi tidak terdengar dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

  1. Mengatur offset atau delay dengan nilai yang relatif pendek sehingga gema yang terdengar tidak dapat dipersepsi oleh telinga manusia.

  2. Mengatur delay paling tinggi sebesar 1 ms.

  3. Mengatur nilai inisialisasi amplitudo dan decay rate dengan nilai di bawah

  threshold dari pendengaran manusia, sehingga manusia tidak dapat mendengar gema yang dihasilkan tersebut.

  3. Phase coding Metode ini mensubtitusikan fase dari tiap segmen audio awal dengan fase referensi yang mempresentasikan pesan yang disembunyikan. Metode ini juga memanfaatkan kelemahan sistem pendengaran manusia untuk merasakan fase absolut. Fase dari tiap awal segmen dibuat sedemikian rupa sehingga tiap segmen masih terdapat hubungan yang berujung pada kualitas suara yang tetap terjaga. Teknik tersebut tergolong rumit dalam hal realisasi dan implementasi, tetapi dapat menghasilkan keluaran yang baik.

  4. Direct sequence and frequency hopped spread spectrum Metode ini merupakan metode spread spectrum yang digunakan dalam telekomunikasi dalam lingkungan ber-noise. Teknik ini bekerja dengan menyembunyikan sekumpulan data dalam suatu sinyal lain yang area sebarnya lebih besar. Sebelum suatu file pesan disembunyikan, file tersebut terlebih dahulu dibagi ke dalam beberapa blok dengan ukuran tertentu. Setiap blok tersebut akan ditempatkan secara acak pada sinyal lain yang area sebarnya lebih luas. Langkah kerjanya adalah membuat noise dari suatu sinyal dengan menggunakan bantuan

  

noise generator . Setelah itu, file pesan tersebut disembunyikan pada noise yang

  telah dibuat dan disebarkan ke berbagai spectrum dengan frekuensi sinyal yang berbeda-beda.

  5. Frequency masking Metode ini menggunakan kelemahan telinga manusia yang tidak dapat mendengarkan frekuensi-frekuensi tertentu pada kondisi tertentu.

2.4.2 Algoritma Least Significant Bit (LSB)

  Dasar dari algoritma least significant bit (LSB) ini yaitu dengan cara mengganti bit terakhir dari sample audio dengan pesan yang akan disisipkan. Algoritma LSB menggunakan metode low bit encoding. Pada saat melakukan penyisipan pesan ke dalam sample audio, maka sample audio dan pesan penyisip harus diubah menjadi biner terlebih dahulu. Pengubahan sample audio menjadi biner dimaksud untuk mendapatkan satu bit pada satu sample audio, dimana bit terakhir dari sample biner tersebut akan digantikan dengan satu bit dari bit penyisip. Sebagai contoh diberikan nilai sample audio 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 12, 7D, 1E, 52, 1D,

  2A, 0D, 12, 00, 11, 2B, 9A, 11, 4C, 2F, 45, 07, 02, 9A, 2A. Pada sample audio diatas dilakukan konversi ke biner menjadi larik sample audio biner seperti berikut: 00110010, 00001010, 00101000, 00111100, 00101000, 00011110, 01000111, 00100000, 00011010, 00110010, 00001010, 00101000, 00111100, 00101000, 00011110, 01000110, 00100000, 00011010, 00110010, 00001010, 00101000, 00111100, 00101000, 00011110, 01000110, 00100000, 00011010, 00110010, 00010010, 01111101, 00011110, 01010010, 00011101, 00101010, 00001101, 00010010, 00000000, 00010001, 00101011, 10011010, 00010001, 01001100, 00101111, 01000101, 00000111, 00000010, 10011010, 00101010.

  Pesan penyisip berupa teks “BU” dalam biner adalah 01000010, 01010101. Penyisipan LSB dilakukan dengan mengganti 1 bit dari sample audio dengan 1 bit dari bit teks “BU”. Dalam bentuk matriks sample audio dapat dilihat seperti pada Gambar 2.7

  B = 01000010 U = 01010101 0 1 0 0 0 0 1 0 00110010 00001011 00101000 00111100

  00101000 00011110 01000111 00100000 00011010 00110011 00001010 00101001 00111100 00101001 00011110 01000111

Gambar 2.7 Data dari penyisip bit-bit teks “BU”

  Pada gambar diatas nilai sample audio yang berubah dapat dilihat dimana yang berubah adalah nilai bit yang terakhir.

2.4.3 Algoritma Least Significant Bit dengan Modifikasi Jarak Sisip

  Algoritma steganografi pada audio sama saja dengan algoritma steganografi pada

  

image (citra). Algoritma LSB dengan modifikasi jarak sisip berfungsi untuk

  memodifikasikan teknik penyembunyian data dimana bit-bit data rahasia akan mengganti byte-byte tertentu pada media digital dalam jarak yang sudah ditentukan. Dimana data rahasia yang akan disembunyikan akan menggantikan bit terakhir dari data media digital, maka byte yang digantikan dari media digital dipilih setiap lompatan tertentu, dimana nilai lompatan sudah disepakati antara si pengirim dengan si penerima (receiver).

  Contohnya penyisipan pesan “BU” dalam biner ke dalam sample audio adalah sebagai berikut dengan nilai lompatan 2 : B = 01000010 U = 01010101 0 0 1 1 0 0 0 0 00110010 00001010 00101000 00111101

  00101000 00011110 01000110 00100000 00011010 00110010 00001010 00101000 00111100 00101000 00011110 01000110 00100000 00011010 00110011 00001010 00101000 00111100 00101000 00011110

  

01000110 00100000 00011010 00110011

00010010 01111101 00011110 01010010

00011101 00101011 00001101 00010010

00000000 00010001 00101011 10011011

00010001 01001100 00101110 01000101

00000111 00000011 10011010 00101010

Gambar 2.8. Data penyisip berupa bit-bit teks “BU”

  Setelah penyisipan, bit-bit dari teks “BU” ada terletak di byte ke 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37, 40, 43, 46 dari sample audio.

  Penggunaan algoritma LSB pada file audio adalah perubahan nilai bit terakhir dari byte data dengan bit penyisip dimana byte sample yang disisipi adalah berselang seling dengan lompatan byte tertentu tergantung user yang melakukan penyisipan. Agar proses ekstraksi dapat berhasil, maka nilai lompatan dimasukkan ke dalam kunci yang digunakan.

  Suatu file audio dapat memiliki satu channel (mono) atau dua channel (stereo). Secara umum, kapasitas satu channel adalah sebesar 1 kbps per kilohertz. Karena ukuran channel dapat mencapai 44000 byte, maka kapasitas maksimal yang dapat ditampung oleh satu channel adalah 44 kbps per kilohertz. Implementasi low-bit

  

encoding dilakukan dengan cara yang relatif sama dengan yang dilakukan pada

  pengerjaan kriptografi. Pertama-tama, file pesan, kunci, dan file audio yang akan disisipkan pesan diubah ke dalam representasi bit array. Setelah itu, setiap bit di file pesan dioperasikan dengan bit di file audio dengan memanfaatkan kunci.

  Penggunaan kunci dimaksudkan untuk memudahkan penyisipan serta ekstraksi pesan serta untuk memudahkan komunikasi antar pemberi dan penerima pesan. Bagian header dari file audio tidak ikut dimodifikasi, sehingga file audio masih tetap dapat dikenali dan dapat dibuka kembali. Hasil penyisipan pesan menyebabkan perubahan pada atribut file audio. File audio yang telah disisipi pesan ternyata memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran file audio sebelum disisipi pesan. Hal ini sebenarnya tidak sesuai harapan, karena secara teori, seharusnya ukuran file sebelum dan sesudah disisipi pesan tetap sama karena isi pesan dapat dikatakan hanya menggantikan posisi bit-bit yang ada pada file audio.

  Namun demikian, berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, berubahnya ukuran file audio mungkin disebabkan karena banyak bit bernilai 0 yang tergantikan oleh bit bernilai 1, sehingga perubahan yang terjadi cukup mempengaruhi ukuran file, yaitu menambah ukuran file sehingga menjadi lebih besar dari sebelumnya. File pesan yang disisipi ke dalam file audio merupakan file teks yang berukuran 128 byte.

Dokumen yang terkait

Implementasi Kriptografi Algoritma Elgamal Dengan Steganografi Teknik Least Significant Bit (LSB) Berdasarkan Penyisipan Menggunakan Fungsi Linier

5 81 114

Perancangan Perangkat Lunak Steganografi Audio Mp3 Pada Pengamanan Pesan Dengan Algoritma Least Significant Bit (LSB) Dengan Modifikasi Jarak Sisip

7 69 91

Implementasi Keamanan Teks Pada Citra Bitmap Dengan Kombinasi Algoritma Knapsack Dan Algoritma Least Significant Bit (LSB) Terhadap Modifikasi Nilai Brightness

1 80 84

Implementasi Steganografi Least Significant Bit (LSB) Dengan Modifikasi Vigenere Cipher Pada Citra Digital

11 84 79

Pengamanan Data Menggunakan Kriptografi EC Signcryption dan Steganografi Least Significant Bit (LSB) Dini Triasanti

1 1 9

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi - Perancangan Aplikasi Kombinasi Algoritma Steganografi Least Significant Bit dan Alagoritma Kriptografi Kanpsack Merkle-Hellman pada Citra Bitmap

0 0 17

Analisis Perbandingan Least Significant Bit (LSB) dan Least Significant Bit (LSB) dengan Penyisipan menurut Fungsi Linear Pada teknik Steganografi

0 0 16

Analisis Perbandingan Least Significant Bit (LSB) dan Least Significant Bit (LSB) dengan Penyisipan menurut Fungsi Linear Pada teknik Steganografi

0 3 15

Perbandingan Steganografi Data Teks Ke Dalam File Audio Menggunakan Algoritma Least Significant Bit (LSB) Dan Modified Least Significant Bit (MLSB)

0 1 12

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 - Implementasi Kriptografi Algoritma Elgamal Dengan Steganografi Teknik Least Significant Bit (LSB) Berdasarkan Penyisipan Menggunakan Fungsi Linier

0 0 13