Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. Dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium

  BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl pada Bulan Mei 2014 hingga Oktober 2014.

  Bahan dan Alat

  Adapun bahan yang digunakan adalah bibit tanaman cabai yang sehat, tanaman cabai yang terserang layu Fusarium oxysporum f.sp capsici, Trichoderma sp.,

  Gliocladium sp., kompos, tanah, polibek, alkohol 96%, kloroks 5%, kapas, spirtus, cling wrap, aquades, media Potato Dexstrose Agar (PDA) , Media Water agar (WA),

  media jagung, kertas stensil, aluminium foil, methyl blue, dan label nama.

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop compound,

  micropipet , spatula, cawan petri, pipet tetes, pinset, tabung reaksi, inkubator, timbangan

  analitik, Haemocytometer, erlenmeyer, bunsen, oven, beaker glass, objek glass,

  autoclave , bunsen, laminar air flow, coke borer, kulkas, jarum ose, gunting, pisau, handsprayer , kamera, cangkul, gembor dan alat tulis.

  Metode penelitian

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut: T0 : Kontrol (tanaman tanpa perlakuan) T1 : Fusarium oxysporum f.sp capsici T2 : Trichoderma viridae T3 : Trichoderma koningii T4 : Trichoderma harzianum T5 :

  Gliocladium virens

  T6 : Trichoderma viridae + Fusarium f.sp capsici T7 : Trichoderma koningii + Fusarium f.sp capsici T8 : Trichoderma harzianum + Fusarium f.sp capsici T9 : Gliocladium virens + Fusarium f.sp capsici

  Jumlah ulangan yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut : t ( r-1) ≥ 15 10 (r-1) ≥ 15

  10r - 10 ≥ 15

  10 ≥ 25 r ≥ 2,5 r ≥ 3

  Banyak ulangan adalah : 3 Jumlah perlakuan : 10 x 3 = 30 Model linier yang digunakan adalah :

  Y

  ij

  = Dimana : Y

  ij

  = respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i μ

  = efek nilai tengah = efek dari perlakuan taraf ke-i = efek error (Sastrosupadi, 2000).

  Pelaksanaan penelitian

  Di Laboratorium Isolasi jamur F. oxysporum f.sp. capsici

  Sumber inokulum diperoleh dari tanaman cabai yang terserang f.sp. capsici yang didapat dari lahan petani cabai di Marelan kabupaten.

  F. oxysporum

  Deli Serdang. Bagian yang terinfeksi seperti pangkal batang dibersihkan dengan air steril, lalu dipotong-potong sebesar 0,5 cm. Setelah itu disterilkan dengan klorox 1 % selama lebih kurang 3 menit dan dibilas 2-3 kali dengan air steril. Selanjutnya potongan tersebut ditanam dalam media PDA dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 minggu.

  Setelah 1 minggu miselium yang tumbuh dari jaringan terinfeksi dikulturkan kembali pada medium baru sampai diperoleh isolat F. oxysporum f.sp. capsici yang murni.

  • 4 Spora tunggal diperoleh dengan mengencerkan suspensi jamur sampai 10 .
  • 3 -4

  Pada pengenceran 10 dan 10 , masing-masing di plating 0,5 ml pada permukaan media Water Agar (WA) dan diinkubasi selama 20-24 jam pada suhu kamar. Spora yang berkecambah diamati di mikroskop compound, ditandai dan spora langsung dipindahkan pada media PDA. Diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Biakan murni hasil spora tunggal akan menjadi sumber inokulum yang digunakan pada penelitian ini.

  Penyediaan agens antagonis

  Jamur antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. diperoleh dari isolat tanah tanaman cabai yang sehat. Kemudian tanah disebar pada media PDA dan diinkubasi selama 1 minggu. Pengamatan secara visual dilakukan terhadap jamur yang tumbuh. Jamur yang memiliki ciri-ciri seperti jamur Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yaitu berwarna hijau muda sampai hijau tua dipisahkan dan dibiakan pada media PDA yang baru. Setelah didapat biakan murni selanjutnya dilakukan identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi (Domsch et al., 1980)

  Perbanyakan agens antagonis Perbanyakan agens antagonis dilakukan dengan menggunakan media jagung.

  Jagung dibersihkan dan dikukus dengan menggunakan dandang (1/2 matang) atau selama 30 menit mulai dari keluar uap. Hamparkan jagung yang telah dikukus di atas nampak/baki sampai dingin, kemudian masukkan masing-masing ke dalam kantong plastik tahan panas sesuai dengan perlakuan. Setelah itu media disterilkan selama 30 menit. Biakan murni agens antagonis yang telah dikulturkan selama 1 minggu diinokulasikan dengan menggunakan cork borer pada media jagung. Diaduk hingga rata kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 10 – 15 hari. Setelah itu jamur siap untuk di aplikasikan (Syahnen, 2006).

  Di Rumah Kasa Persiapan Pembibitan

  Persemaian dibuat pada polibeg dengan ukuran 8 x 9 cm dengan diisi tanah hingga 90%. Sebelum benih disemaikan telah dilakukan perendaman terlebih dahulu selama ± 72-98 jam sampai benih pecah dan melunak, benihyang mengapung dibuang.

  Persiapan media tanam

  Tanah top soil, pasir dan kompos yang akan digunakan (5:3:2) diayak terlebih dahulu. Diletakkan pada tempat yang terlindung. Media campuran tersebut kemudian disterilkan (sterilisasi uap panas) dengan cara memanaskannya (mengkukus) pada suhu ±105ºC, selama ± 30 menit. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan lalu dikering-anginkan di atas alas plastik di ruangan tertutup selama ±2 hari. Kemudian tanah dimasukan ke polibeg (Siregar, 2011).

  Penanaman

  Penanaman benih yang telah disemaikan selama 2 minggu, dilakukan penanaman ke dalam polibeg 1 minggu setelah aplikasi agens antagonis dengan menanam bibit satu persatu ke dalam polibeg dengan tanah yang telah disterilkan.

  Aplikasi Jamur F. oxysporum f.sp. capsici.

  Inokulasi jamur F. oxysporum f.sp. capsici dilakukan dengan cara menyemprot suspensi F. oxysporum f.sp. capsici. di atas permukaan tanah sebanyak 20 ml saat tanaman cabai berumur 3 minggu setelah ditanam di polibek.

  Aplikasi agens antagonis

  Pengaplikasian agens antagonis dilakukan 1 minggu setelah inokulasi Fusarium

  oxysporum f.sp capsici. Aplikasi dilakukan dengan menaburkan substrat jagung sebagai

  media perbanyakan agens antagonis yang telah dibiakan selama 1 minggu sebelum pengaplikasian sebanyak 20 g per polibek di daerah perakaran.

  Pemeliharaan

  Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Penyiangan gulma dilakukan sekali seminggu.

  Peubah amatan Di laboratorium Persentase Penghambatan

  Pengamatan dilakukan dengan mengukur persentase penghambatan yang dihasilkan jamur endofit terhadap F. oxysporum f.sp. capsici. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Soenartiningsih et al., 2011), yaitu:

  P = Keterangan : P = persentasi zona penghambat pertumbuhan (%) r = jari-jari koloni jamur antagonis yang tumbuh berlawanan arah kea rah patogen

  1

  r = jari-jari koloni patogen yang mendekati jamur antagonis (cm)

  2 R

  1 P

  R

  2 A

  Keterangan : P = Patogen A = Agens antagonis

  Pengamatan dilakukan sejak 1 hari setelah inokulasi sampai R atau R mencapai

  1

  2 maksimum.

  Di Rumah Kasa Kejadian Penyakit

  Pengamatan terhadap kejadian penyakit dilakukan setiap minggu setelah inokulasi (msi) sampai dengan 5 msi yaitu dengan melihat gejala serangan secara visual.

  Kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KjP = a x 100% a + b

  Keterangan: KjP = Kejadian Penyakit Fusarium oxysporum a = Jumlah tanaman yang terserang Fusarium oxysporium b = Jumlah tanaman sehat (Abbott, 1925).

  Keparahan Penyakit

  Pengamatan keparahan penyakit F. oxysporum dilakukan pada akhir pengamatan saat tanaman berumur 5 msi. Tanaman dibongkar dan akar dicuci bersih dengan air mengalir. Kemudian akar dipotong secara melintang untuk menghitung keparahan penyakit layu fusarium dengan menggunakan rumus :

  KP = ∑ (nxv) x 100%

  NxZ Dimana : KP= Keparahan Penyakit n = Jumlah tanaman pada setiap scoring v = Nilai skala serangan penyakit tiap individu tanaman Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan N = Jumlah tanaman yang diamati (Townsensd & Hueberger 1948).

  Skala serangan yang digunakan adalah : Skala 0 = tanaman tidak terserang penyakit sama sekali Skala 1 = tanaman agak terserang penyakit ( < 50% daun layu) Skala 2 = tanaman terserang parah ( > 50% daun layu) Skala 3 = tanaman mati (Kerkeni et al, (2007) dalam Hamdiyati (2011)).

  Pengamatan keparahan penyakit dilakukan sesuai dengan besarnya kerusakan pada setiap tanaman, kemudian disesuaikan dengan rumus di atas.

  Tinggi tanaman

  Pengamatan tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris sampai dengan 5 msi. Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun yang terpanjang.

  Panjang akar (cm)

  Panjang akar dihitung pada umur tanaman 5 msi F. oxysporum menggunakan penggaris dihitung dari akar sekunder sampai pangkal batang.

  Berat basah akar (g)

  Berat akar basah dihitung pada saat tanaman berumur 5 msi F. oxysporum dengan membersihkan akar, kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

  Berat kering akar (g)

  Berat akar kering dihitung dengan memasukkan akar ke dalam amplop dan dimasukkan pada oven dengan suhu 60 C selama 48 jam.

Dokumen yang terkait

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

9 157 125

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. Dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium

23 267 52

Enkapsulasi Beberapa Jenis Trichoderma sp. Pada Benih Kedelai Untuk Mengendalikan Penyakit Sclerotium Rolfsii Sacc

2 56 84

Uji Antagonisme Gliocladium dan Trichoderma Terhadap Penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp. cubense di Laboratorium

1 37 43

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dalam Mengendalikan Penyakit Rebah Semai (Phytium spp.) pada Tanaman Tembakau deli (Nicotiana tabaccum L.) di Pembibitan

1 84 59

Penggunaan Jamur Antagonis Gliocladium virens Miller untuk Menghambat Pertumbuhan Penyakit Fusarium oxysporum f. sp. passiflora pada Pembibitan Markisa di Rumah Kassa

5 48 107

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Rifai Dan Kompos Dalam Menekan Penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp. passiflora Pada Pembibitan Markisa

5 50 125

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

1 2 64

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

2 2 9

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

0 1 13