Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemahaman Jemaat terhadap Musik dalam Ibadah Minggu di GPIB ICHTHUS Tumbang Titi – Kalimantan Barat

  

Pemahaman Jemaat terhadap Musik dalam Ibadah Minggu di

GPIB ICHTHUS Tumbang Titi

  • – Kalimantan Barat

  Oleh: Samuel Roberto Lintang

  712012089

  

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

  Program Studi Teologi

  

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

  

MOTTO

  

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,

maka pintu akan dibukakan bagimu”

(Matius 7:7)

  

Kebahagiaan itu tergantung pada diri sendiri

(Aristoteles)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus sebagai kepala gereja atas berkat dan kasih-Nya yang begitu besar dalam perjalanan studi di universitas kristen satya wacana selama 5 tahun lebih, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Penulisan tugas akhir ini dapat membantu warga jemaat GPIB

  ICHTHUS Tumbang Titi agar memahami musik gereja. Penulis banyak mendapatkan doa, saran, motivasi, semangat dan bimbingan dari berbagai pihak yang dekat juga kenal dengan penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan doa dari semua pihak tersebut, maka penulisan tugas akhir ini tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan kehendak yang diinginkan penulis. Untuk itu dengan segala penuh kerendahan hati dan penuh ungkapan syukur penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan fasilitas, dukungan doa dan dana, membimbing, memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut, Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis tujukan kepada : 1.

  Prof. Pdt. John A. Titaley. Th.D, sebagai pembimbing 1 dalam kesibukan sebagai dosen dan rektor selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan.

  2. Handri Yonathan. M.Phil, sebagai pembimbing II yang selalu membimbing penulis dalam penulisan tugas akhir.

  3. Kedua orang tua penulis, Bapak William Max Lintang dan Ibu Kartini Lempoy yang selalu memberikan dukungan, doa dan selalu berusaha memberikan dana dalam kelangsungan hidup saya selama berkuliah.

  4. Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo, sebagai wali studi yang selalu memberi nasehat dan motivasi dalam perkuliahan.

  5. Semua dosen Fakultas Teologi yang telah bersedia membagikan ilmu yang dimiliki, sehingga penulis mendapat wawasan baru dalam proses perkuliahan.

  6. Pegawai TU Fakultas Teologi, terima kasih telah bersedia melayani mahasiswa dengan ramah.

  7. Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi yang sudah menerima penulis untuk melakukan PPL X dan XI selama 8 bulan dan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian daam menyusun tugas akhir.

  8. Pdt. Sergio Souisa, Pdt. Aurelius Porawouw dan Pdt. Deina Wattimena, sebagai mentor selama melakukan PPL X dan XI di Jemaat GPIB

  ICHTHUS Tumbang Titi.

  9. Terima kasih kepada Feronika Adithia Eka Asi yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang untuk menyelesaikan tugas akhir.

  10. Rekan-rekan kost yang selalu mengajak penulis jalan-jalan saat mengalami stress saat menyusun tugas akhir.

  11. Terima kasih atas kebersamaa dalam suka dan duka untuk keluarga besar teologi angkatan 2012.

  Salatiga, 15 Januari 2018 Samuel Roberto Lintang

  DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

  I. PENDAHULUAN............................................................................................. 11

  1.1 Latar Belakang................................................................................................ 11

  1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 15

  1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................ 15

  1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................15

  1.5 Metode Penelitian............................................................................................ 15

  1.6 Sistematika Penelitian..................................................................................... 16

  II. KAJIAN TEORI............................................................................................... 17

  2.1 Pengertian Musik, Nyanyian dan Ibadah........................................................ 17

  2.1.1 Definisi Musik...............................................................................................17

  2.1.2 Nyanyian Jemaat.......................................................................................... 18

  2.1.3 Ibadah........................................................................................................... 19

  2.2 Perkembangan Musik Gereja.......................................................................... 20

  2.3 Peran Musik dalam Ibadah.............................................................................. 22

  2.4 Peran Paduan Suara.........................................................................................23

  III. HASIL PENELITIAN..................................................................................... 25

  3.1 Profil Jemaat....................................................................................................25

  3.2 Sejarah Singkat Jemaat...................................................................................26

  3.3 Pemahaman Warga Jemaat terhadap Musik Gereja........................................ 26

  3.4 Kendala Musik Gereja dalam Ibadah Minggu di Jemaat GPIB “ICHTHUS”

  Tumbang Titi…………………………........................................................... 27

  3.4.1 Musik Gereja di Jemaat Bajem “Anugerah” Serengkah.............................. 27

  3.4.2 Musik Gereja di Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi................................... 28

  3.5 Nyanyian dengan Kelompok Musik Akustik.................................................. 29

  IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN................................................................. 30

  V. PENUTUP...................../.................................................................................. 33

  5.1 Kesimpulan..................................................................................................... 33

  5.2 Saran................................................................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 35

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pada umumnya sebagian besar jemaat awam berpandangan bahwa pengertian musik gereja hanyalah terbatas pada semua jenis instrumen musik yang digunakan untuk mengiringi suatu kebaktian atau paduan suara di gereja, misalnya: piano atau organ. Ada juga yang berpendapat musik gereja identik dengan kelompok paduan suara atau kelompok vokal yang ada di gereja. Apa yang mereka yakini itu bukanlah sesuatu yang salah sepenuhnya, namun juga belum dapat dikatakan mewakili pengertian yang sebenarnya. Musik gereja bukanlah sekedar instrumen musik yang digunakan di gereja, seperti piano, organ, kelompok paduan suara dan gitar. Tetapi musik gereja adalah segala seluruh musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, apapun itu bentuknya,

  1

  entah berupa nyanyian jemaat, paduan suara, dan musik instrumental. Menurut penulis, musik gereja adalah bagian dari musik yang dihasilkan manusia secara umum atau universal, musik dari dunia ini yang dihasilkan oleh orang-orang percaya (Kristen) untuk mengekpresikan iman mereka kepada Tuhan. Dengan kata lain, musik gereja adalah musik yang digunakan dalam ibadah gereja untuk memuji dan memuliakan Tuhan.

  Antara liturgi dan ibadah terdapat hubungan yang erat dan saling mengisi. Ibadah adalah ungkapan syukur umat atas karya Allah yang terjadu secara terus menerus dalam kehidupan manusia. Istilah liturgi digunakan untuk mengungkapkan ibadah jemaat. Liturgi sudah menjadi istilah teknis dalam ilmu teologi merujuk berkumpulnya jemaat untuk beribadah. Sebagai tata ibadah, liturgi harus benar-benar berfungsi sebagai sarana ibadah bagi jemaat, dalam menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat dan juga untuk menyinari kasih Kristus kepada orang-orang yang belum menjadi anggota jemaat, sehingga

  2 mereka tertarik untuk bergabung dengan jemaat.

  1 Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, (Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 1999), 8. 2 Engel, J. D, Liturgika (Salatiga: Tirsara Grafika, 2007), 6.

  Liturgi merupakan bagian dari ibadah itu sendiri yang memampukan

  3 jemaat untuk menghayati persekutuannya dengan Tuhan dan sesamanya.

  Sehingga peran liturgi dalam ibadah merupakan salah satu hal yang mendukung proses pelayanan dan penghayatan iman warga jemaat. Setiap gereja memiliki ciri khas liturgi dalam setiap peribadatan yang dilakukan sesuai aturan dan konteks masing-masing. Liturgi sendiri telah menjadi teknis dalam ilmu teologi yang merujuk kepada berkumpulnya jemaat untuk beribadah. Musik gereja merupakan bagian dari liturgi yang tidak terpisahkan dalam ibadah. Sebagai suatu tata ibadah, liturgi harus berfungsi sebagai suatu sarana ibadah bagi jemaat, dalam menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat dan juga untuk menyinarkan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum menjadi anggota jemaat, sehingga

  4

  mereka tertarik untuk bergabung dengan jemaat. Musik yang berada dalam rangkaian liturgi akan membawa warga jemaat dalam menghayati ibadah yang sedang berlangsung, hal tersebut terjadi karena manusia memerlukan perantara atau obyek dalam mewujudkan penghayatannya secara sempurna.

  Liturgi yang baik adalah liturgi yang mampu menghadirkan damai bagi setiap warga yang beribadah, secara khusus dalam penelitian ini ibadah minggu. Liturgi sebagai fungsi dasar gereja menunjuk kepada pemahaman bahwa liturgi

  5 merupakan medan dan sarana untuk mengungkapkan dan melaksanakan dirinya.

  Prinsip dasar yang membuat umat beriman menjadi gereja dalam liturgi, bukan karena diri umat itu pantas, melainkan karena Kristus yang hadir dalam ibadah itu. Kristus yang hadir itulah yang memanggil, memilih, dan menggumpulkan umat

  6 dalam suatu pertemuan (eklesia).

  Ibadah merupakan tanggapan komunitas kristen yang diritualkan terhadap kasih Allah melalui puji-pujian dari hati mereka, sehingga persekutuan mampu mengasihi satu sama lain dan seluruh ciptaan Allah, sama seperti mereka

  7

  mengasihi diri mereka sendiri. Namun ibadah yang dihadapi oleh jemaat GPIB 3 4 Engel, J. D, Liturgika, 7. 5 Riemer, G, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 11. 6 Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 40. 7 Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, 42.

  Ray David. R, Gereja Yang Hidup, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 10. ICHTHUS Tumbang Titi tidak menjawab kebutuhan jemaat dalam ibadah minggu. Ibadah yang dilaksanakan tidak sesuai kebutuhan jemaat sehingga warga jemaat terkadang jarang pergi ibadah dan kurang menghayati. Oleh sebab itu Ibu Rosmala menjelaskan faktor jemaat tidak pergi ibadah karena liturgi ibadah dalam setiap minggu sangat monoton. Bahkan ketika memuji Tuhan tempo musik yang tidak teratur sehingga jemaat memuji Tuhan tidak tertata dengan baik, sebab tidak terdapat paduan suara dan pemusik dalam ibadah. Gereja hanya memiliki alat musik yaitu organ, namun tidak ada warga jemaat yang rutin untuk mengiringi ibadah. Oleh karena itu pemusik dalam ibadah sangat perlu sebagai sarana ibadah

  8 agar jemaat dapat memuji Tuhan dengan baik dan benar.

  Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi memerlukan liturgi ibadah yang kreatif. Liturgi dan ibadah terdapat hubungan yang erat dan saling mengisi. Ibadah adalah ungkapan syukur umat atas karya Allah yang terjadi secara terus menerus dalam kehidupan jemaat. Liturgi lebih pada sarana dan bentuk serta cara umat mengespresikan rasa syukurnya atas keselamatan dan karya-karya Allah, yang dirasakan dan dialami umat dalam hidupnya, sehingga diaman ada ibadah

  

9

  didalamnya ada liturgi diselengarakan. Musik gereja merupakan bagian dari Liturgi. Oleh sebab itu musik gereja adalah musik (dalam segala bentuk dan jenisnya) yang dipakai dalam peribadatan gereja, baik dalam ibadat umum pada hari Minggu, maupun ibadat khusus di hari lainnya. Menurut Handoko, dengan musik gereja, maka peribadatan tidak hanya berjalan dalam bentuk oral (kata- kata) dan aktual (perbuatan/ritual tertentu), tetapi juga dalam bentuk dan suasana musikal. Kebaktian akan menjadi hidup bila diiringi dengan musik yang indah, ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh perasaan (emosional), penuh

  (artistikal), dan keindahan (estetikal). Ibadah seperti ini akan

  kesenian

  mengesankan dan membuat para anggota jemaat semakin merasa diberkati oleh

  10 Tuhan serta iman mereka selalu bertumbuh. 8 Wawancara Ibu Rosmala adalah Majelis Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi, pada hari Minggu tanggal 17 januari 2017 pukul 12.00 wib. 9 10 Engel, J. D, Liturgika, 6.

  Sri Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan Musik dan Organis Gereja (Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2014), 2. Di dalam lingkup hidup berjemaat gereja protestan, terkhususnya jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi, memiliki persoalan dengan pelayanan terhadap jemaatnya. Warga jemaat mencari liturgi ibadah kreatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka, serta tata liturgi ibadah yang tidak terlalu monoton yakni terdapat kantoria dan pemusik agar dapat memahami kebutuhan spiritualitas jemaat. Kantoria dan pemusik sangat berperan penting dalam ibadah agar nyanyian ibadah dapat dinyanyikan dengan baik, sehingga pada akhirnya persekutuan ibadah dapat dihadiri oleh seluruh anggota jemaat.

  Sebagai persekutuan orang-orang percaya, maka perjumpaan umat dengan Allah dalam ibadah, memegang peranan penting di dalam kehidupan bergereja. Dalam perjumpaan dengan atau persekutuan dengan Tuhan, terjadi dialog timbal balik antara umat dengan Allah. Melalui pelayanan Firman, Allah memberitakan pengampunan dosa dan jemaat mengakui dosanya. Allah memberikan Petunjuk Hidup Baru, jemaat menyambutnya dengan menyanyi pujian yang berisi

  11

  kesanggupan untuk hidup sesuai dengan Firman Allah. Oleh sebab itu, melayani dapat pula menjadi sarana pertanggungjawaban iman dan penggakuan dihadapan Allah dan sesama manusia, sehingga tata ibadah sebagai tatanan dalam

  12 pertemuan umat dengan Tuhan itu perlu, agar ibadah jemaat tidak tercela.

  Dari penjelasan di atas merupakan sebagai latar belakang penulisan ini bahwa anggota Jemaat membutuhkan bentuk liturgi ibadah yang sesuai dengan konteks mereka. Apapun wujud kreatif sebuah liturgi, ia harus tetap berfungsi sebagai sarana ibadah. Itu berati pusat perhatian utama ibadah adalah Tuhan, begitu pula dengan unsur yang diwujudkan dalam liturgi hanya ditunjukan kepada

  13

  satu arah yaitu Kristus. Musik gereja juga menjadi bagian dari ibadah yang merupakan sarana liturgi itu sendiri. Adanya musik gereja dapat mengiringi ibadah agar jemaat bisa menghayati ibadah dengan penuh sukacita dan memuliakan Tuhan. Sehingga, jemaat musik dalam ibadah dapat tertata dengan baik dan jemaat dapat lebih mengekspresikan iman mereka melalui puji-pujian. 11 12 Engel, J. D, Liturgika, 7. 13 Engel, J. D, Liturgika, 6.

  Engel, J. D, Liturgika 7.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman jemaat terhadap musik dalam ibadah minggu di

  GPIB ICTHUS Tumbang Titi

  • – Kalimantan barat 2.

  Bagaimana upaya jemaat mengatasi liturgi yang monoton

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah: 1.

  Mendeskripsikan pemahaman jemaat terhadap musik dalam ibadah minggu di GPIB ICTHUS Tumbang Titi

  • – Kalimantan Barat.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis dalam upaya untuk membangun kembali pemahaman- pemahaman jemaat mengenai musik gereja. Adapun manfaatnya, yaitu:

   Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah refrensi bagi mahasiswa maupun penelitian berikutnya. Hal yang sama juga diharapkan bermanfaat bagi gereja.

   Secara praktis bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini menambah pengetahuan akan liturgi kreatif yang mampu mengembangkan partisipasi jemaat dalam peribadatan yang berlangsung. Selain itu bagi gereja mendapatkan pemahaman yang baru untuk lebih memperhatikan perkembangan musik gereja.

  1.5 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

  14

  tertentu yang ada dilapangan. Penelitian ini juga menggunakan dengan pendekatan kualitatif di Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi. Penelitian kualitatif memiliki ukuran data yaitu logika, dimana dengan logika menolak dan menerima sesuatu yang dinyatakan berupa kalimat, yang

  15

  dirumuskan secara cermat. Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi dan

  Bajem ANUGERAH Serengkah merupakan satuan pengamatan yang akan dilakukan penulis dengan wawancara majelis jemaat dan warga gereja setempat. Penyusunan dan penulisan karya ini dilakukan oleh penulis dengan mencari informasi dengan membaca dan menganalisis secara kritis dari bahan. Bahan yang dipakai berupa sumber-sumber tertulis, dokumen, bahan dari internet. Agar menyempurnakan hasil penelitian, maka teknik observasi langsung juga dilakukan oleh penulis. Teknik observasi langsung ini digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang Perkembangan Musik Gereja di GPIB ICTHUS Tumbang Titi.

1.6 Sistematika Penulisan

  Penulis akan membagi tulisan ini ke dalam lima bagian, yakni sebagai berikut: Bagian pertama membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bagian kedua yaitu landasan teori tentang pengertian musik gereja, perkembangan musik gereja, nyanyian jemaat, definisi ibadah, peran musik dalam ibadah dan peran paduan suara. Bagian ketiga ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bagian keempat analisis terhadap hasil penelitian dengan menggunakan teori yang ada dalam bagian kedua. Bagian kelima merupakan penutup meliputi kesimpulannya, berupa hasil temuan yang diperoleh dari 14 pembahasan analisis serta saran bagi Gereja.

  Sumardi Suryabarata, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 18 15 John W. Creswell, Research Design (Jakarta Selatan: KIK Press, 2003), 19.

2. TEORI

2.1 Pengertian Musik, Nyanyian dan Ibadah

2.1.1 Definisi Musik

  Musik adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan ibadah

  16

  atau kebaktian Kristiani. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musik dan tidak ada satupun manusia tidak mengenal musik. Musik selalu menjadi bagian ungkapan dan media komunikasi manusia. Apa yang yang terkadang tidak dapat disampaikan dengan kata-kata dapat diungkapan dengan dengan musik. Musik betul-betul termasuk bidang simbolisasi manusia. Itu pula sebabnya, liturgi gereja menggunakan musik sebagai salah satu bentuk ungkapan iman. Tidak semua musik dapat disebutkan sebagai musik gereja jika tidak menjadi bagian dari ibadah yang ada. Musik dapat membantu seseorang menghayati perasaannya termasuk perasaannya dengan Tuhan. Istilah Musik berasal dari bahasa Yunani

  

mousike yang diterjemahkan dalam bahasa Latin musica. Sedangkan, istilah

  17 musik yang digunakan dalam liturgi gereja yaitu musik liturgi atau musik gereja.

  Musik gereja pada hakikatnya bersifat simbolis. Artinya musik gereja dapat menjadi ungkapan peran serta aktif umat. Musik juga dapat membangkitkan suasana jiwa terhadap sabda dan kasih Allah dalam ibadah. Oleh sebab itu fungsi

  18 utama gerejawi adalah untuk menambah dimensi keterlibatan ke dalam ibadah.

  Gereja merupakan tempat persekutuan semua orang percaya. Melihat kata persekutan berarti bahwa di dalamnya ada terdapat suatu kegiatan yaitu ibadah. Ketika kita menjalani suatu ibadah yang berkenan dihadapan Allah, maka kitapun akan merasakan betapa besarnya kuasa Allah dalam ibadah, sehingga kita merasakan kehadiran-Nya dalam hati dan kehidupan kita. Ibadah tidak hanya berlangsung begitu saja, melainkan ada beberapa aspek yang melengkapi ibadah tersebut, seperti puji-pujian kepada Tuhan dengan diiringi musik yang berkenan kepada Allah. Puji-pujian tersebut juga dapat berupa, nyanyian jemaat secara 16 17 Engel, J. D, Liturgika, 107. 18 Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2011) 190.

  White James F, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005). 102. umum, bisa juga dalam bentuk kelompok vokal (vocal group) paduan suara

  19

  jemaat, dan lain sebagainya. Musik gereja yang baik atau tidak tergantung dari kesepakatan seluruh anggota jemaat, apakah mereka menganggap musik gereja itu penting atau sekedar pengiring nyanyian jemaat. Ketika seluruh warga jemaat memahami bahwa musik gereja dapat membuat jemaat menghayati unsur liturgi, nyanyian dan ibadah, serta menjadi nyanyian jiwa atau doa hati, maka akan muncul usaha-usaha untuk menghasilkan musik gereja yang lebih baik. Musik yang baik, akan mengubah suatu ibadah yang rata-rata menjadi ibadah yang luar

  20 biasa dan kemudian menjadi wahana anugerah Allah.

2.1.2 Nyanyian Jemaat

  Hidup orang Kristen tidak pernah lepas dari puji-pujian. Puji-pujian adalah ungkapan hati yang mengasihi Tuhan dan hati yang bersyukur karena limpahan berkat yang diberikan Allah kepada kita. Pada masa Reformasi, Luther menggunakan paduan suara anak untuk mengajarkan nyanyian baru kepada jemaat. Calvin bahkan hanya memperkenankan paduan suara untuk mengiringi nyanyian jemaat di gereja. Baik Luther maupun Calvin memandang musik gereja itu penting untuk pertumbuhan ibadah (GPIB, 2007). Musik dan nyanyian yang dipujikan melalui paduan suara, tidak saja membuat jemaat bernyanyi dengan nyaman, menghayati firman sebagai jawaban atas pergumulan jemaat, tetapi dapat

  21

  membuat suasana ibadah lebih Khidmat. Agar jemaat dapat merasakan lebih Khidmat maka nyanyian dan musik gereja harus ditata dengan baik. Alkitab Perjanjian Lama sejak dulu telah menunjukkan kepada kita bahwa nyanyian ibadah sudah ditata dengan baik (I Tawarikh 25, Nehemia 12:27-38). Oleh sebab itu bahwa kelompok musik dibentuk agar ibadah dapat berjalan dengan baik,

  22 sehingga warga jemaat dapat bernyanyi dengan baik dan benar.

  19 20 Engel, J. D, Liturgika, 49. 21 Ray David, Gereja Yang Hidup, 151. 22 Engel, J. D, Liturgika, 107.

  Soumokil Godlief, Penataan Nyanyian Ibadah (Materi Music Clinic GPIB Jemaat Taman Sari Salatiga, Salatiga, 21 Sepetember, 2017) Dalam pertemuan ibadah, nyanyian jemaat merupakan salah satu bagian yang sangat penting bahkan sudah menjadi identitas umat Kristiani. Liturgi adalah pelayanan kepada Allah dan kepada sesama manusia yang lain, liturgi adalah tempat jemaat menyanyikan akan adanya pengharapan dan masa depan yaitu mengenai kerajaan sorga yang sedang datang oleh karena itu nyanyian jemaat

  23

  menjadi sangat penting. Di dalam nyanyian, apa yang ditampilkan tidak semata- mata dinyatakan dengan terminologi intelektual; yang tak dapat ditampakkan adalah suara yang ada itu. Orang yang menyanyi adalah seseorang padanya hati, jiwa, serta pikirannya merupakan satu kesatuan. Nyanyian juga mempunyai unsur proklamasi karena nyanyian dapat membuat orang-orang lain ikut mengambil bagian dalam apa yang dinyatakan. Pada saat yang sama nyanyian merupakan

  24

  perwujudan dari kesatuan gereja. Syair nyanyian jemaat mempunyai peran penting untuk meresapi firman Allah. Artinya Allah meneruskan firman-Nya

  25

  kepada manusia dan menetapkannya untuk tinggal di dalam hati. Menurut Djohan menjelaskan dalam mendengarkan musik, suatu hal yang penting untuk diperhatikan adalah membuat pendengar dapat mengingat kejadian lampau

  26

  melalui musik. Melihat pentingnya nyanyian dalam ibadah, tugas gereja yaitu memilih nyanyian yang bukan disukai oleh pendeta, pemimpin pujian, paduan suara atau pemain musik tetapi nyayian yang dipilih sesuai dengan konteks jemaat

  27 dan juga tema ibadah.

2.1.3 Ibadah

  Gereja tidak terlepas dari persekutuan ibadah yang diselenggarakan guna menumbuhkan dan memperkuat iman jemaat. Menurut kamus Bahasa Indonesia, Pengertian ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang

  28

  didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Istilah 23 24 Oslt Van, E, H, Alkitab Dan Liturgi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 111. 25 Oslt Van, E, H, Alkitab Dan Liturgi, 145.

  Rachman Rasid, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 169. 26 27 Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2003), 136. 28 Ray David. R, Gereja Yang Hidup, 151. di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul

00.15 Wib

  liturgi selalu dihubungkan dengan Ibadah Jemaat/tata kebaktian dan didalam liturgi terkandung adanya tugas, pekerjaan dan pelayanan, sehingga kata ibadah juga bisa menjadi arti dari litugi, tetapi suatu ibadah dapat bermakna liturgis

  29

  ketika dalam ibadah itu semua jemaat dapat berpartisipasi aktif. Liturgi berasal dari bahasa Yunani leituorgia yang terde finisikan dalam kata “ergon” yang berati bekerja dan

  “laos” yang berati umat atau rakyat, sehingga makna liturgi pada

  awalnya adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat untuk kepentingan

  30

  negara. Dalam buku Engel mengutip dari Abineno memahami liturgi pada satu sisi, menunjuk pada pertemuan ibadah yang didalamnya terdapat nyanyian, doa dan pembacaan Alkitab, serta pelayanan kepada mereka yang belum menerima

31 Kristus.

  Gereja mengungkapkan imannya dalam ibadah. apa yang dipercayai oleh

  32

  gereja mendapat bentuk yang nyata dalam kebaktiannya. Ibadah adalah kata yang umum dan inklusif bagi berbagai peristiwa (ritual-ritual) yang menegaskan kehidupan ketika gereja menyelenggarakan pertemuan bersama guna mengekpresikan iman mereka (liturgi) dalam puji-pujian, mendengarkan Firman Allah, dan merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka. Ibadah adalah intisari gereja. Dalam ibadah harus menjadi nyata bagaimana Tuhan

  33

  menyatakan diriNya untuk manusia. Berdasarkan pemahaman tersebut ibadah adalah sarana yang sangat penting untuk menghidupkan dan menguatkan kepercayaan (Iman) jemaat yakni tindakan sembayang dan berdoa dan menyinari kasih Kristus kepada sesama. Sementara liturgi adalah sebuah tindakan untuk mengekspresikan iman. Artinya, liturgi itu berhubungan dengan doa yang

  34 menyatakan iman dan hubungan kita dengan Allah.

  29 30 Engel, J. D, Liturgika, 2. 31 Riemer, G, Cermin Injil, 9. 32 Engel, J. D, Liturgika, 1. 33 Jonge, Christiaan De, Apa Itu Calvinisme?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 165. 34 Riemer, G, Cermin Injil, 19.

  Martasudjita Emanuel, Pr, Pengantar Liturgi, 29.

2.2 Perkembangan Musik Gereja

  Secara singkat penulis memaparkan mengenai sejarah musik dan perkembangan musik gereja. Penemu alat musik menurut tradisi dalam Alkitab (Kej 4:21) yaitu, Yubal, anak Lamekh. Mereka yang menemukan alat musik yakni, kecapi dan suling. Di kemudian hari musik disahkan untuk digunakan dalam ibadah Bait Suci, karena sebelumnya terbatas digunakan dalam kehidupan sosial orang Ibrani. Musik sering diperdengarkan dalam keadaan bergembira dan biasanya dibarengi tarian. Musik, menyanyi dan menari adalah biasa dalam pesta, khusus pesta memetik buah anggur dan pesta perkawinan. Selain itu, musik digunakan pada saat berkabung. Nyanyian ratapan (qina) yang mengisi Kitab

  35 Ratapan dan ratapan Daud karena kematian Saul dan Yonatan (2 Sam 1:18-27).

  Gereja perdana sudah mengenal musik, terutama nyanyian dan musik instrumental. Musik Liturgi Gereja perdana berakar pada tradisi musik ibadat Yahudi yang kemungkinan besar tidak diiringi alat musik artinya musik dalam Gereja perdana yaitu nyanyian seperti yang tercermin jelas dalam surat Efesus dan Kolose yang menganjurkan umat agar menyanyikan kidung puji-pujian dan nyanyian rohani dalam pertemuan jemaat. Pada waktu itu, musik terutama berbentuk nyanyian. Nyanyian-nyanyian yang sudah ada dan populer dipakai jemaat ialah buku Mazmur yang menjadi buku nyanyian pada Gereja Perdana.

  Gereja Perdana mengenal dengan baik nyanyian yang merupakan sebagai unsur kehidupan ibadah. Pada zaman modern, Musik Gereja berkembang lebih lanjut sesuai dengan gaya seni masing-masing abad. Kemudian pada awal abad ke-20, terjadilah pembaruan liturgi yang hebat dalam gereja mengenai musik gereja pada tahun 1903. Pembaruan liturgi tersebut untuk pertama kalinya musik gereja secara resmi sebagai bagian tak terpisahkan dari Liturgi gereja yang

  36 dinyatakan oleh Paus Pius X.

  35 36 Engel, J. D, Liturgika, 107.

  Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, 191-193.

2.3 Peran Musik dalam Ibadah

  Secara umum musik merupakan penggambaran kembali kebiasaan- kebiasaan hidup manusia atau dunia besar yang kita diami dalam bentuk

  37 perlambang-perlambang bunyi yang diungkapkan secara ekspresif dan estis.

  Musik yang kita kenal dalam tata ibadah gereja sering disebut juga dengan musik gereja. Musik gereja adalah segala musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, adapun bentuknya, berupa nyanyian jemaat, paduan suara, maupun jenis

  38

  musik isntrument yang digunakan untuk mengiringi kebaktian. Dalam kaitannya dengan ibadah, musik gereja memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Menciptakan suasana peribadatan yang sesuai dan menekankan hal-hal yang penting dalam peribadatan. 2) Sebagai respon jemaat terhadap bagian-bagian dari tata ibadah, baik merupakan votum dan salam, pengakuan dosa, pelayanan firman, pengakuan iman percaya, pengutusan maupun pemberkatan yang bersifat sangat pribadi. 3) mengajarkan tentang doktrin-doktrin kristiani, kasih Allah kepada dunia serta

  39 pengakuan bahwa Allah berkuasa dalam kehidupan manusia.

  Kebanyakan orang merasa ibadah perlu diiringi dengan musik untuk mempunyai jiwa. Ibadah tanpa musik kurang mempunyai ekspresi dari apa yang berada di dalam diri mereka, kurangnya sebuah perasaan komunal, dan kurangnya

  40

  pujian terhadap Tuhan yang menaruh lagu di dalam jiwa setiap orang. Musik Gereja bukan saja setiap lagu yang lirikny a mengandung kata “Tuhan” yang dituliskan berulangkali. Bukan juga sekedar instrument musik yang digunakan gereja, seperti: piano, organ dan gitar. Musik gereja adalah seluruh musik yang terkait dan menjadi dari tata ibadah, adapun itu bentuknya, baik berupa nyanyian jemaat, paduan suara, musik instrumental dan sebagainya. Karena fungsi dari nyanyian jemaat sebagai salah satu musik gereja yang sedemikian pentingnya dalam tata ibadah, maka ada beberapa kriteria yang harus dipegang di dalam 37 38 Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, 6. 39 Engel, J. D, Liturgika, 38. 40 Engel, J. D, Liturgika, 52.

  Ray David. R, Gereja Yang Hidup, 147. memilih dan menentukan nyanyian-nyanyian jemaat yang akan digunakan, yaitu :

  a) Sejauh mana syair suatu nyanyian memiliki kebenaran teologis. b) Apakah syair dan melodi nyanyian jemaat telah sesuai. c) Apakah pemilihan nyanyian jemaat telah disesuaikan dengan tema ibadah serta mendukung bagian-bagian dari

  41 tata ibadah.

  Dari pemahaman yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa peran musik dalam ibadah minggu sangat dibutuhkan. Musik dapat membantu umat untuk merenungkan dan “berkontemplasi” pada misteri iman yang dirayakan. Melodi musik yang indah dan sesuai dengan jiwa liturgi akan menciptakan

  42

  suasana yang kondusif bagi doa dan perjumpaan dengan Allah . Alat-alat musik agar ibadah dapat membuat para jemaat lebih berekspresi dan membuat jiwa lebih bersukacita. Tanpa disadari saat mendengarkan musik sering membuat kaki bergoyang dan menyebabkan kita hanyut dalam lagu yang didengar, mengingat pengalaman tertentu, serta membangkitkan emosi. Melalui musik jemaat dapat menikmati irama dan alunan, namun agar musik dapat dihayati oleh remaja, lagu- lagu yang dipilih melalui tata ibadah juga memiliki unsur-unsur teologis dan sesuai dengan tema ibadah agar tujuan jemaat bernyanyi yaitu untuk memuji dan memuliakan Tuhan melalui ibadah.

2.4 Peran Paduan Suara

  Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pemimpin adalah orang yang

  43

  ditunjuk untuk memimpin dalam organisasi/kelompok. Kantoria merupakan penuntun musik dalam ibadah. Kantoria adalah kelompok penyanyi atau paduan suara yang bertugas untuk menuntun nyanyian jemaat. Tugas utama kantoria yaitu membantu umat untuk bernyanyi dan menghayati setiap lagu dengan baik. Sebagian besar jemaat mengetahui sebuah lagu bukan karena membaca notasi. Di sinilah peran kantoria untuk memberi bimbingan kepada jemaat. Jemaat akan lebih mudah belajar dari kantoria karena suara kantoria adalah suara jemaat. 41 42 Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, 12. 43 Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, 197.

  i akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul

22.30 Wib

  Sering kali latihan yang kurang baik hasilnya kurang memadai. Oleh sebab itu setiap paduan suara yang akan bertugas sebagai kantoria perlu mempersiapkan dirinya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik juga. Kemudian pengertian prokantor kurang lebih sama dengan presenter. Dalam pengertian harafiahnya adalah mereka yang memulai. Dalam pengertin musik gereja, prokantor adalah dirigen umat. Artinya dirigen bertugas memandu umat bernyanyi dengan menggunakan kantoria dan pengiring alat musik sebagai sarana dalam

  44

  menjalankan tugasnya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dirigen adalah

  45 pemimpin orkes simfoni, korps musik, atau paduan suara.

  Paduan suara dan pemusik berperan penting dalam liturgi ibadah, masing- masing mempunyai tugas sendiri. Agar ibadah tertata dengan baik dan benar gereja membentuk komisi musik gereja. Mereka saling belajar dan mengisi sehingga musik menjadi lebih indah dan harmoni. Pemusik dan paduan suara bukan untuk membuktikan mereka hebat dalam memainkan alat musik dan dipertontonkan kepada jemaat, tetapi fungsi utama dari musik gereja adalah sebagai merespon kasih Allah dengan bernyanyi puji-pujian. Paduan suara juga sebaliknya di dalam ibadah bertugas untuk melayani. Itu berarti bahwa paduan suara tidak boleh menyanyi sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama dengan jemaat dengan berbagai cara yaitu menyokong nyanyian jemaat dan menyanyi bergiliran

  46 dengan jemaat.

  Engel dalam bukunya mengutip pendapat Hibbert dan Mike menjelaskan fungsi utama pemain musik menurut alkitabiah adalah memanggil orang untuk berkumpul dan melakukan penyembahan. Jika hal ini gagal dilakukan, maka tugas kedua sebagai pemain musik dibatasi. Jika kita memanggil dan mengumpulkan orang-orang untuk melakukan penyembahan yang dihadiri oleh Allah sendiri, maka mereka akan melihat hadirat Allah, takut akan dia, dan menjadi percaya 44 Soumokil Godlief, Penataan Nyanyian Ibadah (Materi Music Clinic GPIB Jemaat

  Taman Sari Salatiga, Salatiga, 21 Sepetember, 2017) 45 i akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul

22.30 Wib

46 Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 111.

  kepada-Nya. Begitu kita menyembah dan meninggikan Tuhan, orang-orang akan

  47 datang kepada-Nya.

3. HASIL PENELITIAN

  3.1 Profil Jemaat

  Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi adalah salah satu jemaat mandiri di wilayah musyawarah pelayanan (mupel) regio II Kalimantan Barat. ICHTHUS Tumbang Titi masuk dalam wilayah kabupaten Ketapang. Jarak tempuh dari Ketapang sekitar 58,5 km. Sebagian besar warga jemaat berasal dari etnis suku Dayak Pesaguan, disebut demikian karena mereka bertempat tinggal di sekitar Sungai Pesaguan. Selain warga asli, ada juga warga jemaat pendatang yang berasal dari NTT dan Manado, sebagian besar warga pendatang terkhususnya yang berasal dari NTT dan Manado berprofesi sebagai tenaga pengajar (guru) sejak tahun 70-an. Tingkat pendidikan warga jemaat masih rendah bagi warga asli yaitu suku Dayak, dan sebagian besar mata pencaharian mereka sebagai petani karet, jengkol, dan berkebun. Karena kondisi ekonomi yang sangat sulit dan tertekan hidup yang berat, sehingga banyak warga jemaat yang masih kurang peduli dengan kehidupan bergereja. Hal inilah yang menjadi pergumulan para pelayan Tuhan dalam melaksanakan tugas panggilan pengutusannya sebagai Presbiter GPIB, khususnya wilayah Pos-pos Pelkes.

  3.2 Sejarah Singkat Jemaat

  Sejarah terben tuknya Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi berawal dari hasil pekerjaan para tenaga penginjil yang berasal dari sekolah tinggi Batu Malang sekitar tahun 1970-an (pada waktu itu GPIB masih bekerjasama dengan lembaga tersebut). Jemaat yang pertama kali berdiri dari hasil penginjilan adalah jemaat Pengancing (Bajem

  “IMMANUEL” Pengancing). Bahkan Pegancing sebagai tempat berdiri sekolah Kristen pertama, namun kurang berkembang dan pada akhirnya dipindahkan ke wilayah Marau, dan sekarang menjadi sekolah Yapendik GPIB. Pada saat itu anggota jemaat belum memiliki gedung gereja. Sebab itu, 47 Engel, J. D, Liturgika, 52. jemaat beribadah hanya di rumah jemaat. Pada setiap minggu berpindah-pindah tempat sesuai jadwal yang diberikan. Walaupun baru mengenal agama Kristen, mereka tetap bersemangat dan bersukacita dalam persekutuan ibadah. Bahkan dalam memuji Tuhan para pendeta mengajarkan jemaat lagu-lagu kidung jemaat. Setelah jemaat menerima Kristen secara utuh dan juga perkembangan jemaat semakin luas.

  Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi merupakan didewasakan dan dilembagakan sebagai jemaat GPIB mandiri yang ke 272, yang dilembagakan oleh Majelis Sinode pada 03 September 2016. Sebelum dilembagakan jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi adalah bagian dari wilayah pelayanan (Pos Pelkes) Jemaat GPIB “EBENHEAZER” Ketapang. Bahkan sampai sekarang jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi memiliki 10 gedung gereja. Pembagian Sektor dan Pos Pelkes terbagi tiga sentra yang ada yaitu Tumbang Titi, Serengkah, Pengancing. Untuk masuk kemandirian Gereja, pada tanggal 4 April 2017 dengan keputusan sidang majelis jemaat (SMJ) status Pospel “Anugerah” Serengkah dan

  48 Pospel “IMANUEL” Pengancing berubah menjadi BAJEM.

3.3 Pemahaman Warga Jemaat Terhadap Musik Gereja

  Hasil penelitian ini tentang pemahaman jemaat terhadap musik dan penggunaan musik dalam ibadah. Ibadah merupakan bentuk pertemuan jemaat dengan Allah guna mengeskpresikan iman mereka dalam mendengarkan Firman Allah, dan merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka, oleh karena itu dalam ibadah juga terdapat nyanyian dan musik untuk memuji Tuhan, maka ibadah tidak terlepas dari musik.

  Menurut Ibu Yasek musik gereja adalah sarana untuk membantu jemaat menyembah dan memuji Tuhan dalam ibadah. Fungsi lain dari musik mampu membawa suasana yang menyenangkan. Peran musik dalam ibadah membuat lebih bersemangat mengikuti persekutuan ibadah dan menumbuhkan iman jemaat.

48 Data Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi

  49 Musik juga terbagi menjadi dua bagian yaitu nyanyian dan musik. Nyanyian dan

  musik dalam ibadah sangat penting sebagai sarana jemaat untuk menghantarkan puji-pujian kepada Tuhan, dan merupakan bentuk ekspresi jemaat, sehingga ibadah menjadi lebih hidup dan bersemangat mengikuti ibadah, hal ini yang

  50

  dijelaskan oleh narasumber yaitu Bapak Kemjun. Dari penjelasaan tersebut terdapat kata hidup yang merupakan kata kerja sehingga menyatakan suatu tindakan. Artinya penulis agar ibadah lebih hidup jemaat harus aktif dalam kegiatan ibadah.

  Menurut Bapak Ridwan, musik dalam ibadah sangat berperan penting agar lebih hidup. Penggunaan alat musik dalam ibadah dapat menentukan kapan harus memulai bernyanyi dan berhenti, juga membantu jemaat untuk menyanyikan lagu sesuai dengan nada not, dan ketukan yang sudah ditentukan dengan benar. Penggunaan alat musik dalam ibadah mengajak jemaat bersemangat dalam menyanyikan puji-pujian. Akan tetapi, musik dan nyanyian dalam ibadah juga memberi kesempatan kepada umat untuk merespon kasih Allah melalui pengalaman iman, sehingga umat mengekpresikan melalui puji-pujian untuk memuji dan memuliakan Tuhan, bahkan mampu membawa jemaat untuk bersemangat sehingga elemen dalam liturgi ibadah yakni musik dan nyanyian

  51 dapat menjadi hidup.

  

3.4 Kendala Musik Gereja dalam Ibadah Minggu di Jemaat GPIB

“ICHTHUS” Tumbang Titi

3.4.1 Musik Gereja di Jemaat Bajem “Anugerah”

  Menurut Pdt. Deina Wattimena nyanyian jemaat dalam setiap ibadah minggu menggunakan nyanyian Kidung Jemaat dan Gita Bakti, kebijakan ini

  49 Wawancara dengan Ibu Yasek adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 12.00 wib. 50 Wawancara dengan Bapak Ridwan adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 13.30 wib. 51 Wawancara dengan Bapak Ridwan adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 11.30 wib.

Dokumen yang terkait

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK SINGKONG (Studi Kasus Pada Perajin Keripik Singkong di Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis)

1 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow terhadap Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

0 1 49

Kata kunci : Usahatani, Kacang Tanah, RC PENDAHULUAN - ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN, DAN R/C USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L) (Suatu Kasus di Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Penerimaan Mahasiswa terhadap Tes Online dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM): Studi Kasus Universitas Kristen Satya Wacana

0 0 24

TINGKAT PERANAN DAN PENDAPATAN ANGGOTA KELOMPOK TANI PADI SAWAH (Oryza sativa L) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Pataripa di Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis)

0 1 5

Kata Kunci : Agroindustri, Tempe PENDAHULUAN - ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)

0 0 6

Keyword : Rentability, Employment, Agroindustry PENDAHULUAN - ANALISIS RENTABILITAS DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA AGROINDUSTRI KERIPIK SUKUN (Studi Kasus pada Perusahaan Keripik Sukun Karya Ayu di Desa Pusakanagara Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis)

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Belajar Siswa di BKTIK dalam Penerapan Kurikulum 2013

0 0 18

Kata Kunci : Dampak, GP-PPT, Padi, PTT, Ciamis PENDAHULUAN - DAMPAK GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Wanajaya di Des

0 0 9

Kata Kunci : Tahu, Agroindustri PENDAHULUAN - ANALISIS AGROINDUSTRI TAHU (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Agroindustri Tahu di Desa Hegarwangi Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya)

0 0 6