BAB II PROFIL INSTANSI 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam - Mekanisme Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

BAB II PROFIL INSTANSI

2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

  Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun dilevel kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan.

  Sebagai langkah pertama untuk memudahkan Wajib Pajak, kantor pajak dibatasi atas 3 (tiga) jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Struktur yang berbasis fungsi yang diterapkan pada KPP dengan sistem administrasi yang modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko unit vertikal Direktorat Jendral Pajak dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama.

  Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap Wajib Pajak pun dapat disesuaikan dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal. Pada tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan Juli Tahun 2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai Pilot Project. Karena program modernisasi yang ditetapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak ( KPPWP) Besar dianggap cukup berhasil maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap. Dimana sampai akhir tahun 2007,22 kanwil dan 202 KPP (3 KPPWP Besar, 28 KPP Madya, 171 KPP Pratama) telah berhasil dimodernisasi. Pada akhir tahun 2006, struktur organisasi KPP Direktorat Jenderal Pajak disempurnakan bersamaan dengan penerapan administrasi modern.

  Pada tahun 2008, seluruh kantor diluar Jawa dan Bali akan dimodernisasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh kantor pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara KPP Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lain dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat dikatakan pula KPP Pratama merupakan ujung tombak bagi Direktorat Jendral Pajak untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

  Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak yang berada di bawah ini dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor.

  KPP Pratama akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Selain itu KPP Pratama juga melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

  Pada KPP Pratama terdapat Account Representative (AR) yang memiliki tugas antara lain memantau keadaan Wajib Pajak dan penghubung Wajib Pajak untuk berkonsultasi. Keberadaan AR di setiap KPP Pratama merupakan bentuk peningkatan pelayanan Wajib Pajak. Dengan perubahan struktur organisasi baru, maka Wajib Pajak akan dilayani oleh AR yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin saling keterbukaan.

  Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dengan Kantor Pelayanan Pajak Besar. Terbentuknya KPP Pratama ini secara otomatis Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPBB) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka) tidak ada lagi. Langkah ini diambil sebagai bagian dan usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak untuk menemukan pelayanan yang lebih baik dan personal dalam pelaksanaa good governance.

  Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam didirikan pada tahun 2008 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 22 kecamatan. Sebelumnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan bagian wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak. Dengan berdirinya KPP Pratama Lubuk Pakam diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan bagi Wajib Pajak yang berdomisi atau berlokasi di Kabupaten Deli Serdang.

2.2Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama a. Visi

  Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

  b. Misi

  Menghimpun penerimaan Pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui sistem administrasi perpajakan yang efisien dan efektif.

  c. Visi dan Penjelasannya

  Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak, visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah “Menjadi Model Pelayanan yang Dipercaya dan Dibanggakan

  Masyarakat”.

  Visi tersebut merefleksikan cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk menjadi Public Service yang berstandar tinggi baik dan sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga eksistensi dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki citra baik dan bersih.

  d. Misi dan Penjelasannnya

  Misi Direktorat Jendral Pajak menjadi 4 (empat) aspek, yaitu :

  1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

  2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

3. Misi Politik, yaitu mendukung proses demokratis bangsa.

  4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan yang mutakhir.

  Misi tersebut sebagai salah satu pernyataan tujuan keberadaan (eksistensi). Tugas, fungsi, peran, dan tanggung jawab Direktorat Jendral Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang dan peraturan serta kebijakan pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategis organisasi diberbagai bidang.

2.3 Kebijakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

  Demi tercapainya tujan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Lubuk Pakam telah mengambil langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman, petunjuk, atau pegangan bagi setiap usaha kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan.

  2. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak.

  3. Terciptanya masyarakat sadar dan peduli pajak.

  2.4 Tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

  Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Pajak Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Permohonan Hak atas Tanah dan Bangunan(BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  2.5 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

  Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi : 1)

  Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. 2)

  Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajaka, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

  3) Penyuluhan perpajakan. 4) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 5) Pelaksanaan pemeriksaan pajak. 6) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 7) Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

  8) Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi. 9) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

2.6 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

2.6.1 Struktur Organisasi

  Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan antara bagian yang satu dengan yang lain bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Berikut ini pada gambar 2.1 merupakan gambaran struktur orbanisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

Gambar 2.1 STRUKTUR ORGANISASI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM KEPALA KANWIL DJP SUMUT KEPALA KPP PRATAMA LUBUK PAKAM

  K.a K.a Seksi K.a K.a Seksi K.a Seksi K.a Seksi Seksi

  Sub Pengolahan Penagihan Ekstensifika Pemeriksaan Pelayan

  Bagian Data dan si dan Kepatuhan Umum Informasi Perpajakan Internal

  K.a Seksi K.a Seksi K.a Seksi K.a Seksi

  K.a Seksi Fungsional Pengawasan Pengawasan

  Pengawasan& Pengawasan & & Konsultasi

  Konsultasi III & Konsultasi Konsultasi I

  II IV

  Kepala Seksi Pengawasan & Konsultasi III

  Account Account Account Account Pelaksana

  Representative 1 Representative 3 Representative 5 Representative 7 Account

  Account Account Account

  Representative 2 Representative 4 Representative 6

  Representative 8

  Sumber : Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

2.6.2 DeskripTugas

  Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

  a)Sub Bagian Umum

  Sub bagian umum terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu: 1)

  Tata Usaha dan Kepegawaia Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawain dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas kantor itu sendiri.

  2) Keuangan

  Tugasnya adalah menyususn anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian para pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam. 3)

  Bagian Rumah Tangga Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan KPP Pratama Lubuk Pakam agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b) Seksi Pengolahan Data Dan Informasi

  Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang bernama Parlagutan Simatupang. Adapun tugas dari seksi adalah mengkordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pelayanan teknis Komputer, Pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Informasi Objek Pajak (SESMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), serta penyajian laporan kinerja.

  c)Seksi Pelayanan

  Seksi pelayanan mempunyai fungsi atau tugas melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

  d)Seksi Penagihan

  Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran, tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

  e)Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

  Seksi pemeriksaan dan kepatuhan internal mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

  f) Seksi Ekstensifikasi

  Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan Wajib Pajak baru, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek-objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

  g) Seksi Pengawasan Dan Konsultasi I, II, III, IV Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari 4(empat) kelompok bagian.

  Seksi ini masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan dan himbauan kepada Wajib Pajak serta sebagai tempat konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding.

  h) Kelompok Jabatan Fungsional

  Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Supervisor, Ketua Tim, dan Anggota Tim. Kantor Pelayan Pajak Pratama mempunyai 2 (dua) kelompok fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.

  Setiap kelompok tersebut dikordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah. Atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan. Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

2.7 Kinerja Terkini

  Bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP), institusi yang bertanggung jawab dalam menopang pembiayaan kehidupan bernegara, “Perubahan” merupakan keniscayaan mengingat perkembangan masyarakat dan dunia usaha yang sangat dinamis dan semakin komplek. Sampai saat ini ada dua perubahan yang cukup fenomenal di DJP, yaitu perubahan sistem pemungutan pajak dari “Official

  

Assessment” menjadi “Self Assessment” yang dilakukan pada tahun 1983 dan

  modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada tahun 2002 (dimulai dengan pembentukan Kanwil dan KPP Wajib Pajak (WP) Besar). Kedua perubahan tersebut telah berhasil mengubah pola pikir dan perilaku para stakeholders terlebih pola pikir dan perilaku aparat perpajakan.

  Sistem pemungutan pajak “Self Assessment” memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Perubahan ini telah berhasil mengubah aparat perpajakan yang sebelumnya “powerful” karena kewenangan penetapan besarnya pajak terutang berdasarkan penilaian secara langsung menjadi aparat perpajakan yang “akuntabel” dalam berinteraksi dengan Wajib Pajak. Awalnya cukup efektif untuk meredam perilaku-perilaku kolusi dan koruptif. Namun, seiring perjalanan waktu, akibat tidak efektifnya sistem pengendalian internal pada DJP ditambah dengan organisasi yang cukup toleran dengan perilaku- perilaku kolusi koruptif, maka budaya organisasi yang berkembang saat ini lebih cenderung ke arah budaya materialistis dan berdampak pada kurang baiknya citra DJP baik di mata masyarakat Indonesia maupun di dunia internasional. Dengan demikian banyak pegawai DJP sendiri yang merasa malu mengaku bekerja di DJP. Momentum krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, yang membawa angin perubahan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan transparan, dimanfaatkan dengan baik oleh para pemimpin DJP untuk menyusun suatu agenda reformasi di DJP yang bertujuan untuk membawa DJP menjadi suatu institusi yang akuntabel, dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Agenda reformasi ini kemudian lebih dikenal dengan nama “ Modernisasi Administrasi Perpajakan”.

  Secara umum, modernisasi perpajakan menyentuh 3 (tiga) hal utama, yaitu restrukturisasi organisasi, pengembangan proses bisnis yang berbasis Teknologi Informasi, dan penyelengaraan praktek “Good Governance” yang didukung oleh Manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi.

  Konsep restrukturisasi organisasi bertujuan untuk mengatasi permsalahan organisasi pada level operasional (unit vertikal) seperti adanya redundansi duplikasi pengawasan dan pemeriksaan, tidak adanya pelayanan satu atap, struktur belum mendukung sepenuhnya praktek “Good Governance”, standar pelayanan yang belum proper memadai, dan sebagainya. Konsep ini meliputi hal- hal sebagai berikut:

  1. Struktur organisasi KPP berdasarkan segmentasi Wajib Pajak Besar, Menengah, dan Kecil.

  2. Struktur organisasi yang berbasiskan fungsi administrasi perpajakan.

  3. Penggabungan KPP, Karipka, dan KPPBB.

  4. Penerapan konsep Account Representative.

  5. Pemindahan fungsi keberatan ke Kanwil.

  6. Pembentukan Unit Transformasi dan Kepatuhan Internal.

  Pengembangan proses bisnis yang berbasis teknologi informasi ditandai dengan penerapan sistem “workflow” dan “case management” dalam Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP). Dengan adanya kedua sistem tersebut, proses bisnis administrasi perpajakan menjadi semakin akuntabel karena penentu mulai dan berakhirnya suatu kasus di generate oleh sistem sehingga tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Dalam sistem tersebut juga dapat diketahui tahapan proses secara transparan, seingga apabila terjadi keterlambatan, sistem dengan mudah mendeteksi pihak-pihak yang bertanggungjawab.

Dokumen yang terkait

Uji Jarak Ulir Pada Alat Pengempa Minyak Kemiri (Oil Press) Tipe Ulir

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengujian Mesin Pendingin Ruangan Dengan Menggunakan Energi Surya Dan Campuran Air, Garam, Dan Es Sebagai Media Pendingin

0 0 22

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan - Perencanaan Jadwal Distribusi Dengan Menggunakan Metode Distribution Resources Planning (Drp) Pada Pt. Mewah Indah Jaya

0 3 18

Perencanaan Jadwal Distribusi Dengan Menggunakan Metode Distribution Resources Planning (Drp) Pada Pt. Mewah Indah Jaya

0 1 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sungai - Kepadatan Dan Pola Pertumbuhan Ikan Jurung (Tor Spp.) Di Perairan Sungai Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur - Prosedur Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan Pajak

0 0 15

BAB I - Prosedur Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 1 21

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Definisi Ritel - Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Gerai Alfamidi Jalan Setia Budi 1 Medan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Gerai Alfamidi Jalan Setia Budi 1 Medan

0 0 11

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Mopoli Raya - Analisis Rasio Keuangan Pada PT. Mopoli Raya Medan

0 4 15