Diagnosis Askariasis Ekstra Intestinal.
ABSTRAK
DIAGNOSIS ASKARIASIS EKSTRA INTESTINAL
Irdian Novita, 2005, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr, M .Kes
Pembimbing II: Susy Tjahjani, dr, M.Kes
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai angka prevalensi infeksi
cacing Ascaris lumbricoides yang tinggi. Di Asia Tenggara Askariasis ekstra
intestinal dipercaya mempunyai angka yang tinggi. Askariasis ekstra intestinal dapat
mengenai organ paru-pam, hepar, empedu, dan otak dan mungkin menyebabkan
penyakit yang fatal. Diagnosis askariasis ekstra intestinal sulit dilakukan karena gejala
yang timbul mempunyai kemiripan dengan penyakit lain yang mengenai organ-organ
tersebut. Tujuan penulisan Karya Tulis Umiah ini adalah untuk mengetahui penyebab
askariasis ekstra intestinal sehingga terjadinya askariasis ekstra intestinal dapat
dihindari dan dengan mengetahui metoda diagnosis askariasis ekstra intestinal pada
masing-masing organ yang terkena, penyakit ini dapat didiagnosis lebih dini.
Pada Karya Tulis Ilmiah ini diuraikan penyebab askariasis ekstra intestinal dan
metoda yang digunakan untuk mendiagnosis askariasis ekstra intestinal pada organ
paru-pam, hepar, empedu, dan otak yang disertai dengan keuntungan dan
kerugiannya.
Penyebab askariasis ekstra intestinal yaitu adanya migrasi larva atau cacing
dewasa yang disebabkan faktor rangsangan dari asam lambung, demam, obat-obat
anestesi umum atau obat anti helmintik. Metoda yang dipergunakan untuk
mendiagnosis askariasis ekstra intestinal pOOamasing-masing organ yang terkena
dapat di jelaskan pada Karya Tulis Umiah ini dan dapat dipilih berdasarkan
keuntungan maupun kerugiannya.
tV
ABSTRACT
DIAGNOSIS
EXTRA INTESTINAL
ASCARIASIS
Irdian Novita, 2005, Counsellor I : Meilinah Hidayat, dr, M .Kes
Counsellor II : Susy Tjahyani, dr, M.Kes
Indonesia is one of the countries
which has high prevalence of Ascaris
lumbricoides infection. Incidence of extra Intestinal ascariasis in South East Asia is
also believed to be high. Extra intestinal ascariasis can spread to many organs like
lungs, liver, biliary tract, and brain and it can cause a fatal disease. Diagnosis of
extra intestinal ascariasis is rather difficult, because the symptoms are similar to
other diseases which related to each organ.v symptoms. The aim of this paper is to
know the caused of extra intestinal ascariasis, to prevent the complication and to
know the diagnosis methods in each organs.
This paper describes what is the cause of extra intestinal ascariasis and
some diagnosis method~ that is used to detect extra intestinal ascariasis in the
lungs, liver, biliary tract and brain with advantage and disadvantage of each
methods.
The cause of extra intestinal ascariasis is migration of larvae or adult worm.
They can be activated by gastric acid, fever, anesthetic medicine, or anti helmintic
medicine. The methods that used to detect extra intestinal ascariasis in each organs
will be describes in this paper and we can choose the method by considering each
advantage and disadvantage.
v
DAFfARISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ~
ii
LEMBAR PERNY ATAAN
iii
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
v
vi
PRAKA TA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
...2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
2
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
2
BAB II. TINJAUAN PUST AKA
2.1. ASKARIASIS EKSTRA INTESTINAL
3
2.1.1. SEJARAH
3
2.1.2. ETIOLOGI
4
2.1.3. SIKLUS HIDUP
6
2.1.4. EPIDEMIOLOGI
8
2.1.5. PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS
9
2.2 DIAGNOSIS ASKARJASIS EKSTRA INTESTINAL
..10
2.2.1
ASKARIASIS PADA PARD-PARU
10
2.2.2
ASKARIASIS PADA HEPAR
16
2.2.3
ASKARIASIS PADA EMPEDU
.21
2.2.4
ASKARJASIS PADA OTAK
.26
2.3 PENCEGAHAN
.30
VIl
BAB III. PEMBAHASAN
.31
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
38
DAFTAR PUSTAKA
...41
RIWAYAT HIDUP
..44
V111
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. Siklus hidup Ascaris /umbricoides
.. . . .. .. . . .. .. . .. . ... . . ... ...7
GAMBAR 2.2 Perjalanan larva Ascaris /umbricoides
10
GAMBAR 2.3. Foto Rontgen Penderita Askariasis pada pam
12
GAMBAR 2.4. CT Scan Penderita Askariasis pada pam
13
GAMBAR 2.5. Biopsi Transbronkhial
..14
GAMBAR 2.6. Lokasi pengambilan jaringan pam pada Open Lung biopsy.. . .. .. ...15
GAMBAR 2.7. Larva Ascaris /umbricoides didalam jaringan pam
GAMBAR 2.8. USG hepar
.15
...18
GAMBAR 2.9. CT scan hepar
19
GAMBAR 2.10. MRI pada hepar
..19
GAMBAR 2.11. Histopatologi jaringan hepar
.20
GAMBAR 2.12. Larva dalamjaringan hepar
..20
GAMBAR 2.13 USG pada saluran empedu
..23
GAMBAR 2.14 USG pada saluran empedu
24
GAMBAR 2.15 USG pada empedu
.24
GAMBAR 2.16 Endoskopik pada pasien dengan askariasis empedu
.25
GAMBAR 2.17 CT SCAN empedu
..26
GAMBAR 2.18 CT SCAN pada otak
29
IX
DAFTAR TABEL
TABEL 1.
Keuntungan dan kerugian diagnosis askariasis ekstra intestinal pada
masing-masing organ
.36
x
BABI
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Askariasis ekstra intestinal merupakan infeksi yang disebabkan Ascaris
lumbricoides yang bermigrasi ke organ ekstra intestinal. Ascaris lumbricoides dapat
hidup pada usus manusia clan merupakan cacing yang ditularkan melalui tanah. Jenis
cacing ini merupakan penyebab terbanyak kasus infeksi cacing di dunia. Ascaris
lumbricoides baik larva maupun cacing dewasa yang berada di usus manusia dapat
bermigrasi ke organ-organ ekstra intestinal seperti pam-pam, empedu, pankreas,
hepar clan otak, yang kemudian menyebabkan keadaan yang fatal seperti LoejJler's
syndrom, kolelithiasis,
abses hepar clan abses otak. Beberapa kasus tersebut
menyebabkan kematian.
Di dunia insidensi terjadinya askariasis ekstra intestinal untuk organ paru-pam
(LoejJler's Syndrome) adalah 18-21%, hepar 10%, empedu 10% clan otak 1% dari
kasus askariasis intra intestinal (Haritos, 2002). Di Asia Tenggara dan negara
berkembang lainnya dipercaya terdapat kasus ekstra intestinal yang tinggi namun
angka yang pasti belum diketahui (Wieland, Werth,1999).
Banyak askariasis ekstra intestinal tidak terdiagnosis, dimana gejala yang
diderita pasien berhubungan dengan penyakit lainnya. Misalnya askariasis pada
empedu dengan gejala kolik pada daerah perut kanan atas, sering dihubungkan
dengan cholelithiasis yang disebabkan oleh batu. Disamping itu diagnosis yang sulit
disebabkan karena migrasi dari larva maupun cacing dewasa. Agar migrasi larva
maupun cacing dewasa tersebut tidak berakibat fatal, maka harus dicegah atau
dilakukan diagnosis sedini mungkin clanmenggunakan metoda yang paling tepat.
2
1.2
IDENTIFIKASI
MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah-masalah
sebagai berikut:
I. Apakah yang menyebabkan terjadinya askariasis ekstra intestinal?
2. Metoda apakah yang dipergunakan untuk mendiagnosis askariasis ekstra
intestinal pada masing masing organ
1.3
MAKSUD DAN TUJUAN
A. Maksud
1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya askariasis
ekstra intestinal
2. Untuk mengetahui metoda apa saja yang dapat dipergunakan
untuk diagnosis askariasis ekstra intestinal pada masingmasing organ.
B. Tujuan
1. Dengan mengetahui apa yang menyebabkan askariasis ekstra
intestinal, maka kita dapat menghindari terjadinya askariasis
ekstra intestinal
2. Dengan mengetahui metode yang dipergunakan, kita dapat
mendiagnosis askariasis ekstra intestinal pada masing-masing
organ.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Dengan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya askariasis ekstra
intestinal maka kita dapat mencegah clanmenghindari masalah migrasi cacing dewasa
dan larva Ascaris /umbricoides yang dapat menyebabkan komplikasi yang fatal. Dan
dengan mengetahui metoda yang ada maka kita dapat mendiagnosis askariasis ekstra
intestinal dengan tepat.
38
BAD IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Penyebab Askariasis ekstra intestinal yaitu karena migrasi larva maupun
cacing dewasa ke organ-organ di luar intestinal, dimana larva bersifat aktif
dan menembus usus disebabkan rangsangan asam lambung. Migrasi cacing
dewasa ke organ lainnya disebabkan adanya rangsangan demam, obat-obat
anti helmintik dan obat yang digunakan pada anestesi umum.
2. Metode pemeriksaan yang dipergunakan untuk mendiagnosis askariasis pada
masing masing organ yaitu:
A. Askariasis pada Paru-paru
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan Darah
4. Pemeriksaan Sputum
5. Foto Rontgen
6. CT Scan
7. Biopsi Transbronchial
8. Biopsi Pam Terbuka
9. Bronchoalveolar Lavage (BAL)
39
B. Askariasis pada hepar
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan Darah
4. USG
5. CT Scan
6. MRI
7. Histopatologi
c. Askariasis pada empedu
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan darah
4. USG
5. ERCP
6. CT scan
7. MRI
D. Ascariasis pad a otak
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan darah
4. CTScan
5. MRI dengan DTPA
6. Pemeriksaan Histologi
40
1. Askariasis ekstra intestinal sebaiknya didiagnosis secara dini agar tidak
menyebabkan komplikasi yang lebih bemt bahkan kematian.
2. Perlunya kewaspadaan pada penggunaan obat anestesi umum dan obat anti
helmintik pada seseorang yang sesudah didiagnosis askariasis intra intestinal.
3. Pencegahan awal yang lebih baik yaitu menghindari adanya infeksi askariasis
intra intestinal dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat
untuk hidup bersih dan lingkungan yang bersih melalui penyuluhan.
41
DAFT AR PUST AKA
.
Brown H.W. 1983. Dasar Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. P.T
Gramedia. Jakarta. Hal 211-212
.
CDC's Parasite and Health, 2000.Life cycle of Ascaris lumbricoides.
w\\'w.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Ascariasis.htm.21 Agustus 2004
.
Ersoz Galip et al. 2001.
Department of Gastroenterology
Ege
University, School of Medicine. Obstructive Jaundice and Acute
Pancreatitis due to Biliary Ascariasis. \V\~w.turkgastro.org. 5
Agustus 2004
.
Escudero
M.
2003.
\\'ww.med.uva.cs
.
Additional
Complementary
Analytic
Test.
21 Agustus 2004
Garcia L.S., Bruckner D.A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran.
EGC. Jakarta. Hal 187-191, 139-143
.
Gary
E.
Kaiser.
1999.
Life Cycle
yvww. bioI/230/'abmanual/l
of Ascaris
lumbricoides.
ifecvc'eof Ascaris' um bricoidc~
5
Agustus 2004
.
Haburchak D.R. 2002. Medical College of Goergia. Ascariasis.
\\'w\v.emedicig~.com/ascariasis
.
. 21 JJlIli 2004
Donald A.P, Nilanti De Silva. 1998. Intestinal Nematodes that Migrate
Through Lungs (Ascariasis) In Harrison, Internal Medicine. 14th
ed. New York: Mc Graw Hill. . Hal. 726-729.
.
Huff et al. 1984. Case 4: The First Fatal Baylisascaris
infection
III
humans: an infant with eosinofilic meningoencephalitis. Pediatric
Pathology. Hal. 345-342
.
Khuroo M.S. 1990. Hepatobiliary and Pancreatic Ascariasis in India.
Lancet. 335: 1503- 1506
42
.
Khuroo M. S. 1992. Ascaris-induced Acute Pancreatitis. Surgery
Journal. 79:1335-1338
.
Konstantinos H. 2002. Hatzikosta General Hospital, Ioannina, Greece.
by
cause
Pneumonia
~\yw.findaJ:tjcl~~~:on1in/articles/l1lj
Ascariasis.
mobso/is
12 I 3/ai 961347}
2.21 Juni 2004
.
Manson. 1996. Manson's Tropical Diseases. 20 th Edition. W.B.
Saunders. England. Hal 1376-1378
.
Misra S. P. 1999. Department Gastroenterology, MLN Medical College,
Allahabad, India. Clinical Features and Management of Biliary
Ascariasis
III
Non
Endemic
Area.
l",w~-&l1li.bmiioumal.conllcgi/contentlfldU/76/891 /29.
26
September 2004
.
Miyazaki I. 1991. An Illustrated Book of Helmintic Zoonoses. Shukosa
Printing. Tokyo. Hal 299-300, 302 -304
.
Natadisastra D. 1999. Bunga Rampai Helmintologi Kedokteran. Edisi
ketiga. FK UNP AD. Bandung. Hal 39 - 40
.
Pilankar K.S. 2003. Departement of Pathology, Nair Carithable
Hospital.
T. N. Medical College, India. Hepatolithiasis with
Biliary Ascariasis. vvw~y:biomedcentraL~pm/1471 230x/3/35. 26
September 2004
.
Rasmaliah,
drh.,
M.Kes.
2001.
Askariasis
dan
Upaya
Penangglangannya. Universitas Sumatera Utara. Perpusatakaan
digital online USU. \\'\\'W.li1:2rary.usu.ac.id. 26 Desember 2004.
.
Sandouk et al. 1997. Pancreatic-biliary Ascariasis: Experience 300
cases. American Journal Gastroenterology. ww\v.aig.net . 26
September 2004
43
.
Santoso H. 1997. The Influence of Ascaris Infestation on the Prevalence
of Astma in Balinese Children. 5th West Pasific Allergy
Symposium. www.ipajournfiLC;Q . 3 Desember 2004.
.
Schistome Research group. Cambridge University.
lumbricoides.
.
1998. Ascaris
ww\v,Qath-,-~QT11.(iC,uk
. 26 September 2004
Srisasi Gandahusada., H. Herry D. llahude., Wita Pribadi. 2000.
Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. FK - UI. Jakarta. Hal 8-11
.
Suri, A. 2002. India Journal Radiology Image. Hepatobiliary Ascariasis.
~Vw20jli.om. 17 September 2004Talmaciu I. 2002. University of
Miami
School
of
Medicine.
www.em~9icinc.com/ped/topic1322.htm.
.
Loft1er's
Syndrome.
21 Juni 2004
Tatter S.B, Hopkins.1997. Departement Neurosurgery, Bowman Gray
School of Medicine, Wale Forest University, Winston, North
Carolina, USA. Cerebral Manifestasion of Ascaris lumbricoides.
\vw\v.mitpressJ!1it.edu. 17 September 2004
.
Tawfiq F.A. 2003. Departement of Accident and Emergency and
Radiology, Hamad Medical Corporation, Doha, Qatar. Biliary
Ascariasis. www.hmc.org.@. 26 September 2004
.
Wieland, Werth.1999.
Switzerland Med Wochenschr.
in mountain. www.smw
.
Ascariasis biliary
ch oeil. 26 September 2004
Xiao Long Ji. 2000. Departement of Pathology, general Hospital of
Chinese PLA, Beijing, China. Liver Inflamatory Pseudotumor of
Parasitic Granuloma. www.wjgnct.com.26 September 2004
.
Yamaguchi T. 1992. Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. EGC. Jakarta.
Hal 78, 80
DIAGNOSIS ASKARIASIS EKSTRA INTESTINAL
Irdian Novita, 2005, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr, M .Kes
Pembimbing II: Susy Tjahjani, dr, M.Kes
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai angka prevalensi infeksi
cacing Ascaris lumbricoides yang tinggi. Di Asia Tenggara Askariasis ekstra
intestinal dipercaya mempunyai angka yang tinggi. Askariasis ekstra intestinal dapat
mengenai organ paru-pam, hepar, empedu, dan otak dan mungkin menyebabkan
penyakit yang fatal. Diagnosis askariasis ekstra intestinal sulit dilakukan karena gejala
yang timbul mempunyai kemiripan dengan penyakit lain yang mengenai organ-organ
tersebut. Tujuan penulisan Karya Tulis Umiah ini adalah untuk mengetahui penyebab
askariasis ekstra intestinal sehingga terjadinya askariasis ekstra intestinal dapat
dihindari dan dengan mengetahui metoda diagnosis askariasis ekstra intestinal pada
masing-masing organ yang terkena, penyakit ini dapat didiagnosis lebih dini.
Pada Karya Tulis Ilmiah ini diuraikan penyebab askariasis ekstra intestinal dan
metoda yang digunakan untuk mendiagnosis askariasis ekstra intestinal pada organ
paru-pam, hepar, empedu, dan otak yang disertai dengan keuntungan dan
kerugiannya.
Penyebab askariasis ekstra intestinal yaitu adanya migrasi larva atau cacing
dewasa yang disebabkan faktor rangsangan dari asam lambung, demam, obat-obat
anestesi umum atau obat anti helmintik. Metoda yang dipergunakan untuk
mendiagnosis askariasis ekstra intestinal pOOamasing-masing organ yang terkena
dapat di jelaskan pada Karya Tulis Umiah ini dan dapat dipilih berdasarkan
keuntungan maupun kerugiannya.
tV
ABSTRACT
DIAGNOSIS
EXTRA INTESTINAL
ASCARIASIS
Irdian Novita, 2005, Counsellor I : Meilinah Hidayat, dr, M .Kes
Counsellor II : Susy Tjahyani, dr, M.Kes
Indonesia is one of the countries
which has high prevalence of Ascaris
lumbricoides infection. Incidence of extra Intestinal ascariasis in South East Asia is
also believed to be high. Extra intestinal ascariasis can spread to many organs like
lungs, liver, biliary tract, and brain and it can cause a fatal disease. Diagnosis of
extra intestinal ascariasis is rather difficult, because the symptoms are similar to
other diseases which related to each organ.v symptoms. The aim of this paper is to
know the caused of extra intestinal ascariasis, to prevent the complication and to
know the diagnosis methods in each organs.
This paper describes what is the cause of extra intestinal ascariasis and
some diagnosis method~ that is used to detect extra intestinal ascariasis in the
lungs, liver, biliary tract and brain with advantage and disadvantage of each
methods.
The cause of extra intestinal ascariasis is migration of larvae or adult worm.
They can be activated by gastric acid, fever, anesthetic medicine, or anti helmintic
medicine. The methods that used to detect extra intestinal ascariasis in each organs
will be describes in this paper and we can choose the method by considering each
advantage and disadvantage.
v
DAFfARISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ~
ii
LEMBAR PERNY ATAAN
iii
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
v
vi
PRAKA TA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
...2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
2
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
2
BAB II. TINJAUAN PUST AKA
2.1. ASKARIASIS EKSTRA INTESTINAL
3
2.1.1. SEJARAH
3
2.1.2. ETIOLOGI
4
2.1.3. SIKLUS HIDUP
6
2.1.4. EPIDEMIOLOGI
8
2.1.5. PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS
9
2.2 DIAGNOSIS ASKARJASIS EKSTRA INTESTINAL
..10
2.2.1
ASKARIASIS PADA PARD-PARU
10
2.2.2
ASKARIASIS PADA HEPAR
16
2.2.3
ASKARIASIS PADA EMPEDU
.21
2.2.4
ASKARJASIS PADA OTAK
.26
2.3 PENCEGAHAN
.30
VIl
BAB III. PEMBAHASAN
.31
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
38
DAFTAR PUSTAKA
...41
RIWAYAT HIDUP
..44
V111
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. Siklus hidup Ascaris /umbricoides
.. . . .. .. . . .. .. . .. . ... . . ... ...7
GAMBAR 2.2 Perjalanan larva Ascaris /umbricoides
10
GAMBAR 2.3. Foto Rontgen Penderita Askariasis pada pam
12
GAMBAR 2.4. CT Scan Penderita Askariasis pada pam
13
GAMBAR 2.5. Biopsi Transbronkhial
..14
GAMBAR 2.6. Lokasi pengambilan jaringan pam pada Open Lung biopsy.. . .. .. ...15
GAMBAR 2.7. Larva Ascaris /umbricoides didalam jaringan pam
GAMBAR 2.8. USG hepar
.15
...18
GAMBAR 2.9. CT scan hepar
19
GAMBAR 2.10. MRI pada hepar
..19
GAMBAR 2.11. Histopatologi jaringan hepar
.20
GAMBAR 2.12. Larva dalamjaringan hepar
..20
GAMBAR 2.13 USG pada saluran empedu
..23
GAMBAR 2.14 USG pada saluran empedu
24
GAMBAR 2.15 USG pada empedu
.24
GAMBAR 2.16 Endoskopik pada pasien dengan askariasis empedu
.25
GAMBAR 2.17 CT SCAN empedu
..26
GAMBAR 2.18 CT SCAN pada otak
29
IX
DAFTAR TABEL
TABEL 1.
Keuntungan dan kerugian diagnosis askariasis ekstra intestinal pada
masing-masing organ
.36
x
BABI
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Askariasis ekstra intestinal merupakan infeksi yang disebabkan Ascaris
lumbricoides yang bermigrasi ke organ ekstra intestinal. Ascaris lumbricoides dapat
hidup pada usus manusia clan merupakan cacing yang ditularkan melalui tanah. Jenis
cacing ini merupakan penyebab terbanyak kasus infeksi cacing di dunia. Ascaris
lumbricoides baik larva maupun cacing dewasa yang berada di usus manusia dapat
bermigrasi ke organ-organ ekstra intestinal seperti pam-pam, empedu, pankreas,
hepar clan otak, yang kemudian menyebabkan keadaan yang fatal seperti LoejJler's
syndrom, kolelithiasis,
abses hepar clan abses otak. Beberapa kasus tersebut
menyebabkan kematian.
Di dunia insidensi terjadinya askariasis ekstra intestinal untuk organ paru-pam
(LoejJler's Syndrome) adalah 18-21%, hepar 10%, empedu 10% clan otak 1% dari
kasus askariasis intra intestinal (Haritos, 2002). Di Asia Tenggara dan negara
berkembang lainnya dipercaya terdapat kasus ekstra intestinal yang tinggi namun
angka yang pasti belum diketahui (Wieland, Werth,1999).
Banyak askariasis ekstra intestinal tidak terdiagnosis, dimana gejala yang
diderita pasien berhubungan dengan penyakit lainnya. Misalnya askariasis pada
empedu dengan gejala kolik pada daerah perut kanan atas, sering dihubungkan
dengan cholelithiasis yang disebabkan oleh batu. Disamping itu diagnosis yang sulit
disebabkan karena migrasi dari larva maupun cacing dewasa. Agar migrasi larva
maupun cacing dewasa tersebut tidak berakibat fatal, maka harus dicegah atau
dilakukan diagnosis sedini mungkin clanmenggunakan metoda yang paling tepat.
2
1.2
IDENTIFIKASI
MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah-masalah
sebagai berikut:
I. Apakah yang menyebabkan terjadinya askariasis ekstra intestinal?
2. Metoda apakah yang dipergunakan untuk mendiagnosis askariasis ekstra
intestinal pada masing masing organ
1.3
MAKSUD DAN TUJUAN
A. Maksud
1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya askariasis
ekstra intestinal
2. Untuk mengetahui metoda apa saja yang dapat dipergunakan
untuk diagnosis askariasis ekstra intestinal pada masingmasing organ.
B. Tujuan
1. Dengan mengetahui apa yang menyebabkan askariasis ekstra
intestinal, maka kita dapat menghindari terjadinya askariasis
ekstra intestinal
2. Dengan mengetahui metode yang dipergunakan, kita dapat
mendiagnosis askariasis ekstra intestinal pada masing-masing
organ.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Dengan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya askariasis ekstra
intestinal maka kita dapat mencegah clanmenghindari masalah migrasi cacing dewasa
dan larva Ascaris /umbricoides yang dapat menyebabkan komplikasi yang fatal. Dan
dengan mengetahui metoda yang ada maka kita dapat mendiagnosis askariasis ekstra
intestinal dengan tepat.
38
BAD IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Penyebab Askariasis ekstra intestinal yaitu karena migrasi larva maupun
cacing dewasa ke organ-organ di luar intestinal, dimana larva bersifat aktif
dan menembus usus disebabkan rangsangan asam lambung. Migrasi cacing
dewasa ke organ lainnya disebabkan adanya rangsangan demam, obat-obat
anti helmintik dan obat yang digunakan pada anestesi umum.
2. Metode pemeriksaan yang dipergunakan untuk mendiagnosis askariasis pada
masing masing organ yaitu:
A. Askariasis pada Paru-paru
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan Darah
4. Pemeriksaan Sputum
5. Foto Rontgen
6. CT Scan
7. Biopsi Transbronchial
8. Biopsi Pam Terbuka
9. Bronchoalveolar Lavage (BAL)
39
B. Askariasis pada hepar
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan Darah
4. USG
5. CT Scan
6. MRI
7. Histopatologi
c. Askariasis pada empedu
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan darah
4. USG
5. ERCP
6. CT scan
7. MRI
D. Ascariasis pad a otak
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Tinja
3. Pemeriksaan darah
4. CTScan
5. MRI dengan DTPA
6. Pemeriksaan Histologi
40
1. Askariasis ekstra intestinal sebaiknya didiagnosis secara dini agar tidak
menyebabkan komplikasi yang lebih bemt bahkan kematian.
2. Perlunya kewaspadaan pada penggunaan obat anestesi umum dan obat anti
helmintik pada seseorang yang sesudah didiagnosis askariasis intra intestinal.
3. Pencegahan awal yang lebih baik yaitu menghindari adanya infeksi askariasis
intra intestinal dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat
untuk hidup bersih dan lingkungan yang bersih melalui penyuluhan.
41
DAFT AR PUST AKA
.
Brown H.W. 1983. Dasar Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. P.T
Gramedia. Jakarta. Hal 211-212
.
CDC's Parasite and Health, 2000.Life cycle of Ascaris lumbricoides.
w\\'w.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Ascariasis.htm.21 Agustus 2004
.
Ersoz Galip et al. 2001.
Department of Gastroenterology
Ege
University, School of Medicine. Obstructive Jaundice and Acute
Pancreatitis due to Biliary Ascariasis. \V\~w.turkgastro.org. 5
Agustus 2004
.
Escudero
M.
2003.
\\'ww.med.uva.cs
.
Additional
Complementary
Analytic
Test.
21 Agustus 2004
Garcia L.S., Bruckner D.A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran.
EGC. Jakarta. Hal 187-191, 139-143
.
Gary
E.
Kaiser.
1999.
Life Cycle
yvww. bioI/230/'abmanual/l
of Ascaris
lumbricoides.
ifecvc'eof Ascaris' um bricoidc~
5
Agustus 2004
.
Haburchak D.R. 2002. Medical College of Goergia. Ascariasis.
\\'w\v.emedicig~.com/ascariasis
.
. 21 JJlIli 2004
Donald A.P, Nilanti De Silva. 1998. Intestinal Nematodes that Migrate
Through Lungs (Ascariasis) In Harrison, Internal Medicine. 14th
ed. New York: Mc Graw Hill. . Hal. 726-729.
.
Huff et al. 1984. Case 4: The First Fatal Baylisascaris
infection
III
humans: an infant with eosinofilic meningoencephalitis. Pediatric
Pathology. Hal. 345-342
.
Khuroo M.S. 1990. Hepatobiliary and Pancreatic Ascariasis in India.
Lancet. 335: 1503- 1506
42
.
Khuroo M. S. 1992. Ascaris-induced Acute Pancreatitis. Surgery
Journal. 79:1335-1338
.
Konstantinos H. 2002. Hatzikosta General Hospital, Ioannina, Greece.
by
cause
Pneumonia
~\yw.findaJ:tjcl~~~:on1in/articles/l1lj
Ascariasis.
mobso/is
12 I 3/ai 961347}
2.21 Juni 2004
.
Manson. 1996. Manson's Tropical Diseases. 20 th Edition. W.B.
Saunders. England. Hal 1376-1378
.
Misra S. P. 1999. Department Gastroenterology, MLN Medical College,
Allahabad, India. Clinical Features and Management of Biliary
Ascariasis
III
Non
Endemic
Area.
l",w~-&l1li.bmiioumal.conllcgi/contentlfldU/76/891 /29.
26
September 2004
.
Miyazaki I. 1991. An Illustrated Book of Helmintic Zoonoses. Shukosa
Printing. Tokyo. Hal 299-300, 302 -304
.
Natadisastra D. 1999. Bunga Rampai Helmintologi Kedokteran. Edisi
ketiga. FK UNP AD. Bandung. Hal 39 - 40
.
Pilankar K.S. 2003. Departement of Pathology, Nair Carithable
Hospital.
T. N. Medical College, India. Hepatolithiasis with
Biliary Ascariasis. vvw~y:biomedcentraL~pm/1471 230x/3/35. 26
September 2004
.
Rasmaliah,
drh.,
M.Kes.
2001.
Askariasis
dan
Upaya
Penangglangannya. Universitas Sumatera Utara. Perpusatakaan
digital online USU. \\'\\'W.li1:2rary.usu.ac.id. 26 Desember 2004.
.
Sandouk et al. 1997. Pancreatic-biliary Ascariasis: Experience 300
cases. American Journal Gastroenterology. ww\v.aig.net . 26
September 2004
43
.
Santoso H. 1997. The Influence of Ascaris Infestation on the Prevalence
of Astma in Balinese Children. 5th West Pasific Allergy
Symposium. www.ipajournfiLC;Q . 3 Desember 2004.
.
Schistome Research group. Cambridge University.
lumbricoides.
.
1998. Ascaris
ww\v,Qath-,-~QT11.(iC,uk
. 26 September 2004
Srisasi Gandahusada., H. Herry D. llahude., Wita Pribadi. 2000.
Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. FK - UI. Jakarta. Hal 8-11
.
Suri, A. 2002. India Journal Radiology Image. Hepatobiliary Ascariasis.
~Vw20jli.om. 17 September 2004Talmaciu I. 2002. University of
Miami
School
of
Medicine.
www.em~9icinc.com/ped/topic1322.htm.
.
Loft1er's
Syndrome.
21 Juni 2004
Tatter S.B, Hopkins.1997. Departement Neurosurgery, Bowman Gray
School of Medicine, Wale Forest University, Winston, North
Carolina, USA. Cerebral Manifestasion of Ascaris lumbricoides.
\vw\v.mitpressJ!1it.edu. 17 September 2004
.
Tawfiq F.A. 2003. Departement of Accident and Emergency and
Radiology, Hamad Medical Corporation, Doha, Qatar. Biliary
Ascariasis. www.hmc.org.@. 26 September 2004
.
Wieland, Werth.1999.
Switzerland Med Wochenschr.
in mountain. www.smw
.
Ascariasis biliary
ch oeil. 26 September 2004
Xiao Long Ji. 2000. Departement of Pathology, general Hospital of
Chinese PLA, Beijing, China. Liver Inflamatory Pseudotumor of
Parasitic Granuloma. www.wjgnct.com.26 September 2004
.
Yamaguchi T. 1992. Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. EGC. Jakarta.
Hal 78, 80