Sesi 2 Teks 1 Hakikat Bahasa

Bahan Bacaan Hakikat Bahasa

HAKIKAT BAHASA
Hakikat Bahasa
Dalam masyarakat, kata bahasa sering dipergunakan dalam berbagai konteks dengan
berbagai ak a. Ada ya g er i ara te ta g ahasa war a , te ta g ahasa u ga , te ta g
ahasa diplo asi , te ta g ahasa iliter da se againya. Di samping itu, di kalangan terbatas,
terutama di kalangan orang yang membahas soal-soal ahasa, ada ya g i ara te ta g ahasa
tulisa , ahasa lisa , da
ahasa tutur .
Bagi linguis, yang dimaksud dengan bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk
dipergunakan oleh anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri. Definisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul
se ara tak erartura . “eperti hal ya siste lai , u sur ahasa diatur seperti pola-pola yang
erula g sehi gga kalau salah satu agia
saja tidak ta pak, dapatlah dira alka
atau
di aya gka keseluruha ujara ya. Misalnya bila ada bentuk berangkat.....sekolah’ da Ibu
tinggal.....rumah’ , dengan segera dapat ditebak bagaimana bunyi kalimat tersebut secara utuh. Sifat
ini dapat dijabarkan lebih jauh dengan mengatakan bahwa bahasa itu sistematis. Artinya, bahasa itu

dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat
diramalkan. Di samping itu, bahasa juga sistemis, artinya bahasa itu bukan sistem yang tunggal,
melainkan terdiri dari beberapa subsistem, yakni subsistem fonologi, gramatika, dan leksikon.
Kedua, ahasa adalah se uah ta da. Ta da adalah hal atau e da ya g ewakili sesuatu, atau hal
yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi (melihat, mendengar, dsb) apa yang
diwakili itu . “etiap agia dari siste itu atau setiap bagian dari bahasa tentulah mewakili sesuatu.
Tegasnya bahasa itu bermakna, artinya bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan
alam sekitar masyarakat yang memaknainya.
Ketiga, bahasa adalah sistem bunyi. Pada dasarnya bahasa itu berupa bunyi. Apa yang dikenal
sebagai tulisan sifatnya sekunder, karena manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan.
Beberapa jenis huruf bahkan tidak lain karena turunan belaka dari bunyi,
Keempat, supaya orang dapat bekerjasama dan berkomunikasi, bahasa digunakan berdasarkan
kesepakatan. Artinya, sesuatu diberi makna di dalam bahasa tertentu karena demikianlah
kesepakatan pemakai bahasa itu. Para pengguna baru tinggal mempelajarinya.
Kelima, bahasa bersifat produktif. Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas
dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Bahasa Indonesia misalnya, mempunyai fonem
kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih dari 80.000 yang mengandung fonem-fonem itu.
Dengan fonem-fonem itu masih mungkin menciptakan kata-kata baru. Bila dilihat dari sudut
penuturan, bahasa Indonesia hanya mempunyai 5 tipe kalimat yakni pertanyaan, pernyataan,
perintah, keinginan, dan seruan, tetapi dengan kelima tipe itu kita dapat menyusun kalimat Bahasa

Indonesia yang jumlahnya ribuan bahkan mungkin jutaan.
Keenam, bahasa bersifat unik. Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus
ada dalam bahasa lain. Bahasa Jawa mempunyai sekitar 100 kata untuk menyebutkan anak berbagai
binatang yang tidak ada dalam bahasa lain. Bahasa Inggris mempunyai lebih dari 50 kata untuk
menggambarkan berbagai bentuk daun yang tidak dikenal dalam bahasa lain.
Ketujuh, kebalikan dari yang telah diungkapkan sebelumnya, ada pula sifat-sifat bahasa yang dipunya
oleh bahasa lain, sehingga ada sifat yang universal, ada pula yang hampir universal. Hal ini misalnya
kita lihat dalam bahasa Indonesia. Salah satu ciri bahasa Indonesia ialah bahwa konfiks ke-an hanya
dapat bergabung dengan sebanyak-banyaknya dua bentuk seperti:
tidak pasti
menjadi
ketidakpastian
salah paham
menjadi
kesalahpahaman

1

Bahan Bacaan Hakikat Bahasa


dan sebagainya. Ini mungkin sifat unik bahasa Indonesia. Di samping itu, bahasa Indonesia juga
mempunyai sifat agak universal, misalnya bahwa pada umumnya adjektiva mengikuti nomina sepeti
rumah mewah, jalan besar, dan orang pandai. Ternyata sifat ini tidak hanya ada dalam bahasa
Indonesia, tetapi juga ada dalam bahasa lain.
Kedelapan, bahasa mempunyai variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia untuk
bekerjasama dan berkomunikasi, dan karena kelompok manusia itu banyak ragamnya terdiri dari
laki-laki, perempuan, tua, muda; ada tani, orang kita, ada yang bersekolah, ada yang tidak pernah
sekolah; pendeknya yang berinteraksi dalam berbagai lapangan kehidupan dan yang
mempergunakan bahasa untuk berbagai keperluan. Setiap manusia mempunyai kepribadian sendiri,
dan hal ini yang paling nyata dalam berbahasa. Walaupun suatu kelompok sosial mempunyai satu
bahasa dan para anggota kelompok itu tidak akan dapat bekerjasama tanpa bahasa-bahkan
kelompok sosial itu tidak akan terwujud tanpa bahasa, keseragaman tidak akan kita temui dalam
bahasa. Tiap orang, secara sadar atau tidak, mengungkapkan ciri khas yang sama sekali tidak sama
dengan bahasa orang lain. Kita katakan, tiap orang mempunyai idiolek.
Kesembilan, dengan bahasa suatu kelompok sosial juga mengidentifikasikan dirinya. Di antara semua
ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tiap kelompok
sosial merasa diri sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Bagi kelompok-kelompok sosial
tertentu, bahasa tidak sekadar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial.
Apa yang kita sebut bahasa Cina misalnya, sebenarnya adalah lambang sosial yang ditandai oleh satu
sistem tulisan yang mengikat jutaan manusia dari berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa

yang cukup jauh perbedaannya. Sebaliknya dipandang dari sudut tata bunyi dan tata bahasa, bahasa
Hindi dan bahasa Urdu sebenarnya merupakan satu bahasa, tetapi oleh pemakainya dianggap dua
bahasa dan menandai dua kelompok yang berbeda. Kenyataan entah berapa abad, dikenal orang
Melayu de ga pepatah a gsa e u jukka a gsa
Kesepuluh, karena digunakan manusia yang masing-masing mempunyai cirinya sendiri untuk
berbagai keperluan, bahasa mempunyai fungsi. Fungsi itu bergantung pada faktor-faktor siapa, apa,
kepada siapa, tentang siapa, di mana, bilamana, berapa lama, untuk apa, dan dengan apa bahasa itu
diujarkan.

2