HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA

Naskah Publikasi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Diajukan oleh : GALUH PRATIDINA

F 100114028

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015


(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh : GALUH PRATIDINA

F100114028

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015


(3)

(4)

(5)

v

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA

Galuh Pratidina galuhpratidina@yahoo.co.id

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Drs. Soleh Amini, M.Si

ABSTRAKSI

Remaja mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan keinginan untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan dengan orang lain tidak mudah. Berhubungan dengan orang lain memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk 1. mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja, 2. mengetahui tingkat kemampuan komunikasi interpersonal remaja, 3. mengetahui kondisi konsep diri remaja, 4. mengetahui sumbangan efektif konsep diri terhadap komunikasi interpersonal pada remaja. Sample dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMP Negeri 1 Pedan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota non random sampling, dengan jumlah subjek sebanyak 109 orang. Metode menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala konsep diri dan skala komunikasi interpersonal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment dari Pearson.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi 0,625 dengan sig = 0,000; p < 0,001 artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja, sehingga hipotesis yang diajukan diterima, yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja. Sumbangan efektif konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal sebesar 39 % dan sisanya 71% dipengaruhi variabel lainnya. Konsep diri remaja termasuk ke dalam kategori tinggi dengan rerata empirik (RE = 99,43) dan rerata hipotetik sebesar 82,5. Tingkat kemampuan komunikasi interpersonal termasuk ke dalam kategori tinggi dengan rerata empirik (RE) 110,12 dan rerata hipotetik sebesar 92,5.


(6)

1 PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang banyak di hadapi oleh remaja adalah interaksi sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja melakukan komunikasi dengan individu lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai makhluk sosial dan manusia yang unik, remaja termasuk salah satu didalamnya. Remaja sangat menarik untuk diamati. Usia remaja adalah usia transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja juga dianggap sebagai masa penyesuaian. Maksudnya, individu mulai masuk dan menghadapi lingkungan orang dewasa, yang memiliki peraturan dan norma tersendiri yang harus dipatuhi, berbeda dengan peraturan dan norma yang berlaku saat ia masih

anak-anak. Itu sebabnya remaja harus mempelajari peranan orang dewasa dan hidup sebagai orang dewasa di lingkungan orang dewasa pula (Dacey dan Maureen dalam Mahayani, 2007).

Dalam perkembangannya, remaja mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan keinginan untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan dengan orang lain itu sendiri tidak mudah. Berhubungan dengan orang lain memerlukan keterbukaan diri, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyo (2005), keterbukaan atau sikap


(7)

2 terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. Ketidakmampuan seorang remaja dalam mengungkapkan keinginan, perasaan serta mengaktualisasikan apa yang ada dalam diri mereka menjadikan masalah yang dihadapi oleh remaja semakin besar. Sehingga remaja memerlukan sebuah kemampuan dan keterampilan untuk mengungkapkan masalah yang mereka hadapi kepada orang lain, kemampuan dan keterampilan itu adalah komunikasi yang baik dengan lingkungan.

Pada kenyataannya terdapat beberapa penelitian mengenai masalah kemampuan komunikasi Interpersonal remaja, diantaranya oleh Apollo (dalam Adawiyah 2012) yang mengemukakan bahwa 65% dari 60 siswa kelas II SMF Bina Farma Kota Madiun memiliki masalah dalam berkomunikasi interpersonal.

Rahmat (2000) menjelaskan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan mengenai diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri dapat bersifat psikis, sosial, dan fisik. Konsep diri dapat berkembang menjadi konsep diri negatif dan positif.

Menurut Yunata, Indati, & Nugraha, 2012, bila seorang remaja kesulitan dalam mengkomunikasikan gagasannya kepada orang-orang yang dihormatinya, tidak mampu


(8)

3 berbicara di depan umum, atau ragu dalam menyampaikan pendapatnya, maka kemampuan komunikasi dan konsep dirinya tidak akan berkembang. Untuk itu, diharapkan seorang remaja dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga konsep dirinya dapat berkembang. Hubungan dengan konsep diri dan komunikasi mungkin dapat disimpulkan dengan berpikir positif.

Menurut Hidayat (2012), Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku menusia berhubung prosesnya yang dialogis. Komunikasi interpersonal selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat

orang yang terjadi secara spontan dan tidak terstruktur.

Terdapat aspek-aspek yang mempengaruhi komunikasi interper- sonal menurut Laswell (dalam Savitri, 2007), seperti :

a. Keterbukaan

Keterbukaan adalah adanya kemauan untuk membuka diri, mengatakan tentang dirinya sendiri yang tadinya tetap disembunyikan, jadi harus bersikap jujur pada reaksi dan pada stimulus-stimulus yang datang.

b. Kejujuran

Bersikap jujur adalah mengungkapkan diri apa adanya atau sesuai dengan fakta yang terjadi. Kejujuran menyebabkan perilaku individu dapat diduga ( predictable ) dan ini mendorong orang lain untuk percaya pada


(9)

4 individu tersebut (Rakhmat, 2005).

c. Kepercayaan

Secara ilmiah “percaya” dapat didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko” (Griffin dalam Rakhmat, 2005). Menaruh kepercayaan tanpa menaruh kecurigaan akan membantu memperlancar tercapainya tujuan komunikasi.

d. Empati

Empati adalah kemampuan untuk berpikir dan merasakan hal yang sesuai dengan apa yang dirasakan orang lain. Empati berarti berusaha menempatkan diri pada

keadaan orang lain baik secara intelektual maupun emosional. e. Mendengarkan.

Mendengarkan adalah proses aktif yang membutuhkan konsentrasi dan bertujuan melakukan pemahaman terhadap stimulus untuk memberikan feedback. Dengan saling mendengarkan lawan bicara dan meresponnya maka dialog dapat terus berjalan.

Rakhmat (2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:

a. Persepsi Interpersonal

Persepsi seseorang seringkali tidak cermat,bila kedua belah pihak menanggapi yang lain secara tidak cermat, terjadilah kegagalan komunikasi. Kegagalan komunikasi ini dapat


(10)

5 diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subyektif dan cenderung keliru. b. Konsep Diri

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Faktor ini merupakan yang amat penting dalam terwujudnya kemampuan komunikasi interpersonal, karena jika seseorang mempunyai konsep diri positif maka akan mampu mengeluarkan segala sesuatu yang ada pada dirinya terutama dalam mengeluarkan pendapat,

ide, ataupun gagasan pada orang lain.

c. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul kepada siapa pesan akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima. Ketika individu mengetahui siapa tertarik pada siapa, atau siapa menghindari siapa,individu dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin tertarik individu dengan seseorang, maka semakin besar kecenderungan individu berkomunikasi dengan orang lain. Kesukaan kepada orang lain, sikap positif, dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi interpersonal.


(11)

6 Orang berhubungan de ngan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhan mereka.

Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik dan lain sebagainya. Konsep diri merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya (Sarwono, 2011).

Maria (2007) mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep diri meliputi:

a. Diri fisik (physical self). Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang kondisi kesehatan, badan, dan penampilan fisiknya.

b. Diri moral & etik (morality & ethical self). Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang nilai-nilai moral-etik yang dimilikinya. Meliputi sifat-sifat baik atau sifat-sifat jelek yang dimiliki dan penilaian dalam hubungannya dengan Tuhan.

c. Diri sosial (social self ). Aspek ini mencerminkan sejauhmana perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan orang lain.

d. Diri pribadi (personal self ). Aspek ini menggambarkan perasaan mampu sebagai seorang pribadi, dan evaluasi terhadap kepribadiannya atau hubungan pribadinya dengan orang lain.

e. Diri keluarga (family self ). Aspek ini mencerminkan


(12)

7 perasaan berarti dan berharga dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga.

Menurut Nina W.Syam (2012), konsep diri dipengaruhi oleh faktor faktor sebagai berikut:

a. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertaanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak sukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai dan semua itu akibat kekurangan

yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.

b. Kegagalan

Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

c. Depresi

Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai dirinya sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya tidak diundang ke


(13)

8 sebuah pesta, maka berfikir bahwa saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani ehidupan selanjutnya. d. Kritik Internal

Terkadang mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang dilakukannya. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

METODE PENELITIAN

Subjek yang diambil dalam penelitian adalah remaja usia 12-17 tahun. Penelitian

menggunakan 3 kelas, yaitu kelas A, B, dan F sebanyak 109 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan quota non random sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan atas pembatasan jumlah sample tertentu. Merode pengumpulan data menggunakan skala konsep diri dan skala komunikasi interpersonal. Teknik analisis data menggunakan korelasi produck moment dari Pearson.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson maka diperoleh hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,625 dengan signifikan (p) = 0,000 < 0,01, yang berarti ada hubungan positif


(14)

9 yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Rakhmat (2011), sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang yaitu positif dan negatif. Konsep diri yang positif lahirlah pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain daopat menafsirkan dengan cermat pula.

Berdasarkan kategorisasi skala konsep diri, Rerata empirik konsep diri tergolong tinggi (RE = 99,43) dan RH = 82,5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa frekuensi konsep diri remaja terdapat pada kategori tinggi atau positif. Penerapan konsep diri yang termasuk

kategori tinggi ini karenakonsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instant, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang dicapainya serta tidak memiliki penilaian tentang dirinya. Konsep diri berasal dari berkembang sejalan pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Dimana pada akhirnya individu mulai mengerti siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya (Sobur, 2010).


(15)

10 Berdasarkan kategorisasi kemampuan komunikasi interper-sonal retata empirik tergolong tinggi (RE = 110,12) dan RH = 92,5. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal remaja sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Raudah (2012), sejak lahir tidak bisa dilepaskan dari komunikasi. Secara kodrati manusia harus hidup bersama dengan orang lain. Untuk itu manusia membutuhkan cara untuk bisa berinteraksi dengan manusia lain. Bahkan sebuah penelitian mengemukakan 70% waktu bangun kita digunakan untuk beromunikasi. Dengan komunikasi, kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban. Hakikat

komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dimana yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Koefisien determinasi =

= 0,3906 (pengkuadratan

dari koefisien korelasi (R)). Artinya Konsep diri memiliki sumbangan efektif sebesar 39% terhadap kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja di SMP Negeri 1 Pedan. Sisanya (100%- 39% = 71%) hal ini berarti masih terdapat sisa 71% berasal dari sumbangan variabel lain yang turut berperan dalam menentukan faktor kemampuan komunikasi interpersonal namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini.

Adanya korelasi yang positif dan signifikan antara konsep diri


(16)

11 dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja di SMP Negeri 1 Pedan menunjukkan bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmat (2011), Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsep diri memberikan kontribusi terhadap kemampuan komunikasi interper-sonal pada remaja. Penelitian ini terdapat beberapa kelemahan seperti penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada remaja di tempat lain atau remaja pada umumnya. Untuk penerapan populasi yang lebih luas dengan karakteristik

yang berbeda perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini, ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian dan lebih berhati-hati terhadap skala yang akan digunakan sebagai alat ukur.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang artinya semakin positif konsep diri maka kemampuan komunikasi interpersonal remaja akan semakin baik, sebaliknya semakin negatif


(17)

12 konsep diri maka komunikasi interpersonal remaja semakin buruk. Dilihat dari hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,625 dengan signifikan (p) = 0,000 < 0,01.

2. Tingkat kemampuan komunikasi interpersonal remaja pada penelitian ini tergolong tinggi, yaitu dapat dilihat dari rerata empirik (RE) sebesar 110,12 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 92.

3. Kondisi Konsep diri remaja pada penelitian ini tergolong positif (tinggi), yaitu dapat dilihat dari rerata empirik (RE) sebesar 99,43 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5. 4. Konsep diri memiliki

sumbangan efektif sebesar 39% terhadap komunikasi

interpersonal pada remaja di SMP Negeri 1 Pedan. Sisanya (100% - 39% = 71%) hal ini berarti masih terdapat sisa 71% berasal dari sumbangan variabel lain yang turut berperan dalam menentukan faktor kemampuan komunikasi interpersonal namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini.

b. Saran

1. Bagi remaja

Bagi remaja disaran-kan untuk menerima diri apa adanya, meningkatkan penge-nalan akan diri dengan cara memahami kondisi kesehatan dan memperhatikan penampilan fisik. Hal-hal tersebut akan meningkatkan konsep diri menjadi positif. Apabila remaja memiliki


(18)

13 konsep diri yang positif maka ia mampu menerima keberadaan dirinya dan orang lain, sehingga perasaan terancam yang dapat mengakibatkan rasa cemas akan berkurang.

2. Bagi orangtua

Orangtua diharapkan dapat membimbing dan memberi kebebasan remaja mengaktualisasikan dirinya untuk pembentukan konsep diri. Yaitu dengan cara dapat menciptakan suasana keluarga yang harmonis yaitu dengan menghargai sesama keluarga dan menciptakan suasana yang nyaman sehingga remajapun merasa senang dan berharga sebagai bagian dari anggota keluarga, lebih dari itu kebutuhan

remaja akan rasa aman terpenuhi. Kebutuhan rasa aman yang terpenuhi akan meningkatkan kesehatan psikologis.

3. Bagi Guru

Bagi guru diharapkan dapat memantau interaksi sosial antar siswanya. Dengan memantau dan memberikan pemahaman melalui pelajaran bimbingan dan konseling tentang konsep diri dapat mengurangi rasa gugup dalam menghadapi lingkungan sosial.

4. Bagi teman sebaya

Teman sebaya sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja. Untuk pergaulan di lingkungan sosial diharapkan remaja dapat berteman dengan teman


(19)

14 yang dapat memperbaiki diri. Remaja yang pandai menempatkan dirinya pada lingkungan teman sebaya yang baik dapat mengembangkan identitas dirinya kearah yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. (2012). Hunungan Antara Konsep Diri Dan Kecemasan Komunikasi Pada Mahasiswa Psikologi Uin Suka Yogyakarta. Skripsi Hidayat, D. (2012). Komunikasi

Antar Pribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu Mahayani, N. (2007). Hubungan

antara konsep diri dengan komunikasi interpersonal. Skripsi

Maria, Ulfah. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis (Tidak diterbitkan).

Rakhmat, J. (2000).Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(2009). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Roudah, Farida. (2012). Komunikasi Terhadap Remaja Yang Sedang Sakit. Artikel diambil darihttp://www.scribd.com/do c/117977125/Makalah- Komunikasi-Remaja-Oke-FR#scribd

Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Savitri, R. d. (2007). Kesepian Ditinjau Dari Kualitas Komunikasi Pada Remaja Dengan Orang Tua Tunggal. Skripsi Tidak Diterbitkan Sugiyo. (2005). Komunikasi

Antarpribadi. Semarang: UNNES Press

Yunata, S. D., Indati, A., & Nugraha, Y. J. (2012). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja. Jurnal Psikohumanika, Vol. V. No. 1, 35-36.


(1)

9 yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Rakhmat (2011), sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang yaitu positif dan negatif. Konsep diri yang positif lahirlah pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain daopat menafsirkan dengan cermat pula.

Berdasarkan kategorisasi skala konsep diri, Rerata empirik konsep diri tergolong tinggi (RE = 99,43) dan RH = 82,5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa frekuensi konsep diri remaja terdapat pada kategori tinggi atau positif. Penerapan konsep diri yang termasuk

kategori tinggi ini karenakonsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instant, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang dicapainya serta tidak memiliki penilaian tentang dirinya. Konsep diri berasal dari berkembang sejalan pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Dimana pada akhirnya individu mulai mengerti siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya (Sobur, 2010).


(2)

10 Berdasarkan kategorisasi kemampuan komunikasi interper-sonal retata empirik tergolong tinggi (RE = 110,12) dan RH = 92,5. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal remaja sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Raudah (2012), sejak lahir tidak bisa dilepaskan dari komunikasi. Secara kodrati manusia harus hidup bersama dengan orang lain. Untuk itu manusia membutuhkan cara untuk bisa berinteraksi dengan manusia lain. Bahkan sebuah penelitian mengemukakan 70% waktu bangun kita digunakan untuk beromunikasi. Dengan komunikasi, kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban. Hakikat

komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dimana yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Koefisien determinasi = = 0,3906 (pengkuadratan dari koefisien korelasi (R)). Artinya Konsep diri memiliki sumbangan efektif sebesar 39% terhadap

kemampuan komunikasi

interpersonal pada remaja di SMP Negeri 1 Pedan. Sisanya (100%- 39% = 71%) hal ini berarti masih terdapat sisa 71% berasal dari sumbangan variabel lain yang turut berperan dalam menentukan faktor

kemampuan komunikasi

interpersonal namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini.

Adanya korelasi yang positif dan signifikan antara konsep diri


(3)

11 dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada remaja di SMP Negeri 1 Pedan menunjukkan bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmat (2011), Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsep diri memberikan kontribusi terhadap kemampuan komunikasi interper-sonal pada remaja. Penelitian ini terdapat beberapa kelemahan seperti penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada remaja di tempat lain atau remaja pada umumnya. Untuk penerapan populasi yang lebih luas dengan karakteristik

yang berbeda perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini, ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian dan lebih berhati-hati terhadap skala yang akan digunakan sebagai alat ukur.

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang artinya semakin positif konsep diri

maka kemampuan

komunikasi interpersonal remaja akan semakin baik, sebaliknya semakin negatif


(4)

12 konsep diri maka komunikasi interpersonal remaja semakin buruk. Dilihat dari hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,625 dengan signifikan (p) = 0,000 < 0,01.

2. Tingkat kemampuan komunikasi interpersonal remaja pada penelitian ini tergolong tinggi, yaitu dapat dilihat dari rerata empirik (RE) sebesar 110,12 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 92.

3. Kondisi Konsep diri remaja pada penelitian ini tergolong positif (tinggi), yaitu dapat dilihat dari rerata empirik (RE) sebesar 99,43 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5. 4. Konsep diri memiliki

sumbangan efektif sebesar 39% terhadap komunikasi

interpersonal pada remaja di SMP Negeri 1 Pedan. Sisanya (100% - 39% = 71%) hal ini berarti masih terdapat sisa 71% berasal dari sumbangan variabel lain yang turut berperan dalam menentukan

faktor kemampuan

komunikasi interpersonal namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini.

b. Saran

1. Bagi remaja

Bagi remaja disaran-kan untuk menerima diri apa adanya, meningkatkan penge-nalan akan diri dengan cara memahami kondisi kesehatan dan memperhatikan penampilan fisik. Hal-hal tersebut akan meningkatkan konsep diri menjadi positif. Apabila remaja memiliki


(5)

13 konsep diri yang positif maka ia mampu menerima keberadaan dirinya dan orang lain, sehingga perasaan terancam yang dapat mengakibatkan rasa cemas akan berkurang.

2. Bagi orangtua

Orangtua diharapkan dapat membimbing dan memberi kebebasan remaja mengaktualisasikan dirinya untuk pembentukan konsep diri. Yaitu dengan cara dapat menciptakan suasana keluarga yang harmonis yaitu dengan menghargai sesama keluarga dan menciptakan suasana yang nyaman sehingga remajapun merasa senang dan berharga sebagai bagian dari anggota keluarga, lebih dari itu kebutuhan

remaja akan rasa aman terpenuhi. Kebutuhan rasa aman yang terpenuhi akan meningkatkan kesehatan psikologis.

3. Bagi Guru

Bagi guru diharapkan dapat memantau interaksi sosial antar siswanya. Dengan memantau dan memberikan pemahaman melalui pelajaran bimbingan dan konseling tentang konsep diri dapat mengurangi rasa gugup

dalam menghadapi

lingkungan sosial. 4. Bagi teman sebaya

Teman sebaya sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja. Untuk pergaulan di lingkungan sosial diharapkan remaja dapat berteman dengan teman


(6)

14 yang dapat memperbaiki diri. Remaja yang pandai menempatkan dirinya pada lingkungan teman sebaya

yang baik dapat

mengembangkan identitas dirinya kearah yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. (2012). Hunungan Antara Konsep Diri Dan Kecemasan Komunikasi Pada Mahasiswa Psikologi Uin Suka Yogyakarta. Skripsi Hidayat, D. (2012). Komunikasi

Antar Pribadi dan Medianya.

Yogyakarta: Graha Ilmu Mahayani, N. (2007). Hubungan

antara konsep diri dengan komunikasi interpersonal. Skripsi

Maria, Ulfah. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis (Tidak diterbitkan).

Rakhmat, J. (2000).Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(2009). Psikologi Komunikasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(2011). Psikologi Komunikasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Roudah, Farida. (2012). Komunikasi Terhadap Remaja Yang Sedang Sakit. Artikel diambil darihttp://www.scribd.com/do c/117977125/Makalah- Komunikasi-Remaja-Oke-FR#scribd

Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Savitri, R. d. (2007). Kesepian Ditinjau Dari Kualitas Komunikasi Pada Remaja Dengan Orang Tua Tunggal.

Skripsi Tidak Diterbitkan

Sugiyo. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Semarang: UNNES Press

Yunata, S. D., Indati, A., & Nugraha, Y. J. (2012). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja.

Jurnal Psikohumanika, Vol. V. No. 1, 35-36.