Prevalensi Infeksi Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18 serta Lesi Prakanker dari Pemeriksaan Pap Smear Berbasis Cairan pada Pasien dengan Infeksi Human Immunodefisiensi Virus di Salah Satu Klinik Inf.

(1)

! " # $

Iin Indrayani Maker Luh Putu*, Moestikaningsih*, Suwiyoga Ketut**, Mona Mariana** *Bagian/SMF Patologi Anatomik FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar **Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

% !

Propinsi Bali merupakan propinsi dengan prevalensi

terbanyak keenam pada bulan Desember tahun 2012, yaitu sebesar 5.871 kasus. Diantaranya sebesar 1227 perempuan dengan . Perempuan yang terinfeksi dan infeksi laten ( ) pada serviks uteri memiliki resiko 10220 kali menderita lesi prekanker dan kanker serviks. Virus yang termasuk kelompok risiko tinggi adalah tipe 16 dan 18. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data epidemiologi berupa prevalensi infeksi tipe 16 dan 18 serta lesi prakanker dari perempuan pengidap , yang diperoleh dari pemeriksaan pap smear berbasis cairan.

" &

Sampel diambil secara dari bahan pap smear berbasis cairan dari

pengidap , terkumpul 50 sampel. Dari tiap sampel dibuat dua sediaan apusan dengan pulasan Papanicolaou, sisanya dilakukan tehnik untuk mengetahui ada tidaknya infeksi , khususnya tipe 16 dan 18. Hasil pemeriksaan pap smear dan dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya lesi prakanker, tipe infeksi dan kelompok umur.

'

Dari 50 sampel, sebanyak 60% positif , dengan 13,3% nya tipe 16, 10% tipe 18, sebanyak 6,7% tipe campuran 16 dan 18. Dari 30 sampel positif, 11 (11,3%) menderita lesi prakanker, sedangkan dari 20 sampel negatif, ditemukan 1 (5,0%) lesi prakanker. Umur termuda dengan infeksi dan lesi prakanker adalah 19 tahun.

!

Prevalensi ditemukan pada lebih dari setengah penderita yang diteliti, tipe 16 ditemukan lebih banyak dibandingkan tipe 18. Lesi prakanker terlihat lebih tinggi pada

penderita dengan .

! (

tipe 16, tipe 18, lesi prakanker serviks, pap smear berbasis cairan, .

% ( &

Bali province is the sixth highest Human Immunodefisiensi Virus (HIV) prevalence in December 2012, which was 5871 cases, among them were 1227 women. HIV infected women with latent Human Papilloma Virus (HPV) in cervical uterine will have 10220 times


(2)

risk to develop cervical precancerous and cancer. The high risk group of HPV including HPV type 16 and 18. The aim of this study is to get the epidemiologic data of HPV type 16 and 18 prevalency and precancerous cervical lesion prevalency from liquid based pap smear of HIV infected women.

" &

Fifty samples were collected by concecutive sampling of liquid based pap smear HIV infected women. Two smears were made from each sample, stain with Papanicolaou, then examination of HPV (especially type 16 and 18) was conducted by PCR from the remaining sample of each patient. The results of pap smear and PCR examination were grouped into whether there is positive or negative precancerous lesion, type of HPV and age groups. %

From 50 samples, 60% were HPV positive (13,3% type 16, 10% type 18, and 6,7% type 16 and 18). From 30 HPV positive samples, there were 11 (11,3%) precancerous lesions, and from 20 HPV negative samples, there were 1 (5,0%)precancerous lesions. The youngest HPV infected women with precancerous lesion was 19 years old.

& ( &

Prevalency of HPV was found in more than half HIV infected samples, which type 16 was found higher than type 18. Precancerous lesions were higher in HIV with HPV infected women.

! ) *& +HIV, HPV type 16, HPV type 18, cervical precancerous lesion, liquid based pap smear, PCR.


(3)

# ', ,

-' ./

( ) merupakan penyebab

( ), yang ditandai oleh supresi imun dan menyebabkan timbulnya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. Neoplasma

seperti ! limfoma, pada serviks uteri terjadi pada

25240% penderita yang tidak diterapi, Gambaran yang sama diantara ketiga neoplasma tersebut adalah semuanya disebabkan oleh virus " onkogenik.1

Diperkirakan lebih dari 42 juta orang yang terinfeksi di dunia (sekitar 70% nya di Afrika, dan 20% nya di Asia), lebih dari 22 juta kematian terkait dengan penyakit ini, dan hampir 3 juta kematian pertahun.2 Angka kejadian # di Indonesia terus meningkat, sejak ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan akhir bulan September 2012 jumlah kumulatif kasus di Indonesia sebanyak 39.434 kasus dan 92.251 kasus . Propinsi Bali merupakan propinsi dengan prevalensi terbanyak keenam dari data Dinas Kesehatan Propinsi Bali bulan Desember tahun 2012, yaitu sebesar 5.871 kasus. Diantaranya sebesar 824 perempuan dengan , dan 1227 dengan .3

- /

merupakan virus $ oleh karena itu mereka menginfeksi kulit dan mukosa. Telah diidentifikasi sebanyak lebih dari 100 subtipe , dan lebih dari 20 tipe adalah agen yang infektif terhadap anogenital.4 Tipe dikategorikan sebagai % & (tidak terlalu berhubungan dengan kanker) atau atau $ $ & (lebih berhubungan

dengan $ $ atau kanker). Tipe % & yang paling sering adalah tipe

6 dan 11, sering ditemukan pada . Prevalensi yang tersering ditemukan pada kanker serviks adalah tipe 16 dan 18, yaitu sekitar 64% dari tipe yang ditemukan pada spesimen kanker serviks5 , sedangkan pada studi lain sekitar 60%.6 Tipe $ $ & yang lain adalah tipe 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68.7 " telah diidentifikasi pada lebih dari 99% sebagian besar sampel spesimen kanker serviks yang representatif.5 memiliki predileksi pada ' tanpa alasan yang jelas. Pemeriksaan serologi tidak bisa menilai secara akurat adanya infeksi, sebab hanya 50260% perempuan yang terinfeksi memiliki antibodi yang bersirkulasi dalam tubuhnya. Hanya minoritas infeksi


(4)

yang menetap dan menyebabkan kanker.7 Selain infeksi , kofaktor lain untuk kanker serviks adalah merokok, imunosupresi, hormon, dan faktor genetik host. 6

Beberapa perempuan dengan dengan infeksi yang produktif, berkembang menjadi ". Banyak kasus " hilang secara spontan atau tetap stabil selama beberapa tahun, namun yang tidak sembuh, akan berkembang menjadi kanker infasif jika tidak ditangani. Tahap ini disebut induksi transformasi keganasan oleh virus pada sel yang terinfeksi. Interaksi antara " dengan " sel $ mengganggu gen yang mengontrol proliferasi sel, akibatnya timbullah tumor ganas (kanker). Selama fase laten dan produktif infeksi , terdapat interaksi yang belum dimengerti secara komplit antara dengan berbagai kofaktor seperti status imun host, merokok sigaret, dan kemungkinan karsinogen dari lingkungan.6

& &

Pada populasi umum, infeksi traktus urogenital oleh merupakan hal yang sering ditemukan serta merupakan faktor risiko yang penting untuk berkembang menjadi displasia dan kanker invasif. Hanya sedikit proporsi perempuan imunokompeten yang terinfeksi berkembang menjadi neoplasia serviks, jika dibandingkan dengan perempuan pengidap

yang tampaknya lebih mudah terinfeksi yang dan berkembang menjadi

displasia serviks. Adanya satu kali tes (+) meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi displasia serviks sebanyak 10220 kali. Faktor resiko yang signifikan untuk berkembang menjadi displasia serviks adalah infeksi , dan infeksi dengan tipe yang multipel.5,8,9 Koinfeksi antara dengan diperkirakan menyebabkan kerusakan sel dan disregulasi imunitas selular dan hormonal sistem imun lokal maupun sistemik sehingga penyakit menjadi progresif.3

Respon imun lokal pada serviks sangat penting untuk mengontrol replikasi (5210 Respon imun berperan dalam menghilangkan infeksi, namun mekanismenya masih belum dimengerti dengan baik.7 Fakta tidak langsung dari pentingnya fungsi imun terlihat

pada peningkatan infeksi pada orang dengan )

(misalnya pasien terinfeksi dan ).5,10 )

mengakibatkan pembasmian infeksi yang tidak adekuat dan menyebabkan jarangnya regresi spontan lesi % (11


(5)

Dari studi kohort berskala besar ($ " % * & ) diperoleh kesimpulan bahwa resiko displasia pada penderita adalah adanya pemeriksaan

diikuti dengan infeksi ( Dari studi yang dilakukan oleh

+ $ + ditemukan adanya displasia serviks pada 19% perempuan

penderita dibandingkan dengan hanya 5% displasia serviks pada perempuan yang tidak terinfeksi ( Displasia paling sering ditemukan pada perempuan dengan infeksi

terutama $ $) & (Faktor risiko penting berikutnya adalah % ,

(<200). -$ . / . mendapatkan 63% penderita yang

menderita infeksi , dibandingkan penderita non (sebesar 30%),

dimana 36% penderita terinfeksi tipe yang multipel, dibanding penderita non (sebesar 12%)(5

Prevalensi infeksi tipe 16/18 pada perempuan India penderita di wilayah Pune sebesar 33%, sebanyak 28,3% pada perempuan dibawah 30 tahun dan 40,5% pada perempuan 30 tahun ke atas, dengan infeksi tipe 16 yang paling banyak ditemukan. Infeksi campuran tipe 16 dan 18 didapatkan pada satu partisipan. Dari 33% penderita yang terinfeksi $ $ & tersebut, 18,2% nya menunjukkan abnormalitas hasil pap smear, 82% sisanya dianggap berpotensi untuk berkembang menjadi abnormalitas servikal intraepitel.12

Studi lain di Pune, India, mendapatkan data " dari bahan biopsi kolposkopi pada penderita , dimana " $ $ & ditemukan pada 52% " 0 50% " 2, 67%

" 1dan (13

Studi prevalensi yang pernah dilakukan di 3 daerah di Indonesia (Jakarta, Tasikmalaya, Bali) meneliti 2686 orang perempuan, dan memperoleh data adanya infeksi pada 305 (11,4%), dimana 13,9% nya di Jakarta, 8,8% di Tasikmalaya, 11,5% di Bali. Studi tersebut mendapatkan 3 tipe $ $ & yang terbanyak dari sampel positif, yaitu tipe 52, 16 dan 18, dengan prevalensi yang berbeda2beda di tiap daerah. Di Jakarta didapatkan prevalensi tipe 52, 16 dan 18 secara berurutan sebesar 14,8%, 10,7% dan 6,6%, di Tasikmalaya 16,0%, 12,3% dan 17,3%, di Bali 18,0%, 15,0% dan 12,0%. Ditemukan pula infeksi yang multipel pada 63 (20,7%) sampel dari kasus positif, yaitu 22 (18,0%) di Jakarta, 15 (18,5%) di Tasikmalaya, dan 26 (25,5%) di Bali.14 Namun pada studi ini tidak diteliti apakah penderita terinfeksi atau tidak(

Penelitian pada perempuan penderita di Zambia memperoleh hasil abnormalitas epitel skuamus pada pap smear sebesar 93,3%, yang terdiri dari 20% 2 23,3% 2 2 dan


(6)

17,3% )3 3 . Bila dibandingkan dengan penderita infeksi $ $ & didapatkan hasil bahwa penderita dengan infeksi $ $ & beresiko sebesar 9,2 kali untuk menderita 2 dan

dari pemeriksaan sitologi pap smear. Pada penelitian ini, $ $ & ditemukan pada 85,3% perempuan penderita ( 14

" 0# # " %

Sampel diambil secara dari bahan pap smear berbasis cairan

yang telah diambil dari perempuan pengidap di salah satu klinik infeksi menular seksual di Denpasar, Bali, terkumpul sebanyak 50 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, salah satunya yaitu tidak ada riwayat pap smear dengan abnormalitas sebelumnya. Dari seluruh sampel tersebut dibuat dua buah sediaan apusan yang dipulas dengan pengecatan Papanicolaou, dan sisanya diambil untuk diperiksa adanya infeksi dengan tehnik PCR, khususnya tipe 16 dan 18.

Pembuatan sediaan apusan pap smear berbasis cairan dilakukan di salah satu laboratorium sitologi swasta di Denpasar, interpretasinya dilakukan oleh peneliti utama dan peneliti kedua. Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasi 2 2 maupun 2 menggunakan kriteria -4 2004.

Pemeriksaan untuk menentukan ada tidaknya infeksi dan penentuan tipenya (khususnya tipe 16 dan 18) dikerjakan di Unit Biomolekular Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.

Selanjutnya hasil pemeriksaan sitologi pap smear dan dikelompokkan berdasarkan tipe infeksi , ada tidaknya lesi prakanker dan kelompok umur. Hubungan infeksi dan lesi prakanker dianalisis menggunakan uji $ ) dengan tingkat kemaknaan ditetapkan pada nilai p<0,05.

'

Dari 50 perempuan penderita , 30 (60%) kasus didapatkan pemeriksaan " yang positif dan 20 (40%) kasus dengan negatif. Penderita yang terbanyak pada umur 31 – 40 tahun, yaitu sejumlah 22 kasus (44%). Infeksi terbanyak juga berada dalam kelompok umur yang sama, yaitu sebesar 13 (26%) kasus. Bila dilihat dari kelompok umur 30 tahun ke bawah, prevalensi (+) sebesar 22,0%, sedangkan usia diatas 30 tahun sebesar 38,0%.


(7)

1 (

Umur (th) HPV (+) HPV (2) Total Pasien HIV

n % N % n %

15 2 20 1 2,0 0 0,0 1 2,0

21 2 30 10 20,0 9 18,0 19 38,0

31 – 40 13 26,0 9 18,0 22 44,0

41 – 40 5 10,0 2 4,0 7 14,0

51 – 60 1 2,0 0 0,0 1 2,0

Jumlah 30 60,0 20 40,0 50 100,0

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

Dari 30 kasus dengan positif, ditemukan tipe 16 sejumlah 4 orang (13,3%), tipe 18 sejumlah 3 orang (10,0%), tipe campuran tipe 16 & tipe 18 sejumlah 2 orang (6,7%). Bila dilihat dari kelompok umur 30 tahun ke bawah, prevalensi tipe 16 sebesar 6,7%, , tipe 18 sebesar 6,7%. Sedangkan untuk usia diatas 30 tahun, infeksi tipe 16 sebesar 9,9% dan tipe 18 sebesar 3,3%. Sebanyak 21 orang (70%) belum bisa ditentukan tipenya karena keterbatasan dana dan tidak tersedianya untuk mendeteksi tipe yang lain, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan. Bila di kemudian hari tersedia dana, penelitian ini dapat dilanjutkan kembali.

Lesi Prakanker ditemukan pada 12 kasus, dimana 11 (11,3%) kasus terdeteksi menderita infeksi , 1 (5%) kasus tanpa infeksi ( Pada pemeriksaan pap smear dengan negatif maupun positif hanya ditemukan 2 2 dan 2, tidak ditemukan

abnormalitas epitel yang lain seperti 3

)3 5 2 maupun

6 3 63 .

Pada kasus dengan positif, tampaknya 2 2 ditemukan lebih banyak dibandingkan 2 (23,3% dibandingkan 13,3%), dan sebagian besar ditemukan pada usia 21240 tahun. Usia termuda adalah 19 tahun, tertua usia 52 tahun, masing2masing dengan infeksi dan 2 2 namun tipe nya belum bisa ditentukan.

Dari 20 pasien dengan negatif, hanya ditemukan 1 (5,0%) kasus lesi prakanker yaitu 2 2, sedangkan sisanya sebanyak 19 (95,0%) kasus tidak ditemukan lesi prakanker (Tabel II). Berdasarkan analisis statistik, didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara infeksi dengan lesi prakanker serviks (p=0,010).


(8)

1 - /

( &

Umur (th)

-2/ -4/

Lesi Prakanker (+) Lesi Prakanker (2)

& -2/

Lesi Prakanker (+) Lesi Prakanker (2)

& -4/

2 2 2 Total n % 2 2 2 n % 5

n % n % n % N % n %

15220 1 3,3 0 0,0 1 3,3 0 0,0 6$6 0 0,0 0 0 0 0 7 7

21230 3 10,0 1 3,3 4 13,3 6 20,0 7 66$6 1 5,0 0 0 8 40,0 8 9:

31240 2 6,7 2 6,7 4 13,3 8 26,7 ; 97$7 0 0,0 0 0 9 45,0 8 9:

41250 0 0,0 1 3,3 1 3,3 5 16,7 ;7$7 0 0,0 0 0 2 10,0 ; 7

51260 1 3,3 0 0,0 1 3,3 0 0,0 6$6 0 0,0 0 0 0 0 7 7

< ;6$6 9 6$6 $6 8 6$6 67 77$7 :$7 7 7 8 8:$7 ;7 77$7

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

1 '

- = >7$7:$ &

37$7 7/

Lesi prakanker serviks Total

Positif Negatif

Infeksi Positif 11 19 30

Negatif 1 19 20

Total 12 38 50

Bila yang dinilai hanya penderita yang terinfeksi tipe 16 atau 18, dapat dilihat pada tabel IV bahwa lesi prakanker pada penderita dengan infeksi tipe 16 adalah sebesar 50,0%. Sedangkan pada penderita yang terinfeksi tipe 18 adalah 33,3%. Dari tabel V terlihat bahwa prevalensi lesi prakanker pada infeksi campuran tipe 16 dan 18 adalah sebesar 50,0%.


(9)

.1 &

-2/ -2/ (

, 7 /

-2/ & -2/ &

-4/

-2/

-4/

-2/

15220 0 0 1 1 0 0 0 0

21230 0 1 0 1 1 1 0 2

31240 1 0 0 1 1 0 0 1

41250 1 0 0 1 0 0 0 0

51260 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 1 4 2 1 0 3

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

.1 &

( -2/ (

, -2/ &

-4/

-2/

15220 0 0 0 0

21230 0 0 0 0

31240 1 0 0 1

41250 0 0 1 1

51260 0 0 0 0

1 0 1 2

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

# !,

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebesar 60% penderita terinfeksi hal ini serupa dengan hasil yang diperoleh dari -$ . /

. yang mendapatkan 63% penderita juga menderita infeksi , dibandingkan penderita non (sebesar 30%), dimana 36% penderita terinfeksi tipe yang multipel, dibanding penderita non (sebesar 12%)(5 Infeksi HPV multiple (tipe 16 dan 18) pada penelitian ini sebesar 6,7%. Seperti telah disebutkan sebelumnya, perempuan pengidap tampaknya lebih mudah terinfeksi yang


(10)

Dari 30 kasus dengan positif, ditemukan tipe 16 sejumlah 4 orang (13,3%), tipe 18 sejumlah 3 orang (10%), campuran tipe 16 & tipe 18 sejumlah 2 orang (6,7%). Sejumlah 21 orang (70%) belum bisa dipastikan tipenya, dan apakah merupakan infeksi tunggal atau campuran.

Bila dibandingkan dengan prevalensi infeksi tipe 16/18 pada perempuan India penderita di wilayah Pune, tampaknya terdapat kemiripan dimana infeksi tipe 16 lebih banyak ditemukan dibandingkan tipe 18. Pada penelitian ini, usia penderita dengan infeksi tipe 16 menunjukkan prevalensi 6,7% untuk usia < 30 tahun, dan 6,6% untuk usia ≥ 30 tahun. Sedangkan untuk tipe 18 sebanyak 6,7% usia < 30 tahun, dan 3,3% untuk usia ≥ 30 tahun. Penelitian di Pune mendapatkan prevalensi infeksi tipe 16/18 yang lebih tinggi untuk usia ≥ 30 tahun, dimana sebanyak 28,3% pada perempuan dibawah 30 tahun dan 40,5% pada perempuan 30 tahun ke atas. Mengapa hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dibandingkan penelitian di Pune, masih perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

Dari 33% penderita yang terinfeksi $ $ & di Pune tersebut, 18,2% nya menunjukkan abnormalitas hasil pap smear, 82% sisanya dianggap berpotensi untuk berkembang menjadi abnormalitas servikal intraepitel.12 Pada penelitian ini ditemukan 47% lesi prakanker pada penderita dengan infeksi , dibandingkan dengan hanya 5,0% lesi prakanker pada penderita tanpa infeksi . Pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan antara infeksi pada penderita dengan penderita non (

Studi lain di Pune, India, mendapatkan data " dari bahan biopsi kolposkopi pada penderita , dimana " $ $ & ditemukan pada 52% " 0 50% " 2, 67% " 1dan ( 6 Pada penelitian ini ditemukan 23,3% 2 2 (setara dengan " 0) dan 13,3% 2(setara dengan " 7 " 1).

Adanya satu kali tes (+) meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi displasia serviks sebanyak 10220 kali. Faktor resiko yang signifikan untuk berkembang

menjadi displasia serviks adalah infeksi , dan infeksi dengan tipe yang

multipel.5,8,9 Pada penelitian ini ditemukan 6,7% campuran tipe 16 dan 18 (infeksi multiple), dan diantaranya terdapat 50,0% lesi prakanker. Sedangkan prevalensi lesi prakanker pada tipe 16 saja sebesar 50,0%, dan tipe 18 saja sebesar 33,3%.


(11)

! " ,

Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi memiliki prevalensi yang serupa dengan penelitian lain yang membandingkan antara penderita dan non , dimana pada penelitian tersebut ditemukan prevalensi infeksi yang lebih besar pada penderita dibandingkan dengan non . Prevalensi infeksi tipe 16 tampaknya lebih tinggi dibandingkan tipe 18. Namun dari keseluruhan infeksi pada penelitian ini terdapat prevalensi yang paling tinggi kasus yang belum bisa ditentukan tipe nya karena keterbatasan dana dan tidak tersedianya sehingga masih harus diteliti lebih lanjut.

Prevalensi lesi prakanker tampaknya ditemukan lebih tinggi pada penderita dengan infeksi dibandingkan dengan penderita tanpa infeksi , dan secara statistik terdapat hubungan yang bemakna antara infeksi dengan lesi prakanker serviks. Hal ini menunjukkan pentingnya skrining untuk deteksi dini kanker serviks pada penderita

.

# ? % , !

1. Mitchel, Kummar, Abbas et all. Disease of the immune system. In : Pocket Companion to Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed, International Edition; Elsevier Saunders; 2012. p.1352141.

2. Abbas AK, Litchman AH. Chapter 12. Congenital and Acquired Immunodeficiencies, In : Basic Immunology, Function and Disorders of The Immune System. Elsevier; 2011. p. 231.

3. Clark B, Chetty R. Postmodern cancer : the role of human immunodeficiency virus in uterine cervical cancer. Mol Biol 2002; 55(1) : 19224.

4. Stier E. Cervical neoplasia and the HIV2infected patient. Hematol Oncol Clin N Am. 2003; 17: p.8732887.

5. Andrew E. Abnormal Cervical Cytology. In : Behdad S, editor. Cytopathology. Oxford University Press; 2011.p.1082119.

6. Wright TC, Gatscha RM, Luff RD, Prey MU. Epithelial Cell Abnormalities : Squamous. In : Solomon D, Nayar R, editors. The Bethesda System for Reporting Cervical Cytology. Definition, criteria, and Explanatory Notes, 2nd Ed. Springer Science BusinessMedia, Inc; 2004. p.892119.

7. Cibas ES. Cervical and Vaginal Cytology. In : Cibas ES, Ducatman B. Cytology. Diagnostic Principles and Clinical Correlates. 3rd ed. Saunders Elsevier; 2009. p.292 57.

8. Hawes SE, Critchlow CW, Faye Niang MA, et all. Increased risk of high2grade squamous intraepithelial lesions and cervical cancer among African women with human immunodeficiency virus type 1 and 2 infection. J Infect Dis. 2003; 188 : p.5552563


(12)

9. Schuman P, Ohmit SE, Klein RS, et all. HIV Epidemiology Research Study (HERS). Longitudinal study of squamous intraepithelial lesions in human immunodeficiency virus (HIV) seropositive and at risk seronegative women. J Infect Dis. 2003; 188(1) : p.1282136.

10. Adam Y, Gelderen CJ, Bruyn G, et all. Predictors of persistent cytologic abnormalities after treatment of cervical intraepithelial neoplasia in Soweto, South Africa: a cohort study in a HIV high prevalence population. BMC Cancer. 2008; 8: p.211

11. Chirenje ZM. HIV and cancer of the cervix. Best Practice and Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2005; 19(2): p.2692276.

12. Joshi SN, Gopalkrishna V, Kumar K et all. Cervical squamous intra2epithelial changes and human papillomavirus infection in women infected with human immunodeficiency virus in Pune, India. Wiley2Liss, Inc : J.Med.Virol. 2005; 76: p.4702475.

13. Sahasrabuddhe VV, Bosale RA, Joshi SN et all. Prevalence and predictors of colposcopic2histopathologically confirmed cervical intraepithelial neoplasia in HIV2 infected women in India. PLoS ONE. January 2010; 5(1): e8634.

14. Vet JNI, Boer MA, Akker BEWM, et all. Prevalence of human papillomavirus in Indonesia: a population2based study in three regions. British Journal of Cancer. 2008; 99: p.2142218.

15. Parham GP, Sahasrabuddhe VV, Mwanahamuntu MH, et all. Prevalence and predictors of squamous intraepithelial lesions of cervix in HIV2infected women in Lusaka, Zambia. Elsevier : Gynecologic Oncology; 2006 : 103 : p.101721022.


(1)

1 (

Umur (th) HPV (+) HPV (2) Total Pasien HIV

n % N % n %

15 2 20 1 2,0 0 0,0 1 2,0

21 2 30 10 20,0 9 18,0 19 38,0

31 – 40 13 26,0 9 18,0 22 44,0

41 – 40 5 10,0 2 4,0 7 14,0

51 – 60 1 2,0 0 0,0 1 2,0

Jumlah 30 60,0 20 40,0 50 100,0

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

Dari 30 kasus dengan positif, ditemukan tipe 16 sejumlah 4 orang (13,3%), tipe 18 sejumlah 3 orang (10,0%), tipe campuran tipe 16 & tipe 18 sejumlah 2 orang (6,7%). Bila dilihat dari kelompok umur 30 tahun ke bawah, prevalensi tipe 16 sebesar 6,7%, , tipe 18 sebesar 6,7%. Sedangkan untuk usia diatas 30 tahun, infeksi tipe 16 sebesar 9,9% dan tipe 18 sebesar 3,3%. Sebanyak 21 orang (70%) belum bisa ditentukan tipenya karena keterbatasan dana dan tidak tersedianya untuk mendeteksi tipe yang lain, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan. Bila di kemudian hari tersedia dana, penelitian ini dapat dilanjutkan kembali.

Lesi Prakanker ditemukan pada 12 kasus, dimana 11 (11,3%) kasus terdeteksi menderita infeksi , 1 (5%) kasus tanpa infeksi ( Pada pemeriksaan pap smear dengan negatif maupun positif hanya ditemukan 2 2 dan 2, tidak ditemukan

abnormalitas epitel yang lain seperti 3

)3 5 2 maupun

6 3 63 .

Pada kasus dengan positif, tampaknya 2 2 ditemukan lebih banyak dibandingkan 2 (23,3% dibandingkan 13,3%), dan sebagian besar ditemukan pada usia 21240 tahun. Usia termuda adalah 19 tahun, tertua usia 52 tahun, masing2masing dengan infeksi dan 2 2 namun tipe nya belum bisa ditentukan.

Dari 20 pasien dengan negatif, hanya ditemukan 1 (5,0%) kasus lesi prakanker yaitu 2 2, sedangkan sisanya sebanyak 19 (95,0%) kasus tidak ditemukan lesi prakanker (Tabel II). Berdasarkan analisis statistik, didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara infeksi dengan lesi prakanker serviks (p=0,010).


(2)

1 - /

( &

Umur (th)

-2/ -4/

Lesi Prakanker (+) Lesi Prakanker (2)

& -2/

Lesi Prakanker (+) Lesi Prakanker (2)

& -4/

2 2 2 Total n % 2 2 2 n % 5

n % n % n % N % n %

15220 1 3,3 0 0,0 1 3,3 0 0,0 6$6 0 0,0 0 0 0 0 7 7

21230 3 10,0 1 3,3 4 13,3 6 20,0 7 66$6 1 5,0 0 0 8 40,0 8 9:

31240 2 6,7 2 6,7 4 13,3 8 26,7 ; 97$7 0 0,0 0 0 9 45,0 8 9:

41250 0 0,0 1 3,3 1 3,3 5 16,7 ;7$7 0 0,0 0 0 2 10,0 ; 7

51260 1 3,3 0 0,0 1 3,3 0 0,0 6$6 0 0,0 0 0 0 0 7 7

< ;6$6 9 6$6 $6 8 6$6 67 77$7 :$7 7 7 8 8:$7 ;7 77$7

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

1 '

- = >7$7:$ &

37$7 7/

Lesi prakanker serviks Total Positif Negatif

Infeksi Positif 11 19 30

Negatif 1 19 20

Total 12 38 50

Bila yang dinilai hanya penderita yang terinfeksi tipe 16 atau 18, dapat dilihat pada tabel IV bahwa lesi prakanker pada penderita dengan infeksi tipe 16 adalah sebesar 50,0%. Sedangkan pada penderita yang terinfeksi tipe 18 adalah 33,3%. Dari tabel V terlihat bahwa prevalensi lesi prakanker pada infeksi campuran tipe 16 dan 18 adalah sebesar 50,0%.


(3)

.1 &

-2/ -2/ (

, 7 /

-2/ & -2/ &

-4/

-2/

-4/

-2/

15220 0 0 1 1 0 0 0 0

21230 0 1 0 1 1 1 0 2

31240 1 0 0 1 1 0 0 1

41250 1 0 0 1 0 0 0 0

51260 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 1 4 2 1 0 3

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

.1 &

( -2/ (

, -2/ &

-4/

-2/

15220 0 0 0 0

21230 0 0 0 0

31240 1 0 0 1

41250 0 0 1 1

51260 0 0 0 0

1 0 1 2

! + -2/ 3 & $ -4/ 3 1

# !,

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebesar 60% penderita terinfeksi hal ini serupa dengan hasil yang diperoleh dari -$ . /

. yang mendapatkan 63% penderita juga menderita infeksi , dibandingkan penderita non (sebesar 30%), dimana 36% penderita terinfeksi tipe yang multipel, dibanding penderita non (sebesar 12%)(5 Infeksi HPV multiple (tipe 16 dan 18) pada penelitian ini sebesar 6,7%. Seperti telah disebutkan sebelumnya, perempuan pengidap tampaknya lebih mudah terinfeksi yang


(4)

Dari 30 kasus dengan positif, ditemukan tipe 16 sejumlah 4 orang (13,3%), tipe 18 sejumlah 3 orang (10%), campuran tipe 16 & tipe 18 sejumlah 2 orang (6,7%). Sejumlah 21 orang (70%) belum bisa dipastikan tipenya, dan apakah merupakan infeksi tunggal atau campuran.

Bila dibandingkan dengan prevalensi infeksi tipe 16/18 pada perempuan India penderita di wilayah Pune, tampaknya terdapat kemiripan dimana infeksi tipe 16 lebih banyak ditemukan dibandingkan tipe 18. Pada penelitian ini, usia penderita dengan infeksi tipe 16 menunjukkan prevalensi 6,7% untuk usia < 30 tahun, dan 6,6% untuk usia ≥ 30 tahun. Sedangkan untuk tipe 18 sebanyak 6,7% usia < 30 tahun, dan 3,3% untuk usia ≥ 30 tahun. Penelitian di Pune mendapatkan prevalensi infeksi tipe 16/18 yang lebih tinggi untuk usia ≥ 30 tahun, dimana sebanyak 28,3% pada perempuan dibawah 30 tahun dan 40,5% pada perempuan 30 tahun ke atas. Mengapa hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dibandingkan penelitian di Pune, masih perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

Dari 33% penderita yang terinfeksi $ $ & di Pune tersebut, 18,2% nya menunjukkan abnormalitas hasil pap smear, 82% sisanya dianggap berpotensi untuk berkembang menjadi abnormalitas servikal intraepitel.12 Pada penelitian ini ditemukan 47% lesi prakanker pada penderita dengan infeksi , dibandingkan dengan hanya 5,0% lesi prakanker pada penderita tanpa infeksi . Pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan antara infeksi pada penderita dengan penderita non (

Studi lain di Pune, India, mendapatkan data " dari bahan biopsi kolposkopi pada penderita , dimana " $ $ & ditemukan pada 52% " 0 50% " 2, 67% " 1dan ( 6 Pada penelitian ini ditemukan 23,3% 2 2 (setara dengan " 0) dan 13,3% 2(setara dengan " 7 " 1).

Adanya satu kali tes (+) meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi displasia serviks sebanyak 10220 kali. Faktor resiko yang signifikan untuk berkembang menjadi displasia serviks adalah infeksi , dan infeksi dengan tipe yang multipel.5,8,9 Pada penelitian ini ditemukan 6,7% campuran tipe 16 dan 18 (infeksi multiple), dan diantaranya terdapat 50,0% lesi prakanker. Sedangkan prevalensi lesi prakanker pada tipe 16 saja sebesar 50,0%, dan tipe 18 saja sebesar 33,3%.


(5)

! " ,

Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi memiliki prevalensi yang serupa dengan penelitian lain yang membandingkan antara penderita dan non , dimana pada penelitian tersebut ditemukan prevalensi infeksi yang lebih besar pada penderita dibandingkan dengan non . Prevalensi infeksi tipe 16 tampaknya lebih tinggi dibandingkan tipe 18. Namun dari keseluruhan infeksi pada penelitian ini terdapat prevalensi yang paling tinggi kasus yang belum bisa ditentukan tipe nya karena keterbatasan dana dan tidak tersedianya sehingga masih harus diteliti lebih lanjut.

Prevalensi lesi prakanker tampaknya ditemukan lebih tinggi pada penderita dengan infeksi dibandingkan dengan penderita tanpa infeksi , dan secara statistik terdapat hubungan yang bemakna antara infeksi dengan lesi prakanker serviks. Hal ini menunjukkan pentingnya skrining untuk deteksi dini kanker serviks pada penderita

.

# ? % , !

1. Mitchel, Kummar, Abbas et all. Disease of the immune system. In : Pocket Companion to Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed, International Edition; Elsevier Saunders; 2012. p.1352141.

2. Abbas AK, Litchman AH. Chapter 12. Congenital and Acquired Immunodeficiencies, In : Basic Immunology, Function and Disorders of The Immune System. Elsevier; 2011. p. 231.

3. Clark B, Chetty R. Postmodern cancer : the role of human immunodeficiency virus in uterine cervical cancer. Mol Biol 2002; 55(1) : 19224.

4. Stier E. Cervical neoplasia and the HIV2infected patient. Hematol Oncol Clin N Am. 2003; 17: p.8732887.

5. Andrew E. Abnormal Cervical Cytology. In : Behdad S, editor. Cytopathology. Oxford University Press; 2011.p.1082119.

6. Wright TC, Gatscha RM, Luff RD, Prey MU. Epithelial Cell Abnormalities : Squamous. In : Solomon D, Nayar R, editors. The Bethesda System for Reporting Cervical Cytology. Definition, criteria, and Explanatory Notes, 2nd Ed. Springer Science BusinessMedia, Inc; 2004. p.892119.

7. Cibas ES. Cervical and Vaginal Cytology. In : Cibas ES, Ducatman B. Cytology. Diagnostic Principles and Clinical Correlates. 3rd ed. Saunders Elsevier; 2009. p.292 57.

8. Hawes SE, Critchlow CW, Faye Niang MA, et all. Increased risk of high2grade squamous intraepithelial lesions and cervical cancer among African women with human immunodeficiency virus type 1 and 2 infection. J Infect Dis. 2003; 188 : p.5552563


(6)

9. Schuman P, Ohmit SE, Klein RS, et all. HIV Epidemiology Research Study (HERS). Longitudinal study of squamous intraepithelial lesions in human immunodeficiency virus (HIV) seropositive and at risk seronegative women. J Infect Dis. 2003; 188(1) : p.1282136.

10. Adam Y, Gelderen CJ, Bruyn G, et all. Predictors of persistent cytologic abnormalities after treatment of cervical intraepithelial neoplasia in Soweto, South Africa: a cohort study in a HIV high prevalence population. BMC Cancer. 2008; 8: p.211

11. Chirenje ZM. HIV and cancer of the cervix. Best Practice and Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2005; 19(2): p.2692276.

12. Joshi SN, Gopalkrishna V, Kumar K et all. Cervical squamous intra2epithelial changes and human papillomavirus infection in women infected with human immunodeficiency virus in Pune, India. Wiley2Liss, Inc : J.Med.Virol. 2005; 76: p.4702475.

13. Sahasrabuddhe VV, Bosale RA, Joshi SN et all. Prevalence and predictors of colposcopic2histopathologically confirmed cervical intraepithelial neoplasia in HIV2 infected women in India. PLoS ONE. January 2010; 5(1): e8634.

14. Vet JNI, Boer MA, Akker BEWM, et all. Prevalence of human papillomavirus in Indonesia: a population2based study in three regions. British Journal of Cancer. 2008; 99: p.2142218.

15. Parham GP, Sahasrabuddhe VV, Mwanahamuntu MH, et all. Prevalence and predictors of squamous intraepithelial lesions of cervix in HIV2infected women in Lusaka, Zambia. Elsevier : Gynecologic Oncology; 2006 : 103 : p.101721022.