PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cervical Root Syndrome Di RSUD Sukoharjo.

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh: EKO BUDI WIJAYA

J 100 090 032

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(2)

(3)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO

(Eko Budi Wijaya, 2013, 84 Halaman) ABSTRAK

Latar Belakang : cervical Root Syndrome (CRS) sering di temukan pada klinik fisioterapi, dengan data yang di temukan pada CRS e/c spondylosis sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan sekitar 14% mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan.

Tujuan : untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam pengurangan rasa nyeri menjalar pada leher, peningkatan LGS cervical ,penurunan spasme pada otot penyangga leher, dan peningkatan kemampuan fungsional pada kondisi CRS dengan menggunakan modalitas IR (infra red), TENS, Terapi Latihan dengan menggunakan Hold Relax dan Streching.

Hasil : setelah di lakukan terapi selama enam kali di dapatkan hasil adanya pengurangan nyeri, nyeri diam yang T1 2 menjadi T6 0, nyeri tekan yang T1 5 menjadi T6 2, nyeri gerak yang T1 8 menjadi T6 5. Penambahan selisih LGS

cervical pada gerakan Fleksi (pasif) yang T1 9 menjadi T6 11, (aktif )yang T1 8 menjadi T6 10, Ekstensi (pasif) yang T1 5 menjadi T6 7, (aktif) yang T1 4 menjadi T6 6, lateral fleksi dekstra (pasif) yang T1 2 menjadi T6 3, (aktif) yang T1 2 menjadi T6 3, lateral fleksi sinestra (pasif) yang T1 2 menjadi T6 3, (aktif) yang T1 2 menjadi T6 3, side rotasi dekstra (pasif) yang T1 6 menjadi T6 8, (aktif) yang T1 5 menjadi T6 7, side rotasi sinestra (pasif) yang T1 6 menjadi T6 8, (aktif) yang T1 5 menjadi T6 7. adanya penurunan spasme padaUpper trapezius dekstra yang T1 ++ menjadi T6 +, Levator scapulae dekstra yang T1 ++ menjadi T6 +,

Sternocleidomastoideus dekstra yang T1 ++ menjadi T6 +. Adanya peningkatan

aktifitas fungsional, dari angka ketergantungan yang T1 22 menjadi T6 16.

Kesimpulan : IR (infra red), TENS dan Terapi Latihan menggunakan Hold Relax

dan Streching dapat mengurangi rasa nyeri (nyeri diam,tekan,gerak),menambah LGS cervical dan dapat mengurangi spasme pada otot penyangga leher, sehingga aktifitas fungsional meningkat.

Kata Kunci : Cervical Root Syndrome, IR, TENS, Terapi Latihan Hold Relax dan


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.

Banyaknya kasus yang terjadi pada lansia karena proses degenerasi dari sistem tubuh dewasa ini semakin bervariasi. Salah satu kasus penyakit pada umumnya yaitu nyeri pada leher yang disebabkan oleh proses degenerasi adalah spondylosis cervicalis yang dapat menyebabkan Cervical Root Syndrome. Secara radiologi spondylosis dapat menimbulkan cervical root syndrome dengan memperlihatkan kelainan berupa osteofit yang menonjol kedalam foramen inter vertebralis (penyempitan pada bagian

posterior diskus vertebralis), berdegenerasi dan rata, sehingga timbul rasa nyeri radikuler Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompresi atau penekanan pada isi foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi, sehingga timbul nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan mobilitas atau toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun (Hudaya, 2009).

Nyeri pada radik cervical merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan seseorang datang berobat ke fasilitas kesehatan. Di populasi didapatkan sekitar 34 % pernah mengalami nyeri radik cervical dan hampir 14 % mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan. Pada populasi usia di atas 50 tahun, sekitar 10 % mengalami nyeri pada radik cervical, lebih sedikit


(5)

dibanding populasi yang mengalami nyeri pinggang bawah. Oleh karena itu, dalam menangani kasus Cervical root Syndrome perlu kerjasama antar tenaga kesehatan seperti dokter, radiologi, fisioterapi, dan orthotik -prostetik

(Prasojo, 2002)

Melihat dari permasalahan di atas, maka peranan fisioterapi adalah

heating (IR), ditujukan untuk mengurangi spasme otot pada daerah leher dan sekitar pundak, pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

(TENS) dimaksudkan untuk mengurangi nyeri menjalar yang timbul di area leher. Pembe rian terapi latihan ditujukan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi leher sehingga pada akhirnya pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan maupun kesulitan. Sehubungan dengan adanya keinginan penulis untuk memahami peranan fisioterapi pada kasus Cervical

root Syndrome dalam mengurangi nyeri, mengurangi spasme, dan

meningkatkan lingkup gerak sendi leher, maka penulis memilih judul karya tulis ilmiah: “ Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Cervical Syndrome di RSUD SUKOHARJO”

B .Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil suatu kesimpulan tentang kondisi Cervical root Syndrome.


(6)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya manfaat IR , TENS dan Terapi Latihan dalam mengurangi nyeri akibat Cervical root Syndrome.

b. Untuk mengetahui adanya manfaat Terapi Latihan dalam meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS) leher akibat Cervical root Syndrome.

c. Untuk mengetahui adanya manfaat IR dan Terapi Latihan dalam mengurangi spasme otot leher akibat Cervical root Syndrome.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1 . Cervical root syndrome a) Definisi

Cervical root syndrome adalah sindroma atau keadaan yang ditimbulkan oleh adanya iritasi atau kompresi pada radik saraf cervical

yang ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radik yang terkena (Adam & Victor’s, 2005)

Spondilosis Cervical adalah diagnosa radiologik untuk suatu kondisi dimana terdapat degenerasi yang progresif dari sendi-sendi

intervertebral bagian cervical tanpa ada hubungan keterlibatan dengan perasaan atau otot (Jiang et al., 2010).

Secara radiologik spondylosis dapat menimbulkan cervical root syndrome dengan memperlihatkan kelainan berupa osteofit yang menonjol kedalam foramen intervertebralis (penyempitan pada bagian

posterior diskus vertebralis), berdegenerasi dan rata, sehingga timbul rasa nyeri radikuler (Hudaya, 2009)

Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompresi atau penekanan pada isi foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi, sehingga timbul nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan mobilitas atau toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun.


(8)

b) Etiologi

Banyak hal yang dapat menyebabkan Cervical root syndrome

antar lain:

Radikulopati, Hernia nucleus pulposus (HNP), Spondylosis cervicalis, Kesalahan postural

c) Patologi

Cervical root syindrome ini di sebabkan karena spondilosis cervical. Hal ini merupakan suatu keadaan yang menimbulkan kaku kuduk (neck stiffness) atau rasa nyeri, yang timbul akibat kapsul sendi yang mengandung serabut saraf sangat sensitif terhadap peregangan dan distorsi, selain itu ligamentum dan te ndon di leher sensitif juga terhadap regangan dan distorsi oleh gerakan yang keras atau overuse leher atau bagian atas punggung, juga osteofit dapat menekan akar saraf atau medula spinalis karena foramen intervertebrale menyempit akibat membesarnya


(9)

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

Pasien bernama Tn haris suwarno, umur : 54 tahun, agama : islam, pekerjaan :guru SD (PNS), jenis kelamin : laki-laki, alamat : gabakan 04/02 jombor, sukoharjo dengan diagnosa medis Cervical Root Syndrome, mengeluhkan nyeri pada leher dan menjalar ke lengan, Dalam pemeriksaan didapatkan hasil nyeri pada leher dan nyeri menjalar pada lengan, Lasseque Tes kompresi foraminal (Test Spurling’s) (+),Tes distraksi foraminal (+), Valsalva Maneuver

(+) dan tes nyeri menggunakan VAS, tes LGS menggunakan midline, tes spasme dengan palpasi serta tes kemampuan fungsional dengan Neck Disability Indeks.

Impairment dalam kasus ini adalah Nyeri tekan pada m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. upper trapezius, sebelah kanan. Nyeri gerak untuk gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri,rotasi kanan dan lateral flexi kiri dan kanan baik gerak pasif, aktif maupun gerak aktif melawan tahanan, Adanya keterbatasan lingkup gera k sendi leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri dan kanan, dan lateral flexi kiri dan kanan baik gerak pasif maupun aktif, Adanya spasme otot-otot leher, pundak, dan scapula yaitu pada m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. upper trapezius, sebelah kanan,serta adanya Penurunan kemampuan fungsional. Dalam kasus ini, modalitas yang digunakan yaitu IR , TENS dan terapi latihan menggunakan metode Hold Relax dan streching.


(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

. 1. Pengurangan nyeri

2. A. Peningkatan LGS trunk pasif

2 2 1 1 0 0 5 5 4 3 3 2 8 8 7 7 6 5 0 2 4 6 8 1 0

1 2 3 4 5 6

S k a la V A S Banyaknya Terapi

Evaluasi Derajat Nyeri menggunakan Skala

VAS

nyer i diam nyer i t ekan nyer i ger ak 9 9 10 10

1 1 1 1

5 5

6 6 6

7

2 2

3 3 3 3

2 2

3 3 3 3

6 6 6

7 7

8

6 6 6

7 7 8 0 2 4 6 8 10 12

1 2 3 4 5 6

H a si l S e li si h P e n g u k u ra n m e n g g u n a k a n m id li n e Banyaknya Terapi

LGS pasif cervical

fleksi

Ekst ensi

lat eral fleksi dekst ra lat eral fleksi sinest ra side rot asi dekst ra side rot asi sinest ra


(11)

B. Peningkatan LGS trunk aktif

3. Pengurangan spasme

No

Otot -otot

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Upper trapezius dekstra ++ ++ ++ + + +

2. Levator scapulae dekst ra ++ ++ + + + +

3. Sternocleidomastoideus dekstra + + + + + +

4. Evaluasi skala aktivitas fungsional dengan neck disability indeks

8 8 8

9 9

10

4 4

5 5 5

6

2 2 2

3 3 3

2 2 2

3 3 3

5 5 6 6 7 7 5 5 6 6 7 7 0 2 4 6 8 1 0 1 2

1 2 3 4 5 6

h a si l se li si h p e n g u k u ra n m e n g g u n a k a n m id li n e Banyaknya Terapi

LGS aktif cervical

fleksi

Ekstensi

lat eral fleksi dekst r a lat eral fleksi sinest ra side rot asi dekst r a

2 2 2 2 1 9

1 8

1 6 16

10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6

a n g k a k e te rg a n tu n g a n Banyaknya Terapi

Neck disability indeks

neck disabilit y indeks


(12)

B. Pembahasan

1. IR (infra red)

Adanya pengurangan nyeri yang dihasilkan dari evaluasi menunjukkan adanya efek panas yang dihasilkan IR yang berpengaruh pada sirkulasi nyeri.Efek fisiologis yang dihasilkan IR akan meningkatkan temperature, meningkatkan proses metabolism kemudian terjadi vasodilatasi, dan aliran darah kapiler menjadi lancer atau meningkat. Dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah maka nyeri akan menurun.

2. TENS (Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation)

Berdasar kan grafik di atas, diperoleh penurunan nyeri selama 6 kali terapi.Hal ini berarti pemberian TENS denganarus, intensitas dan durasi serta frequensi yang tepat dapat mengurangi nyeri yang dirasakan. Menurut Melzackdan Wall nyeri dirasakan karena adanya rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta danC ) yang menyebabkan substansia gelati-nosa (SG) tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan implusnoksius di teruskan ke sentral sehingga sensasi nyeri akan dirasakan. (Parjoto, 2006)

3. Terapi latihan (hold relax)

Terapi latihan disini untuk meningkatkan fleksibilitas gerak leher dengan menggunakan stretching dan holg relax. Di dalam otot terdapat reseptor

yang dinamakan propioseptor, yang menyampaikan informasi tentang aktivitas otot kesistem syaraf pusat (SSP). Ketika otot mencapai titik penguluran maksimal, propioseptor ini memberikan sinyal ke SSP


(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Adanya manfaat dari penggunaan modalitas IR , TENS, dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri pada kondisi cervical root syndrome. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas terapi latihan terhadap peningkatan LGS pada kondisi cervical root syndrome. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas IR dan terapi latihan terhadap penurunan spasme pada kondisi cervical root syndrome, Adanya manfaat penggunaan modalitasIR, TENS, danTerapi latihan terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada kondisi cervical root syndrome

B.Saran

C. Agar dapat tercapai hasil pengobatan yang maksimal, maka saran ditujukan kepada pasien agar selalu memperhatikan anjuran atau larangan tim medis yang kiranya mengganggu kesembuhan pasien seperti Fisioterapi mengajarkan di rumah (home programe) kepada pasien saat tidu tidak mengguna kan bantal yang terlalu tebal dan keras, tidak dibenarkan menggerakkan leher secara spontan, tidur dengan posisi yang benar yaitu terlentang dan olahraga yang teratur. Untuk kesembuhan melaksanakan program terapi secara intensif sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh terapis demi keberhasilan suatu terapi dan kepada keluarga pasien agar selalu memberikan dorongan, serta membantu pasien untuk melaksanakan program terapi terutama di rumah.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Hudayana, P,2009; Patofisiologi Nyeri Leher;disampaikan dalam seminar Nasional Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri leher dan Bahu

Prasojo, 2002; Rematologi, Cetakan ketujuh, Akademi Fisioterapi Surakarta Adam dan victor’s, 2005; Principles of Neurology, 8rdedition;USA

Jiang, Sheng-Dan dkk, 2010; Cervical spondylotic amyotrophy; Eur Spine J. Vol:351–357

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi Indonesia: Semarang.


(1)

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

Pasien bernama Tn haris suwarno, umur : 54 tahun, agama : islam, pekerjaan :guru SD (PNS), jenis kelamin : laki-laki, alamat : gabakan 04/02 jombor, sukoharjo dengan diagnosa medis Cervical Root Syndrome, mengeluhkan nyeri pada leher dan menjalar ke lengan, Dalam pemeriksaan didapatkan hasil nyeri pada leher dan nyeri menjalar pada lengan, Lasseque Tes kompresi foraminal (Test Spurling’s) (+),Tes distraksi foraminal (+), Valsalva Maneuver

(+) dan tes nyeri menggunakan VAS, tes LGS menggunakan midline, tes spasme dengan palpasi serta tes kemampuan fungsional dengan Neck Disability Indeks.

Impairment dalam kasus ini adalah Nyeri tekan pada m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. upper trapezius, sebelah kanan. Nyeri gerak untuk gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri,rotasi kanan dan lateral flexi kiri dan kanan baik gerak pasif, aktif maupun gerak aktif melawan tahanan, Adanya keterbatasan lingkup gera k sendi leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri dan kanan, dan lateral flexi kiri dan kanan baik gerak pasif maupun aktif, Adanya spasme otot-otot leher, pundak, dan scapula yaitu pada m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. upper trapezius, sebelah kanan,serta adanya Penurunan kemampuan fungsional. Dalam kasus ini, modalitas yang digunakan yaitu IR , TENS dan terapi latihan menggunakan metode Hold Relax dan streching.


(2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

. 1. Pengurangan nyeri

2. A. Peningkatan LGS trunk pasif

2 2 1 1 0 0 5 5 4 3 3 2 8 8 7 7 6 5 0 2 4 6 8 1 0

1 2 3 4 5 6

S k a la V A S Banyaknya Terapi

Evaluasi Derajat Nyeri menggunakan Skala

VAS

nyer i diam nyer i t ekan nyer i ger ak 9 9 10 10

1 1 1 1

5 5

6 6 6

7

2 2

3 3 3 3

2 2

3 3 3 3

6 6 6

7 7

8

6 6 6

7 7 8 0 2 4 6 8 10 12

1 2 3 4 5 6

H a si l S e li si h P e n g u k u ra n m e n g g u n a k a n m id li n e Banyaknya Terapi

LGS pasif cervical

fleksi

Ekst ensi

lat eral fleksi dekst ra lat eral fleksi sinest ra side rot asi dekst ra side rot asi sinest ra


(3)

B. Peningkatan LGS trunk aktif

3. Pengurangan spasme

No

Otot -otot

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Upper trapezius dekstra ++ ++ ++ + + +

2. Levator scapulae dekst ra ++ ++ + + + +

3. Sternocleidomastoideus dekstra + + + + + +

4. Evaluasi skala aktivitas fungsional dengan neck disability indeks

8 8 8

9 9

10

4 4

5 5 5

6

2 2 2

3 3 3

2 2 2

3 3 3

5 5 6 6 7 7 5 5 6 6 7 7 0 2 4 6 8 1 0 1 2

1 2 3 4 5 6

h a si l se li si h p e n g u k u ra n m e n g g u n a k a n m id li n e Banyaknya Terapi

LGS aktif cervical

fleksi Ekstensi lat eral fleksi dekst r a lat eral fleksi sinest ra side rot asi dekst r a

2 2 2 2 1 9

1 8

1 6 16

10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6

a n g k a k e te rg a n tu n g a n Banyaknya Terapi

Neck disability indeks

neck disabilit y indeks


(4)

B. Pembahasan

1. IR (infra red)

Adanya pengurangan nyeri yang dihasilkan dari evaluasi menunjukkan adanya efek panas yang dihasilkan IR yang berpengaruh pada sirkulasi nyeri.Efek fisiologis yang dihasilkan IR akan meningkatkan temperature, meningkatkan

proses metabolism kemudian terjadi vasodilatasi, dan aliran darah kapiler

menjadi lancer atau meningkat. Dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah

maka nyeri akan menurun.

2. TENS (Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation)

Berdasar kan grafik di atas, diperoleh penurunan nyeri selama 6 kali terapi.Hal ini berarti pemberian TENS denganarus, intensitas dan durasi serta frequensi yang tepat dapat mengurangi nyeri yang dirasakan. Menurut Melzackdan Wall nyeri dirasakan karena adanya rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta danC ) yang menyebabkan substansia gelati-nosa (SG) tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan implusnoksius di teruskan ke sentral sehingga sensasi nyeri akan dirasakan. (Parjoto, 2006)

3. Terapi latihan (hold relax)

Terapi latihan disini untuk meningkatkan fleksibilitas gerak leher dengan menggunakan stretching dan holg relax. Di dalam otot terdapat reseptor

yang dinamakan propioseptor, yang menyampaikan informasi tentang aktivitas otot kesistem syaraf pusat (SSP). Ketika otot mencapai titik penguluran maksimal, propioseptor ini memberikan sinyal ke SSP


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Adanya manfaat dari penggunaan modalitas IR , TENS, dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri pada kondisi cervical root syndrome. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas terapi latihan terhadap peningkatan LGS pada kondisi cervical root syndrome. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas IR dan terapi latihan terhadap penurunan spasme pada kondisi cervical root syndrome, Adanya manfaat penggunaan modalitasIR, TENS, danTerapi latihan terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada kondisi cervical root syndrome

B.Saran

C. Agar dapat tercapai hasil pengobatan yang maksimal, maka saran ditujukan kepada pasien agar selalu memperhatikan anjuran atau larangan tim medis yang kiranya mengganggu kesembuhan pasien seperti Fisioterapi mengajarkan di rumah (home programe) kepada pasien saat tidu tidak mengguna kan bantal yang terlalu tebal dan keras, tidak dibenarkan menggerakkan leher secara spontan, tidur dengan posisi yang benar yaitu terlentang dan olahraga yang teratur. Untuk kesembuhan melaksanakan program terapi secara intensif sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh terapis demi keberhasilan suatu terapi dan kepada keluarga pasien agar selalu memberikan dorongan, serta membantu pasien untuk melaksanakan program terapi terutama di rumah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hudayana, P,2009; Patofisiologi Nyeri Leher;disampaikan dalam seminar Nasional Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri leher dan Bahu

Prasojo, 2002; Rematologi, Cetakan ketujuh, Akademi Fisioterapi Surakarta Adam dan victor’s, 2005; Principles of Neurology, 8rdedition;USA

Jiang, Sheng-Dan dkk, 2010; Cervical spondylotic amyotrophy; Eur Spine J. Vol:351–357

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi Indonesia: Semarang.