RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM SOSIALISASI KPU (Studi: Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti).

RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM
SOSIALISASI KPU
(Studi: Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik
Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Oleh:
SITTI ATISSA RUZUAR

06193103

JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011

ABSTRAK
Sitti Atissa Ruzuar, 06193103, Jurusan Ilmu Politik, FISIP, Universitas

Andalas dengan Judul Skripsi : Respons Masyarakat Terhadap Program
Sosialisasi KPUD Kabupaten Solok Tentang Penggunaan Surat Suara di
Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Dalam Pemilukada Sumbar
2010. Sebagai Pembimbing I Dr. Sri Zulchairiyah, MA dan Pembimbing
Irawati, S.IP, M.Si. Skripsi Ini terdiri dari 92 Halaman dengan 12 referensi
buku, 2 Skripsi serta peraturan-peraturan lainya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan
tentang Respons Masyarakat Terhadap Program Sosialisasi KPUD Kabupaten Solok
Tentang Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok
Dalam Pemilukada Sumbar 2010. Melihat tingginya suara tidak sah di kecamatan
Lembah Gymanti yang berada di Kabypaten Solok yang merupakan daerah dengan
perolehan suara tidak sah tertinggi di Sumatra Barat. Respons itu dapat dilihat dengan
menggunakan Konsep Komunikasi Politik dari KPUD Solok dan feedback yang
terjadi di masyarakat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualiitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. sementara teknik
keabsahan data yang digunakan peneliti memakai proses triangulasi sumber data.
Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa, tidak semua masyarakat
mendapatkan sosialiisasi langsung dari KPUD Kabupaten Solok. Sosialisasi

pemilukada dan penggunaan surat suara merupakan tugas dari KPUD dan bukan
tugas dari KPPS. Namun yang terjadi di lapangan adalah KPUD Kabupaten Solok
memberikan tugas sosialisasi kepada masyarakat kepada KPPS. Suara tidak sah
terjadi karena adanya kesalahan dalam pencoblosan, dimana coblosan mengenai lebih
dari satu kandidat. Kesalahan dalam mencoblos banyak terjadi di kalangan pemilih
yang sudah lanjut usia. Yang terjadi adalah ketika pemilih tidak membuka surat suara
yang benar, kemudian mencoblos foto yang sudah terlihat sampai tembus kebelakang
dan terkena lebih dari satu kandidat yang mengakibatkan surat suara tersebut
dikategorikan sebagai suara tidak sah.
Sosialisasi tentang Pemilukada dan penggunaan surat suara sebaiknya
dilekukan dengan sering, sehingga informasi dapat dimengerti dan dapat diterima
oleh masyarakat sebagai pemilih, baik yang muda maupun yang tlah lanjut usia.
Kemudian metode sosialisasi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga
informasi yang beredar bisa nerata di kalangan masyarakat, baik masyarakat yang
tidak menonton televisi, dan yang menonton televisi ataupun masyarakat yang tidak
berpendidikan maupun yang berpendidikan. Karena informasi mengenai penggunaan
surat suara merupakan hak dari masyarakat pemilih. Informasi yang beredar pada
umumnya sangat membantu masyarakat untuk memahami cara mencoblos yang
benar. Namun kesalahan dalam memilih banyak terjadi di kalangan lanjut usia akibat
penglihatan yang menurun, kemudian pendengaran yang menurun dan adanya rasa

taku dan grogi ketika di dalam bilik suara atau TPS.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan sarana penyaluran aspirasi bagi masyarakat
terhadap pemerintahan. Pada pemilihan umum, masyarakat diberi kesempatan untuk
menentukan siapa yang akan mewakili mereka di lembaga legislatif dan yang akan
memimpin mereka sebagai presiden di lembaga eksekutif selama lima tahun ke
depan. Perubahan-perubahan situasi politik sebagai konsekuensi dari tuntutan
demokratisasi tentunya akan berpengaruh pada pemerintahan di tingkat lokal. Proses
demokratisasi mulai tampak dalam kehidupan politik. Berbagai perubahan dalam
sistem pemilihan umum dan adanya prinsip otonomi daerah akan memberikan warna
baru dalam pola rekruitmen Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.1 Pemilihan yang
dilaksanakan di tingkat lokal seperti Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada)
memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah untuk berpartisipasi aktif
menentukan siapa yang patut memimpin daerah mereka.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang1

Martin Jimung, Partai Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah,
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2005, hlm. 24.

undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.2
Sebagaimana terjadi di daerah-daerah lain, lonceng kehidupan demokrasi juga
berdentang di Sumatera Barat (Sumbar), sehubungan pelaksanaan pemilihan umum
kepala daerah (Pemilukada). Pada tahun 2005 mulai berlaku pemilihan gubernur dan
wakil Gubernur secara langsung di Sumbar. Terdapat beberapa implikasi dari
perubahan politik tersebut pada tingkat lokal, antara lain jika selama ini kepala daerah
dipilih dan ditunjuk langsung dari pusat sekarang dipilih langsung oleh masyarakat
daerah setempat. Cara ini tentu dalam pelaksanaannya akan sangat jauh berbeda jika
dilihat dari teknis dan prosedur, dibandingkan sebelumnya. Dengan pemilukada
langsung ini masyarakat diberi kesempatan untuk memberi andil dalam pesta

demokrasi negara sebagai bentuk partisipasi aktif mereka dibidang politik. Bukan
hanya itu, setiap calon kepala daerah mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat
dengan menyampaikan visi dan misi serta program kerja mereka, dengan harapan
masyarakat akan lebih rasional dalam memilih mana calon yang cocok sebagai kepala
daerah nantinya.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, maka daerah diberikan wewenang untuk memilih sendiri kepala
daerahnya. Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) ini dilaksanakan di Provinsi

2

http:// wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah yang diakses pada tanggal 20 November 2010 pukul
13.21 WIB.

Sumbar pertama kali pada tahun 2005. Pemilukada adalah sebuah wadah partisipasi
bagi masyarakat untuk terlibat secara aktif dan langsung dalam menentukan siapa
yang akan memimpin daerahnya. Pemilukada yang berlangsung jujur dan bersih
merupakan harapan semua pihak.

Hal yang sangat memengaruhi terciptanya


pemilukada yang jujur dan bersih adalah moral dan komitmen dari semua pelaku,
mulai dari para elit yang terlibat, para pendukung masing-masing calon maupun para
pemilih.
Untuk melaksanakan Pemilukada, maka lembaga yang diberi kewenangan
khusus untuk menyelenggarakan adalah KPUD Propinsi dan KPUD Kabupaten/Kota.
Hal ini diatur melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) provinsi, kabupaten dan kota
diberikan kewenangan sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah3. Walaupun
demikian secara organisasitoris, KPU di daerah mempunyai hubungan struktural
dengan KPU di Jakarta.
Pemilihan kepala daerah dilaksanakan pertama kali di provinsi Sumbar pada
tanggal 27 Juni 2005, dimana pada periode ini suara terbanyak diperoleh pasangan
Gamawan Fauzi-Marlis Rahman dengan jumlah perolehan 757,296 suara atau dalam
persentase 41,50%4. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah pertamakali ini dinilai
berhasil oleh beberapa kalangan. KPU adalah salah satu unsur yang ikut menentukan
keberhasilan terselenggaranya pemilukada di provinsi Sumbar. KPU adalah lembaga
pemerintah
3


yang

berwenang

dan

bertugas

untuk

mengkoordinasikan,

Razali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
Jakarta, 2005, hal. 56.
4
Summary Perolehan Suara dan Rincian Surat Suara Pilkada Provinsi Sumatera Barat tahun 2005.

menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan Pemilu DPR, DPD dan DPRD,
Pemilu Presiden/Wakil Presiden serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.

Dalam Pemilukada tanggal 27 Juni 2005 yang lalu setidaknya ada 13
Kabupaten/Kota

yang

juga

melaksanakan

Pemilukada

untuk

memilih

Bupati/Walikota di daerahnya masing-masing. Pemilukada ini sebenarnya berjalan
cukup lancar, tanpa diwarnai kerusuhan ataupun aksi anarkis pada saat hari
pemilihan. Pada

Pemilukada perdana, pemilihan gubernur dan wakil gubernur


tanggal 27 Juni 2005 lalu masih terdapat kekurangan di sana sini5. Salah satunya
adalah masalah suara tidak sah.
Pengertian suara sah adalah surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS,
tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kolom yang memuat satu pasangan calon
atau tanda coblos terdapat dalam salah satu kolom yang memuat nomor, foto dan
nama pasangan calon yang telah ditentukan atau tanda coblos lebih dari satu, tetapi
masih di dalam salah satu kolom yang memuat nomor, foto dan nama pasangan calon
atau tanda coblos terdapat pada salah satu kolom yang memuat nomor, foto dan nama
pasangan calon6. Sedangkan pengertian suara tidak sah adalah yang tidak sesuai
dengan pengertian suara sah atau tercoblos lebih dari satu kali, coblosannya mengenai
calon lain atau juga berada diluar kotak gambar calon yang dipilih. Suara tidak sah
5

Yudhi Eka Putra, 2006, “Pelaksanaan Sosialisasi Pemilukada oleh KPUD Provinsi Sumbar” , Skripsi
Jurusan Ilmu Politik. FISIP. Universitas Andalas. Padang. Hlm. 13.
6
Peraturan KPU nomor 72 tahun 2009 Tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan Pemungutan dan
penghitungan Suara pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di tempat pemungutan
suara, hlm. 15.


terjadi karena beberapa penyebab, antara lain Pemilih yang tidak sengaja mencoblos
lebih dari 1 pasangan dan pemilih salah tempat coblos.
Sebagai pemilih, masyarakat berhak untuk mendapatkan sosialisasi tentang
suara tidak sah serta cara menggunakan surat suara dengan benar, karena apabila
masyarakat sebagai pemilih telah mendatangi TPS kemudian mencoblos surat suara
dengan cara yang salah maka suara dari pemilih tersebut dianggap tidak sah (tidak
dihitung). Hal seperti ini akan merugikan keduabelah pihak, baik itu calon Gubernur
dan Wakil Gubernur ataupun masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan data perolehan suara pada pemilukada provinsi Sumatra Barat
tahun 2005 ada 3% atau sekitar 56.904 suara tidak sah untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 1
Perolehan Suara Sah dan Tidak Sah Pemilukada Sumbar 2005
No.

1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12

Kabupaten/kota

Kab. Kep. Mentawai
Kota Padang
Kab. Solok
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Solok selatan
Kota Solok
Kab. Swl/ Sijunjung
Kab. Dharmasraya
Kab. Tanah datar
Kota Sawahlunto
Kota Padang panjang
Kab. Agam

Surat suara terpakai
suara sah
28.011
284.501
140.824
149.882
57.069
22.678
71.243
76.810
136.634
22.901
15.264
166.169

(%) s. tidak sah
98,8
337
99,2
2.333
94,2
8.720
98,6
2.056
95,4
2.727
96,7
765
98,8
880
97,2
2.245
98,6
1.981
98,4
382
98,7
196
95,3
8.213

(%)
1,2
0,8
5,8
1,4
4,6
3,3
1,2
2,8
1,4
1,6
1,3
4,7

partisipasi

28.348
286.834
149.544
151.938
59.796
23.443
72.123
79.055
138.615
23.283
15.460
174.382

13
14
15
16
17
18
19

Kab. Padang Pariaman
142.347
95,4
6.855
4,6
149.202
Kota Pariaman
29.694
98,8
365
1,2
30.059
Kota Bukittinggi
37.796
97,4
1.014
2,6
38.310
Kab. Pasaman
103.579
95,5
4.903
4,5
108.482
Kab. Pasaman Barat
137.521
96,3
5.346
3,7
142.867
Kota Payakumbuh
43.254
98,4
715
1,6
43.969
Kab. Lima puluh kota
158.437
95,8
6.871
4,2
165.308
Jumlah
1.824.614
97
56.904
3 1.881.518
Sumber: Data sekunder diolah dari KPU Provinsi Sumatera Barat tahun 2005

Berdasarkan tabel suara sah dan tidak sah diatas diketahui bahwa dari
1.881.518 pemilih, hanya 1.824.614 yang sah dan sekitar 56.904 adalah suara tidak
sah. Pada pemilukada Sumbar tahun 2005 ini hanya 97 % suara yang dinyatakan sah.
Pada tahun 2010, seiring berakhirnya masa jabatan Marlis Rahman sebagai
Gubernur meneruskan masa jabatan Gamawan Fauzi, setelah diangkat oleh presiden
sebagai Menteri Dalam Negeri, kemudian tanggal 30 Juni 2010 diselenggarakan
pemilukada yang kedua, pada pemilukada kedua ini terpilih pasangan Irwan Prayitno
dan Muslim kasim dengan perolehan suara 657,763 dengan persentase 32.44%.
Masyarakat sangat membutuhkan informasi yang cepat dan sederhana agar tidak
terjadi permasalahan suara tidak sah ini. Tanpa adanya informasi yang langsung
kepada masyarakat, bisa mengalami kebingungan dan mengakibatkan berkurangnya
suara untuk para kandidat. Merujuk dari permasalahan yang terjadi pada pemilukada
Gubernur dan Wakil Gubernur Juli 2005 maka seharusnya KPUD memiliki langkah
antisipasi agar hal seperti ini tidak terjadi lagi pada Pemilukada Gubernur dan Wakil
Gubernur selanjutnya dengan mensosialisasikan penggunaan surat suara ini.

Pada pemilukada tahun 2005 suara tidak sah adalah sebanyak 56.904 atau 3%,
seharusnya pada pemilukada selanjutnya perolehan suara tidak sah ini bisa
diminimalisir. Namun pada pemilukada 2010 terjadi peningkatan suara tidak sah,
untuk lebih jelasnya terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2
Perolehan Suara Sah dan Tidak Sah Pemilukada Sumbar tahun 2010
No.

Kabupaten/kota

Surat suara terpakai
s. tidak
suara sah
(%)
sah

partisipasi

(%)
Kab. Kep.
Mentawai
28.827 95,37
1
1.400
4,63
30.227
2
Kota Padang
293.520 97,69
6.941
2,31
300.461
3
Kab. Solok
150.171 94,32
9.043
5,58
159.214
4 Kab. Pesisir Selatan
197.871 95,97
8.299
4,03
206.170
5 Kab. Solok selatan
71.331 95,79
3.134
4,21
74.465
6
Kota Solok
27.854 96,96
873
3,04
28.727
7 Kab. Swl/ sijunjung
85.759 96,81
2.890
3,19
88.649
8 Kab. Dharmasraya
96.663 96,59
3.417
3,41
100.080
9
Kab. Tanah datar
148.620 96,06
6.095
3,94
15.715
10
Kota Sawahlunto
22.062 97,25
625
2,75
22.687
Kota Padang
panjang
16.402 97,17
11
478
2,83
16.880
12
Kab. Agam
175.029 95,46
8.321
4,54
183.350
Kab. Padang
pariaman
157.448 94,49
13
9.180
5,51
166628
14
Kota Pariaman
29.549 97,22
845
2,78
30.394
15
Kota Bukittinggi
42.165 97,46
1.099
2,54
43.264
16
Kab. Pasaman
127.770 94,85
6.938
5,15
134708
17 Kab. Pasaman Barat
159.529 95,58
7.377
4,42
166.906
18 Kota Payakumbuh
43.041 97,41
1.146
2,59
44.187
Kab. Lima puluh
kota
152.349 96,24
19
5.954
3,76
158.303
84.055
3,98 2.111.835
Jumlah
2.027.780 96,02
Sumber: Data sekunder diolah dari KPUD Provinsi Sumatera Barat tahun 2010

Berdasarkan tabel suara sah dan tidak sah di atas, diketahui bahwa dari
2.111.835 pemilih terdapat 3,98% suara tidak sah yaitu sekitar 84.055 suara. Dari 2
kali penyelenggaraan Pemilukada di Sumatera barat mengalami peningkatan
perolehan suara tidak sah sebesar 27.151 atau sekitar 47,70%.
Perolehan suara tidak sah pada tahun 2010 di kabupaen Solok adalah 5,58%
atau sebesar 9.043 dari 159.214. Pada periode sebelumnya tahun 2005 Kabupaten
solok juga dengan persentase perolehan suara tidak sah tertinggi di Sumatra Barat
yaitu 5,8% atau 8.720 dari 149.544 partisipasi. Jadi dari tahun 2005 dan 2010
Kabupaten solok mengalami peningkatan suara tidak sah yang tidak banyak namun
tetap pada persentase perolehan suara tidak sah tertinggi di sumatera barat.
Berdasarkan data KPU Sumbar, dari dua kali penyelenggaraan pemilukada
yaitu pada tahun 2005 dan 2010 kabupaten Solok adalah dengan persentase perolehan
suara tidak sah tertinggi di Sumatra Barat yaitu 5,8% pada tahun 2005 dan 5,58%
pada tahun 2010. Sosialisasi yang dimaksudkan sebagai tahapan yang harus
dilakukan agar informasi mengenai Pemilukada dapat diterima dan dimengerti oleh
masyarakat dan ditanggapi dengan baik oleh masyarakat. Namun dengan dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat oleh KPU tetap saja Kabupaten Solok mendapatkan
persentasi suara tidak sah, baik di tahun 2005 maupun 2010.
Sejalan dengan data dari KPU Sumbar yang menunjukkan Kabupaten Solok
sebagai lokasi dimana terjadinya dua kali perolehan suara tidak sah tertinggi pada dua
pemilukada yang berbeda, maka berdasarkan tabel berikut dari 14 Desa atau Nagari

yang ada di kabupaten Solok terdapat Nagari yang Perolehan Suara tidak sah nya
paling tinggi seperti yang terlihat pada tabel berikut
Tabel 3
Perolehan Suara sah dan Tidak Sah Kabupaten Solok Pemilukada
Sumbar 2010

no.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

SUARA
TIDAK
SUARA
SAH
%
PARTISIPASI
SAH
%
PPS/DESA/KELURAHAN/NAGARI
Pantai Cermin
8.227 92.98
621 7.07
8,848
Lembah Gumanti
17.934 89.67
2,065 10.33
19,999
Payung Sekaki
3.954 94.32
238 5.68
4,192
Lembang Jaya
10.356 92.46
844 7.54
11.200
Gunung Talang
21.050 95.66
956 4.34
22.006
Bukit Sundi
10.617 94.92
568 5.08
11.185
IX Koto Sungai Lasi
4.894 95.59
226 4.41
5.120
Kubung
25.227 96.90
806 3.10
26.033
X Koto Singkarak
14.884 95.55
693 4.45
15.577
X Koto Diatas
8.907 94.91
478 5.98
9.385
Junjung Sirih
5.181 93.02
389 6.98
5.570
Hiliran Gumanti
7.441 94.37
444 5.63
7.885
Tigo Lurah
4.306 93.18
315 6.82
4.621
Danau Kembar
7.207 94.74
400 5.26
7.607
Jumlah
150.183 94.32
9,043 5.68
159.226
Sumber: Data sekunder KPUD Kabupaten Solok tahun 2010
Selain itu di dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Solok yang
dilaksanakan pada saat bersamaan perolehan suara tidak sah di Kecamatan Lembah
Gumanti juga tertinggi di Kabupaten Solok

Tabel 4
Perolehan Suara sah dan Tidak Sah Kabupaten Solok Pemilukada Kabupaten
Solok 2010
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

SUARA
SUARA T.
KECAMATAN
SAH
%
SAH
Pantai Cermin
8.528 96.38
320
Lembah Gumanti
18.605 93.03
1,394
Payung Sekaki
4.041 96.40
151
Lembang Jaya
10.583 94.50
616
Gunung Talang
21.382 97.19
619
Bukit Sundi
10.828 96.82
356
IX Koto Sungai Lasi
4.971 97.09
149
Kubung
25.487 97.93
540
X Koto Singkarak
15.157 97.30
420
X Koto Diatas
9.076 96.71
309
Junjung Sirih
5.298 95.12
272
Hiliran Gumanti
7.688 97.50
197
Tigo Lurah
4.416 95.56
205
Danau Kembar
7.357 96.71
250
Jumlah
150.183 94.32
9,043
Sumber: Data sekunder KPUD Kabupaten Solok tahun 2010

%
3.62
6.97
3.60
5.50
2.81
3.18
2.91
2.07
2.70
3.29
4.88
2.50
4.44
3.29
5.68

PARTISIPASI
8,848
19,999
4,192
11.199
22.001
11.184
5.120
26.027
15.577
9.385
5.570
7.885
4.621
7.607
159.212

Dari tabel diatas terlihat bahwa kabupaten Solok yang memiliki 14 Desa atau
Nagari dimana salah satu Kecamatannya memiliki suara tidak sah tertinggi,
Kecamatan yang memiliki suara tidak sah terbanyak atau tertinggi ini adalah Lembah
Gumanti. Sekitar 10,33% dari partisipasi yang ada di Lembah Gumanti adalah suara
tidak sah atau sebanyak 2,065 suara tidak sah, jumlah ini jauh lebih banyak
dibandingkan desa lainnya serta pada pemiliha Bupati dan Wakil Bupati sekitar
6,97% partisipasi adalah suara tidak sah atau sebanyak 1.394 dan lebih tinggi
dibanding daerah lainnya.

B.

Rumusan masalah
Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut dengan KPU berfungsi

sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri

7

sedangkan Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah lembaga
penyelenggara Pemilu di Kabupaten atau Kota8. Komisi Pemilihan Umum Daerah
yang selanjutnya disebut KPUD adalah KPU Provinsi, Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi wewenang
khusus oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah di setiap provinsi dan/atau kabupaten/kota.9
Sosialisasi merupakan salah satu dari dari 22 tugas KPU Kabupaten/Kota
dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. KPU
Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan/atau yang berkaitan dengan tugas KPU
Kabupaten/Kota kepada masyarakat.10
Target dilaksanakannya sosialisasi ini antara lain adalah meningkatnya
pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang beberapa hal teknis dalam
menggunakan hak politik dan hak pilihnya dengan benar11. Hal teknis merupakan
mengenai tata cara mencoblos yang benar agar tidak terjadi suara tidak sah.
Sosialisasi kepada masyarakat merupakan aspek penting dan salah satu tugas dari
7

Peraturan KPU Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum nomor 31 tahun 2006 hlm.3
Ibid hlm.3
9
UU no 32 tahun 2004Tentang Pemerintahan Daerah, hlm. 7
10
UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum hlm.15
11
Komisi Pemilihan Umum Nomor 65 tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan
Informasi Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah hlm.6
8

KPU oleh sebab itu KPU harus melaksanakan sosialisai sesuai dengan peraturan
KPU.
Masyarakat sebagai tujuan dari sosialisasi yang dilakukan oleh KPU
seharusnya terlibat dan merespon kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh KPU ini.
Karena segala bentuk kegiatan sosialisasi serta penyampaian informasi yang
dilakukan oleh KPU ditargetkan untuk meningkatnya pemahaman dan pengetahuan
masyarakat baik untuk pentingnya pemilu, atau sosialisasi tentang tahapan pemilu
maupun beberapa hal teknis terkait cara menggunakan surat suara agar tidak terjadi
suara tidak sah ini. Dengan mengetahui respon masyarakat maka kita akan melihat
bagaimana sebenarnya tanggapan masyarakat mengenai sosialisasi yang seharusnya
dilakukan oleh KPU kabupaten Solok, apakah masyarakat mengerti dengan
sosialisasi ini atau sebaliknya masyarakat justru bingung terhadap sosialisasi oleh
KPU kabupaten solok karena informasi yang disampaikan oleh KPU Kabupaten
Solok tidak sepenuhnya dapat ditangkap dan dapat dimengerti oleh masyarakat.
Dalam dua kali pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah di Sumatra Barat
pada tahun 2005 dan 2010 berdasarkan data dari KPU provinsi Sumbar, Kabupaten
Solok dalam 2 periode Pemilukada dengan suara tidak sah tertinggi. KPU
Kabupaten/Kota sebagai penyelanggara melaksanakan sosialisasi sesuai dengan
peraturan (Peraturan KPU nomor 65 tahun 2009). Namun adanya peningkatan suara
tidak sah ini menunjukkan masih adanya masyarakat yang belum paham cara
mencoblos yang benar atau tentang suara tidak sah. Untuk itu yang menjadi rumusan
masalah yang akan peneliti bahas di daam penelitian ini adalah Bagaimana Respons

Masyarakat terhadap Program Sosialisasi Komisi Pemilihan Umum tentang
penggunaan surat suara oleh KPU dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatra
Barat 2010 ?
C.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis
Respons Masyarakat terhadap Program Sosialisasi Komisi Pemilihan Umum tentang
penggunaan surat suara di kabupaten Solok dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Sumatra Barat 2010.

D.

Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemahaman
tentang respon masyarakat terhadap sosialisasi penggunaan surat suara yang
dilakukan oleh KPU kabupaten/kota.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberi
masukan khususnya kepada KPU Kabupaten/ kota
3. Secara Sosial, Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada
seluruh

masyarakat

mengenai

peran

KPU

kabupaten

/kota dalam

mensosialisasikan penggunaan surat suara pemilihan kepala daerah yang
akan dilaksanakan di Sumbar.
4. Secara Teknis, penelitian ini dapat memberikan pengukuran secara sistematis
terhadap permasalahan penelitian yang dibahas oleh peneliti.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan Sosialisasi Pemilukada di kecamatan Lembah Gumanti dilakukan
dengan berbagai bentuk Komunikasi Politik. Bentuk komunikasi yang dilakukan
adalah, Komunikasi tatap muka, komunikasi melalui media, dan kampanye.
Komunikasi dilakukan agar informasi mengenai Pemilukada serta informasi tentang
cara memilih dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sehingga masyarakat pergi
ke TPS dan mencoblos dengan benar.
Sosialisasi merupakan salah satu dari dari 22 tugas KPU Kabupaten/Kota
dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. KPU
Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan/atau yang berkaitan dengan tugas KPU
Kabupaten/Kota kepada masyarakat12. Informasi mengenai Pemilukada dan cara
mencoblos seharusnya sepenuh nya menjadi tugas KPUD kabupaten, namun pada
kenyataannya yang melakukan komunikasi tatap muka adalah KPPS untuk
menyampaikan kepada masyarakat. Hal inilah yang membuat kurang maksimalnya
informasi yang sampai di kalangan masyarakat, seharusnya KPUD Kabupaten Solok
melakukan Komunikasi langsung kepada masyarakat dan berkoordinasi dengan

12

UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum hlm.15

petugas lainnya seperti PPK dan PPS, mengoptimalkan sosialisasi tersebut tidak
hanya menyerahkan begitu saja kepada KPPS tanpa ada koordinasi dan pengontrolan.
Kurangnya tenaga, dana, dan kontrol dari KPUD kabupaten Solok yang
menjadi salah satu penyebab tidak maksimalnya informasi yang beredar di kalangan
masyarakat. Selain itu tingkat kepedulian masyarakat yang minim dan pendidikan
yang rendah juga membuat informasi yang telah disampaikan oleh KPPS tidak
dipahami dan dilakukan dengan benar karena masyarakat sibuk dengan kegiatannya
dan hanya mengandalkakan informasi yang diberikan oleh KPPS pada saat hari H.
Kemudian faktor umur yang membuat masih banyak nya kesalahan yang terjadi pada
saat pencoblosan.
Respon masyarakat secara keseluruhan adalah baik terhadap segala bentuk
program sosialisasi hanya saja masyarakat sulit untuk dikumpulkan, sehingga
informasi yang dapat diterima kebanyakan melalui mulut ke mulut, KPPS dan
televisi. Masyarakat kedepannya mengaharapkan sosialisasi dan komunikasi politik
oleh KPUD Kabupaten Solok dan petugas lain seperti PPK, PPS dan KKPS
dilakukan dengan optimal, dan dengan waktu yang lebih panjang sehingga informasi
yang disampaikan kepada masyarakat bisa lebih sering dan lebih banyak agar
masyarakat bisa lebih mengerti baik untuk yang berpendidikan ataupun yang
berpendidikan rendah. Kemudian masyarakat mengharapkan adanya sosialisasi
langsung kepada masyarakat lanjut usia dengan kekurangan penglihatan dan
pendengaran sehingga dapat lebih terbantu. Lalu jadwal dan metode sosialisasi yang

disesuaikan dengan masyarakat, agar informasi dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.
B. Saran
1. Dalam penelitian ini peneliti merasakan masih banyak kekurangan dan
diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih terfokus kepada Sosialisasi
yang seharusnya dilakukan oleh pihak KPUD kabupaten Solok.
2. Peneliti dalam melihat sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat sudah
berjalan sesuai peraturan KPU, hanya saja seharusnya KPUD Kabupaten
Solok menjalankan tugasnya dengan maksimal untuk melakukan sosialisasi
dan berkoordinasi dengan PPK serta KPPS dalam melaksanakan tugas ini
serta adanya pemantauann di lapangan oleh KPUD Kabupaten Solok.
3. Pihak dari masyarakatpun ikut melakukan sosialisasi, dengan meneruskan
informasi yang telah didapatkan kepada orang-orang terdekat.
4. Adanya penambahan dana dan perpanjangan waktu dalam operasional dari
KPUD agar anggota dari KPUD kabupaten Solok yang seharusnya
menjalankan tugasnya dengan maksimal bisa lebih semangat dalam
menjalankan tugasnya dan dapat langsung terjun kepada masyarakat.
5. Agar kedepannya kertas suara yang digunakan dibuat dengan lipatan yang
tidak rumit dan tidak terlalu besar agar tidak mempersulit masyarakat dan
tidak membuat bingung. Sehingga dengan ini tidak terjadi lagi kesalahan
dalam mencoblos yang menyebabkan suara tidak sah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Razali, 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung , Jakarta
Budiarjo, Miriam. 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi) . Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif , Jakarta.
Harmoko, 1993, Peran Pers Dalam Mengembangkan Komunikasi Politik, dalam
Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun, PT.
Gramedia, Jakarta.
Jimun, Martin, 2005. Partai Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif
Otonomi Daerah, Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
Mas’oed, Mochtar dan Colin MacAndrews, 2001. Perbandingan Sistem Politik,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Moleong, J. Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muchtar dan Erna Widodo, 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Avyroz:
Jakarta.
Plano, Jack. C 1989, Kamus Analisa Politik, CV Rajawali Pers, Jakarta
Rudini, 1993, Komunikasi Politik dalam Sistem Demokrasi Pancasila, dalam
Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun, PT
Gramedia, Jakarta
Rush, Michael dan Philip Althoff, 2005. Pengantar Sosiologi Politik, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana:
Yogyakarta.
Satori, Djam’an . 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Subakti, Ramlan, 2010. Memahami Ilmu Politik. PT Grasindo, Jakarta.

Suhendi, Hendi. 2001.
Bandung.

Pengantar Studi Sosiologi Keluarga,CV.Pustaka Setia,

Sumarno, AP, 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Toni Andrianus Pito, 2006 Dkk, Mengenal Teori-Teori Politik dari sistem politik
sampai korupsi, Nuansa, Bandung.
Yudhi Eka Putra, 2006, “Pelaksanaan Sosialisasi Pilkada oleh KPUD Provinsi
Sumbar” , Skripsi, Padang: Jurusan Ilmu Politik. FISIP. Universitas Andalas.
Sihabudin Zuhri, 2010. “Peran Sekolah Dalam Proses Sosialisasi Politik Studi
Penelitian Terhadap Siswa SMA Negeri 2 Semarang”. Tesis, Semarang:
Program Studi Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Peraturan KPU Nomor 31 tahun 2006 Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan
Umum
Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Komisi Pemilihan Umum.
Peraturan KPU Nomor 65 tahun 2009 tentang Pedoman pelaksanaan Sosialisasi dan
penyampaian informasi dalam pemilihan umum kepala daerah dan wakil
kepala daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Laporan Pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi pemilu bupati dan wakil
bupati solok tahun 2010, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Solok
Summary Perolehan Suara dan Rincian Surat Suara Pilkada Provinsi Sumatera Barat
tahun 2005
http:// wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
http:// wikipedia.org/wiki/Respon